Anda di halaman 1dari 15

V.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai titrimetri dan


pengendalian pH, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Standarisasi dengan larutan HCl

No. Ulangan

1 2
1. Volume larutan HCl 25 ml 25 ml
2. Molaritas larutan HCl 0,1 M 0,1 M
3. Mol HCl yang dipakai 0,0025 mol 0,0025 mol

4. Mol NaOH yang didapatkan 0,0025 mol 0,0028 mol


5. Volume NaOH awal 50 50
6. Volume NaOH akhir 42 36
7. Volume NaOH yang ditambahkan 8 14
8. Molaritas larutan NaOH 0,3 M 0,2 M
9. Molaritas larutan NaOH rata-rata 0,25 M

Pada percobaan ini, dilakukan standarisasi menggunakan larutan NaOH.


Perlunya distandarisasi, karena NaOH merupakan larutan sekunder. Dimana
yang dimaksud dengan standarisasi adalah proses untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan yang ditentukan secara teliti. Larutan standar
berfungsi sebagai titran sehingga di tempatkan di buret, sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan standar ini dibedakan menjadi
dua, yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan yang telah diketahui secara pasti konsentrasinya
melalui penimbangan (metode gravimetri). Sedangkan larutan standar sekunder
adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menitrasi dengan
larutan standar primer. Dalam standarisasi ini, NaOH berfungsi sebagai titran
dan HCl berfungsi sebagai titrat. Pada percobaan ini dilakukan titrasi yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang telah diketahui konsentrasinya agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah
larutan yang dianalisis kadar atau konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu
metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titran ataupun titrat. Titran merupakan larutan sekunder yang
telah diketahui konsentrasinya dan ditempatkan di buret. Sedangkan titrat
adalah larutan yang akan ditentukan kadarnya dan ditempatkan dalam labu
erlenmeyer. Yang berfungsi sebgai titran adalah NaOH dan HCl berfungsi
sebagai titrat.
Larutan standarisasi NaOH terlebih dahulu distandarisasi dengan HCl dan
Kalium Hidrogen (KHP) karena NaOH merupakan zat yang mudah
terkontaminasi dan bersifat hidroskofis, sehingga NaOH mampu dengan mudah
bereaksi dengan gas CO2 yang ada diudara. Dimana ketika dilakukan proses
pemindahan larutan kedalam gelas ukur tidak memberikan kepastian massa
NaOH yang sesungguhnya. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer
disebabkan karena NaOH bersifat higroskofis. Oleh karena itu, NaOH harus
distandarisasi dengan KHP agar bisa menjadi sebagai larutan standae primer,
begitu juga dengan standarisasi menggunakan HCl.
Pada titrasi terdapat berbagai kesalahan yang terjadi, seperti kesalahan
penglihatan pada saat pengukuran volume pada buret, kesalahan mengamati
perubahan warna, kurang teliti dan tergesa-gesa dalam pengamatan, kesalahan
dalam menentukan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. HCl dan NaOH
memiliki perbandingan koefisien yang sama sesuai dengan persamaan reaksi
beriut :

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Berdasarkan kajian literatur yang didapatkan, larutan KHP merupakan


larutan yang sangat baik dijadikan sebagai larutan standar primer karena sifat
zatnya yang stabil sehingga konsentrasinya juga stabil dan dapat dijadikan
sebagai larutan standar primer. Reaksi antara KHP dan NaOH adalah salah satu
jenis reaksi penetralan yang paling sederhana. Pada standarisasi HCl dan KHP
digunakan indikator fenolftalein (pp). Indikator pp digunakan untuk
menentukan titik ekuivalen, karena larutannya berubah pada pH disekitar titik
ekuivalen menjadi warna merah muda. Fenolftalen memiliki rentang pH dari
8,0-10,0 dan pada larutan asam tidak berwarna dan pada larutan basa
berwarna merah muda. Berikut ini struktur dari fenolftalein :

Gambar 1. Struktur Fenolftalein dalam larutan asam dan basa


Tabel 2. Standarisasi dengan KHP

No. Ulangan

1 2
1. Massa KHP 0,35 gram 0,35 gram
2. Mol KHP 0,0017 M 0,0017 M
3. Mol NaOH yang dibutuhkan 0,0017 0,0018
4. Volume NaOH awal 50 ml 50 ml
5. Volume NaOH akhir 30 ml 32 ml
6. Volume NaOH terpakai 20 ml 18 ml
7. Molaritas NaOH rata-rata 0,0895 M

Diperoleh molaritas NaOH rata-rata dari percobaan adalah 0,0895 M


untuk KHP dan 0,25 M untuk HCl.
Tabel 3. Menentukan presentase Asam asetat dalam cuka

No. Ulangan

1 2
1. Volume cuka 2 ml 2 ml
2. Rapatan cuka 1,008 g/ml 1,008g/ml
3. Massa cuka 2,016 gram 2,016 gram
4. Volume NaOH awal 50 ml 50 ml
5. Volume NaOH akhir 25 ml 28 ml
6. Volume NaOH yang terpakai 25 ml 22 ml
7. Molaritas larutan NaOH 0,1 M 0,1 M

8. Mol asam asetat 0,0025 0,0022

9. Bobot asam asetat 0,15 gram 0,32 GRAM


10. % massa dalam contoh 7,44 % 6,54 %

11. % massa rata-rata 6,99 %

Pada percobaan menentukan persentase asam asetat ini di dapatkan


hasil seperti tabel di atas. Asam asetat atau asam cuka merupakan senyawa
kimia asam organik yang memiliki titik beku 167oC dan merupakan cairan yang
tidak berwarna. Sebelum menentukan persentase asam asetat dilakukan
standarisasi menggunakan larutan NaOH terlebih dahulu, agar larutan stabil.
Proses ini dilakukan dengan cara titrasi. Titrasi adalah suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Titrasi ini harus dilakukan dengan benar dan teliti.
Salah satu kesalahan yang dilakukan oleh praktikan adalah masih kurang
terampil dalam menitrasi. Praktikan masih melewati titik ekuivalen pada saat
titrasi. Oleh karena itu, titrasi dilakukan dengan cara perlahan didalam buret
diteteskan kedalam erlenmeyer, dan dilakukan penggoyangan pada saat
menitrasi agar larutan penitrasi larut, dan jika sudah terjadi perubahan warna
maka titrasi dihentikan karena sudah menandakan telah tercapai titik akhir
titrasi karena telah terjadi perubahan warna.
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai persentase asam
asetat sebesar 6,99 %. Menurut teori kadar asam asetat yang baik untuk cuka
dapur adalah 12,5 %. Jadi massa asam cuka masih dalam kondisi baik karena
kandungan asamnya tidak melebihi ketentuan. Adapun reaksi yang terjadi
antara CH3COOH dengan NaOH ditulis dengan persamaan berikut ini :

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)

Tabel 4. Potensiometri

Pembacaan buret (ml) Volume NaOH (ml) pH

50 10 5
40 20 5
30 30 5
20 35 5
15 40 5

10 45 6
5 48 6

2 49 6
0 50 6

Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu


pengukuran potensial dari suatu elektroda. Metode analisis potensiometri
merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan
kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan. Pada percobaan ini digunakan
alat pH meter. Alat ini digunakan untuk mengukur pH larutan. Pada prinsipnya
pengukuran suatu pH menggunakan alat pH meter adalah didasarkan pada
potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam
eletroda gelas (membran gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang
ukurannya relatif kecil dan aktif, elektrode gelas tersebut akan menguur
potensial elektrokimia dari ion hidrogen ada disebut dengan pH. Berikut ini
adalah gambar dari pH meter :

Gambar 2. Rangkaian pH meter


Pada percobaan potensiometri ini dilakukan untuk menentukan
hubungan kurva antara pH dengan volume peniternya. Kurva hubungan antara
pH dengan volume dapat dilihat di bawah ini :

7
6
5
4 y = 0.0296x + 4.3672
pH

R² = 0.6226
3
2
1
0
0 20 40 60
V NaOH (mL)

Grafik 1. Potensiometri
Grafik di atas menunjukkan hubungan kurva antara pH dengan volume
NaOH. Didapatkan hasil regresi sebesar 0,6226.

Tabel 5. Percobaan pengendalian buffer

No. Larutan pH (keasaman)

Awal Setelah Setelah


penambahan penambahan
HCl NaOH
A. Larutan bukan buffer

1. Air 7 1 -
2. NaOH 2 11 -
3. HCl 1 1 -
B. Larutan buffer
1. Campuran asam 5 5 5
asetat dan natrium
asetat
2. Campuran amonium 10 10 10
hidroksida dan
amonium klorida

Pada percobaan pengendalian buffer terdapat dua penentuan hasil yaitu


larutan bukan buffer dan larutan buffer. Pada larutan bukan buffer digunakan
air, NaOH, HCl. Pada saat penambahan asam atau HCl, dan ditentukan pH-nya.
Didapatkan hasil percobaan pada air sesuai dengan literatur, sedangkan NaOH
dan HCl terdapat perbedaan. Kesalahan ini karena praktikan kurang teliti
dalam membaca warna pada pH-nya.
Pada percobaan larutan buffer digunakan campuran asam asetat dan
natrium asetat, dan campuran amonium hidroksida dan amonium klorida.
Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH walaupn
dilakukan penambahan larutan asam atau basa kedalam larutan tersebut.
Prinsip kerja larutan buffer dalam mempertahankan pH adalah sebagai berikut :
1. Setiap penambahan H+ akan dinetralisasi oleh basa lemah.
2. Setiap penambahan OH- akan dinetralisasi oleh asam kunjungsi.
3. Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion OH-
dalam asam kunjungsi dari ionisasi basa lemah.

Larutan buffer dapat mempertahankan pH karena mengandung komponen


asam atau basa lemah. Reaksi pembentukan buffer pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :

NH4OH(aq) + NH4Cl(aq) NH2OH . NH4Cl(aq)

Pada penambahan asam terjadi reaksi berikut :

NH4OH(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)

Pada penambahan basa terjadi reaksi berikut :

NH4Cl(aq) + NaOH(aq) NH4OH(aq) + NaCl(aq)


VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik titrasi yang dilakukan yaitu dengan cara menetralan larutan
standar NaOH kedalam contoh yang telah ditetesi indikator.
2. Larutan penitrasi distandarisasi hingga 0,1 M
3. Menstandarisasi larutan NaOH dilakukan hingga 0,1 M dan 1 M dengan
cara pengenceran
4. Kurva titrasi digambarkan dan diperoleh garis yang liniear
5. Ketetapan kesetimbangan asam lemah dapat ditentukan dengan
pengendalian larutan buffer
6. Pengendalian pH sangat penting, contohnya pada darah dan air liur
7. Larutan buffer dapat mempertahankan pH-nya karena dapat terurai
menjadi asam atau basa konjungsinya
8. Larutan buffer dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari

6.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya, pada saat mendekati titik
ekuivalen, penambahan NaOH harus dilakukan secara hati-hati, agar hasil
titrasi sesuai dengan yang diinginkan.
LAMPIRAN
A. Perhitungan

1. Standarisasi dengan Larutan HCl

 mol HCl = M. V
= 0,1 × 25 × 10-3
= 0,0025 mol
 MNaOH1 . VNaOH1 = MHCl . VHCl
 nNaOH1 = MNaOH1 . VNaOH1
MNaOH1 . 8 mL = 0,1 M .25 mL nNaOH1 = 0,31 × 8 × 10−3
MNaOH1 =
2,5
8
M nNaOH1 = 2,5 × 10−3 mol

MNaOH1 = 0,3 M

 MNaOH2 . VNaOH2 = MHCl . VHCl


 nNaOH2 = MNaOH2 . VNaOH2
MNaOH2 . 14 mL = 0,1 M .25 mL
nNaOH2 = 0,2 × 14 × 10−3
2,5
MNaOH2 = M nNaOH2 = 2,8 × 10−3 mol
14

MNaOH2 = 0,2 M

MNaOH1 +MNaOH2
 MNaOH rata − rata =
2

0,3 + 0,2
= M
2
0,5
= M
2
= 0,25 M

2. Standarisasi dengan KHP

KHP KHC8H8O4, Mr = 204 gr/mol  nNaOH1 = MNaOH1 . VNaOH1


 nKHP =
massa
=
0,35 gr
gr = 0,0017 mol nNaOH1 = 0,085 × 0,02 L
Mr 204 ⁄mol

n 0,0017 mol nNaOH1 = 1,7 × 10−3 mol


 MKHP = = = 0,136 M
V 0,0125 L

 MNaOH1 . VNaOH1 = MKHP . VKHP

MNaOH1 . 20 mL = 0,136 M .12,5 mL


 nNaOH2 = MNaOH2 . VNaOH2
1,7
MNaOH1 = M nNaOH2 = 0,094 × 0,02 L
20

MNaOH1 = 0,085 M nNaOH2 = 1,8 × 10−3 mol

 MNaOH2 . VNaOH2 = MKHP . VKHP


MNaOH2 . 18 mL = 0,136 M .12,5mL
1,7
MNaOH2 = M
18

MNaOH2 = 0,094 M

MNaOH1 +MNaOH2
 MNaOH rata − rata =
2

0,085 + 0,094
= M
2
0,179
= M
2
= 0,0895 M

3. Menentukan % Asam asetat dalam Cuka

CH3COOH, Mr = 60 gr/mol

mol Cuka = mol


 NaOH
massa cuka = ρ × V
gr
= 1,008 ⁄mL × 2 mL
= 2,016 gr
 mol cuka = mol NaOH
Mcuka . Vcuka = MNaOH . VNaOH
MNaOH . VNaOH
Mcuka =
Vcuka
 Ulangan 1
MNaOH .VNaOH1
 Mcuka1 =
Vcuka

0,1 × 2,5
Mcuka1 =
2
25
Mcuka1 =
2

Mcuka1 = 1,25 M

 nCH3 COOH1 = MNaOH . VNaOH1


nCH3 COOH1 = 0,15 × 2 × 10−3
nCH3 COOH1 = 2,5 × 10−3
nCH3 COOH1 = 0,0025 mol
 mCH3 COOH1 = nCH3COOH1 × Mr
mCH3 COOH1 = 0,0025 × 60
mCH3 COOH1 = 0,15 gr
mpraktek1
 % massa1 = × 100%
mteori

0,15
% massa1 = × 100%
2,016
% massa1 = 7,44 %
 Ulangan 2
MNaOH .VNaOH2
 Mcuka2 =
Vcuka

0,1 × 22
Mcuka2 =
2
2,2
Mcuka2 =
2
Mcuka2 = 1,1 M
 nCH3 COOH2 = MNaOH . VNaOH2
nCH3 COOH2 = 1,1 × 2 × 10−3
nCH3 COOH2 = 2,2 × 10−3
nCH3 COOH2 = 0,0022 mol
 mCH3COOH2 = nCH3COOH2 × Mr
mCH3COOH2 = 0,0022 × 60
mCH3COOH2 = 0,132 gr
mpraktek2
 % massa 2 = × 100%
mteori

0,132
% massa 2 = × 100%
2,016
% massa 2 = 6,54 %
B . Pertanyaan Pra Praktek
1. Apa yang di maksud dengan asam, basa, titik ekuivalen, dan indikator ?
Jawab :
 Asam adalah senyawa yang bersifat asam dan menghasilkan ion H+
apabila larut dalam air.
 Basa adalah senyawa yang mempunyai rasa pahit dan menghasilkan
ion OH– bila dilarutkan dalam air.
 Titik ekuivalen adalah titik dimana pada titik tersebut mol H+ sama
dengan mol OH- yang ditunjukkan sama dengan nilai.
 Indikator adalah senyawa yang di larutkan dalam asam maupun
basa yang mempunyai warna yang berbeda.
2. Jelaskan perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi ?

Jawab :

Titik akhir titrasi adalah suatu titik dimana indikator yang digunakan
dalam titrasi mulai berubah,sedangkan titik ekivalen adalah titik dimana
pada titik tersebut mol H+ sama dengan mol OH- yang ditunjukkan sama
dengan nilai.

3. Sebanyak 0,7742 gr kalium hidrogen sitrat dimasukkan kedalam


erlenmeyer dan dilarutkan dengan air suling, kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH. Bila terpakai 33,6 ml larutan NaOH,berapa molaritas
NaOH tersebut ?

Jawab :
KHC6H7O7 + NaOH  NaKC6H7O7 + H2O

Mol = 0,7742 gr mol = 1 x 0,0033

232 1

=0,0033 mol =0,0033 mol

M NaOH = mol

= 0,0033 mol = 0,07 M

0,0336 L

4. Jelaskan apa yang di maksud dengan kurva titrasi asam basa, titik
ekuivalen, standarisasi, larutan standar primer, pH, dan pH meter !
Jawab :
 Kurva titrasi asam basa adalah grafik percobaan pH dari titrasi asam
lemah oleh basa kuat.
 Titik ekuivalen adalah titik dimana pada titik tersebut mol H + sama
dengan mol OH- yang ditunjukkan sama dengan nilai.
 Standarisasi adalah pengukuran konsentrasi larutan dengan larutan
yang konsentrasinya diketahui secara tepat.
 Larutan standar primer adalah larutan yang dibuat dengan ketelitian
tinggi.
 pH adalah konsentrasi ion H+ dalam larutan.
 pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur pH larutan.

5. Hitung masa kalium hidrogen ftalat (KHP) untuk menetralisasi 25 ml


NaOH 0,1 M dan tulis persamaan reaksinya ?
Jawab :

KHC8H4O4(aq) + NaOH(aq)  NaKC8H9O4(aq) + H2O(aq)

Mol NaOH= M x V

= 0,1 M x 25x10-3

= 2,5x10-3 mol

Mol NaOH = Mol KHC8H4OH =2,5x10-3

Jadi massa KHC8H4OH = Mol x Mr

= 2,5x10-3 x 209

= 0,51 gr

6. Bagaimana membuat 50 ml larutan HCl dengan pH=1 dari larutan HCl 1


M?
Jawab : HCl  H+ + Cl-

M1 = 1M pH2 = 1

VHCl2 = 50 ml pH2 =-Log [H+]2

1 = -Log [H+]2

[H+]2 = 10-1M

M1V1 = M2V2
1. V1 = 0,1.50 ml
V1 = 5 ml
Jadi, cara membuat larutannya ialah 5 mL HCl + 45 mL air suling.

7. Apakah larutan bufer itu? dan mengapa larutan buffer itu penting?
Jawab :
Larutan buffer adalah larutan yang ditambah sedikit asam maupun basa
tidak merubah pH-nya.
Larutan bufer sangat penting karena dapat mempertahankan pH-nya sebab
mengenai ion garam kesetimbangan asam lemah dan kesetimbangan air.
8. Berilah definisi untuk asam lemah dan basa lemah?
Jawab :
Asam lemah yaitu asam yang dalam air mengalami ionisasi sebagian (α < 1).
Sedangkan basa lemah adalah basa yang dalam air mengalami ionisasi
sebagian (α < 1).
9. Jelaskan dengan persamaan reaksi ,bagaimana larutan natrium sianida
(NaCN) dengan hidrogen sianida(HCN) berfungsi sebagai larutan buffer ?
Jawab :

NaOH + HCN  NaCN + H2O


HCN  H+ + CN-
NaCN  Na+ + CN-

Jika ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk HCN


(kesetimbangan bergeser ke kiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap). Jika
ditambahkan basa, ion OH- bereaksi dengan H+ membentuk H2O
(kesetimbangan bergeser ke kanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan H+).
Ion H+ di ikat oleh OH- ditutupi kembali dari penguraian ion sehingga
jumlah H+ tetap.

10. Sebutkan beberapa pasangan larutan buffer yang sifat fisiologisnya sama
benar ?
Jawab :

NH4OH + HCl NH4Cl + H2O


HC2H3O2 + NaOH HC2H3O2 + H2O
CH3COOH+ NaOH CH3COONa + H2O
KH2PO4OH + HCl  H2KPO4 + H2O
C . Pertanyaan Pasca Praktek
1. Apakah hasil standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan
HCl dan KHP memberikan hasil yang sama? Bila tidak, berikan
komentar anda!
Jawab :
Iya, keduanya memberikan hasil yang sama yaitu 0,1 M.
2. Komentari hasil analisis asam asetat dalam contoh cuka yang anda
kerjakan!
Jawab :
Berdasarkan percobaan, saat volume NaOH lebih besar dari
lainnya, maka pada volume itu bobot serta persen massa asam asetat
dalam cuka juga lebih besar dari pada ulangan lainnya, % rata-rata
yaitu 6,99 %
3. Agar titrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan dengan cepat
tindakan apa yang anda lakukan?
Jawab :
Dengan terus menggoyangkan Erlenmeyer dan memperbesar
lubang keran/kecepatan tetesan NaOH.
4. Agar titik titrasi mendekati titik ekuivalen, bagaimana caranya dan
bagaimana pula pengamatannya untuk titrasi ini?
Jawab :
Dengan terus menggoyangkan Erlenmeyer dan memperkecil
kecepatan tetesan NaOH dari buret, dan dilarutkan hati-hati serta teliti.
Pengamatannya saat warna berubah menjadi pink konstan.
5. Dari semua prosedur percobaan, mengapa indikator begitu penting
dalam titrasi?
Jawab :
Karena indikator dapat berubah warna saat pH larutan berubah,
jadi indikator dapat menunjukkan saat titrasi telah mencapai titik
akhir/selesai.
6. Jika ftalat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan NaOH, apakah
kekeliruan dalam bobot KHC8H4O4 pada bagian B atau asam asetat
pada cuka menghasilkan hasil yang positif atau negatif? Jelaskan
pendapat anda!
Jawab :
Jika titrasi pada bagian B berlebihan volume NaOHnya, tidak
akan berpengaruh pada hasil asam asetat pada cuka karena keduanya
memiliki percobaan yang berbeda.
7. Selesaikan persamaan berikut:
KHC8H4O4 + NaOH
Jawab :

KHC8H4O4(aq) + NaOH(aq) NaKC8H4O4(aq)+ H2O(l)

8. Hitunglah molaritas larutan asam asetat dalam gambar 9.1 jika 25,0 ml
larutan itu sudah dititrasi dengan larutan NaOH 0,101 M!
Jawab :
Vasam asetat = 25 mL
MNaOH = 0,101 M
VNaOH = 27,02 mL
Masam asetat x Vasam asetat = MNaOH x VNaOH
Masam asetatx 25 mL= 0,101 M x 27,02mL
2,729
Masam asetat= M
25

Masam asetat= 0,109 M


9. Indikator apa yang baik digunakan bila percobaan titrasi no.1 dilakukan
tanpa pH meter?
Jawab : Indikator universal dan pp.
10. Jelaskan pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap pH
(keasaman) larutan buffer!
Jawab :
Tidak ada pengaruhnya, karena larutan buffer dapat
mempertahankan harga nya (pH nya) dalam suasana apapun baik
asam/basa.
11. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium asetat
dengan asam asetat berfungsi sebagai larutan buffer!
Jawab :
CH3COOH(aq)+ NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l).

Asam lemah Garam dari asam lemah


Asam lemah dan garamnya yang tersisa dari reaksi membentuk larutan
buffer.
12. Apa yang disebut kapasitas buffer? Jelaskan dengan contoh!
Jawab :
Kapasitas buffer adalah ukuran kemampuan larutan penyangga dalam
mempertahankan pHnya dan tergantung hasil dari konsentrasi
komponen-komponen yang ada yang dilarutkan tersebut baik secara
absolut maupun reaktif. Contohnya kapasitas buffer asam asetat adalah
4,76.

Anda mungkin juga menyukai