Anda di halaman 1dari 10

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT

DALAM CUKA MAKANAN

Laporan Pratikum
Kimia Analitik

Tanggal Percobaan: 15/04/2016


Tanggal Pengumpulan Laporan: 22/04/2016

Disusun oleh:

Ketua:
Stefanie [1500810030]

Anggota:
Jedidiah Maatita [1500810001]
Kalyanamitta Halim [1500810044]

Chemical Laboratory
BIOTECHNOLOGY AND NEUROSCIENCE
FACULTY OF LIFE SCIENCE
SURYA UNIVERSITY
TANGERANG
2016
4. Data Pratikum

4.1 Standarisasi NaOH 0,1 M dengan Larutan Standar KC8H5O4

Titrasi ke- 1 (kasar) 2 3 4

Volume (mL) TE* 21,8 20,8 22,4 22

Volume (mL) TA** 27,5 21 22,6 22,1

Volume rata-rata dari NaOH 0,1 M :

Konsentrasi KC8H5O4 :

Konsentrasi NaOH setelah distandarisasi :

4.2 Titrasi Cuka (25%) dengan larutan NaOH standar

Titrasi ke- 1 (kasar) 2 3

Volume (ml) TE* 25,1 25,7 25,6

Volume (ml) TA** 25,5 25,9 26,3

* TE = Titik Ekuivalen
** TA = Titik Akhir
Volume rata-rata dari NaOH 0,1 M :
𝑉2+𝑉3
Vrata-rata = mL
2
25,9+26,3
Vrata-rata = mL
2
Vrata-rata = 26,01 mL
Konsentrasi CH3COOH yang digunakan dalam titrasi :

4.3 Perhitungan konsentrasi asam cuka pekat


Asam cuka pekat (25%) diencerkan sebanyak 20X dengan volume yang digunakan
adalah 5 mL. Diketahui bahwa volume CH3COOH pada saat pengenceran adalah 100 mL.
Sehingga,

5. Pembahasan
5.1 Standarisasi NaOH
Cuka yang digunakan dalam percobaan ini adalah cuka makan (merk Giant) dengan
kadar 25%. Sebelum melakukan pentitrasian, statip dan buret dirangkai terlebih dahulu. Titrasi
yang dilakukan dalam percobaan ini ada dua jenis, yang pertama titrasi standarisasi NaOH dan
titrasi asam asestat itu sendiri. Titrasi standarisasi NaOH dilakukan dengan menggunakan 10 mL
Kalium Hidrogen Ftalat (KC8H5O4) yang dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL dan diberikan
indikato phenolphthalein (pp). NaOH 0,1 M ke dalam buret hingga tanda batas (50 ml)
menggunakan corong. Jangan lupa untuk mengangkat corong sebelum melakukan titrasi.
Senyawa kalium hidrogen flatat KHC8H4O4 (KHP) merupakan standar primer sangat baik
untuk larutan-larutan basa. Senyawa ini mudah diperoleh dengan kemurnian 99,95% atau lebih.
Zat ini stabil apabila dikeringkan, tidak higroskopis dan mempunyai berat ekivalen yang tinggi
204,2 g/ek. Merupakan asam monoprotik lemah, akan tetapi karena larutan basa biasanya
sering digunakan untuk menetukan asam lemah, maka hal ini bukannya suatu kerugian.
Indikator fenolftalein digunakan dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas karbonat (Depi,
2013).

Menghitung perkiraaan volume NaOH

Percobaan ke- Volume ekuivalen (ml) Volume akhir titrasi (ml)

1 21,8 27,5

2 20,8 21

3 22,4 22,6

4 22 22,1

Titrasi untuk memperkirakan volume pada NaOH pada umumnya dilakukan sebanyak
tiga kali, satu untuk perhitungan kasar dan duplo untuk perhitungan yang lebih detail. Hal ini
berguna untuk mendapatkan hasil yang paling tepat dan melatih kita dalam melakukan titrasi
yang akurat. Dalam perhitungan secara teori, kelompok kami menganalisis berapa banyak
volume NaOH yang dibutuhkan untuk membuat KHP mencapai titik ekuivalen, perhitungan
sebagai berikut.

Perhitungan teoritis tersebut menjadi patokan awal untuk mendapatkan volume pada
saat penitrasian yang pertama. Pada percobaan pertama, NaOH dialirkan dengan cukup deras,
untuk mendekati volume sesuai dengan perhitungan, karena itu titik ekuivalen pada percobaan
ini adalah 21, itu warna larutan KHP berubah warna untuk pertama kali, NaOH yang diberikan
berlebih hingga mencapai volume 27,5 ml pada saat warna sudah menjadi pink yang cukup
pekat. Volume pada percobaan kedua cukup mendekati volume pada percobaan pertama,
karena dilakukan lebih berhati-hati, titik ekuivalen pada percobaan ini berada pada volume 20,8
mL dan titik akhir berada pada 21 mL; dimana warna larutan sudah menjadi pink.
Pada percobaan ketiga, baik volume ekuivalen maupun volume akhir titrasi berbeda
cukup jauh dengan volume dalam dua percobaan sebelumnya. Kemungkinan ini disebabkan
oleh larutan KHP pada percobaan ketiga tidak sama dengan larutan KHP pada percobaan
pertama dan kedua. Hal ini terjadi karena pada pengerjaan, larutan KHP yang sudah disediakan
habis sehingga perlu dibuatkan larutan KHP yang baru. Larutan standar primer biasanya dibuat
hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang
akurat. Pembuatan larutan standar primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang
volumenya tertentu.(www.academia.edu) Mungkin telah terjadi sedikit kesalahan pada
pembuatan larutan KHP yang baru sehingga tidak didapatkan konsentrasi yang sama persis
dengan KHP yang digunakan sebelumnya. Volume pada percobaan keempat tidak jauh berbeda
dengan percobaan ketiga.
Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai perbedaan yang signifikan
dalam hasil volume pada percobaan kedua dan ketiga, maka ditentukanlah bahwa untuk
perhitungan volume rata-rata dari NaOH menggunakan volume dari percobaan ketika dan
keempat, dengan alasan sebagai berikut:
1. Larutan KHP yang digunakan dalam percobaan ketiga dan keempat sama.
2. Perbedaan volume dalam percobaan ketiga dan keempat tidak berbeda jauh.

Sehingga didapatkanlah volume rata-rata yang nantinya akan digunakan untuk mencari
konsentrasi NaOH sebenarnya yang akan digunakan untuk perhitungan pada titrasi asam cuka.

Volume akhir titrasi 3 (ml) Volume akhir titrasi 4 (ml) Rata-rata voume akhir titrasi
(ml)

22,6 22,1 22,35

5.2 Titrasi asam cuka


Dalam melakukan titrasi asam cuka, diharuskan melakukan pengenceran asam cuka
pekat sebanyak 20x. Asam cuka dipipet 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
kemudian ditera dengan akuades hingga mencapai tanda batas, pengenceran ini harus
dilakukan agar dapat memperkecil konsentrasi larutan, sehingga titrasi dapat dilakukan secara
efektif.(Wiryawan,2011) Setelah melakukan pengenceran, 10 mL dari larutan ini dipipet ke
dalam erlenmeyer 250 ml, yang ditambahkan dua tetes indikator phenolphthalein (pp).

Percobaan ke- Volume ekuivalen (ml) Volume akhir titrasi (ml)

1 >50 >50

2 25,1 25,5

3 25,7 25,9
4 25,6 26,3

Percobaan titrasi dilakukan sebanyak empat kali, pada percobaan pertama terjadi
kegagalan dalam melakukan titrasi, dikarenakan ketika NaOH sudah melebih 50 mL, asam cuka
tak kunjung berubah warna. Terdapat beberapa faktor dalam kegagalan ini, yang pertama
indikator pp yang diberikan tidak mencapai 2 tetes dan larutan CH3COOH yang dibuat tidak
sempurna.Pembersihan alat gelas, dalam hal ini labu ukur sangat disarankan dilakukan sebelum
dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur volume tersebut, sehingga dapat dihindari hasil kalibrasi
yang out of specification dari toleransi alat gelas tersebut. Pada percobaan kedua hingga
keempat, dibuatlah larutan asam cuka yang baru, kali ini setiap langkah yang dalam
pengenceran dilakukan lebih hati-hati. Pada penitrasian asam cuka dilakukan lebih hati-hati dan
teliti, terutama dalam melihat perubahan warna pertama kali atau mencari titik ekuivalen.
Penamabahan tiap tetes untuk mencapai titik akhir titrasi, dimana warna pink tidak pudar
setelah 10, dilakukan lebih seksama.

6. Kesimpulan
Melalui hasil pratikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi dari
asam cuka (CH3COOH) yang sudah melalui pengenceran adalah 0,23 M dan melalui hasil ini pula
dapat ditemukan bahwa konsentrasi asam cuka pekat (25%) adalah 4,6 M.

7. Appendiks
1. Perbedaan antara titik ekivalen dan titik akhir titrasi
 Titik ekivalen: adalah titik ketika jumlah mol analit yang ditambahkan sama
dengan jumlah mol titran yan ada dalam larutan semula. Bisa juga titik dimana
terjadinya perubahan warna pertama kali.
 Titik akhir titrasi: adalah titik dimana indikator pH mulai berubah warna, biasa
warna yang terbentuk tidak hilang lagi.

2. Perubahan warna apa yang anda amati dalam percobaan ini


Perubahan warna yang terjadi adalah dari bening menjadi merah muda terang (pada
saat pH berada pada sedikit basa).
3. Gambarkan struktur molekul indikator Phenolftalein

4. Mengapa larutan NaOH perlu distandarisasi dengan larutan kalium hidrogen ftalat?
Karena larutan NaOH mudah bereaksi dengan gas karbon dioksida di udara yang
menyebabkan ia mengalami perubahan konsentrasi. Konsentrasi yang tidak stabil ini
menyebabkan ia mudah untuk berubah-ubah setiap saat.
5. Konsentrasi larutan standar NaOH berdasarkan hasil titrasi
Diketahui:
1. Volume (V1) KC8H5O4 = 10 mL
2. Konsentrasi (M1) KC8H5O4 = 0,2 M
3. Volume (V2) rata-rata NaOH = 22,35 mL

Ditanya:
Konsentrasi NaOH

Jawab:

Sehingga, konsentrasi NaOH yang digunakan dalam penitrasian adalah, 0,09 M.


6. Konsentrasi asam asetat (cuka) dalam satuan molar dan persen volume (%v/v)
A). Konsentrasi asam asetat
Diketahui:
1. Volume (V1) rata-rata NaOH = 26,1 mL
2. Konsentrasi (M1) NaOH = 0,09 M
3. Volume (V2) CH3COOH = 10 mL

Ditanya:
Konsentrasi CH3COOH

Jawab:

Sehingga, konsentrasi CH3COOH adalah 0,23 M.

B). Persen Volume (%v/v)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


%(𝑣/𝑣) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 ×100%

Diketahui:
1. NaOH murni tidak berbentuk cairan sehingga harus mengubah bentuk
perhitungannya terlebih dahulu.
2. 𝜌CH3CHOOH murni = 1,049 gram/mL
3. Mr CH3CHOOH = 60,5 gram/mol
4. Konsentrasi CH3COOH cair = 0,23 mol/mL
5. Konsentrasi CH3COOH pekat = 4,6 mol/mL, berdasarkan data.

Ditanya:
Persen volume CH3COOH
Jawab:
a). massa CH3CHOOH = n ×Mr
m = V ×M ×Mr….. 1)

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
b). 𝜌CH3CHOOH = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒…. 2)

c). Gabungkan 1) dan 2) untuk membuat V CH3COOH (volume zat terlarut)


𝑉× 𝑀 × 𝑀𝑟
V CH3COOH = 𝜌𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻…. 3)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


d). %(𝑣/𝑣) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 ×100%

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
%(𝑣/𝑣) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 ×100%

Pada tahap ini volume CH3COOH diubah dengan persamaan 3) sehingga persamaan yang
didapat adalah:

𝑉× 𝑀 × 𝑀𝑟
%(𝑣/𝑣) = (𝜌𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 ÷volume total larutan )×100%

Volume total larutan pada CH3COOH adalah V ×1000, dikarenakan satuan V adalah L
dan akan disesuaikan dengan volume CH3COOH murni yang mL. Gunakan konsentrasi untuk
CH3COOH pekat. Sehingga persamaan dan perhitungan yang didapat adalah:

Sehinga, konsentrasi CH3COOH pekat adalah 26,33% lebih besar 1,33% daripada yang
tertera pada botol asam cuka yang digunakan dalam percobaan ini.
7. Jelaskan sumber-sumber galat yang mungkin terjadi dalam percobaan ini. Jelaskan
pula apakah galat tersebut akan menyebabkan konsentrasi asam cuka yang terukut
menjadi lebih kecil atau lebih besar.
Sumber-sumber galat yang mungkin terjadi dalam percobaan ini adalah human error.
Kesalahan human error sendiri pada percobaan ini ada beberapa kategori, yang pertama dalam
hal perhitungan kemudian kesalahan dalam melakukan proses percobaan. Pada kesalahan
pertama kesalahan perhitungan dapat terjadi dalam perhitungan mol atau massa sehingga
menimbulkan perbedaan perhitungan. Kesalahan dalam proses percobaan dapat terjadi pada
tingkat ketelitian pada saat melakukan titrasi maupun dalam pembuatan larutan baik NaOH,
KHP maupun larutan asam asetat. Hal ini menyebabkan data yang didapat dapat mengalami
kesalahan yang menyebabkan hasil konsentrasi pada kemasan dan percobaan berbeda.

8. Daftar Pustaka
KHOO S.B.(ed.), Analytical chemistry, 1989.
KENNEDY J.H., Analytical chemistry : principles, 2d ed., 1990.
Sukarti, Tati. Kimia Analitik. 2008
Roozinah, Anis.”Tata Cara dalam Penyediaan Larutan di Laboratorium”. Academia.edu. Web. 21
April 2016.

Anda mungkin juga menyukai