Anda di halaman 1dari 20

BAB I

Pendahuluan

1. 1. Prinsip Percobaan
Berdasarkan hubungan antara potensial sel kimia dengan aktivitas
(atau konsentrasi) spesies elektroaktif yang terikat dalam reaksi sel yang
dinyatakan oleh persamaan Nernst.

1. 2. Tujuan Percobaan
1. 2. 1. Menentukan titik ekuivalen yang ditunjukkan dengan perubahan
kuat potensial listrik yang terjadi antara elektroda pembanding dan
elektroda pengukur.
1. 2. 2. Memahami dan mampu menggunakan titrasi potensiometri untuk
tujuan analisis.
BAB II

Tinjauan Pustaka

Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu,


pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial
dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam
pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan
potensialnya  diukur sebagai fungsi volume titran.  Potensial sel, diukur sehingga
dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani
bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran
potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda


indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.
Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek
dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan


volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah
penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada
suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika
tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH
meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk
semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 
1994).

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu


reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi
redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang
terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan
elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan
reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-
oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer
(Khopkar, 1990).

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu


elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai,
1995). Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi
redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-
mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
BAB III

Mnografi sampel
BAB V

Diagram Alir Prosedur Percobaan

5.1 Alat dan Bahan

A. Alat

1) Alat potensiometri

2) elektroda pengukur/indikator platina

3) elektroda pembanding kolomel

4) PH meter

5) magnetik stirrer

6) pengaduk

7) buret

8) alat-alat gelas

B. Bahan

1) Larutan NaOH 0,1 N

2) asam oksalat

3) indikator phenolphtadin

4) Asam sitrat mono hidrat

5) aquadest
5.2 Prosedur percobaan

1. pembakuan larutan NaOH 0,1 N

10,0 ml larutan baku asam oksalat


dihidrat 0,1 N

- Disiapkan larutan NaOH pada gelas reaksi


- Dipipet 10 ml larutan baku asam oksalat
dihidrat, masukkan pada labu Erlenmeyer
+ 2-3 tetes indikator phenolphthalein
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1

Tidak berwarna menjadi


merah muda.
Rata-rata : 0,1081 N

2. Penetapan Kemurnian Asam Sitrat Monohidrat Secara Titrasi Konvensional

85,0 mg sampel

Dimasukkan kedalam beaker glass


10 ml air bebas CO2
Dilarutkan hingga homogen
3-4 tetes indicator phenolphthalein
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N

Tidak berwarna menjadi merah


muda.
Rata-rata : 107,65%
3. Penetapan Kemurnian Asam Sitrat Monohidrat Secara Titrasi Potensiometri

100 mg asam sitrat

dimasukkan kedalam beaker glass


40 ml air bebas CO2
dilarutkan hingga homogen
dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi
lonjakan pH
diukur pH setiap penambahan ml volume
pentiter
dibuat kurva volume titran terhadap pH,
ΔpH/ΔV, dan Δ2pH/ΔV
ditentukan titik ekivalen
ditentukan kadar asam sitrat

Hasil
BAB VI

Hasil Percobaan

6.1 Hasil Pembakuan NaOH

titrasi Volume NaOH terpakai N NaOH hasil


pembakuan
1 9,3 ml 0,1075 N
2 9,1 ml 0,1098 N
3 9,3 ml 0,1075 N
Rata-Rata normalitas NaOH hasil pembakuan 0,1081 N

6.2 Hasil Penentuan Kemurnian Asam Sitrat dengan Titrasi Konvesial

Titrasi Berat sampel Volume Berat hasil %kemurnian


yang NaOH analisis
ditimbang terpakai
1 85 mg 12,5 ml 86,5375 mg 101.8%
2 85 mg 13,5 ml 93,4605 mg 109,82%
3 85,5 mg 13,75 ml 95,19125 mg 111,33%
%Kemurnian rata-rata 107,65%
6.3 Hasil Penentuan Kemurnian Asam Sitrat dengan titrasi Potensiometri

No Vol. Titran (ml) pH ∆pH/∆V ∆pH2/∆V


1 0 3,2
0,1
2 2 3,4 0,05
0,4
3 4 4,2 0
0,4
4 6 5,0 0,05
0,5
5 8 6,0 0,05
0,4
6 10 6,8 0,85
2,1
7 12 11,0 -0,9
0,3
8 14 11,6 -0,1
0,1
9 16 11,8 0
0,1
10 18 12,0 -0,025
0,05
11 20 12,1

12

titrasi Berat sampel Volume TE hasil Berat hasil % kemurnian


yang ditimbang perhitungan atau analisis
grafik
1 85,1 10,97 ml 75,86 mg 89,14%
% kemurnian rata-rata 89,14%
BAB V

Pembahasan

Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasarkan oleh pengukuran


potensial suatu sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan
sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia yang menimbulkan potensial
sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis.
Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus melalui sel.
Potensiometri bekerja berdasarkan hukum Nernst.
Pada titrasi potensiometri, metode yang digunakan merupakan ketetapan
untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa secara potensiometri
tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Elektroda indicator
yang digunnakan pada titrasi asam basa adalah electron membrane gelas yang
sensitive terhadap perubahan jumlah ion hydrogen (H+) dan elektroda
pembandingnya adalah kalomel. Dalam titrasi asam basa, diamati setiap
perubahan ion H+ atau penambahan pH yang ditunjukan pada alat pengukuran pH.
Kelebihan dari electron membrane gelas adalah tidak terjadinya kontaminasi
sehingga tidak ada permukaan katalis yang kehilangan aktivitasnya. Selain itu
nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang tersangga bisa diukur secara akurat
dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok digunakan untuk memonitor pH
secara kontinu pada rentang waktu yang lama (Day and Underwood,1981).
Prinsip dasar dari metode potensimetri adalah pengukuran potensial suatu
larutan dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi
potensiometri merupakan salah satu bentuk pengembangan dari metode ini
dengan penggunaan titrasi dalam penambahan suatu larutan.
Penentuan kadar pada praktikum kali ini dilakukan dengan metode
potensiometri. Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk
membuat kurva hubungan antara pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir
titrasi, dan menentukan kadar asam sitrat yang dianalisis. Potensiometri ini
bekerja berdasarkan hukum Nernst. Metode ini berguna untuk menentukan titik
ekuivalen dari suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti indikator visual.
Pada titrasi potensiometri ini, digunakan NaOH 0,1 N sebagai titran dan asam
sitrat monohidrat 0,1 N sebagai titratnya. Buret yang akan digunakan pada proses
titrasi sebelumnya dibilas terlebih dahulu dengan larutan titran NaOH dengan
tujuan untuk membersihkan buret, pembilasan dilakukan dari 2-3 kali. Sebanyak
100 mg sampel, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, dilarutkan
dalam 40 ml aquadest bebas CO2. Magnetic stire dimasukkan ke dalam beaker
glass, yang berfungsi untuk mengaduk larutan yang akan dititrasi. Titrasi
kemudian dimulai dengan menambahkan sejumlah volume NaOH sesuai petunjuk
praktikum, dengan alat stire yang terus berputar saat titrasi dilakukan. Setiap
penambahan sejumlah larutan titran, pH larutan kemudian diukur menggunakan
pH meter, yang di dalamnya terdapat elektrode membran gelas yang sangat
sensitif terhadap perubahan jumlah H+.
Saat elektrode membrane gelas dicelupkan ke dalam campuran larutan asam
sitrat dan air, terjadi kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat di
bagian tipis bola gelas dan ion hidrogen yang terletak dalam larutan yang diuji.
Elektrode gelas akan membiarkan ion H+ untuk menembusnya, tetapi menahan
ion yang lain. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen dalam larutan asam sitrat,
semakin banyak ion hidrogen yang masuk ke dalam lapisan gelas tadi. Hal ini
menyebabkan pada saat awal-awal titrasi, nilai pH kecil. Semakin banyak pentiter
yang ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam larutan
asam sitrat, karena ion hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH -) dan
membentuk air. Hal ini akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan
gelas juga semakin sedikit sehingga muatan elektrode gelas berkurang, maka nilai
pH pun meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan
volume pentiter.
Pada kurva dapat dilihat bahwa semakin banyak volume larutan pentiter
(NaOH) yang ditambahkan ke dalam larutan titrat, pH larutan menjadi semakin
turun (basa). Lonjakan pH secara drastis terjadi yaitu dari pH 6,0 menjadi 6,8
yaitu saat volume titran 8 ml. Lonjakan pH yang terjadi secara drastis dengan
penambahan sedikit volume titran ini menunjukkan titik akhir titrasi telah terjadi,
di mana perubahan pH ini terjadi ketika adanya penambahan 2 ml larutan pentiter
NaOH dari volume 6 ml menjadi 8 ml. Lonjakan pH terjadi disebabkan terjadinya
titik akhir titrasi dimana ion hidrogen (H+) dari asam sitrat monohidrat telah habis
bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.
Sebelum titrasi dilakukan, larutan titrat bersifat asam yang mengandung
banyak ion hidrogen dalam larutan tersebut. Namun setelah titrasi dilakukan,
jumlah ion hidrogen perlahan-lahan berkurang karena telah bereaksi dengan ion
hidronium membentuk air, dan saat terjadi lonjakan pH secara drastis tersebut ion
hidrogen (H+) dari asam sitrat monohidrat telah habis bereaksi dengan ion
hidronium (OH-) dari NaOH. Dengan demikian, tidak terdapat lagi ion hidrogen
dalam bentuk bebas dalam larutan titrat. Penambahan larutan titrat setelah titik
akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion hidronium akan semakin meningkat
dan menyebabkan naiknya pH larutan (pH larutan basa). Tidak adanya ion
hidrogen di dalam elektrode gelas secara tiba-tiba akan membuat arus yang
dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat secara tiba-tiba dan kemudian
turun secara tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi sinyal pada pH meter
mengenai adanya peningkatan harga pH secara tiba-tiba dari larutan asam sitrat
monohidrat yang dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH 0,1N).
Berdasarkan hasil praktikum titik akhir titrasi pada percobaan ini adalah  saat
volume pentiter 10,97 ml. Hal ini berarti bahwa volume NaOH yang diperlukan
untuk menetralkan larutan sampel (asam sitrat monohidrat) tersebut adalah 9 ml.
Setelah diperoleh titik akhir titrasi kemudian dilakukan perhitungan kadar sampel
dan praktikan memperoleh hasil kadar asam sitrat monohidrat sebesar 89,14 %.
BAB VI

Kesimpulan

1. Kadar asam sitrat dapat ditentukan dengan titrasi potensiometri tanpa


digunakannya penambahan indicator
2. Titik ekivalen titrasi tercapai ketika terjadi lonjakan pH pada penambahan
volume pentiter NaOH 0,1 N sebanyak 10,97 ml NaOH pada larutan asam
sitrat monohidrat.
3. Persentase kemurnian asam sitrat monohidrat adalah sebesar 89,14 %.
Daftar Pustaka

Basset, J,  et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. 
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Khopkar.  1990.  Konsep Dasar Kimia Analitik.  Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia. 

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.  Jakarta: Penerbit UI Press.


Lampiran

a. Perhitungan
 Pembakuan NaOH
N as . oksalat x V as . oksalat 0,1 N x 10 ml
N NaOH = = = 0.1075 N
V NaOH 9,3
0,1 N x 10 ml
= = 0,1098 N
9,1
0,1 N x 10 ml
= = 0,1075 N
9,3

Rata-rata normalitas NaOH hasil Pembakuan = 0,1081 N

 Hasil Penentuan Kemurnian Asam Sitrat dengan Titrasi Konvensional


12,5 ml x 6,923 mg
- Titrasi 1 = 12,5 ml NaOH 0,108  mg Asam sitrat = =
1m
86,5375 mg
86,5375
%Kemurnian = x 100% = 101,8 %
85 mg
13,5 x 6,923
- Titrasi 2 = 13,5 NaOH 0,108  mg Asam sitrat = = 93,4605
1ml
mg
93,4605
%Kemurnian = x 100% = 109,82 %
85,1
13,75 x 6,923
- Titrasi3 = 13,75 NaOH 0,108  mg Asam sitrat = =
1ml
95,1912mg
95,1912
%Kemurnian = x 100% = 111,65 %
85,5
- % Kemurnian rata-rata = 107,65 %

 Hasil Penentuan Kemurnian Asam Sitrat dengan Titrasi Potensial


∆pH/∆V

pH vol. titran 2 – pH vol . titran0 3,4 – 3,2


a. = = 0,1
vol. titran 2 – vol .titran 0 2

pH vol. titran 4 – pH vol . titran2 4,2 – 3,4


b. = = 0,4
vol. titran 4 – vol .titran 2 2

pH vol. titran 6 – pH vol . titran 4 5,0 – 4,2


c. = = 0,4
vol. titran 6 – vol . titran4 2

pH vol. titran 8 – pH vol . titran6 6,0 – 5,0


d. = = 0,5
vol. titran 8 – vol . titran6 2

pH vol. titran 10 – pH vol . titran 8 6,8 – 6,0


e. = = 0,4
vol. titran 10 – vol .titran 8 2

pH vol. titran 12 – pH vol .titran 10 11,0 – 6,8


f. = = 2,1
vol .titran 12 – vol . tit ran 10 2

pH vol . titran14 – pH vol . titran12 11,6−11,0


g. = = 0,3
vol . titran14 – vol . titran12 2

pH vol . titran16 – pH vol . titran14 11,8−11,6


h. = = 0,1
vol . titran16 – vol .titran 14 2

pH vol . titran18 – pH vol . titran16 12,0−11,8


i. = = 0,1
vol . titran18 – vol .titran 16 2

pH vol. titran 20 – pH vol . titran 18 12,1−12,0


j. = = 0,05
vol. titran 20 – vol .titran 18 2

∆2pH / ∆V
∆ pH vol .titran 4 – pH vol . titran 2 0,4−0,1
a. = = 0,05
vol. titran 4 – vol .titran 2 2

∆ pH vol .titran 6 – pH vol .titran 4 0,4−0,4


b. = =0
vol . titran6 – vol . titran4 2

∆ pH vol .titran 8 – pH vol .titran 6 0,5−0,4


c. = = 0,05
vol. titran 8 – vol . titran6 2

∆ pH vol .titran 10 – pH vol. titran8 0,4−0,5


d. = = -0,05
vol. titran10 – vol .titran 8 2

∆ pH vol .titran 12 – pH vol . titran10 2,1−0,4


e. = = 0,85
vol. titran12 – vol .titran 10 2

∆ pH vol .titran 14 – pH vol .titran 12 0,3−2,1


f. = = -0,9
vol . titran14 – vol .tit ran 12 2

∆ pH vol .titran16 – pH vol. titran14 0,1−0,3


g. = = -0,1
vol . titran16 – vol . titran14 2

∆ pH vol .titran 18 – pH vol. titran16 0,1−0,1


h. = =0
vol. titran18 – vol .titran 16 2

∆ pH vol .titran 20 – pH vol. titran18 0,05−0,1


i. = = -0,025
vol. titran20 – vol . titran18 2

 Nilai TE pembakuan menggunakan rumus :

V (TE) = V + ∆V
a
( ∆V )
∆2p h
a

( ∆∆2Vp h ) a−( ∆∆2Vp h ) b


0,85
= 10 ml + 2 ml ( ¿
0,85−(−0,9)

= 10,97 ml

 Perhitungan berat hasil analisis dan % kemurnian

1 ml NaOH 0,1N setara dengan 6,404 mg C6H8O7.H2O

6,404 mg x 0,108
1 ml NaOH 0,108  = 6,916 mg
0,1 N

10,97 ml x 6,916 mg
10,97 ml NaOH setara dengan 0,108  = 75,86 mg
1 ml

75,86 mg
% Kemurnian asam sitrat = x100% = 89,14%
85,1 mg
b. Grafik

c. Dokumentasi

Penimbangan asam sitrat Proses titrasi potensiometri

Pengukuran pH larutan

Anda mungkin juga menyukai