A. TUJUAN
1. Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi
2. Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil
B. TEORI PERCOBAAN
Cuka merupakan asam yang dibuat dari reaksi etanol : CH3CH2OH.
Komponen utama cuka ini adalah asam asetat atau disebut juga asam
etanoat (CH3COOH). Asam asetat ini ketika masuk ke lingkungan dapat
berdampak negatif. Dampak tersebut adalah korosi dimana terjadi 2 jenis
korosi yang diakibatkan oleh asam asetat yaitu, pitting korosi dan uniform
korosi. Korosi yang diakibatkan oleh asam sulfat ini memerlukan perhatian
serius terutama pada struktur yang berada pada lingkungan yang
mengandung gas tersebut (Sari & Asmara., 2008). Asam asetat ini bersifat
korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng yang
membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat atau disebut logam asetat.
Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan basa
yang cocok, contohnya reaksi asam asetat dengan soda kue (Natrium
Bikarbonat). Oleh karena itu, konsentrasi dari asam cuka harus diperhatikan
sebelum terbuang bebas ke lingkungan.
Dalam percobaan ini menggunakan dasar analisa volumetri. Analisa
volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran volume suatu
larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara
kuantitatif. Persamaan reaksi ini menunjukkan ratio stikiometri dari spesies
spesies yang bereaksi. Jadi, bila konsentrasi salah satu larutan diketahui,
maka konsentrasi larutan lainnya dapat ditentukan dari volume larutan yang
digunakan. Dalam analisa volumetri ini dibutuhkan teknik titrasi dalam
pelaksanaan laboratoriumnya untuk mendapatkan nilai nilai yang
dibutuhkan seperti volume dan molaritas. Titrasi ini merupakan proses
penambahan larutan sedikit demi sedikit hingga menuju titik ekuivalen. Titik
ekuivalen merupakan titik dimana jumlah mol larutan yang ditambahkan sama
dengan jumlah mol larutan yang dimasukkan yang ada dalam larutan semula.
Pada titrasi asam menggunakan indikator pH agar dapat diketahui
secara jelas perubahan dari larutan asam yang berubah menjadi larutan
basa dengan melilhat perubahan warnanya. Perubahan warna dari indikator
pH inilah yang digunakan untuk mendekati letak titik ekuivalen. Ketika
indikator pH berubah warna maka titrasi di hentikan. Keadaan ini disebut
dengan titik akhir reaksi. Indikator pH ini pada umumnya adalah asam lemah
yang memiliki warna kuat, sehingga mereka akan memberika perubahan
warna yang dramatis ketka bereaksi dengan basa, contohnya fenolftalein,
metil jingga , dan lain-lain.
Sebelum melakukan proses titrasi, perlu dilakukan proses standarisasi
karena larutan NaOH dapat bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO 2) di
udara sehingga mempengaruhi konsentrasi NaOH yang dibuat dan juga
membuat NaoH menjadi tidak stabil yang dapat bereaksi setiap saat dengan
udara. Proses ini dapat dilakukan dengan titrasi larutan NaOH dengan larutan
asam lain yang stabil dan dapat diperoleh adlam keadaan yang murni
sehingga konsentrasinya dapat ditentukan secara akurat.
pH KC8H15O4 + fenolftalein
10
8
6
Grafik titrasi 2 NaOH
(standarisasi)
4
2
0
0
10
15
20
25
Titrasi II
pH KC8H15O4 + fenolftalein
Volume NaOH 0,1 M (ml)
3.47
0
3.71
2
4.03
4
4.13
6
4.31
8
4.48
10
4.66
12
4.87
14
5.12
16
5.23
16.5
5.32
17
5.40
17.5
5.55
18
5.68
18.5
5.79
19
5.91
19.3
5.94
19.5
6.01
19.7
6.09
19.9
6.13
20
6.30
20.2
6.45
20.3
6.50
20.4
6.66
20.5
6.81
21
10.9
22
Tabel 2. Tabel titrasi 2 NaOH dengan KC8H15O4 (titrasi teliti)
pH KC8H15O4 + fenolftalein
10
8
6
Grafik titrasi 2 NaOH
(standarisasi)
4
2
0
0
10
15
20
25
Titrasi III
pH KC8H15O4 + fenolftalein
Volume NaOH 0,1 M (ml)
3.47
0
5.43
17.2
5.59
18
5.62
18.2
5.93
19
6.33
19.5
6.73
19.7
7.09
19.8
7.62
19.95
9.5
20
Tabel 3. Tabel titrasi 3 NaOH dengan KC8H15O4 (titrasi teliti)
pH KC8H15O4 + fenolftalein
10
15
20
25
8
7
6
5
4
Grafik titrasi 1 Asam
cuka
3
2
1
0
0
10
15
20
25
Grafik 4. Grafik dari titrasi pertama asam cuka dengan NaOH 0,1 M
Titrasi 2
pH CH3COOH + fenolftalein
Volume NaOH 0,1 M (ml)
1.85
0
3.3
5
3.87
10
4.35
15
5.03
20
5.19
20.5
5.33
21
5.53
21.5
5.83
22
7.25
22.6
9.56
22.7
Tabel 5. Tabel titrasi kedua asam cuka dengan NaOH 0,1 M (titrasi teliti)
12
10
8
6
Grafik titrasi 1 Asam
cuka
4
2
0
0
10
15
20
25
Grafik 5. Grafik dari titrasi kedua asam cuka dengan NaOH 0,1 M
2. Pembahasan
Pada proses standarsisasi, kita harus mengetahui konsentrasi dari
KC8H15O4 adalah 0,196 M yang didapat dari cara berikut:
m KC8H15O4 = 4 gram
Mr KC8H15O4 = 204,224 gram
V = 100 ml = 0,1 L
Maka,
titik akhir adalah 20 ml dan pH 9,5. Titik ekuivalen pada titrasi 3 ini terlihat dari
pH 7,62 9,5.
Dari ketiga hasil titrasi tersebut diambil 2 volume NaOH, yaitu dari titrasi 2
dan 3 karena kedua titrasi ini adalah titrasi teliti sehingga didapat volume
NaOH adalah 21 ml. Setelah diketahui volume dari NaOH, maka didapatkan
konsentrasi dari NaOH, dengan cara di bawah ini :
10
Dari proses kedua titrasi tersebut di dapatkan volume NaOH hingga titik
akhir adalah 22,75 ml. Sehingga didapatkan nilai konsentrasi dari asam cuka
tersebut dengan persamaan sebagai berikut :
( )
Sebagai informasi tambahan massa jenis asam asetat murni adalah 1.049
gram/mL, dan massa molarnya adalah 60.05 gram/mol. Setelah dihitung
didapatkan konsentrasi asam cuka 1.2 % sedangkan pada kemasannya
tertulis 5 %. Perbedaan konsentrasi yang didapat dan juga konsentrasi pada kemasan
belom dapat diketahui pasti penyebabnya.
11
E. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pratikum ini didapatkan bahwa nilai konsentrasi dari
asam cuka makanan yang dijadikan sampel adalah 1,2 % dan berbeda
dengan yang tertera pada kemasan yaitu 5%. Perbedaan konsentrasi yang
didapat dan juga konsentrasi pada kemasan belom dapat diketahui pasti
penyebabnya. Konsentrasi 1,2 % ini didapat dari perhitungan analisa
volumetri yang melibatkan proses titrasi dan juga standarisasi. Dimana dalam
proses titrasi didapatkan nilai konsentrasi dari larutan dan juga volumenya.
F. DAFTAR PUSTAKA
Asmara, N. H. (2008). Pengaruh Asama Asetat Terhadap Korosi di Lingkungan CO2. 34-40.
Istiqomah, A. (2012). Titrasi Asam Basa.
Nugrahani, I. (2008). Galat Titrasi.
Syafril, S. (t.thn.). Senyawa Asam Asetat.
G. LAMPIRAN
Gambar 1. larutan KC8H15O4 + fenolftalein sebelum (sebelah kiri) dan sesudah titrasi
(sebelah kanan)
12
Nama
Biru Timol
Kuning Metil
Jingga Metil
Hijau Bromkresol
Merah Metil
Ungu Bromkresol
Biru Bromtimol
Merah Fenol
Ungu Kresol
Fenolftalein
Timolftalein
Kuning Alizarin
pH range
1.2 - 2.8
2.9 4.0
3.1 4.4
3.8 5.4
4.2 6.3
5.2 6.8
6.2 7.6
6.8 8.4
7.9 9.2
8.3 10.0
9.3 10.5
10.0 12.0
Warna
Merah - kuning
Merah - kuning
Merah jingga
Kuning biru
Merah kuning
Kuning ungu
Kuning biru
Kuning merah
Kuning ungu
t.b merah
t.b biru
Kuning ungu
Tipe (sifat)
Asam
Basa
Basa
Asam
Basa
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Basa
13