b. Bahan
V. PROSEDUR KERJA
Hipotesis :
Saat mencapai titik akhir titrasi, larutan pada enlenmeyer akan bewarna merah muda.
Sesuai indikator yang digunakan yaitu phenolftalein yang akan bewarna merah muda pada
trayek pH 8,3-10,0.
Hasil pengamatan :
Hipotesis :
Setelah eter ditambahkan dalam asam asetat kemudian dikocok, akan terjadi penurunan
temperatur. Eter akan menguap dan menghasilkan gas dan larutan campuran membentuk
dua lapisan. Hasil titrasi akan bewarna merah muda karena indikator yang digunakan
adalah indikator penolftalein yang bewarna merah muda dengan trayek pH 8,3-10,0.
Hasil pengamatan :
Pada saat campuran antara CH3COOH dan eter, terdapat gas pada bagian dalam corong
pisah. Kemudian, corong dikocok dan didimkan selama 10 menit, diambil 10mL lapisan
bawah air. Terakhir dititrasi campuran dengan NaOH 0,5 M. Hasilnya akan menghasilkan
warna larutan merah muda, dengan volume NaOH yang dipakai adalah:
b. Reaksi- reaksi
c. Pembahasan
Hipotesis
Saat mencapai titik akhir titrasi, larutan pada enlenmeyer akan bewarna merah
muda. Sesuai indikator yang digunakan yaitu phenolftalein yang akan bewarna
merah muda pada trayek pH 8,3-10,0.
Setelah eter ditambahkan dalam asam asetat kemudian dikocok, akan terjadi
penurunan temperatur. Eter akan menguap dan menghasilkan gas dan larutan
campuran membentuk dua lapisan. Hasil titrasi akan bewarna merah muda
karena indikator yang digunakan adalah indikator penolftalein yang bewarna
merah muda dengan trayek pH 8,3-10,0.
Fungsi Bahan
Asam Asetat = pada percobaan ini dilakukan untuk menentukan konstnta suatu
solut terhadap dua pelarut yang tidak bercampur. Solut yang digunakan dalam
percobaan ini yakni Asam Asetat (CH3COOH) dengan berbagai konsentrasi.
Aquades = pada percobaan ini, aquadest berfungsi untuk mengencerkan asam
asetat (CH3COOH) menjadi berbagai konsentrasi.
Indikator penolftalein = penggunaan indikator penolftalein dikarenakan reaksi
yang terjadi yakni antara asam lemah (CH3COOH) dan basa kuat (NaOH), sehingga
dimungkinkan saat mencapai titik ekuivalen, larutan akan cenderung bersifat
basa. Indikator phenolftalein akan menunjukkan perubahan warna dari bening
menjadi merah muda saat mencapai titik akhir titrasi.
Natrium Hidroksida = pada percobaan ini, natrium hidroksida berfungsi sebagai
titran.
Petroleum eter = pada percobaan ini, potreleum eter berfungsi sebagai pelarut.
Secara Teori
Menurut hukum disribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian larutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut – pelarut organic
dan air. Dalam praktek solute akan terdistribusikan dengan sendirinya ke dalam dua
pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi
solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu
tetap. Tetapan tersebut disebut dengan tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Ekstraksi pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana yang biasa
dijumpai di dalam laboratorium seperti corong pisah. Ekstraksi ini dapat digunakan
untuk memisahkan soatu solute dalam pelarut A dengan menggunakan pelarut B.
penambahan pelarut B akan menyebabkan solute terbagi antara 2 pelarut yang tidak
bercampur tersebut terjadi dalam keadaan kesetimbangan.
Titrasi asam basa merupakan penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan
asam yang diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan
basa yang diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan
basa yang diketahui didasarkan pada reaksi netralisaasi. Titrasi harus dilakukan hingga
mencapai titik ekuivalen, yaitu keadaan dimana asam dan basa tepat habis bereaksi
secara stokiometri. Titik ekuibalen umumnya dapat ditandai dengan perubahan warna
dari indicator. Keadaan dimana titrasi harus dihentikan tepat pada saat indicator
menunjukkan perubahan warna yang disebut titik akhir titrasi. Untuk memperoleh hasil
titrasi yang tepat, maka selisih antara titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen harus
diusahakan seminimal mungkin.
Secara Praktikum
Pada percobaan ini dilakukan untuk menentukan konstanta kesetimbangan suatu
solute terhadap dua pelarut yang tidak bercampur. Solute yang digunakan pada
percobaan ini yakni larutan CH3COOH (asam asetat) dimana digunakan beberapa variasi
konsentrasi titrasi asam asetat (1M, 0,8M, 0,6M, 0,4M, dan 0,2M). Sedangkan kedua
pelarut yang tidak saling bercampur yakni digunakan aquadest (pelarut air), dan
potreleum eter mimiliki sifat kepolaran yang berbeda sehingga antara kedua pelarut
tersebut tidak akan bercampur. Sementara itu, asam asetat akan terdistribusi ke dalam
dua fasa pelarut tersebut.
Sebelum dilakukan proses ekstraksi, pada larutan asam asetat perlu dititrasi
terlebih dahulu menggunakan larutan NaOH 0,5M. Tujuan awal titrai ini untuk
mengetahui konsentrasi sebenarnya (standarisasi) dari asam asetat. Hal itu dilakukan
untuk mengantisipasi perubahan konsentrasi asam asetat saat proses penyimpanan
yangdisebabkan oleh larutan yang bereaksi dengan senyawa lain diudara. Asam asetat
dititrasi dengan larutan NaOH karena asam asetat saat proses penyimpanan yang
disebabkan oleh larutan yang bereaksi dengan senyawa lain diudara. Asam asetat
dititrasi dengan larutan NOH karena asam asetat merupakan suatu asam, maka perlu
dititrasi dengan larutan yang bersifat basa. Sehingga titrasi yang terjadi merupakan
titrasi asam basa. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat, maka semakin banyak
larutan standart NaOH 0,5 M yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi larutan
berubah warna menjadi merah muda yang sesuai dengan teori.
Asam asetat akan terdistribusi kedalam dua fasa. Sehingga larutan pada fasa air
(lapisan bawah) yang diperoleh dari proses juga mengandung senyawa asam asetat.
Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi awal dan konsentrasi yang telah terdistribusi
menurun, dan ini sesuai dengan teori.
Secara perhitungan
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, didapat kesimpulan bahwa :
1. Konsentrasi asam asetat kesetimbangan dalam pelarut adalah CH3COOH 1M, 0,8M,
0,6M, 0,4M, 0,2M berturut-turut adalah 0,81M, 0,31M, 0,1M, 0,05M, 0,01M.
2. Volume NaOH yang dipakai untuk menitrasi asam asetat adalah, pada CH3COOH 1 M
volume NaOH = 16,2mL, pada CH3COOH 0,8 M volume NaOH 6,3mL= , pada
CH3COOH 0,6 M volume NaOH = 2mL, pada CH3COOH 0,4 M volume NaOH 1mL= ,
pada CH3COOH 0,2 M volume NaOH = 0,2mL.
3. Nilai koefisien distribusi :
Pada CH3COOH 1M =
c 1 0,955
Ko = = = 1,17
c 2 0,81
Pada CH3COOH 0,8M =
c 1 0,725
Ko = = = 2,33
c 2 0,31
Pada CH3COOH 0,6M =
c 1 0,51
Ko = = = 5,1
c 2 0,1
Pada CH3COOH 0,4M =
c 1 0,45
Ko = = =9
c 2 0,05
Pada CH3COOH 0,2M =
c 1 0,1
Ko = = = 10
c 2 0,01
3.
IX. DAFTAR PUSTAKA
1−0,81
[CH3COOH] =
VCH 3COOH
0,5 M x 0,2 mL
= | 1 | x 100%
= = 19%
10 mL
2. % Kesalahan Air 0,8
= 0,01 M
1−0,995
= | 1 | x 100%
= 0,5%
2. % Kesalahan CH3COOH 0,8M
teori−praktek
= | teori |
x 100%
0,8−0,725
= | 0,8 |
x 100%
= 9,375%
3. % Kesalahan CH3COOH 0,6M
teori−praktek
= | teori |
x 100%
0,6−0,51
= | 0,6 | x 100%
= 15%
4. % Kesalahan CH3COOH 0,4M
teori−praktek
= | teori |
x 100%
0,4−0,45
= | 0,4 | x 100%
= -12,5%
5. % Kesalahan CH3COOH 0,2M
teori−praktek
= | teori |
x 100%
0,2−0,1
= | 0,2 | x 100%
= 50%
=|teori−praktek
teori | x 100%
0,8−0,31
=|
0,8 |
x 100%
= 61,25%
3. % Kesalahan Air 0,6M
teori−praktek
= | teori |x 100%
0,6−0,1
= | 0,6 | x 100%
= 83,33%
4. % Kesalahan Air 0,4M
teori−praktek
= | teori |x 100%
0,4−0,05
= | 0,4 |
x 100%
= 87,5%
5. % Kesalahan Air 0,2M
teori−praktek
= | teori |x 100%
0,2−0,01
= | 0,2 |
x 100%
= 95%
CH3COOH 1M
Organik = [mula-mula] – [air]
= 0,955M – 0,81M
= 0,145M
CH3COOH 0,8M
Organik = [mula-mula] – [air]
= 0,725M – 0,31M
= 0,415M
CH3COOH 0,6M
Organik = [mula-mula] – [air]
= 0,51M – 0,1M
=0,41M
CH3COOH 0,4M
Organik = [mula-mula] – [air]
= 0,45M – 0,05M
= 0,4M
CH3COOH 0,2M
Organik = [mula-mula] – [air]
= 0,1M – 0,01M
= 0,09M