Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

ANALISIS KOLORIMETRI

Nama : Septia Merilla F. A./ Much. Fauzi M./ Anisah R.


NIM : D500190072/D500190073/D500190075
Kelompok/Kelas : 4C/2B
Hari/Tanggal Percobaan : 12 Juni 2020
Asisten : Dewi Kirtiana
Dosen : Dr. Akida Mulyaningtyas, S.T.,M.Sc

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
I. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan kadar Fe dalam larutan dengan metode kolorimetri.
II. Tinjauan Pustaka
A. Definisi Kolorimetri
Kolorimeter adalah metode analisa kimia yang didasarkan pada
perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna standar. Metode
analisa ini adalah bagian dari analisa fotometri. Pengukuran zat dan
warnanya dengan melewatkan sinar melalui pelarutnya. Pengamatan
dilakukan dengan memakai mata kita disebut dengan fotosel. Cahaya masuk
dari sebelah kiri.

Gambar 1. Proses masuknya cahaya fotosel.

Jika sinar, baik monokromatis maupun polikromatis mengenai suatu media,


maka intensitas berkurang. Berkurangnya intensitas sinar terjadi karena
adanya serapan media tersebut dan sebagian kecil dipantulkan atau
dihamburkan (Day dan Underwood, 1998).

Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran berdasarkan


diabsorpsinya cahaya oleh zat warna baik berasal zat warna tersebut atau zat
warna yang terjadi karena reaksi dengan zat lain (Khopkar, 1990). Variasi
warna suatu sistem berubah dengan berubahanya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik
oleh ahli kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu
senyawa berwarna ditambahkannya reagensia yang tepat atau warna itu

2
akan melekat dalam penyusun yang diinginkannya. Intensitas warna
kemudian dibandingkan dengan yang diperoleh, dengan menangani
kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang sama. Kolorimetri
dikaitkan dengan mengukur absorpsi relatif cahaya sehubung dengan
konsentrasi tertentu zat tersebut (Basset, dkk, 1994).

Kolorimetri adalah salah satu metode analisa kimia yang didasarkan


pada perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan
standar. Metode ini adalah bagian dari analisa fotometri. Ada beberapa
metode analisa fotometri selain kolorimetri, yaitu analisa turbidimetri,
nefelometri, dan fluorosensi. Perbedaan analisa kolorimetri dengan analisa
fotometri lain terutama terletak pada macam larutan yang dianalisis.
Apabila larutan yang dianalisis merupakan larutan yang homogen (bukan
koloid), maka metode analisanya disebut “kolorimetri”. Sedangkan bila
larutan yang dianalisis berupa larutan, maka metode yang digunakan adalah
metode turbidimetri atau nefelometri. Dinamakn analisis turbidimetri bila
intensitas sinar yang diukur adalah sinar yang diteruskan. Sedangkan
metode analisa nefelometri, intensitas sinar yang diukur adalah sinar yang
dihamburkan oleh larutan koloid. Dan apabila sinar yang digunakan adalah
sinar UV, maka larutan dapat mengalami fluorosensi, sehingga metode
analisa fotometri ini disebut atau dinamakan metode fluorometri
(Bassett,dkk,1994).

Kolorimetri adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan tujuan dan


cara kuantitatif menggambarkan warna. Karena kesan warna sesuatu yang
subjektif, apa yang orang anggap sebagai “biru muda” mungkin terlihat
“biru sedang” ke yang lain serta tidak cukup jelas bagaimana
menggambarkannya dan mengidentifikasi berbagai warna. Kolorimetri
mencoba menghubungkan gagasan sampel warna standar dengan konsep
fisik cahaya sebagai bentuk energi (Patil dan Ghorude,2018).

3
B. Metode-Metode Kolorimetri
Dalam analisis kolorimetri terdapat beberapa metode kolorimetri
sebagai berikut (Khopkar,1990) :
1. Kolorimetri Visual
Pada kolorimetri, suatu duplikasi warna dilakukan dengan larutan
yang mengandung sejumlah zat sama pada kolom dengan acameter
penampang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya zat-zat
tersebut dapat menimbulkan warna ialah ion-ion kompleks, dimana
warna tersebut timbul karena adanya elektron-elektron yang tidak
berpasangan. Konsentrasi larutan berwarna dapat diperkirakan secara
visual dengan membandingkan cuplikan sederet larutan yang diketahui
konsentrasinya. Cara menentukan konsentrasinya dengan menggunakan
kolorimetri visual dubuscq dengan mengukur kepekatan melalui mata.
Metode kolorimetri visual ada 4 macam, yaitu :
a) Metode Standar Seri(Metode Nessler).
Menurut Vogel (1951), metode Nessler ditemukan oleh J.
Nessler pada tahun 1856 yang mengusulkan logam merkuri (II)
iodide sebagai pereaksi untuk penentuan ammonia secara
kolorimetri. Prinsip metode ini berdasarkan pereaksi Nessler, bila
bereaksi dengan amonia dalam larutan basa akan membentuk
dispersi koloid yang berwarna kuning coklat. Intensitasnya dari
warna yang terjadi dari perbandingan lurus dengan konsentrasi
ammonium yang ada dalam sampel (Patri, 2018).
Larutan yang akan diperiksa terkandung didalam tabung
nessler kemudian dibandingkan dengan suatu deret standar pada
volume yang sama (Harjadi,1993).
b) Metode Pengenceran
Larutan sampel dan larutan standar dengan konsentrasi Cx
dan Cy ditempelkan pada tabung kaca dengan ukuran yang sama.
Larutan yang lebih pekat diencerkan sampai warnanya memiliki
intensitas yang sama dengan lebih encer (Sumarjo, 1997).

4
c) Metode Kesetimbangan
Pada metode 2 dan 3 tebal lapisan (tinggi permukaan)
dimana t1 dan t2 sama, sehingga apabila warnanya sama dapat
dipastikan konsentrasi 1 dan konsentasi 2 sama. Sedangkan pada
metode ini tebal lapisan diubah sampai warnanya sama
(Harjadi,1993).
d) Metode Standar Sintesis
Zat yang diselidiki diperoleh dengan cara penambahan
sejumlah komponen standar terhadap larutan balnko sampai tercapai
kesamaan warna. Pada prinspnya larutan blanko ditambahkan
larutan standar (Khopkar,1990).
2. Fotometer(Fotometri)
Fotometri adalah metoda analisa yang didasarkan yang didasarkan
pada pengukuran besaran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna dengan menggunakan detector fotosel, dimana besaran
ini merupakan fungsi dari kandungan komponen tertentu yang
melakukan penyerapan (Zelvani,2018).
Fotometer biasanya memberikan jumlah yang berhubungan dengan
intensitas absolut, seperti daya per unit, panjang per unit, sudut solid
cahaya yang dipancarkan atau absolut reaksi cahaya yang diserap pada
panjang gelombang (Adams-McNichol, et al, 2019).
C. Hukum-Hukum yang Mendasari Metoda Kolorimetri
Hukum-hukum yang mendasari metoda kolorimetri sebagai berikut
(Khopkar,1990) :
1. Hukum Beer
Hukum ini menyelidiki suatu hubungan antara sintesis serapan dan
konsentrasi media berupa larutan pada tebak media tetap dengan
persamaan:
Log (p₀/p) = ∑bc = A……………………………………………........(1)
Keterangan : A = absorbansi c = konsentrasi materi
b = tebal media ∑ = absrobansi edar

5
2. Hukum Lambert-Beer
Hubungan antara jumlah zat yang diserap oleh larutan yang disebut
absorbansi A dengan zat C, dimana salah satu larutan lebih diketahui
konsentrasinya. Untuk kedua larutan tersebut, maka :
A1 = a1.b1.c1 dan A2 = a2.b2.c2 ………………………………………..(2)
Jika kedua larutan kepekatannya sama, maka:
A1 = A2
b1.c1 = .b2.c2……………………………………………
Keterangan : a = tetapan jenis zat c = konsentrasi zat
b = tebal ukuran yang diwarnai
3. Hukum Bouger Lambert
Apabila sinar monokromatis melalui media transparan, maka
berkurangnya intensitas sebanding dengan bertambahnya tebal media
yang dilewati.

DI = K.I.dt………………………………………………………….(4)

Keterangan : I = intensitas mula-mula t = tebal media yang tembus

K = koefisien senapan

D. Kriteria Analisis Kolorimetri Berdasarkan Syarat Pewarnaan


Ada maca-macam kriteria analisis kolorimetri berdasarkan syarat
pewarnaa, yaitu (Day dan Underwood,1998) :
1. Kesepesifikan Reaksi Warna
Sangat sedikit reaksi yang khas untuk zat tertentu, tetapi banyak reaksi
yang menghasilkan warna untuk sekelompok kecil zat yang sehubungan
saja, artinya reaksi-reaksi tersebut selektif. Dengan memanfaatkan
peranti seperti memasukkan senyawa pembentuk kompleks lain yang
mengubah kondisi dan pengendalian pH.
2. Kesebandingan antara warna dan konsentrasi
Untuk kolorimetri visual, intensitas warna hendaknya meningkatkan
secara linier dengan naiknya konsentrasi zat yang akan ditetapkan. Untuk

6
instrument fotolistrik tidak penting karena kurva kalibrasi dapat dibentuk
dengan menghubungkan pembacaan instrumental warna dengan
konsentrasi larutam.
3. Kestabilan Warna
Warna yang dihasilkan hendaknya cukup stabil untuk memungkinkan
pengembalian pembacaan yang tepat. Ini berlaku juga untuk reaksi
dimana warna tersebut cenderung mencapai saat periode warna
maksimum. Dalam hubungan ini berpengaruh terhadap zat-zat lain dan
kondisi eksperimen.
4. Ketepatan Ulang
Prosedur kolorimeteri harus memberikan hasil yang dapat diulang pada
kondisi eksperimen yang khas. Reaksi ini tidak perlu mewakili
perubahan kimia yang kuantitatif secara stoikiometri.
5. Kejernihan Larutan
Larutan haruslah bebas dari endapan jika harus dibandingkan dengan
standar yang jernih. Kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap
cahaya.
6. Kepekaan Tinggi
Kepekaan larutan harus tinggi terutama bila yang harus ditetapkan zat
berkuntitas sangat kecil. Produk reaksi yang diinginkan menyerap
dengan kuat dalam daerah tampak dalam daerah UV.

7
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan analisis kolorimetri ini dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam analisis kolorometri.
No. Nama Alat Ukuran (mL) Jumlah
1. Buret 50 1
2. Corong kaca - 1
3. Gelas beker 100; 250 1;1
4. Gelas ukur 10 1
5. Kaca arloji - 1
6. Karet hisap - 1
7. Labu ukur 50;100;250 2;1;1
8. Pengaduk kaca - 1
9. Pipet tetes - 1
10. Pipet ukur 10 1
11. Pipet volume 5 1
12. Statif - 1
13. Tabung reaksi 20 10

b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan analisis kolorimteri dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam analisis kolorimetri.
No. Nama Bahan Massa (g) Volume Densitas Kadar
(mL) (g/mol) (%)
1. Aquades - Secukupnya - -
2. FeCl3 0,5 - - 99
3. HCl pekat - 5 1,19 37
4. KSCN 10 100 - 10

8
c. Gambar Alat
Berikut adalah rangkaian alat yang digunakan dalam proses analisis
kolorimetri.

Keterangan gambar:
1. Alas
2. Buret
3. Tabung reaksi
4. Kran
5. Penjepit buret
6. Statif
Gambar 2. Alat yang digunakan dalam proses analisis kolorimetri.

9
IV. Cara Kerja
Berikut langkah-langkah kerja yang digunakan dalam percobaan anlisis
kolorimteri.
a. Pembuatan Larutan Standar Fe3+
FeCl3 ditimbang sebanyak 0,5 gram menggunakan kaca arloji, lalu
dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker 100 ml. Kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml ditambahkan HCl Pekat 5 ml dan
aquades hingga tanda batas, kocok hingga homogen. Larutan tersebut
diambil 10 ml menggunakan pipet ukur 10 ml lalu dimasukkan kedalam
labu ukur 50 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda batas, kocok hingga
homogen.
b. Pembuatan Larutan KSCN 10%
KSCN ditimbang sebanyak 10 gram menggunakan kaca arloji. kemudian
dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker 100 ml, lalu dimasukkan
kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aqudes hingga tanda batas,
kocok hingga homogen.
c. Membuat Larutan Standar Warna
Disiapkan sejumlah tabung reaksi dan diberi nomor urut 1, 2, 3, 4, dan 5.
isikan larutan standar Fe3+ kedalam masing-masing tabung reaksi dengan
volume bertingkat 1ml, 2ml, 3ml, 4ml, 5ml. Kemudian ditambahkan 5ml
larutan KSCN dan ditambahkan aquades sesuai dengan jumlah
kekurangannya dengan total 15ml, kocok hingga homogen. Diamati
masing-masing dari tabung reaksi.
d. Pembuatan Larutan Sampel Warna
Disiapkan sejumlah tabung reaksi dan diberi nomor urut 1, 2, 3, 4, dan 5.
isikan larutan standar Fe3+ kedalam masing-masing tabung reaksi dengan
volume bertingkat 1ml, 2ml, 3ml, 4ml, 5ml. Kemudian ditambahkan 5ml
larutan KSCN dan ditambahkan aquades sesuai dengan jumlah
kekurangannya dengan total 15ml, kocok hingga homogen. Diamati
masing-masing dari tabung reaksi.
e. Membandingkan Larutan Standar Warna dengan Larutan Sampel

10
Larutan standar warna dibandingkan dengan larutan sampel warna. Untuk
larutan yang mempunyai warna hampir sama bisa dikatakan memiliki
konsentrasi sama Untuk larutan yang mempunyai perbedaan warna
signifikan maka dititrasi dengan menggunakan aquades. Aqudes
dimasukkan kedalam buret 50 ml, kemudian larutan standart dititrasi
hinggan warnanya sama dengan larutan sampel kemudian volemu aquades
dicatat.

11
DIAGRAM ALIR

Berikut ini merupakan diagram alir pada percobaan analisis kolorimetri

1. Pembuatan Larutan Standar Fe3+

O,5 g Fe3+ Kaca arloji

Gelas beker Aquades


100 mL secukupnya

Labu ukur 250 Aquades sampai


mL tanda batas

Kocok hingga homogen

10 mL larutan

Pipet ukur 10
mL

Labu ukur 50 Aquades sampai


mL tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 3. Diagram alir pembuatan larutan standar Fe3+.


2. Pembuatan Larutan KSCN 10%

12
ditimbang
10 g KSCN Kaca arloji

Gelas beker Aquades


100 mL secukupnya

Labu ukur 100 Aquades sampai


mL tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 4. Diagram alir pembuatan larutan KSCN 10%.

3. Membuat Larutan Standar Warna


Larutan FeCl3 5 tabung reaksi dan 5 mL larutan
(tiap tabung 1 mL, 2 diberi no, urut 1-5 KSCN 10%
mL, 3 mL, 4 mL dan
5 mL)
15 mL aquades

Kocok hingga homogen

Gambar 5. Diagram alir pembuatan larutan standar warna.


4. Pembuatan Larutan Sampel Warna

Larutan sampel 5 tabung reaksi dan 5 mL larutan


(tiap tabung 1 mL, 2 diberi no, urut 1-5 KSCN 10%
mL, 3 mL, 4 mL dan 5
mL)
15 mL aquades

Kocok hingga homogen


Gambar 6. Diagram alir pembuatan larutan sampel warna.
5. Membandingkan Larutan Standar Warna dengan Larutan Sampel

13
Membandingkan warna
larutan sampel

Jika warna sama Jika warna berbeda


(konsentrasi sama) (konsentrasi berbeda)

tidak perlu titrasi perlu titrasi

larutan standar warna aquades

Tabung reaksi Buret

Titrasi

Amati perubahan warna

Mencatat volume

Gambar 7. Diagram alir membandingkan larutan standar warna dengan


larutan sampel.

14
V. Hasil dan Pembahasan
A. Data Hasil Percobaan
Berikut merupakan data dari hasil percobaan analisis kolorimetri
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Data hasil percobaan analisis kolorimetri
Volume Larutan Volume Larutan V1 V2 ∆𝑉
No.
Sampel (mL)/no Standar (mL)/no (mL) (mL) (mL)
Larutan sampel 1 Larutan FeCl3 1
15 17,2 2,2
1 (15 mL) (15 mL)
Larutan sampel 2 Larutan FeCl3 1
15 17 2
2 (15 mL) (15 mL)

B. Pembahasan
Kolorimetri adalah metode analisa kimia yang didasarkan pada
perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna standar. Metode
analisa ini adalah bagian dari analisa fotometri. Pengukuran zat dan
warnanya dengan melewatkan sinar melalui pelarutnya. Pengamatan
dilakukan dengan memakai mata kita disebut dengan fotosel. Cahaya masuk
dari sebelah kiri.

Kolorimetri adalah salah satu metode analisa kimia yang didasarkan


pada perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan warna larutan
standar. Metode ini adalah bagian dari analisa fotometri. Ada beberapa
metode analisa fotometri selain kolorimetri, yaitu analisa turbidimetri,
nefelometri, dan fluorosensi. Perbedaan analisa kolorimetri dengan analisa
fotometri lain terutama terletak pada macam larutan yang dianalisis.
Apabila larutan yang dianalisis merupakan larutan yang homogen (bukan
koloid), maka metode analisanya disebut “kolorimetri”. Sedangkan bila
larutan yang dianalisis berupa larutan, maka metode yang digunakan adalah
metode turbidimetri atau nefelometri. Dinamakan analisis turbidimetri bila
intensitas sinar yang diukur adalah sinar yang diteruskan. Sedangkan

15
metode analisa nefelometri, intensitas sinar yang diukur adalah sinar yang
dihamburkan oleh larutan koloid. Dan apabila sinar yang digunakan adalah
sinar UV, maka larutan dapat mengalami fluorosensi, sehingga metode
analisa fotometri ini disebut atau dinamakan metode fluorometri.

Dalam analisis kolorimetri terdapat beberapa metode, yang pertama


yaitu metode kolorimetri visual, adalah suatu duplikasi warna dilakukan
dengan larutan yang mengandung sejumlah zat sama pada kolom dengan
acameter penampang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Konsentrasi
larutan berwarna dapat diperkirakan secara visual dengan membandingkan
cuplikan sederet larutan yang diketahui konsentrasinya. Cara menentukan
konsentrasinya dengan menggunakan kolorimetri visual dengan mengukur
kepekatan melalui mata. Metode kolorimetri visual dibedakan lagi menjadi
beberapa macam metode, diantaranya metode standar seri (metode Nessler),
metode pengenceran, metode kestimbangan, dan metode standar sintetis.
Metode kolorimetri yang kedua yaitu metode fotometer (fotometri), adalah
metoda analisa yang didasarkan yang didasarkan pada pengukuran besaran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna dengan
menggunakan detector fotosel, dimana besaran ini merupakan fungsi dari
kandungan komponen tertentu yang melakukan penyerapan. Fotometer
biasanya memberikan jumlah yang berhubungan dengan intensitas absolut,
seperti daya per unit, panjang per unit, sudut solid cahaya yang dipancarkan
atau absolut reaksi cahaya yang diserap pada panjang gelombang.

16
VI. Kesimpulan
Dari percobaan analisis kolorimetri ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Analisis kolorimetri digunakan untuk menentukan kadar Fe dalam
larutan.
2. Kadar Fe dalam larutan sampel sebesar 11,36%.
3. Konsentrasi larutan sampel sebesar 0,18305 N.
4. Konsentrasi larutan standar 1dari analisis kolorimetri sebesar 0,1596 N.
5. Konsentrasi larutan standar 2 dari analisis kolorimetri sebesar 0,1615 N.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adams-Mcnichol, Anna L., Rayf C.S., and David A.E. 2019. “Accurate,
Photoresistor-Bassed, Student-Built Photometer and Its Application to the
Forensic Analysis of Dyes”. Journal of Chemichal Education. 96(6): 1143-
1151. https://doi.org/10.1021/acs.jchemed.8b00862. Diakeses tanggal 12 Juni
2020.

Basset,J., Denny, R.C., Jeffery,G.H., dan Mendham J. 1994. “Kimia Analisis


Kuantitatif Anorganik”. Jakarta : Kedokteran EGC

Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1998. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta :
Erlangga

Harjadi,W. 1993. “Ilmu Kimia Analitik Dasar”. Jakarta : Gramedia

Khopkar, S.M. 1990. . “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI Press

Patil,M.P., dan Ghorude, T.N. 2018. “PH Indikator Paper Color Measurement
Using Wireless Tristimulus Biological Science”. International Journal Of
Scientific Research.7(7)56-57.
https://www.worldwidejournals.com/international-journal-of-scientific-
research-(IJSR)/fileview.php?val=July_2018_1530625124__301.pdf. Diakses
pada 7 Juni.

Patri, Y.M. 2018. “Penentuan Kadar Ammonia (NH3) Pada Limbah Cair K-36
Dalam Rangka Pengendalian Pencemaran Lingkungan Alat dan Bahan”. Jurnal
Ilmu Kimia dan Penerapan. 2(2) : 22-26.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/alkimia/article/view/2998. Diakses
Pada tanggal 8 Juni.

Sumarjo, D. 1997. “Petunjuk Praktikum Kimia Dasar Paket A”. Semarang : UNDIP
Press

18
Zelvani,S. 2018. “Pengaruh Ketebalan Bahan Penghalang Terhadap Intensitas
Radiasi Realtif”. Teknosains: Media Informasi Sains dan Teknologi. 12(2): 203-
209.http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/7599.
Diakses tanggal 7 Juni 2020.

19
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
Berikut merupakan data hasil percobaan analisis kolorimetri dapat dilihat
dalam tabel.
Tabel 4. Data hasil percobaan analisis kolorimetri.
Volume Larutan Volume Larutan V1 V2 ∆𝑉
No.
Sampel (mL)/no Standar (mL)/no (mL) (mL) (mL)
Larutan sampel 1 Larutan FeCl3 1
15 17,2 2,2
1 (15 mL) (15 mL)
Larutan sampel 2 Larutan FeCl3 1
15 17 2
2 (15 mL) (15 mL)

B. Perhitungan
1.Membuat larutan FeCl3

Diketahui : Massa = 0,5 gram BM = 162,2 g/mol

Volume = 250 ml Kadar= 99 % = 0,99

Valensi = 3

Ditanya : Normalitas Fe3+ …..?


V BM N
Jawab: m = x valensi x kadar
1000

250 162,2 N
0,5 = x x 0,99
1000 3

0,495
N= 13,5167

= 0,0366 N

2.Menghitung Normalitas HCl

Diketahui : ρHCl = 1,19 g/mL kadar = 37% = 0,37

BM = 36,5 9/mol Valensi = 1

20
Volume = 5 mL

Ditanya : Normalitas HCl?

Jawab : m = ρx V

= 1,19 x 5

= 5,59 gram
V BM N
m= x valensi x kadar
1000

250 36,5 N
5,59 = x x 0,37
1000 1

2,0683
N= 9,125

= 0,226 N

3.Menghitung Normalitas KSCN 10%

Diketahui : m = 10 gram BM = 97,18 g/mol

Volume = 100 mL kadar = 10% =0,1

Valensi = 1

Ditanya : Normalitas KSCN 10%?

V BM N
Dijawab : m = x valensi x kadar
1000

100 97,18 N
10 = x x 0,1
1000 1

1
N= 9,718

= 0,1029 N

4.Menghitung Normalitas Larutan Sampel

(NFeCl3 + NHCl) + N KSCN


N1 = 2

( 0,0366+ 0,2266 ) +0,1029


= 2

21
N1= 0,183 N

5.Menghitung Normalitas Larutan Standar


a) Normalitas Larutan Standar 1

Diketahui : V1 = 15 mL N1= 0,18305 N

V2 = 17,2 mL

Ditanya : Normalitas larutan standar 1?

Jawab : V1 x N1 = V2 x N2

15 x 0,18305 = 17,2 x N2

2,7458
N2 = 17,2

= 0,1596 N

b) Normalitas Larutan Standar 2

Diketahui : V1 = 15 mL N1 = 0,18305 N

V2 = 17 mL

Ditanya : Normalitas larutan standar 2?

Jawab : V1 x N1 = V2 x N2

15 x 0,18305 = 17 x N2

2,7458
N2 = 17

= 0,1615 N

c) Normalitas Larutan Standar 3

Diketahui : V1 = 15 mL N1 = 0,18305 N

V2 = 15 mL

Ditanya : Normalitas larutan standar 3?

22
Jawab : V1 x N1 = V2 x N2

15 x 0,18305 = 15 x N2

2,7458
N2 = 15

= 0,18305 N

d) Normalitas Larutan Standar 4

Diketahui : V1 = 15 mL N1 = 0,18305 N

V2 = 15 mL

Ditanya : Normalitas larutan standar 4?

Jawab : V1 x N1 = V2 x N2

15 x 0,18305 = 15 x N2

N2 = 2,7458/15

= 0,18305 N

e) Normalitas Larutan Standar 5

Diketahui : V1 = 15 mL N1 = 0,18305 N

V2 = 15 mL

Ditanya : Normalitas larutan standar 5?

Jawab : V1 x N1 = V2 x N2

15 x 0,18305 = 15 x N2

2,7458
N2 = 15

= 0,18305 N

6.Menghitung Kadar Fe dalam larutan sampel 1

Diketahui : V Fe = 15 mL V2 = 17,2 mL

23
V1 = 15 mL N sampel = 0,18305 N

BM = 162,2 g/mol

Ditanya : Kadar Fe dalam larutan sampel 1?

𝑉 𝐹𝑒 𝑁 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑉1 𝑥 𝑉2 1
Jawab : 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 = (1000 x x 2) x 100%
1000

15 0,18305 𝑥 162,2𝑥 15𝑥 17,2 1


= (1000 x x 2) x 100%
1000

= 0,05745 x 100%

= 5,745 %

7. Mengetahui Kadar Fe dalam Larutan Sampel


Diketahui : V Fe = 15 mL V2 = 17mL
V1 = 15 mL N sampel = 0,18305 N
BM = 162,2 g/mol
Ditanya : Kadar Fe dalam larutan sampel 1?

𝑉 𝐹𝑒 𝑁 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑉1 𝑥 𝑉2 1
Jawab : 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 = (1000 x x 2) x 100%
1000

15 0,18305 𝑥 162,2𝑥 15𝑥 17 1


= (1000 x x 2) x 100%
1000

= 0,1136x 100%
= 11,36 %
8. Mengetahui Kadar Rata-Rata

Diketahui : Kadar Fe1 = 5,745%


Kadar Fe2 = 11,36%
Ditanya : Kadar rata-rata Fe?

Kadar Fe1 + Kadar Fe2


Jawab: Kadar rata-rata = ( )𝑥 %
2

5,745+ 11,36
=( )𝑥 %
2

24
17,105 %
= 2

= 8,5525%

C. Analisis Galat
1. Galat Larutan Standar 1
a) Galat Acak
Volume Aquades = V1 + V2
= 15 + 17,2
= 32,2

∑V
Volume rata-rata = 2

32,2
= mL
2

= 16,1 mL

1
∑R= √2 ∑(𝑉1 − 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)2 + (𝑉2 − 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)²

1
= √2 ∑(15 − 16,1)2 + (17,2 − 16,1)²

1
= √2 ∑(−1,1)2 + (1,1)²

1
= √2 (2,42)

= √1,21

= 1,1

b) Galat Sistematis

1
s = 2 x skala

25
= 0,5 x 0,1
= 0,05
c) Galat Campuran

∑ = √(R)2 + (S)²

= √(1,1)2 + (0,05)²

= √1,2125

=1,1011

2. Galat Larutan Standar 2


a) Galat A cak
Volume aquades = V1 + V2
= 15 + 17
= 32 mL

∑V
Volume rata-rata = 2

32
= 2

= 32 𝑚𝐿

1
∑R= √2 ∑(𝑉1 − 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)2 + (𝑉2 − 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)²

1
= √2 ∑(15 − 16)2 + (17 − 16)²

1
= √2 ∑(−1)2 + (1)²

1
= √2 (2)

= √1

=1

26
b) Galat Sistematis
1
s = 2 x skala
= 0,5 x 0,1
= 0,05
c) Galat Campuran
∑ = √(R)2 + (S)²

= √(1)2 + (0,05)²

= √1,0025 =1,0012

27
LAPORAN SEMENTARA

ANALISIS KOLORIMETRI

I. Judul : Analisis Kolorimetri


Kelompok/ shift : 4C / Jumat Siang
Nama : 1. Septia Merilla Firsty A (D500190072)
2. Muchamad Fauzi M (D500190073)
3. Anisah Rosyidawati (D500190075)
Tanggal : 12 Juni 2020
Asisten : Dewi K

II. Data Percobaan


Dari percobaan analisis kolorimetri yang telah dilakukan
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Kolorimetri

No. Volume Larutan Volume Larutan V1 V2


Sampel (mL)/ No Standar (mL)/ No (mL) (mL) (mL)
1. Larutan sampel 1 Larutan FeCl3 1 15 17 2
(15 mL) (15 mL)
2. Larutan sampel 2 Larutan FeCl3 2 15 17,4 2,4
(15 mL) (15 mL)

28

Anda mungkin juga menyukai