Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KOLORIMETRI
1. Teori Umum Kolorimetri
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan.
Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli
kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna
dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, intensitas warna kemudian dapat
dibandingkan dengan menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang
sama.
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun
komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang
sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan
komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat penyerap
yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar
perhitungan.
Kolorimetri terbagi atas 2 metoda yaitu :
a) Kolorimetri visual
Menggunakan mata sebagai detektor
b) Kolorimetri Fotolistrik
Menggunakan fotosel sebagai detektornya.

2. Metode Visual

Syarat metoda kolorimetri adalah harus berwarna. Jika larutan tidak berwarna maka
dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen pewarna. Sedangkan
syarat pewarnaan ini antara lain :
 Warna yang terbentuk harus stabil dalam jangka waktu tertentu

1
 Reaksi pewarnaan harus selektif dan spesifik
Spesifik maksudnya : hanya komponen tertentu yang akan memberikan reaksi /
memiliki warna tersebut
 Larutan harus transparan (colorimetris)
 Hendaknya memiliki sensitifitas tinggi ( dengan sedikit zat akan memiliki
intensitas warna yang tinggi)
 Mempunyai sifat reproducibility : mempunyai ketepatan yang teliti. Apabila
cara itu diulang maka hasil yang didapat akan sama.
 Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi. (basset,1994)

Asas dasar kebanyakan pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan warna yang
dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama yang
dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan itu.
Metoda analisa kolorimetri visual ada 4 macam yaitu :
a. Metoda standar seri (metoda nesler) : pada metoda ini dibuat sederetan larutan
standar dalam tabung yang berukuran sama dengan jenis yang sama pula.
b. Metoda keseimbangan
Pada metoda ini dilakukan dengan cara membandingkan larutan sampel dengan
larutan standar yang didasarkan pada ketebalan larutan standar yang
divariasikan. Metoda ini dibagi tiga, yaitu :
- sistem slinder hechner
- bajerum comperator
- dubosq colorimetri
c. Metoda pengenceran : menggunakan satu zat standar dan sejumlah buret yang
berisi blanko. Konsentrasi standar diencerkan dengan blanko sampai terjadi
kesamaan warna.
d. Metoda standar sintesis : zat yang diselidiki diperoleh dengan cara penambahan
sejumlah komponen standar terhadap suatu larutan blanko sampai terjadi
kesamaan warna.

2
Syarat-syarat menentukan konsentrasi dengan metoda kolorimetri visual adalah
sebagai berikut :
 Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods)
terbagi menjadi dua metoda :
a. Tabung Nessler
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk silinder.
Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan konsentrasi
terukur dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama. Tabung ini disusun
pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat, agar tidak memantulkan
sinar yang datang pada tabung. Kemudian larutan sampel dengan tinggi
yang sama diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan bandingkan warna
larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung (vertikal). Jika
ada warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi
sampel sama dengan larutan standar tersebut. Atau jika warnanya berada
diantara 2 warna larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel
berada dalam range dari konsentrasi kedua larutan tersebut.
b. Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel dengan
larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel
disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum comparator ini
merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua menurut
diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera, diisi dengan larutan
standard dan bagian lainnya diisi dengan blanko.
Pengamatandilakukandaribagiandepan (horizontal).

 Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods)


terbagi menjadi dua metoda :
a. Tabung Herner
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk mengeluarkan
larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat sehingga
tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada kedua silinder.

3
b. Kolorimeter Dubosq
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi
rendahnya pemberat (plunger), agar tinggi larutan dalam bejana berubah
sehingga didapatkan intensitas warna yang sama padaspiltfield.

3. Metode Kolorimetri Visual Standar Seri


Metoda standar seri, kesamaan warna dapat dicapai dengan jalan
membandingkan warna larutan yang akan diselidiki dengan satu deretan larutan
standar yang bervariasi konsentrasinya dengan pengamatan secara horizontal.
Bila terjadi kesamaan warna antara satu warna larutan sampel tersebut dengan
salah satu warna larutan standar maka konsentrasi larutan sampel akan sama
dengan konsentrasi larutan standar tersebut.
Cara menggunakan kolorimeter standar seri
a. Dibuat dengan konsentrasi yang bervariasi dalam tabung yang seragam dan
volumenya sama
b. Sampel dimasukkan kedalam tabung yang jenisnya sama, dan kemudian
bandingkan warnanya dengan larutan standar
c. Konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan standar pada warna
yang sama.
Metode larutan standar seri dapat menggunakan tabung kaca tidak
berwarna yang penampangnya seragam dan mempunyai dasar yang rata yang
dikenal dengan Tabung nessler.
Tabung Nessler mempunyai 2 ukuran baku yaitu;
 Tabung dalam bentuk rendah dengan tinggi 175-200 mm dan diameter 25-32
mm
 Tabung dalam bentuk tinggi dengan ukuran tinggi 300-375 mm dengan
diameter 21-24 mm

4. Metode Fotolistrik.
Dalam metode ini, mata manusia digantikan oleh suatu sel fotolistrik yang
sesuai, sel ini digunakan untuk mengukur langsung intensitas cahaya, dan dengan
demikian absorbansinya. Instrumen yang menggunakan sel fotolistrik mengukur
penyerapan cahaya dan bukan mengukur warna zat. Pada alat ini cahaya yang

4
digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan
melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang
terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya.
Instrumen-instrumen ini tersedia dalam sejumlah bentuk yang berlainan yang
menggunakan satu atau dua fotosel. Disini kedua fotosel itu yang disinari oleh sumber
cahaya yang sama, akan diperimbangkan satu terhadap yang lain lewat galvanometer,
yaitu larutan uji ditaruh didepan satu sel dan pelarut murni didepan sel yang lain, dan
selisih keluaran arus diukur, lalu dibaca hasil pengukurannya. (Basset,1994)

5
BAB II
SPEKTROFOTOMETRI

1. Pendahuluan

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada interaksi


materi dengan cahaya. Pada metode ini dilakukan pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu larutan berwarna/tidak pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector
Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-
700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Bila suatu berkas cahaya polikromatik atau monokromatik dialirkan melalui
suatu media yang trasnparan (gas, cair, atau padat) maka sebagaian cahaya akan:
1. Dipantulkan (reflected)
2. Diserap media (absorbed)
3. Dipancarkan (transmitted)

2. Spektrum Sinar Elektromagnetik


Sinar elektromagnetik ialah pancaran energi yang berjalan dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik biasanya dinyatakan dalam
panjang gelombang (λ = lambda), yaitu jarak antar puncak gelombang dalam satuan cm;

Satuan yang biasa digunakan =

Cepat rambat cahaya = 3 x 108 m/s

Cahaya dapat dikatakan rangsangan yang diterima oleh panca indera mata.
Dalam menerima rangsangan tersebut ada keterbatasan pada mata manusia, yaitu hanya
dapat mengidentifikasikan cahaya pada λ = 380-780 nm yang dikenal sebagai cahaya
tampak (visible light). Gelombang elektromagnetik yang lebih besar dari 780 nm dan
lebih kecil dari 380 nm tidak akan terlihat oleh mata manusia. Seluruh radiasi
elektromagnetik yang mempunyai gelombang terpendek (radiasi kosmis) dan

6
gelombang terpanjang (gelombang radio) disebut spektrum gelombang elektromagnetik.
Daerah spektrum elektromagnetik ada bermacam-macam seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Daerah Spektrum Elektromagnetik


NO NAMA Panjang Gelombang Mekanisme Dasar Penyerapan
(λ)
1 Sinar Gamma < 0,1 nm Transisi Inti
2 Sinar X 0,1-1,0 nm Transisi elektron kulit dalam
3 Ultra Violet (UV) 190-380 nm Transisi e- valensi
4 Sinar Tampak 380-780 nm Transisi e- valensi
5 Infra Merah (IR) 2,5 – 25 µm Vibrasi intermolekuler
6 Gelombang mikro 0,04 – 25 cm Rotasi intra dan intermolekuler
7 Gelombang Radio 0,25 – 18,5 m Reorientasi inti dan e-
Sumber : Harnita. 2006. Buku Ajar Analisis Fitokimia. Dept Farmasi : UI, dll

Gambar 1. Spektrum gelombang elektromagnetik.

3Hukum-hukum yang melandasi Kolorimetri dan Spektrofotometri


 Lambert (1760)
Menyelidiki hubungan terhadap Io dan It terhadap tebal media dan memberikan
suatu hukum yang bunyinya :
“Bila suatu cahaya monokromatik melalui suatu media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
bertambahnya tebal media”.

 Beer (1852)
Memberikan suatu hukum yang menunjukan hubungan antara It dan Io terhadap
kepekatan (C), yaitu :“Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media
yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan bertambahnya kepekatan (C)”.

7
 Gabungan Lambert-beer
“Bila suatu cahaya monokromator melalui suatu media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang diteruskan sebanding dengan
ketebalan dan kepekatan media”.

Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya


monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans
adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It)
dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Persyaratan hukum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus
monokromatik, energi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi
kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi flouresensi
atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi
larutan harus pekat (tidak encer).

Hukum Lambert Beer :

A = log = ε . b.c = a.b.c

Dengan A = serapan / absorbansi


I0 = Intensitas sinar yang datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Absorbtivitas molekuler (L. Mol-1.cm. -1)
a = Daya serap / absorbansi (L. Mol-1.cm. -1)
b = Tebal larutan / kuvet (cm)
c = konsentrasi (mol /L)
Kuantitasspektroskopi yang diukur biasanya adalah transmitans (T), dan
absorbansi (A). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di
transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum
melewati sampel (Io). Sehingga dapat diturunkan rumus:

T= dan %T = x 100

sehingga A =log = log = - log T

8
4. Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy adalah cahaya
tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-780 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut
termasuk kedalam sinar tampak (Visible).

b. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)


Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut
dan didaratan.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening
dan transparan.

c. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.
Menggunakan dua sumber cahaya berbeda, sumber cahay UV dan sumber cahaya
Visible. Kemudahan metode ini dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga
untuk sampel tak berwarna.

d. Spektrofotometri IR (Infra Red)


Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah.
Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh.
Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang
mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa
signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk
identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.

9
BAB III
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

1. Spektrofotometri Visible (Sinar Tampak)

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang


dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang
dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 380-800 nm
dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol.

Sifat sinar tampak


Cahaya putih bila diuraikan akan terdiri dari beberapa warna cahaya, yaitu merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Warna - warna pada cahaya tampak akan terlihat bila berkas cahaya putih
direfraksikan oleh prisma , oleh karena cahaya tampak terdiri dari beberapa warna
cahaya, maka cahaya tampak disebut cahaya polikromatis.Cahaya yang diserap oleh
suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang
tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna
komplementer. Satu atau beberapa warna dari cahaya tampak dapat dihilangkan antara
lain dengan mengabsorpsi warna tersebut. Setelah absorpsi, maka yang terlihat adalah
warna sisa yang tidak terabsorpsi. Sebagai contoh, larutan kupri sulfat terlihat biru,
karena larutan meneruskan warna biru dan menyerap cahaya kuning ( hijau dan merah).
Warna yang biru yang diserap oleh larutan CuSO4tersebut dinamakan warna
komplemennya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ada gambar 2 dan tabel 2 berikut.

10
Tabel 2 Panjang gelombang dan serapan warna

Panjang gelombang Warna warna yang Warna komplementer


(nm) diserap (warna yang terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu kemerahan
560 – 580 Hijau kekuningan Ungu
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Biru kehijauan
610 – 800 Merah Hijau kebiruan

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang


gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut
λmaks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul
makin kecil

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah


zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga
analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode
kolorimetri.

Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi
dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent).
Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu
beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan.
Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat
saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara
stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen
tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam
larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang
dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga
pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang
dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

11
2. Spektrofotometri Ultra Violet (UV)

Bagaimana senyawa dapat menyerap sinar UV- Vis ?


Sifat sinar Ultraviolet
Sinar ultra violet (UV) berenergi tinggi (artinya panjang gelombangnya pendek).
Suatu senyawa dapat menyerap sinar UV bila dalam senyawa tersebut terdapat
gugus fungsi yang disebut kromofor. Kromofor cenderung memiliki ikatan tak
jenuh atau mengandung gugus fungsi dengan ikatan rangkap.

Absorpsi radiasi oleh suatu sampel organik di daerahultraviolet dan sinar


tampak, akan bersamaan dengan perubahankeadaan elektronik dalam molekul
yaitu energi disediakan untukmempromosikan energi dari keadaan dasar ke
orbital energi yanglebih tinggi ( keadaan tereksitasi) yang dikenal sebagai orbital
antibonding.
Ada 3 jenis orbital keadaan dasar yang mungkin terlibat :
a. Orbital molekular ikatan s

b. Orbital molekular ikatan p

c. Orbital atomik non-bonding n

Dua jenis orbital anti-bonding yang terlibat dalam transisi adalah :


(1) orbital s* (sigma star)
(2) orbital p* (pi star)
Catatan : Tidak ada orbital anti bonding n* karena elektron-elektron
ini tidak membentuk ikatan.
Transisi yang terjadi dalam absorpsi sinar UV dan sinar tampak
adalah :

transisi memerlukan energi yang besaroleh karena itu


terjadi pada UV jauh atau lemah pada daerah180-240 nm.

12
Sebagai konsekuensi kelompok-kelompok jenuh seperti :

tidak akan terjadi absorbsi yang kuat pada daerah UV – tampak.


Transisi terjadi dalam molekul tak jenuhdan memerlukan
energi lebih sedikit dari pada transisi ke orbitalantibonding s *
Struktur senyawa dan spektrum
Transisi ke p * bila terjadi pada gugus terisolasi akanmenghasilkan absorpsi
lemah pada frekuensi rendah, meskipunpada kelompok-kelompok ikatan
meningkatkan intensitas danpanjang gelombang, sehingga senyawa dengan
ikatan-ikatan yangintensif akan terlihat sebagai senyawa mempunyai warna
cukupkuat.
Dua jenis gugus yang mempengaruhi spektrum absorpsi suatusenyawa :
a) Kromofor
Kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengangugus lain, yang
menampakkan spektrum absorpsi karakteristikpada daerah sinar UV-Vis.
Ada 3 jenis Kromofor sederhana
 Ikatan ganda antara dua atom yang tidak memiliki pasanganelektron
bebas. contoh :

 Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasanganelektron bebas.


contoh :

 Cincin Benzena
Jika beberapa Kromofor berhubungan maka absorpsimenjadi lebih kuat dan
berpindah ke panjang gelombangyang lebih panjang.

b) Auksokrom
Auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800nm, namun
mempengaruhi spektrum chromophore dimana
auxochrome tersebut terikat

Auksokrom dapat mempengaruhi sebagai berikut :


- Menggeser ke panjang gelombang lebih panjang (red shift) disebut
efek batokromik
- Menggeser ke panjang gelombang lebih pendek (blue shift)
disebut efek hipsokromik
λmax meningkat ( peningkatan intensitas) disebut hiperkromik
λmax menurun (penurunan intensitas) disebut hipokromik

13
3. Komponen Peralatan Spektrofotometer
a. Sumber cahaya
Sebagai sumber cahaya dapat dipakai lampu Tungsten /Wolfram (350-
1000 nm) atau lampu halogen yang menghasilkan sinar dengan panjang
gelombang 300 – 400 nm (daerah sinar tampak) dan lampu Deuterium
dengan panjang gelombang 190 – 400 nm (daerah ultra violet)

Tabel 3Sumber cahaya yang umum digunakan sebagai sumber radiasi


Pada spektroskopi

b. Monokromator

Sinar yang dikeluarkan sumber radiasi merupakan sinar polikromatis yaitu


mengandung berbagai panjang gelombang, sedangkan untuk pengukuran zat
diperlukan sinar tertentu yang khas dan sebaiknya monokromatis. Sinar yang
berasal dari sumber sinar, selanjutnya masuk ke dalam monokromator yang
berfungsi untuk memperoleh sinar monokromatis (sinar dengan satu daerah
panjang gelombang). Peralatan optik yang disusun sekitar monokromator dan
biasa dianggap sebagai bagian dari monokromator adalah :
Macam-macam kromator :
- Prisma
Bila seberkas cahaya polikromatik melalui sebuah prisma maka
akan terjadi penguraian atau dispersi cahaya

sumber slit masuk


cahaya
slit keluar
cermin

Gambar 4. Sistim dispersi pada monokromator dengan prisma

14
- Grating :
Grating terbuat dari suatu lempeng (biasanya alumunium) yang
permukaanya berlekuk-lekuk seperti gergaji dengan jumlah
lekukan mencapai 15.000-30.000 garis per inci. Permukaan
dibuat mengkilat dan dilapisi resin. Bagian paling atas dilapisi
suatu bahan yang tembus cahaya. Bila ada cahaya jatuh maka
cahaya akan didispersikan.
Grating lebih baik dibandingkan prisma karena mempunyai daya
dispersi yang lebih besar dan dapat dipakai pada semua daerah
spektra.

Gambar 5. Sistim dispersi pada monokromator dengan grating

c. Kuvet
Kuvet untuk analisa secara kolorimetri harus memenuhi syarat sbb:
- Tidak berwarna sehingga dapat mentrasmisikan semua cahaya
- Permukaanya secara optis harus benar-benar sejajar
- Tidak bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
- Tidak boleh rapuh
- Mempunyai bentuk (design) yang sederhana
Kuvet yang digunakan harus memenuhi syarat tertentu, yaitu terbuat dari
bahan yang tidak menyerap cahaya yang digunakan. Untuk pengukuran
serapan sinar tampak, kuvet dapat terbuat dari gelas silikat biasa (bahan
kaca corex).Bahan kaca ini dapat menyerap sinar UV, oleh karena itu
tidak dapat digunakan untuk pengukuran serapan UV. Sedangkan kaca
pyrex hanya mentransmisikan sinar tampak. Untuk keperluan ini dapat
digunakan kuvet yang terbuat dari Plexiglas atau kwarsa yang tahan
tehadap pelarut organic, asam atau basa kuat yang pekat serta
mentransmisikan sinar UV maupun tampak.

Gambar 6 kuvet spektrofotometer

15
d. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya yang ditransmisikan
atau diteruskan oleh sel, yang jatuh mengenainya menjadi suatu besaran
yang terukur. Detektor pada spektrofotometer umumnya mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik (arus listrik). Sebagai detektor dapat
dipakai photo tube atau Barrier layer cell yang keduanya dapat mengubah
energi menjadi energi listrik ( photosensitive detector).

d.1 Foto tube ( photo emissive cell )

Bentuk yang sederhana terdiri dari suatu bola gelas yang hampa udara
atau berisi gas mulia pada tekanan rendah, misalnya argon pada 0,2
mmHg. Di dalam bola terdapat katoda yang berbentuk lempeng setengah
lingkaran dan bagian dalamnya dilapisi zat yang sangat peka terhadap
cahaya, misalnya campuran cesium oksida atau kalium oksida dengan
perak oksida atau Ga-As. Anoda terbuat dari kawat logam dan
diletakkan sedikit dekat pusat lingkaran. Anoda dan katoda dihubungkan
dengan suatu batere ( gambar 1.7 ), bila cahaya jatuh pada katoda maka
elektron dibebaskan dan meloncat ke anoda sehingga dalam sirkuit
terdapat aliran elektron (timbul arus listrik)

Gambar 7. Photo tube

Arus yang dihasilkan sangat lemah, karena itu dihubungkan dulu dengan
amplifier sebelum dengan galvanometer. Skala dari galvanometer ditera
dalam skala % E. Suatu photo emissive cell yang lebih peka ialah
photomultiplier tube (PMT). Permukaan katoda jenis detektor ini sama
susunannya seperti permukaan phototube, elektron-elektron akan
dilempar ke luar dari permukaan katoda tersebut bila permukaan itu
dikenai sinar. Tetapi tabung detektor ini mengandung juga sejumlah 9
buah dinoda ( dynodes ). Setelah elektron-elektron itu jatuh pada
permukaan dinoda 1, tiap elektron tersebut akan menyebabkan

16
dikeluarkannya beberapa elektron dari permukaan dinoda 1. Setiap
elektron yang jatuh pada permukaan dinoda 2 itu akan menyebabkan
dikeluarkannya beberapa elektron dari permukaan dinoda 2 tersebut.
Setelah proses ini terjadi 9 kali (pada 9 dinoda), maka untuk setiap foton
sinar yang jatuh pada permukaan katoda akan dibebaskan 10 6 hingga 107
elektron yang telah terkumpul pada anoda.Arus listrik ( arus elektron)
yang telah mengalami penguatan ini disalurkan melalui resistor, untuk
diperkuat lebih lanjut (oleh amplifier) dan akhirnya diukur.

Gambar 8. Photomultiplier tube

d.2 Barrier Layer Cells

Suatu barrier layer yang disebut juga photo voltaic cell terdiri dari sebuah
plat logam yang dilapisi dengan suatu lapisan semikonduktor. Biasanya
dipakai logam besi dengan selen sebagai lapisan semikonduktornya.
Suatu lapisan transparan yang sangat tipis terbuat dari perak diletakkan di
atas semikonduktor dan berlaku sebagai elektron kolektor. Energi
cahaya yang jatuh di permukaan akan sampai di semikonduktor dan
mengeksitasi elektron-elektron pada antar permukaan perak-selen yang
akhirnya akan menuju ke elektron kolektor. Suatu daerah hipotetical
barrier terjadi antara permukaan lapisan sehingga memudahkan elektron
meninggalkan semikonduktor menuju ke elektron kolektor. Kekurangan
elektron pada selen akan mengambil dari plat besi sehingga besi
bermuatan positif sedangkan pengumpul elektron bermuatan negatif.
Bila kedua logam dihubungkan dengan sebuah galvanometer maka akan
dihasilkan arus listrik.

17
Gambar 9. Barrier Layer Cell

Description:

1. Place of Plastic Tempat dari plastik

2. The base / foundation of the iron Alas/Dasar dari besi

3. Semiconductor layer of Selenium Lapisan

Semikonduktor dari selenium

4. Elektron Kolektor dari perak

5. Glass Kaca

18
4. Jenis Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi

a. Spektrofotometer Single Beam (Berkas tunggal)


pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan
melalui kuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara
bergantian.

Gambar 10.Skema spektrofotometer single beam

b. Spektrofotometer Double Beam (Berkas Ganda)


Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin
yang berputar (chopper).
- Berkas pertama melalui cuvet berisi blanko
- Berkas kedua melalui kuvet berisi standar atau contoh

Spektrofotometer berkas ganda dapat melakukan pengukuran diferensial


antara sampel dan blanko analisis. Blanko dan sampel diperiksa secara
bersamaan seperti terlihat pada gambar 11. Blanko berguna untuk
menstabilkan absorpsi akibat perubahan voltase atau I0dari sumber cahaya.
Dengan adanya blanko dalam alat, kita tidak lagi mengontrol titik nolnya
pada waktu-waktu tertentu seperti pada spektrofotometer single beam.

Gambar 11 Skema spektrofotometer double beam

19
5. Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi

Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang
diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada cara lain
yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu
larutan yakni dengan cara kurva kalibrasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu
pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan


kurva kalibrasi:

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis maching kuvet dilakukan agar kesalahannya makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu
larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan
standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit
yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang
gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang
berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang
gelombang maksimum (λmaks).

λmaksadalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal,


dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu
Alasan mengapa dipergunakan panjang gelombang maksimum dalam
pemeriksaan spektrofotometri, sbb :
– panjang gelombang max memiliki kepekaan maksimal karena terjadi
perubahan absorbansi yang paling besar
– Pada panjang gelombang max bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum
Lambert-Beer

Hal yang perlu diperhatikan pada penentuan λmax sbb :


Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8
atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan
anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5%
(kesalahan fotometrik). (Rohman, A. 2007)

20
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang
gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan
pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang
disebut kurvakalibrasi. Dari hukum Lambert-Beer jika absorbansi yang
dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus,
namun hal ini tidak dapat dipastikan.

Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat adalah
Absorbansi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
konsentrasi 2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm 14 ppm 16 ppm
Grafiknya adalah

6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah


diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik yang diperoleh pada
langkah 5. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka jika ditarik garis lurus
konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan standar 10 ppm. Maka
grafiknya sebagai berikut:

Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi
linear:

persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator. Setelah diperoleh


persamaan di atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukan sebagai nilai y
sehingga diperoleh nila x. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang
dianalisis.

21

Anda mungkin juga menyukai