Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN II (EMULSIFIKASI)

OLEH :
KELOMPOK 1
1.Nurfaiza Hehanussa (201610410311199)
2.Intan Dwijayanti (201610410311230)
3.Febri Widiyanti (201610410311097)
4. Viecke Dwi Septyarini (201610410311211)
5.Husniatul Faujiyah (201610410311010)
6.Haura Alya Yoriiivra (201610410311030)
7.Taufik Hidayat (201610410311072)
8.Nurul Lailia Utami (201610410311241)
9. Iid Fitrianingtias (2101310410311281)
Kelas : Farmasi E

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan


untuk pembuatan emulsi
2. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan.
3. Dapat menentukan HLB butuh
4. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
II. TEORI UMUM

Emulsi adalah suatu sistem dispersi, dengan stabilitas terbatas


yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 2 cairan yang tidak
tercampur atau tercampur sebagian. Suatu cairan terdispersi di dalam
cairan lain dalam bentuk partikel halus (ukuran mikron) dengan
adanya satu atau lebih zat pengemulsi.
Parafin cair sering digunakan sebagai pembawa dari obat baik
untuk pemakaian dalam maupun luar dan juga untuk sediaan
kosmetik. Pada umumnya parafin cair merupakan salah satu
komponen dari suatu formula sistem dispersi dan agar sediaan
homogen dibuat emulsi.
Pada penyimpanan sering terlihat ketidakstabilan fisik emulsi,
seperti pecah (breaking), memisah ke atas (creaming), dan koagulasi
(floculating). Untuk meningkatkan kestabilan emulsi parafin, dapat
dilakukan antara lain dengan penambahan bahan pengental. Zat
pengemulsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah campuran
surfaktan non ionik, sedangkan untuk pengental digunakan CMC Na,
yang kerjanya untuk melapisi partikel-partikel parafin, sehingga
mencegah terjadinya penggabungan (coalescence).
Stokes memberikan rumus untuk kecepatan pengendapan partikel
yang terdispersi dalam sistem emulsi, dengan persamaan sebagai
berikut:

2𝑟(𝜌𝑡 − 𝜌𝑜)𝑔
𝑣=
18η

dimana:

v : laju pengendapan

r : jari-jari partikel

𝜌𝑡 : bobot jenis fase terdispersi


𝜌𝑜: bobot jenis fase pendispersi

g : gravitasi

η : viskositas

Jika 𝜌𝑜 > 𝜌𝑡, maka nilai v adalah negatif dan akan terjadi
pemisahan ke atas. Tetapi jika fase terdispersi lebih berat daripada medium
pendispersi (𝜌𝑡 − 𝜌𝑜), maka nilai v positif dan terjadi pemisahan ke bawah
atau pengendapan. Dari persamaan Stokes dapat diketahui bahwa: jari-jari
partikel dan viskositas medium pendispersi dapat mempengaruhi stabiltas fisik
emulsi.
III. ALAT dan BAHAN

 Alat
· Pengaduk listrik
· Pemanas listrik
· Thermometer
· Beaker glass
· Batang pengaduk
· Gelas ukur
· Cawan porselen kecil

 Bahan
· Parafin cair
· Span 20
· Tween 80
· CMc Na
IV. PROSEDUR KERJA

 Formula Emulsi Parafin


Parafin cair 30%
Span dan Tween 5%
Air suling ad 150 ml
· Tentukan jumlah span dan tween dengan metode aligasi
· Cari HLB butuh dari parafin cair, kemudian tentukan
jumlah span dan tween sesuai dengan harga HLBnya

 Pembuatan Emulsi Parafin


1. Timbang secara seksama bahan-bahan yang digunakan
2. Campurkan bahan-bahan tersebut, berdasarkan
kelarutannya di dalam fasa air atau fasa minyak.
3. Parafin cair ditambah span dipanaskan 70° C
4. Air suling ditambah tween, dipanaskan 70° C
5. Dituangkan perlahan-lahan fasa parafin ke dalam fasa air
pada suhu 70°C
6. Diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan 1000rpm
selama 10 menit, kemudian dinginkan sampai suhu
kamar.
7. Ulangi prosedur di atas dengan kecepatan pengadukan
500rpm selama 10’
8. Masukkan ke dalam botol kaca 100 ml
9. Dilakukan pengamatan selama 4 hari.
V. TUGAS
1. JELASKAN PENGERTIAN HLB
HLB (Hydrophylic Lipophylic Balance) adalah angka yang
menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (fase air)
dengan senyawa lipofilik (fase minyak) , semakin besar harga HLB
berarti semakin banyak kelompok senyawa yang sukar air, artinya
emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air (hidrofilik) dan
demikian sebaliknya. Kegunaan emulgator juga ditinjau dari harga
HLBnya .

2. DAFTAR HLB SPAN DAN TWEEN DALAM BERBAGAI TIPE

NAME HLB NAME HLB

Sorbitan Monoisostrearat 4,7 Polysorbate 20 16,7

Sorbitan Monolaurate (span 20) 8,6 Polysorbate 21 13,3


Sorbitan Monooleate (span 30) 1,3 Polysorbate 40 15,6

Sorbitan Monopalmitate (span 40) 6,7 Polysorbate 60 14,9

Sorbitan Monostearate (span 60) 4,7 Polysorbate 61 9,6


Sorbitan Sesquolaete 3,7 Polysorbate 65 10,6

Sorbitan Trideate (span 35) 1,8 Polysorbate 80 15,0


Sorbitan Tristearate (span 65) 2,1 Polysorbate 81 10,0

Polysorbate 95 11,0

Polysorbate 120 14,9


Polysorbate

(Handbook of Pharmaceutical Eksipient 6th ED)


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A). HASIL PERHITUNGAN

No Nama bahan Fungsi % G

1 Parafin Cair Fase minyak 30 % 39,15 g

2 Span 20 Emulgator 2.34 % 3,63 g

3 Tween 80 Emulgator 2.66 % 4.22 g

4 Air suling Pelarut 65 % 97,5 ml ~ 98

ml

No Nama bahan Fungsi % G

1 Parafin Cair Fase minyak 30 % 39.15 g

2 Span 20 Emulgator 2.34 % 3,63 g

3 Tween 80 Emulgator 2.66 % 4.22 g

4 Air suling Pelarut 64.5 % 96,5 ml ~ 97

ml

5 CMC-Na Zat pengental 0.5 % 0.75 g


B). GAMBAR
C. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah

span dan tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran

bahan berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air

dicampur dengan fase air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase

minyak itu sendiri.

Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu Tween 80 dan air,

sedangkan untuk fase minyak yaitu Span 20 pada cawan porselen. Kemudian

pencampuran dilakukan pada suhu 70oC. Alasannya, kedua fase tersebut

memiliki suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh

emulsi yang baik dan tidak pecah.

Pada fase air dilakukan pengaturan suhu yang sesuai, lalu campuran

dikocok, dengan cara pengocokan intermitten menggunakan pengaduk listrik

selama 10 menit..Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan

kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta

emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

Pengamatan emulsi dilakukan selama 4 hari tujuannya untuk melihat

pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase

tersebut, dan volume dari emulsi setelah 4 hari kemudian. Penyimpanan

emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress coindition) perlakuan ini

dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan


suhu secara drastis, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan kita

terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.

Dari hasil pengamatan sampai hari keempat :

Dari hasil praktikum yang kami peroleh,bahwa keseimbangan antara

fase minyak dan fase air dalam penentuan banyaknya emulgator sangat

mempengaruhi kestabilan emulsi tersebut,seperti pengamatan yang telah

dilakukan,pada formulasi 1 dan 3 terjadi fase flokulasi, dimana terlihat adanya

pencampuran yang sempurna dan tidak terjadi pemisahan. Hal ini berarti

menunjukkan kestabilan dari emulsi tersebut yang apabila dikocok cepat

homogen kembali. Sedangkan pada formulasi 2 di hari keempat terjadi proses

demulsifikasi,dimana fase minyak dan fase air dalam labu ukur telah terpisah

kembali menjadi 2 fase yang saling tidak bercampur.hal ini terjadi akibat

adanya perubahan tegangan antar muka antara fase air dan fase minyak

semakin tinggi,sehingga nampak 2 lapisan yang berbeda dan ini bersifat

permanen dan tidak dapat diperbaiki meskipun dengan pengocokan.

Berdasarkan pengamatan selama 4 hari dapat dilihat bahwa hasil yang

diperoleh kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakstabilan dari emulsi di antaranya :

 Suhu pemanasan tidak konstan

 Perbedaan kandungan emulsi


 Pencampuran kurang merata

 Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat

terdispersi.

 Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.

 Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana

kenaikan temperatur dapat mengurangi ketegangan antar muka

dan viskositasnya.
VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok

kami selama 4 hari dapat disimpulkan bahwa emulsi yang kelompok

kami buat cukup stabil karena pada formulasi 1 dan 2 menunjukkan

kestabilan yaitu tidak memisah antara air dan minyak.


VIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger,
Philadelphia, London,p.324-361.
2. Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles of
Pharmacy, 3rd Ed. The Macmillan Press Ltd.

Anda mungkin juga menyukai