Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA AKUATIK
KOLORIMETRI

Oleh:
Kelompok II

Larasati Aryani (26010113190065)


Richard Kevin Yogasurya (26010118140068)
Ayu Rachmawati (26010119120013)
Yusrina Robiha Afroh (26010119140029)
Puspa Rose Rezkyta W.P (26010119140063)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN SUMBERDAYA AKUATIK
DAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
I. LATAR BELAKANG............................................................................................3
II. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................3
III. TUJUAN................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................4
I. DEFINISI...............................................................................................................4
II. PERCOBAAN......................................................................................................11
KESIMPULAN................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorbansi relatif cahaya


sehubungan dengan konsentrasi zat tersebut memiliki koneksi dengan dengan
kolorimetri. Metode kolorimetri dan spektrofotometri merupakan salah satu
metode yang penting dalam analisa kuantitatif. Kedua metode ini didasarkan atas
penyerapan cahaya tampak dan radiasi lain oleh suatu larutan, jumlah radiasi yang
diserap berbandign lurus dengan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Analisa
kolorimetri adalah penentuan kunatitatif suatu zat berwarna dari kemampuannya
untuk menyerap cahaya. Metode ini memberikan cara sederhana untuk
menentukan kuantitas yang sangat kecil. Salah satu pembanding warna yaitu
kolometri fotolistrik. Alat ini tidak mahal sehingga cabang analisis kimia
instrumental ini dapat dilakukan dalam lembaga pendidikan yang sangat kecil
sekalipun. Kolorimetri juga sangat erat kaitannya denan kehidupan sehari-hari,
misalnya, analisis kolorimetri ini dapat digunakan untuk menentukan seberapa
keruhnya suatu perairan ditinjau dari perubahan warna yang terjadi serta
komponen-komponen lain yang memiliki pengaruh signifikan.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara kerja kolometri secara umum?
2. Bagaimana cara kerja dan hasil kolometri dalam suatu percobaan?

III. TUJUAN
1. Mengetahui kolorimetri secara umum
2. Mengetahui cara kerja dari suatu percobaan dengan metode yang
menggunakan kolorimetri dan menganalisis secara singkat

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. DEFINISI

Kolorimetri merupakan suatu metoda analisis kimia yang didasarkan pada


tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metode ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan. Metode ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna
ataupun komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan
fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti
jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah
sama dan ini dijadikan dasar, namun dengan penggunaan reagen pewarna yang
sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna dimana warna yang terbentuk
merupakan fungsi dari kandungan komponen analitnya.

Pada metode visual kita dapat menggunakan sumber lampu yang


monokromatis. Karena itu pada fotometri kita menggunakan filter interferensi
untuk membuat hasil yang akurat. Filter digunakan untuk mengisolasi daerah
spektrum yang diinginkan. Filter interferensi ini terdiri dari kaca bewarna ataupun
gelatin yang bewarna dan mempunyai sifat mentransmisikan sinar dari spektrum
daerah tertentu saja.

Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu


komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik. Warna
itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan
ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam
penyusun yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat
dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui
dari zat itu. Menurut Bassett et al. (1994), kolorimetri dikaitkan dengan penetapan
konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorpsi realtif cahaya sehubungan
dengan konsentrasi tertentu zat itu.
Menurut Situmorang dkk (2012), kolorimetri merupakan metode analisis
yang didasarkan pada tercapainya kesamaan besarnya warna antara sampel
dengan larutan standar, dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan
detektor mata.
Prinsip dari metode kolorimetri dengan pembandingan warna yang
dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tak diketahui dengan warna yang sama
yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan itu.
Intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan yang diperoleh dengan
menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu.
Menurut Bassett et al. (1994), teori dari macam – macam metode
kolorimetri diantaranya:

a. Metode Deret Standar


Larutan uji yang ditaruh dalam suatu tabung Nessler diencerkan ke volume
tertentu, dicampur, dan warnanya dibandingkan dengan sederet standar yang
dibuat dengan cara serupa. Kemudian konsentrasinya akan diketahui dengan
persamaan warna pada larutan standar yang telah diuji.

b. Metode Duplikasi
Larutan contoh dan standar diamati dalam dua tabung kaca yang sama, dan
diamati secara horizontal menembus tabung – tabung itu. Larutan yang lebih
pekat diencerkan terus sampai warnanya menjadi sama intensitasnya, maka
konsentrasi relative larutan – larutan semula akan sebanding lurus dengan
tinggi larutan yang telah standing dalam tabung – tabung itu.

c. Metode Perimbangan
Metode ini membentuk dasar semua kolorimeter bertipe pengisap,
misalnya dalam kolorimeter Duboscq. Pembandingan dilakukan dalam dua
tabung, dan tinggi cairan dalam satu tabung disesuaikan sedemikian
sehingga bila kedua tabung itu diamati secara vertical intensitas warna
dalam kedua tabung itu sama. Dengan diketahuinya konsentrasi larutan
dalam satu tabung, maka konsentrasi larutan yang lain dapat dihitung.

d. Metode Fotometer Fotolistrik


Dalam metode ini mata manusia digantikan oleh suatu sel fotolisrik
yang sesuai; sel ini digunakan untuk mengukur langsung intensitas cahaya,
dan dengan demikian absopsinya.

e. Metode Spektrofotometer
Metode inilah metode yang oaling tepat untuk menetapkan konsentrasi
suatu zat, namun biayanya lebih mahal.sebuah spektofotometer dianggap
sebagai sebuah fotometer fotolistrik yang diperhalus yang memungkinkan
penggunaan pita - pita cahaya yang sinambung variabelnya dan lebih
mendekati monokromatik.

f. Metode Deretan Standar


Dalam metode ini biasa digunakan tabung kaca tak berwarna yang
penampangnya seragam berdasar datar. Pada ragam yang terbaik, dasarnya
yang datar itu dipoles. Larutan zat yang akan ditentukan dibuat ke suatu
volume tertentu, dan warnanya dibandingkan dengan warna sederet standar
yang disiapkan dengan cara yang sama dari kompinen yang akan ditetapkan,
dengan kuantitas – kuantitas yang diketahui.

g. Metode Duplikasi
Metode ini terutama diterapkan dalam apa yang disebut titrasi kolorimetri
dengan volume yang diketahui.

Teknik yang digunakan adalah pengenceran larutan dan pembandingan


warna antara larutan standar dan larutan cuplikan (larutan yang akan dicari
konsentrasinya). Menutut Khopkar (1990) Semakin pekat warna yang dihasilkan
maka, semakin besar pula normalitas larutan tersebut. Selanjutnya, larutan standar
yang memiliki warna yang menyerupai warna cuplikan dibandingkan untuk
menentukan normalitas larutan cuplikan tersebut.

Menurut Day dan Underwood (1986), hukum- hukum yang mendasari


kolorimetri antara lain :
1. Hukum Bougner-Lambert
Bougner mengatakan bahwa jika suatu berkas cahaya monokromatik (yakni
radiasi dengan panjang gelombang tunggal) diarahkan menembus medium itu,
ternyata bahwa tiap lapisan menyerap fraksi radiasi yang sama besar, atau tiap
lapisan mengurangi daya radiasi berkas itu dengan fraksi yang sama besar.

2. Hukum Beer
Dikatakan bahwa Hukum Beer menyelidiki hubungan antara konsentrasi
spesies penyerap dan tingkat adsorpsi. Hukum Beer dapat diterapkan benar-benar
hanya untuk radiasi monokromatik dan dimana sifat dasar spesies penyerap tak
berubah sepanjang jangka konsentrasi yang diselidiki

3. Hukum Bougner Lambert-Beer


Hukum Lambert-Beer merupakan derivat dari perpaduan hkum sebelumnya
yang digunakan dalam era modern. Derivat modern dari kedua hokum tersebut
ialah terjadi korelasi antara penyerapan dan konsentrasi atenuasi sampel yang
ada serta ketebalan material sampel Dalam mempelajari efek konsentrasi yang
berubah-ubah terhadap absorpsi, panjang jalan melewati larutan dijaga agar
konstan, namun hasil-hasil yang diukur akan bergantung pada besarnya nilai
konstan itu.

Pada kolorimetri, suatu pengulangan (duplikasi) warna dilakukan dalam


dua larutan yang mengandung sejumlah zat warna yang sama pada kolom dengan
diameter penampang yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya
sinar putih digunakan dan kondisi keasaman transmisi antara larutan standard dan
larutan sampel diperoleh dengan pengamatan visual.

Kita telah mengenal hukum Lamber Beer, yaitu:


Keterangan:
 = koefisien atenuasi molar
l = panjang jalur optikal
c = konsentrasi substansi yang mengabsorpsi di
dalam larutan

Persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorbsi sinar tampak adalah
larutan harus berwarna. Oleh karena itu metoda spektroskopi sinar tampak disebut
juga dengan metoda kolorimetri dan alatnya disebut dengan kolorimeter. Larutan
sampel yang tidak berwarna atau warnanya lemah dapat dibuat berwarna dengan
mereaksikannya dengan pereaksi yang dapat menghasilkan warna.
Absorbsi sinar UV atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorbsi
maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada pada molekul yang
sedang diselidiki. Oleh karena itu spektrokopi serapan molekul berharga untuk
mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan
tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektrokopi serapan ultra violet dan
sinar tampak untuk menentukan analisa kuantitatif senyawa-senyawa yang
mengandung gugus-gugus pengabsorbsi. Kolorimetri didasarkan pada perubahan
warna larutan yang sebanding dengan perubahan konsentrasi komponen
pembentuk larutan. Oleh karena itu aspek kuantitatif merupakan tujuan
pengukuran metode ini. Menurut Harvey (2000), kesamaan warna pada metode
kolorimetri tercapai apabila jumlah molekul penyerap kedua larutan persis sama.
Metoda kesetimbangan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem peralatan
yang dibagi berdasarkan ketinggian larutan, yaitu:

1. Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods)


a. Tabung Nessler 
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk silinder.
Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan konsentrasi terukur
dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama. Tabung ini disusun pada rak
tabung bercat hitam yang tidak mengkilat agar tidak memantulkan sinar yang
datang pada tabung. Kemudian larutan sampel dengan tinggi yang sama
diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan bandingkan warna larutan
standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung (vertikal). Jika ada warna
larutan standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi sampel sama
dengan larutan standar tersebut. Jika warnanya berada diantara 2 warna larutan
standar yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel berada dalam range dari
konsentrasi kedua larutan tersebut.
b. Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel
dengan larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel
disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum comparator ini
merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua menurut
diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera diisi dengan larutan
standar dan bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dilakukan dari
bagian depan (horizontal).

2. Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods)


a. Tabung Herner 
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk mengeluar-kan
larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat sehingga
tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada kedua silinder.
b. Dubosq Colorimeter
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi
rendahnya pemberat (plunger) agar tinggi larutan dalam bejana berubah
sehingga didapatkan intensitas warna yang sama pada spiltfield.

Kriteria untuk analisis kolorimetri berdasarkan syarat pewarnaan antara lain:


1. Kespesifikan reaksi warna
Sangat sedikit reaksi yang khas untuk suatu zat tertentu, tetapi banyak reaksi
yang menghasilkan warna untuk sekolompok kecil zat yang sehubungan saja,
artinya reaksi-reaksi itu selektif. Dengan memanfaatkan peranti seperti
memasukkan senyawa pembentuk komplek lain, mengubah kondisi dan
pengendalian pH, seringkali dapat dicapai pendekatan kespesifikan.
2. Kesebandingan antara warna dan konsentrasi.
Untuk kolorimetri visual, intensitas warna hendaknya meningkatkan secara
linear dengan naiknya konsentrasi zat yang akan ditetapkan. Ini tidak penting
untuk instrument fotolistrik karena kurva kalibrasi dapat dibentuk dengan
menghubungkan pembacaan instrumental warna dengan konsentrasi larutan,
sistem ini harus memenuhi hukum Lambert-Berr.
3. Kestabilan warna
Warna yang dihasilkan hendaknya cukup stabil untuk memungkinkan
pengambilan pembacaan yang tepat. Ini berlaku juga untuk reaksi dimana
warna itu cenderung mencapai maksimum setelah suatu saat periode warna
maksimum harus cukup panjang untuk membuat pengukuran yang cermat.
Dalam hubungan ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen
(temperatur, pH, kestabilan dalam udara dan lain-lain) harus diperhatikan.
4. Ketepatan ulang (reprodusbilitas)
Prosedur kolorimetri harus memberi hasil yang dapat diulang pada kondisi
eksperimen yang khas. Reaksi itu tidak perlu mewakili perubahan kimia yang
kuantitatif secara stoikiometri.
5. Kejernihan larutan
Larutan haruslah bebas dari endapan jika harus dibandingkan dengan standar
yang jernih. Kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.
6. Kepekaan tinggi
Kepekaan larutan harus tinggi terutama bila yang harus yang ditetapkan zat
berkuantitas sangat kecil. Produk reaksi yang diinginkan menyerap dengan
kuat dalam daerah tampak, bukan dalam daerah ultraviolet. Menurut A.L
Underwood dan R.A. Day
(1999), efek gangguan oleh zat-zat lain dalam daerah ultraviolet biasanya
lebih parah.
Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan
cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

II. PERCOBAAN

I. PENDAHULUAN

Glukomanan adalah senyawa polisakarida yang banyak digunakan sebagai agen


pembuat gel, pengental makanan, dan dietary fiber [1]. Glukomanan juga
memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol dan gula darah,
mengurangi berat badan, meningkatkan kesehatan pencernaan dan daya tahan
tubuh [2]. Dewasa ini glukomanan yang telah banyak dikonsumsi di Jepang dan
China didapatkan dari umbi Amorphophallus konjac [3].
Penyetaraan standar sangat diperlukan untuk menilai dan menentukan kualitas
produk glukomanan komersial, namun aturan standar tentang pengujian tepung
glukomanan belum ada yang disepakati secara internasional [3]. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan metode manakah diantara gravimetri [4,5]
dan kolorimetri [3] yang paling akurat dan memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi
untuk mengetahui kadar glukomanan. Gravimetri walaupun merupakan teknik
tertua dalam analisis kuantitatif, namun dinilai masih relevan dalam menentukan
kadar terutama senyawa-senyawa organic [6].

BAHAN DAN METODE


Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung glukomanan
komersial merk “Konjac Glucomannan Powder” produksi Konjac Foods China,
Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis meliputi: fenol, NaOH,
deionized water (DI water), asam format, potassium natrium tartrat, 3,5-
Dinitrosalisilat (3,5-DNS), H2SO4, Na2SO3,H2SO3, garam aluminium sulfat,
etanol 100%, aquades, isopropyl alcohol, dan glukosa.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan tepung porang dan suweg serta
pemurnian tepung metode bertingkat meliputi : glassware, timbangan analitik
(Denver Instrument M-310), pisau stainless steel, slicer, loyang, blender kering
(Philips), ayakan 80 mesh, dan homogenizer (Stirrer).
Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis pada penelitian meliputi :
glassware, kertas saring, kompor listrik (Maspion), oven kering (Memmert),
desikator, shaker (Heidolph), spektrofotometer (Medilab), kuvet, vortex (LW
Scintific Inc), sentrifuse (Universal Model : PLC-012E), dan Magnetic Stirrer (LH
Velp Scientifica).

Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Metode deskriptif
digunakan untuk membandingkan kedua metode (Gravimetri, dan
Kolorimetri) menggunakan sampel berupa Konjak Glucomannan (KGM)
komersial dengan merk “Konjak Glucomannan Powder” produksi Konjac
Foods China yang dilakukan 10 kali ulangan untuk masing-masing
metode.

Tahapan Penelitian Pengujian metode gravimetri.


1. Sampel dan garam aluminium sulfat (0.10 kali massa sampel) dilarutkan
dalam air hangat suhu 75oC dengan perbandingan 1:10 (b/v) sambil
diaduk selama 35 menit.

2. Endapan sampel dipisahkan menggunakan sentrifuse 2000 rpm selama 30


menit dan diambil supernatan.

3. Supernatan ditambahkan isopropil alkohol dengan perbandingan 1:1 (v/v)


sambil diaduk hingga terbentuk gumpalan.

4. Gumpalan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan pada suhu 60oC
selama 24 jam lalu ditimbang.
Pengujian Metode Kolorimetri

1. Pembuatan reagen 3,5-DNS dengan mencampurkan larutan A dan B.


Larutan A dibuat dengan mencampurkan fenol (0.70g), 10% (w/w) natrium
hidroksida (1.50ml), Deionized Water (5 ml) dan Natrium Bisulfit (0.70 g).
Larutan B dibuat dengan mencampurkan Natrium Kalium Tartrat (22.50 g), 10%
Natrium Hidroksida (30 ml) dan 1% (w/w) 3,5-DNS (88 ml).

2. Sampel ditimbang sebanyak 0.20 gram lalu ditambahkan buffer asam


format – natrium hidroksida sebanyak 50 ml dan diaduk pada suhu ruang selama 4
jam. Campuran kemudian diencerkan hingga 100 ml dengan menambahkan
buffer.
3. Campuran disentrifugasi 4500 rpm selama 40 menit untuk diambil
supernatannya. Supernatan tersebut merupakan ekstrak glukomanan.

4. Ekstrak glukomanan diambil 5 ml dan dihidrolisis menggunakan asam


sulfat 3M 2.50 ml dengan pemanasan dan pengadukan selama 90 menit. Hasil
hidrolisis didinginkan pada suhu ruang dan dinetralkan dengan penambahan
Natrium Hidroksida 6M 2.50 ml, kemudian diencerkan dengan Deionized water
hingga 25 ml. Hasil yang didapat merupakan hidrolisat glukomanan.

5. Ekstrak glukomanan, hidrolisat glukomanan, dan Deionized Water


(sebagai blanko), masing-masing 2.00 ml, ditempatkan ke dalam gelas ukur 25 ml
diikuti dengan penambahan reagen 3,5-DNS (1.50 ml) dan kemudian diaduk dan
diinkubasi dalam wadah tertutup berisi air mendidih selama 5 menit. Larutan
didinginkan hingga suhu ruang, lalu diencerkan hingga 25 ml menggunakan
Deionized Water.
6. Masing-masing sampel diukur nilai absorbansinya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Kandungan glukosa pada
larutan sampel dan hidrolisat ditentukan dengan memasukkan nilai absorbansi
pada persamaan garis lurus regresi kurva standar glukosa.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑚𝑎𝑛𝑛𝑎𝑛 (%) = 𝜀 5000(5𝑇 − 𝑇𝑜) 𝑚

Keterangan f = faktor koreksi (0.90)


T = kadar glukosa hidrolisat KGM (mg),
To = kadar glukosa larutan sampel KGM (
mg),
m = massa tepung konjak (200 mg).

Prosedur Analisis
Data pertama berupa perbandingan metode akan dideskripsikan berdasarkan rata-
rata dan variasi data yang terbentuk. Dari data tersebut akan ditentukan metode
manakah yang memiliki akurasi dan presisi yang lebih tinggi.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Validasi Metode Gravimetri dan Kolorimetri


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung konjak
glukomanan komersial. Konjak glukomanan komersial diuji kadar
glukomanannya dengan metode gravimetri dan kolorimetri sebanyak 10 kali
ulangan yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa nilai RSD metode gravimetri (4.218%) lebih besar dibandingkan
dengan metode kolorimetri (1.356%). Artinya, variasi data gravimetri lebih besar
dibandingkan metode kolorimetri. Metode kolorimetri lebih repeatable dan presisi
dibandingkan gravimetri. Nilai RSD kolorimetri juga memenuhi standar presisi
suatu analisis kimiawi oleh CIPAC [7], sesuai dengan persamaan 𝑅𝑆𝐷 < 2(1 − 0.5
log 𝐶) 𝑥 0.67 ,yaitu lebih kecil dari 1.361 sehingga metode kolorimetri merupakan
suatu analisis yang presisi.
Gambar 1 memperkuat bukti bahwa kolorimetri lebih presisi dibandingkan
dengan gravimetri. Sebaran titik pada gravimetri lebih jauh dan trendline
membentuk garis yang lebih curam dibandingkan dengan metode kolorimetri.

Terdapat banyak cara untuk menentukan akurasi suatu metode. Salah satu
diantaranya adalah dengan membandingkan hasil analisis dengan hasil yang telah
dipublikasikan [8]. Kemasan KGM komersial telah mempublikasikan bahwa
kandungan glukomanan dalam sampel adalah sebesar 90%. Rata-rata hasil
kandungan glukomanan yang didapat dari metode gravimetri adalah 63.49%,
sangat jauh selisihnya (26.51%) dibandingkan dengan metode kolorimetri yang
rata-rata mendeteksi terdapat 93.21% glukomanan dalam sampel (selisih 3.21%) .
Hal ini menunjukkan bahwa metode kolorimetri lebih akurat jika dibandingkan
dengan metode gravimetri.

Rendahnya hasil pengukuran kadar glukomanan dengan gravimetri diduga


akibat proses koagulasi dan presipitasi yang tidak sempurna. Proses koagulasi dan
ukuran koagulan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pemanasan, pengadukan, dan
penambahan elektrolit [9]. Pengadukan yang dilakukan dalam proses ini tidak
seragam sehingga ukuran partikel tidak seragam juga. Hal ini mengakibatkan
banyaknya presipitat ukuran kecil yang lolos kertas saring halus, sehingga tidak
tertimbang dan tidak terhitung sebagai glukomanan. Ukuran partikel yang
bervariasi menyebabkan jumlah partikel yang lolos kertas saring juga bervariasi,
yang berakibat variasi data yang didapat menjadi tinggi dan presisinya menurun.

Pada pengujian kadar glukomanan metode kolorimetri denngan reagen


3,5-DNS, sampel tepung konjak yang akan dianalisis dipreparasi terlebih dahulu
dengan cara diaduk dengan magnetic stirrer dalam buffer asam format - NaOH
selama 4 jam dalam suhu ruang untuk menghilangkan zat-zat yang tidak larut
seperti pati dan selulosa. Larutan yang dihasilkan (disebut sebagai larutan sampel
KGM) kemudian dihidrolisis dan jumlah gula reduksi (glukosa dan manosa)
diukur. Jumlah gula reduksi dalam larutan sampel KGM sebelum hidrolisis juga
ditentukan, kemudian jumlah gula reduksi setelah hidrolisis dikurangi gula
reduksi sebelum hidrolisis. Hal ini dilakukan untuk mencegah error positif dalam
penentuan kandungan glukomanan yang diakibatkan terukurnya senyawa non
glukomanan seperti glukosa bebas dalam sampel [3].
KESIMPULAN

Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan


perbedaan warna.Metode kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai
perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan sebagai sumber cahaya untuk
membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. Salah satu alat yang
digunakan untuk mengukur perbandingan warna yang tampak adalah kolorimeter.
Metode kolorimetri biasa digunakan dalam analisis kimia. Metode kolorimetri
memiliki batas atas pada penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas yang
kurang dari satu atau dua persen.[1] Salah satu faktor utama dalam metode
kolorimetri adalah intensitas warna yang harus proporsional dengan
konsentrasinya
Metode kolorimetri dengan reagen 3,5-DNS menunjukkan akurasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode gravimetri. Hal ini ditunjukkan dengan rata-
rata kadar glukomanan KGM komersial yang diukur dengan kolorimetri sebesar
93.21%, lebih mendekati literatur (90%) dibandingkan dengan pengukuran
menggunakan gravimetri yang menunjukkan kadar KGM sebesar 63.49%. RSD
kolorimetri sebesar 1.36%, lebih kecil dibandingkan RSD gravimetri sebesar
4.92%, menunjukkan bahwa kolorimetri lebih presisi dibandingkan gravimetri.

DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. 1994. Kimia Analisis
Kuantitatif Anorgnik. Kedokteran EGC, Jakarta.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.

Situmorang, M., Silitonga, F.M., Nurwahyuni, I., Siregar, L.S., dan Purba, R.
2012. Pengembangan Metode Analisis Spektrofotometri Untuk Penentuan
Kolesterol Di Dalam Makanan Tradisional. Jurnal Saintika Vol 12 (2) : 90
– 97.

Husniati, Devi, A. Fitria, Medikasari, dan Hanafi. 2009. Isolasi Senyawa


Glukomanan dalam Tanaman Umbi Singkong, Walur, dan Gadung
Indiginous Indonesia. Jurnal Sains MIPA. Vol. 15, No 3, Halaman 191-
195.

Zhang, Y., B. Xie, and X. Gan. 2005. Advance in Application of Konjac


Glucomannan and its Derivatives. Carbohydrate Polimers 60 : 27–31.

Chua, Melinda, K. Chan, J.T. Hocking, P. Williams, C. Perry, and T. Baldwin.


2012. Methodologies for the Extraction and Analysis of Konjac
Glucomannan from Corms of Amorphophallus konjac K. Koch. Elsevier.
Carbohydrate Polymers 87 (2012) halaman 2202-2210.

Whistler. R. L. and E.L. Richards. 1970. Hemicelluloses, Dalam Pigman, W.D.


The Carbohydrates, Chemistry and Biochemistry, 2nd ed. Vol. 2,
Academic Press. New York.

Harijono, T. Estiasih, W.B. Sunarharum, dan I.S. Rakhmita. 2010. Karakteristik


Kimia Ekstrak Polisakarida Larut Air dari Umbi Gembili (Dioscorea
esculenta) yang Ditunaskan. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 11, No 3,
halaman 162-169.

Harris, D.C. 2003. Quantitative Chemical Analysis, 6 th ed. W.H. Freeman and
Co : New York, page 680-690.
CIPAC. 2003. Guidelines on Method Validation to be Performed in Support of
Analytical Methods for Agrochemical Formulations. Document No. 3807.

Huber, Ludwig. 2007. Validation and Qualification in Analytical Laboratories.


Intherpharm, Informa Healthcare. New York, USA.

Anda mungkin juga menyukai