Anda di halaman 1dari 28

Pengaruh Teknologi di Bidang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Etika Profesi

Oleh:

Nama : Ferry Angga Irawan

NIM : 1605541033

Fakultas Teknik

Program Study Teknik Elektro

2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lah segala keterbatasan penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengaruh Teknologi di Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)” dapat terselesaikan.

Pada makalah ini penulis menjelaskan mengenai UMKM, perkembangan


teknologi, serta pengaruh teknologi di bidang usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) pada era sekarang ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah


Etika Profesi yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada penulis
untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami memperoleh
banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama penulis membuat dan
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kepada seluruh rekan penulis yang
membantu penyelesaian makalah ini baik berupa bantuan moril maupun materil.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak


kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
pembaca dan khususnya penulis.

Jimbaran, 20 September 2018

Ferry Angga Irawan


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Makalah ................................................... . ..........................
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

2.1 Pengertian UMKM ..........................................................................


2.2 Kriteria UMKM ...............................................................................
2.3 Ciri-ciri UMKM ..............................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

3.1 Simpulan ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha mikro, kecil dan menengah(UMKM) merupakan bisnis yang
bergerak diberbagai sektor usaha yang menyentuh kepentingan masyarakat. Di
Indonesia UMKM merupakan cara yang efektif untuk mengurangi kemiskinan
karena pada sektor ini peluang menciptakan lapangan pekerjaan cukup besar
sehingga dapat membantu megurangi pengangguran(Tambunan,2005). Selain
sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UMKM juga berperan dalam
mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 di saat
perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan
usahanya.
Basri (2003) mengemukakan bahwa UKM di Indonesia dapat bertahan di
masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu : (1) Sebagian UKM
menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak
tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing
dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi
produk yang ketat, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja,
dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan
hubungan kerja di sektor formal.
Pada tahun 2007, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation
(HSBC) melaporkan bahwa UKM di Indonesia sangat optimis untuk terus
dikembangkan karena sekitar 64% pengusaha UKM mempunyai niat untuk
menambah investasi pengembangan bisnis dan sekitar 44% pengusaha UKM di
Indonesia mempunyai rencana untuk menambah tenaga kerja (Rahmana, 2009).
Kontribusi UKM terhadap penyediaan lapangan kerja terbukti cukup tinggi. Tahun
2009, tercatat ada lebih dari 587 ribu unit UKM di Indonesia yang telah memberi
lapangan pekerjaan bagi lebih dari 6 juta masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi
usaha (Depkop, 2010).
Namun untuk menghadapi krisis ekonomi global dan perdagangan bebas
multilateral (WTO), regional (AFTA), kerjasama informal APEC, dan ASEAN
Economic Community (AEC) pada tahun, UKM dituntut untuk melakukan
perubahan guna meningkatkan daya saingnya agar dapat terus berjalan dan
berkembang. Salah satunya adalah dengan cara menggunakan teknologi informasi
(TI). Dengan penerapan teknologi informasi yang sekarang ini, UMKM mampu
dalam menghadapi era persaingan dipasar global khususnya dipasar maya/online.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang harus di
pecahkan di makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan UMKM ?
2. Bagaimana cara mengelola UMKM ?
3. Apa saja Kekuatan dan Kelemahan UMKM ?
4. Bagaiman upaya untuk Pengembangan UMKM ?
5. Bagaimana pengaruh teknologi di sektor UMKM?

1.3 Tujuan Makalah


Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui tentang pengertian UMKM.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengelola UMKM
3. Untuk mengetahui tentang kekuatan dan kelemahan UMKM
4. Untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM
5. Untuk mengetahui pengaruh teknologi di sektor UMKM

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, dan
masyarakat pembaca. Berbagai manfaat yang diharapkan adalah :

1. Bagi Mahasiswa :
a. Mahasiswa memahami dan menambah pengetahuan mereka mengenai
UMKM.
b. Mahasiswa akan lebih mengetahui cara mengelola UMKM setelah
membaca makalah.
c. Mahasiswa akan lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan pada
UMKM
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya para pengusaha kecil maupun menengah akan
lebih mengetahui upaya pengembangan UMKM, dan akan lebih
mengetahui cara bersaing di dunia global dengan adanya teknologi
informasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) memilki definisi yang berbeda
setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang.
Sesuai dengan undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil
dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini langsung dengan Usaha
Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Berdasarkan Kekayaan dan Hasil Penjualan, menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6, Kriteria usaha mikro yaitu:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2.1.1 Kriteria UMKM
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah diatur oleh
undang-undang No 20 tahun 2008. Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri,yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi yang kriteria usaha kecil
sebagaimana yang dimaksud dalam undang undang. Kriteria UMKM, peluang
usaha mikro memiliki asset maksimal Rp 50 juta, dengan omset maksimal Rp 300
juta/ tahun. Peluang usaha kecil memiliki asset >Rp 50 juta -Rp 500 juta dengan
omset > Rp 300 juta –Rp 2,5M /tahun. Peluang usaha menengah memiliki asset >
Rp 500 juta –Rp 10 M dengan omset > Rp 2,5 M – Rp 50 M /tahun.

2.1.2 Karakteristik UMKM di Indonesia


Di Negara yang sedang berkembang UMKM memiliki karakteristik yang
berbeda dengan usaha besar, karakteristik yang dimiliki adalah sebagai berikut
(Tambunan, 2009:2) :
1. Jumlah perusahaan sangat banyak jauh melebihi jumlah usaha besar.
Terutama dari kategori usaha mikro, dan usaha kecil. Berbeda dengan usaha besar
dan usaha menengah, usaha mikro dan usaha kecil tersebar diseluruh pelosok
perdesaan, termasuk diwilayah-wilayah yang terisolasi. Oleh karena itu, kelompok
usaha ini mempunyai suatu signifikansi lokal yang khusus untuk ekonomi
perdesaaan. Dalam kata lain, kemajuan pembangunan ekonomi perdesaan sangat
ditentukan oleh kemajuan pembangunan UMKMnya.

2. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan


kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan
sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama
bagimasyarakat miskin. Hal ini juga yang bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan
UMKM menjadi semakin penting diperdesaan di negara sedang berkembang,
terutama diderah-daerah dimana sektor pertanian mengalami stagnasi atau sudah
tidak mampu lagi menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja
diperdesaan. Teori dari A. Lewis (suplai tenaga kerja tak terbatas), kondisi
kelebihan tenaga kerja diperdesaan akan menciptakan arus manusia terus-menerus
dari perdesaan ke perkotaan. Apabila kegiatan kegiatan ekonomi perkotaan tidak
mampu menyerap pendatang-pendatang Universitas Sumatera Utara tersebut,
jumlah pengangguran akan meningkat dan akan muncul banyak masalah sosial
diperkotaan. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan nonpertanian diperdesaan, terutama
industri, selalu diharapkan bisa berfungsi sebagai sumber penyerapan kelebihan
penawaran tenaga kerja kesektor pertanian sehingga bisa membatasi arus migrasi
keperkotaan dan dalam hal ini UMKM perdesaan dapat memainkan suatu peran
yang signifikan.

3. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa bertahan
pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada tahun 1997 1998. Oleh
sebab itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai perusahaan perusahaan yang
memiliki fungsi sebagai basis bagi perkembangan usaha lebih besar. Misalnya
usaha mikro bisa menjadi landasan bagi pengembangan usaha kecil, sedangkan
usaha kecil bagi usaha menengah dan usaha menengah bagi usaha besar.

4. Walaupun pada umumnya masyarakat perdesaan miskin, banyak bukti yang


menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa menabung dan mereka
mau mengambil risiko dengan melakukan investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa
menjadi suatu titik permulaan bagi mobilitas tabungan/investasi diperdesaan
sementara pada waktu yang sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai
tempat pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang
desa.

5. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk


masyarakat kelas menengah dan atas, terbukti secara umum bahwa pasar utama
bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederhana dengan Universitas
Sumatera Utara harga relatif murah, seperti pakaian jadi dengan desain sederhana,
mebel darikayu, bambu, dan rotan, barang-barang lainnya dari kayu, alas kaki, dan
alat-alat dapur dari aluminium dan plastik. Barang-barang ini memenuhi kebutuhan
sehari-hari masyarakat miskin atau masyarakat berpendapatan rendah. Namun
demikian, banyak juga UMKM yang membuat barang barang nonkonsumsi, seperti
peralatan-peralatan produksi, berbagai macam mesin sederhana dan/atau
komponen-komponennya, bahan-bahan bangunan dan barang-barang setengah jadi
lainnya untuk kebutuhan kegiatan-kegiatan dibanyak sektor, seperti industri,
konstruksi, pertanian, perdagangan, pariwisata dan transportasi.

6. Seperti sering dikatakan didalam tulisan satu keunggulan dari UMKM adalah
tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif mampu bersaing terhadap pesaingnya
yaitu usaha besar. Berry et al. (2001) dalam Tambunan (2009) menyatakan
kelompok usaha ini dilihat sangat penting di industri-industri yang tidak stabil atau
ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubahan perubahan kondisi pasar yang
cepat, seperti kondisi ekonomi 1997-1998 yang dialami oleh beberapa negara di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut laporan BPS terdapat perbedaan
antara usaha mikro usaha kecil dan usaha menengah dalam latar belakang atau
motivasi pengusahamelakukan usaha. Perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya
harus dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara
UMKM dengan usaha besar, maupun antar sub kategori didalam kelompok UMKM
itu sendiri. Menurut laporan itu, sebagian besar pengusaha mikro di Indonesia
mempunyai latar belakang ekonomi yakni alasan utama melakukan kegiatan
tersebut adalah ingin memperoleh perbaikan penghasilan. Perbedaan lain antara
UMKM dengan usaha besar maupun didalam kelompok UMKM itu sendiri
menurut status badan hukum. Jelas, semua perusahaan didalam kelompok usaha
besar berbadan hukum. Namun tidak demikian dengan UMKM. Berdasarkan hasil
survey BPS, terlihat bahwa sebagian besar UMKM tidak berbadan hukum yang
mencapai sekitar 95,1 persen dari jumlah unit usaha.
2.1.3 Kategori UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Kategori UMKM khususnya di Indonesia sangatlah banyak, dipaparkan di
tabel 2.1

Tabel 2.1 Banyaknya usaha mikro dan kecil di Indonesia menururt kategori
Kategori UKM Jumlah UKM
Pertambangan dan Penggalian 245 780
Industri dan Pengolahan 3 194 461
Listrik dan Air Bersih 10 677
kontruksi 157 381
Perdagangan Besar dan Eceran 10 226 595
Penyediaan Alokasi dan Penyediaan Makan Minum 2 994 858
Transportasi 2 470 080
Komunikasi 214 406
Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 790 704
Jasa Pendidikan 335 639
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 172 705
Jasa kemasyarakatan, Sosial, Budaya, hiburan dan 1 459 749
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani rumah Tangga 179 474
Jumlah 22 513 552
Sumber : BPS, perusahaan Mikro dan Kecil 2006

Profil UMKM juga dapat dilihat dari banyaknya pengusaha UKM


berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Dari tingkat pendidikan
pengusaha UKM dapat menggambarkan bagaimana usaha tersebut dikelola dan
dikembangkan. UKM di Indonesia tidak dapat segera berkembang dan menjadi
sebuah usaha yang ―mengurita‖ karena yang terjun di usaha UKM sebagian besar
adalah mereka yang lulus SD(Al Firmansyah, 2018).
Dari tabel 2.2 dapat dilihat jumlah pengusaha UKM laki-laki dan
perempuan dilihat dari jenjang pendidikannya, pengusaha terbesar baik laki-laki
maupun perempuan secara keseluruhan adalah yang tingkat pendidikannya SD,
yaitu sebesar 33,75 persen. Pengusaha UKM paling sedikit yang tingkat
pendidikannya Diploma III, hal ini disenankan karena lulusan Diploma III lebih
banyak tersalur ke perusahaan-perusahaan menengah dan besar karena
pendidikannya yang lebih menekankan pada bidang keahlian dan ketrampilan
tertentu, dan yang berpendidikan Sarjana tidak banyak menekuni sebagai
pengusaha UMKM karena menurutnya pekerjaan yang rendah.

Tabel 2.2 Banyaknya Pengusaha Laki-laki dan Perempuan pada Usaha Mikro dan
Kecil berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perernpuan Total %


1 Tidak Tamat SD 2 012 638 2 235 984 4 248 622 18,87
2 SD 4 444 631 3 152 952 7 597 595 33,75
3 SMTP 3 123 376 1 617 952 4 741 328 21,06
4 SMTA 3 336 343 1 467 554 4 803 897 21,34
5 Diploma I/II 143 829 108 220 252 049 1,12
6 Sarjana/Diploma III 166 524 86 796 253 320 1,13
7 Sarjana (SI) dan 444 250 172 491 616 741 2,74
lebih
8 Jumlah 13 671 591 8 841 961 22 513 552 100
Sumber : BPS Perusahaan Mikro dan Kecil 2006

Bila dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap pada kegiatan UKM
dapat dilihat pada tabel 2.3. Dari tabel 2.3 diperoleh ada kegiatan UKM yang
banyak menyerap tenaga kerja adalah bidang usaha perdagangan besar dan eceran
sedangkan terkecil pada bidang usaha listrik dan air bersih. Penyerapan tenaga kerja
masing-masing bidang usaha rata-rata dua kali dari jumlah UKM, dengan demikian
UKM tersebut selain memberikan peluang kerja bagi pengusahanya juga
memberikan peluang kerja bagi orang lain.(Al Firmansyah,2018)

Tabel 2.3 Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja Usaha Mikro dan Kecil menurut
kategori.

Kategori UKM Jumlah Tenaga Kerja

Pertambangan dan Penggalian 528 273


Industri dan Pengolahan 7 817 110
Listrik dan Air Bersih 23 370
kontruksi 819 271
Perdagangan Besar dan Eceran 17 387 040
Penyediaan Alokasi dan Penyediaan Makan Minum 5 292 765

Transportasi 2 910 121


Komunikasi 416 986
Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa 1 339 620
Perusahaan
Jasa Pendidikan 3 692 820
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 456 502
Jasa kemasyarakatan, Sosial, Budaya, hiburan dan 2 690 978
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani rumah Tangga 208 382
Jumlah 43 911 721
Sumber : BPS, Perusahaan Mikro dan Kecil 2006

Dari tabel 2.3 bisa dismpulkan bahwasannya jumlah tenaga kerja yang
banyak direkrut dari UMKM ketegori perdagangan besar dan eceran dengan total
tenaga kerja 17 387 040 orang, dan total keseluruhan jumlah tenaga kerja dari
semua kategori adalah 43 911 721 orang.
2.1.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Adapun ciri-ciri dari Usaha Mikro antara lain:
1. Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode tertentu
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-waktu
3. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak
memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber
daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa enterpreuner yang memadai
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah
5. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank
6. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas lainnya
termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Adapun ciri-ciri usaha menengah, antara lain:


1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas
antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah
ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll

2.2 Pengelolaan UMKM

Empat aspek yang perlu diperhatikan dalam mengelola UMKM, yaitu:

1. Aspek Pengelolaan Keuangan


2. Aspek Pengelolaan SDM
3. Aspek Pengelolaan Operasional
4. Aspek Pengelolaan Pemasaran

2.3 Kekuatan dan Kelemahan UMKM


Adapun kekuatan dan kelemahan dari UMKM menurut Endah240395

1. Kekuatan:

 Kebebasan untuk bertindak.


 Menyesuaikan kepada kebutuhan setempat.
 Peran serta dalam melakukan usaha/tindakan.

2. Kelemahan:

 Modal dalam pengembangan terbatas.


 Sulit untuk mendapatkan karyawan.
 Relatif lemah dalam spesialisasi.

Segala usaha bisnis dijalankan dengan azas manfaat, yaitu bisnis harus dapat
memberikan manfaat tidak saja secara ekonomi dalam bentuk laba usaha, tetapi
juga kelangsungan usaha.

Beberapa faktor penentu keberhasilan usaha adalah:

1. Kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana


perusahaan, baik jangka pendek maupun panjang
2. Kapabilitas dan kompetensi manajemen.
3. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan modal untuk menjalankan usaha.

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro kecil, dan
menengah (UMKM), antara lain meliputi:
A. Faktor Internal

1. Modal

Kurangnya permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk


mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UMKM, oleh karena
pada umumnya usaha mikro kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau
perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal dari si pemilik
yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga
keuangan lainnya sulit diperolah, karena persyaratan secara administratif dan teknis
yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Manajemen

Sumber daya manusia merupakan titik sentral yang sangat penting untuk
maju dan berkembang, sebagian besar usaha mikro dan usaha kecil tumbuh secara
tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM
usaha mikro dan kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan
keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya,
sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Di samping itu
dengan keterbatasan SDM nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkannya.

3. Teknologi

Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar usaha kecil yang
pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang
sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang
kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah
solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan
promosi yang baik. Sebagian besar UMKM masih dihadapkan pada kendala dalam
informasi yang terbatas dan kemampuan akses ke sumber teknologi.

B. Faktor Eksternal

1. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif

Kebijaksanaan pemerintah untuk menumbuh kembangkan usaha mikro


kecil, dan menengah (UMKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan,
namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih
terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan
pengusaha-pengusaha besar.

2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki
juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya
sebagaimana yang diharapkan.

3. Implikasi Otonomi Daerah

Dengan berlakunya Undang-undang no. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi


Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus
masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap
pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan
pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Jika kondisi ini tidak segera
dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Mikro Kecil, dan Menengah.
Di samping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi
yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya
di daerah tersebut.
4. Implikasi Perdagangan Bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku pada Tahun 2003
dan APEC Tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap UMKM untuk bersaing
dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UMKM dituntut untuk
melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan
produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti
isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000) dan isu Hak Asasi Manusia.
(HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh
Negara maju sebagai hambatan (Non Tarif Barrier for Trade). Untuk itu maka
UMKM perlu mempersiapkan agar agar mampu bersaing baik secara keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan.

2.3.1 Peran Pemerintah Terhadap UMKM


Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi
mengenai sistem pemerintahan. Pemerintah menetapkan peraturan
perundangundangan dan kebijakan. Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPRRI/1998 tentang
Politik Ekonomi dalam rangkat Demokrasi Ekonomi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang
mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur
perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang, dan berkeadilan
(Undang-Undang Usaha Mokro, Kecil dan Menengah, Op.Cit, hlm. 1)
Peran adalah perilaku menjalankan kewajiban dan menuntut hak yang
melekat pada status. Peranan pemerintah sebagai salah satu prasyarat keberhasilan
dalam pengembangan UMKM dengan melakukan berbagai terobosan untuk
meningkatkan kinerja UMKM sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang
berdaya saing tinggi.
Pemerintah Daerah (PEMDA) memiliki peran yang sangat strategis dalam
menumbuh-kembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) di daerah. Dengan
karakteristiknya yang relatif aman dari faktor-faktor eksternal, seperti kondisi
ekonomi global, karena lebih banyak mengandalkan sumber daya (bahan baku) di
dalam negeri, UKM relatif lebih mudah dikembangkan(Kemendagri,2015)
Departemen Perindustrian maupun Departemen Perdagangan, pemerintah
melancarkan program-program pembinaan yang terpadu bagi pengembangan usaha
kecil. Pemerintah tetap konsisten dengan rencana dan program kerjanya dalam
pengembangan perusahaan kecil, hal tersebut dibuktikan melalui pola
kebijaksanaan dan Pengembangan Industri/Usaha Kecil sebagai berikut:
a. Sistem keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha.
b. Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi
c. Mewajibkan Badan Usaha Milik Usaha (BUMN) menyisihkan dana
pembinaan sebesar 1%-5% dari keuntungan bersih.
d. Menugaskan lembaga perbankan pengalokasian dana kredit untuk usaha
kecil dan koperasi sebanyak 20% dari portofolio kredit yang disalurkan (KUK).
e. Persediaan Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia ke bank-bank untuk
membiayai sebagian besar dari kebutuhan dana kredit untuk anggota koperasi
primer.
Selain daripada hal-hal di atas yang lebih menyangkut aspek keuangan,
pemerintah telah pula membantu dalam aspek fisik yang lebih riil di antaranya:
a. Program Peningkatan Kemampuan Usaha.
b. Program Pengembangan Industri Kecil untuk Menunjang Ekspor.
c. Program Pengembangan Keterkaitan Sistem Bapak Angkat dengan Mitra
Usahanya bagi BUMN dan Departemen.
d. Program Pengembangan Wiraswasta dan Tenaga Profesi.
e. Program Penelitian dan Pengembangan Industri Kecil.
f. Program Penciptaan/Pengaturan Iklim dan kerja sama.
g. Program Pengembangan dan Usaha Kecil dari berbagai Perguruan Tinggi
Negeri maupun Swasta.
h. Seminar dan Pameran Produk-produk Industri Kecil Tingkat Nasional
maupun Internasional.
i. Pengembangan Pasar Inpres 10 buah yang menampung 1.500 pedagang
kecil, serta Pertokoan Inpres 1.916 buah yang mampu menampung 360.280
pedagang.
j. Penyediaan Sentra Industri Kecil dan UPT (Unit Pelayanan Teknis).
k. Penyediaan Tenaga Penyuluhan Lapangan (TPL).
l. Kupedes (Kredit Usaha Pedesaan) dengan nilai plafon pinjaman sebesar Rp
25.000,00 dengan batas nilai pinjaman maksimum Rp 1.000.000,00 dan bunga 12%
pertahun. Sedangkan jangka waktu pinjaman minimum selama 3 tahun.
Sejak tahun1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai
upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi
perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang
perdagangan dan investasi tidak memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan
kecil dan menengah, bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang
mendapatkan keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai
tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang, dan besar,
tetapi justru perusahaan skala konglomerat dengan tenaga kerja lebih dari 1000
orang yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata
perusahaan(Mudrajad kuncoro,2007)

2.4 Upaya Pengembangan UMKM

Menurut Endah,2015 Pengembangan UMKM pada hakikatnya merupakan


tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati
permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka ke depan perlu diupayakan hal-
hal sebagai berikut:

1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain


dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan
prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2. Bantuan Permodalan Pemerintah

Bantuan permodalan pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus


dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu
peningkatan permodalannya, baik itu melalui sector jasa financial formal, sector
jasa financial informal, skema penjaminan, leasing dana modal ventura.
Pembiayaan untuk UMKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) yang ada, maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro Bank antara lain,
BRI unit desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sampai saat ini BRI memiliki
sekitar 4.000 unit tersebar di seluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat
sebanyak 8.500 unit melayani UMKM. Untuk itu perlu mendorong pengembangan
LKM, yang harus dilakukan sekarang ini adalah bagaimana mendorong
pengembangan LKM ini berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non
kpperasi memiliki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.

3. Perlindungan Usaha Jenis-jenis Usaha Tertentu

Perlindungan usaha jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha


tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan
perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan
pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution).

4. Pengembangan Kemitraan

Pengembangan kemitraan perlu dikembangkan, kemitraan yang saling


membantu antara UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam
negeri maupun luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha.
Di samping itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang
lebih efisien. Dengan demikian UMKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing
dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

5. Pelatihan Pemerintah
Pelatihan pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik
dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta
keterampilannya dalam pengembangan usaha. Di samping itu juga perlu diberi
kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan
teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

6. Membentuk Lembaga Khusus

Membentuk lembaga khusus perlu dibangun suatu lembaga yang khusus


bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan
dengan upaya penumbuh kembangan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari
solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang
dihadapi oleh UMKM.

2.5 Pengaruh Teknologi di Sektor UMKM

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan dirasakan


semakin canggih bahkan di pelosok-pelosok yang dulunya belum merasakna
teknologipun sekrang sudah bisa merasakan layanan informasi secara online.
Perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi yang sebenarnya
memacu kepada suatu cara baru dalam kehidupan(ahmadzakypti,2017).Dalam hal
ini teknologi menjadi sangat penting dan vital bagi kehidupan manusia, terutama di
bidang usaha khususnya usaha mikro kecil dan menengah.

Perkembangan teknologi di Indonesia telah mengalami banyak perubahan


selama lebih dari 20 tahun. Teknologi di Indonesia mulai lebih berkembang pesat
ketika memasuki tahun 2000, terlebih lagi sejak internet mudah dijangkau oleh
semua kalangan masyarakat.( eikontechnology,2017)

Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian


Koperasi dan UKM, Choirul Djamhari, mengatakan bahwa belum banyak UMKM
di Tanah Air yang mengenal dan menggunakan teknologi informasi dalam
menjalankan usahanya. Bila selama ini para pelaku usaha kecil menengah atau
UKM Indonesia biasa memasarkan bisnis mereka secara konvensional seperti
mulut-ke-mulut atau hanya menunggu bola, kini saatnya mereka melebarkan sayap
melalui cara yang lebih moderen, yaitu dengan memanfaatkan teknologi jaringan
internet (eikontechnology,2017). Yang terkadang menjadi hambatan selama ini
adalah banyaknya pelaku usaha yang masih enggan mengenal teknologi internet.
Padahal dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan jaringan internet yang
semakin mudah dijangkau dan digunakan dapat membantu mengembangkan usaha
berkali lipat.. Kesuksesan UKM Indonesia saat ini tak lepas dari bantuan para
penggiat teknologi yang mengadaptasi layanan berbasis teknologi untuk
menjalankan pemasaran secara online. Kreativitas yang sangat beragam dari
masyarakat Indonesia sangat berpotensi membangun UKM yang memiliki daya
saing tinggi. Dengan memanfaatkan teknologi internet , para pelaku UKM dapat
memiliki potensi pasar yang luas dan menciptakan ragam peluang baru yang
menguntungkan.

Perkembangan teknologi di Indonesia memang semakin memudahkan


banyak aktifitas bisnis, salah satunya adalah kemudahan dalam mencari informasi
terkini. Bagi para pelaku bisnis, kemampuan melihat minat pasar dan trend baru
adalah sesuatu yang wajib diasah. Saat ini teknologi berperan sangat penting untuk
mendongkrak kinerja UKM dan mengatasi kesulitan dalam memproduksi barang
komoditas yang berkualitas. Tak perlu punya website sendiri karena kini banyak
situs online yang menjadi wadah bag untuk berjualan secara online dengan mudah.
Biasanya situs ini juga menyediakan berbagai forum yang khusus untuk
mempertemukan penjual dan pembeli. Dari situ pelaku bisnis juga dapat
memperluas koneksi dengan bertemu banyak orang dari bisnis yang berbeda. Hal
ini dapat membuka peluang bisnis baru bagi para pelaku UKM.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul


Sembiring, menyatakan bahwa pihaknya akan mendorong terus berkembangnya
teknologi dan informasi. Tifatul menyatakan, perluasan akses telekomunikasi bagi
sektor UMKM sangat penting karena hal tersebutlah yang akan meningkatkan daya
saing sekaligus memperluas pasar UMKM.
Pihaknya mencatat saat ini pengguna internet di Indonesia sudah mencapai
45 juta orang meski sebagian besar masih seputar pengguna jejaring sosial. Namun
ke depan Menteri Tifatul berharap penggunaan internet akan berkembang ke arah
dan tujuan yang lebih produktif.

Semakin maju dan berkembangnya teknologi sangatlah berpengaruh,


khususnya pada sektor UMKM, karena tidak hanya menjual barang dalam 1 tempat
saja, tetapi mampu menjual barang diberbagai tempat secara online, bahkan mampu
bersaing didunia luar secara global, serta pemanfaatan teknologi memunculkan
sedikit perbedaan biaya namun akan memberikan nilai tambah yang signifikan

2.6 Daya Saing

2.6.1 Pengertian Daya Saing

Pengertian daya saing adalah kemampuan makhluk hidup untuk dapat


tumbuh (berkembang) secara normal diantara makhluk hidup lainnya sebagai
pesaing dalam satu habitat (disatu bidang usaha dan sebagainya)(duniabakti,2014)
Menurut Tambunan daya saing global yang rendah dari UMKM secara di NSB
dapat menjadi suatu hambatan serius bagi kelompok usaha tersebut bukan saja
untuk menembus pasar global, tetapi juga untuk bisa memenangi persaingan dengan
barang-barang impor di pasar domestik. Maka strategi yang harus dilakukan oleh
sebuah perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya terdiri dari dua (2)
komponen atau sub-strategi. Daya saing sebuah perusahaan dicapai melalui
akumulasi daya saing individual perusahaan dalam ekonomi global. Untuk
mencapai hal ini, dengan terus-menerus meningkat, sebuah perusahaan harus
melihat dunia sebagai pasarnya. Misalnya, Procter & Gamble yakin bahwa mereka
masih memiliki potensi besar untuk tumbuh secara internasional karena secara
global, permintaan akan produk-produk rumah tangga tidak sematang di Amerika.
Peningkatan daya saing UKM dapat dilakukan melalui dua aspek yaitu faktor
internal yang meliputi institusi riset dan pengembangan, kapasitas SDM,
pengembangan SDM, teknologi informasi. Sedangkan faktor eksternal mencakup
dukungan pemerintah terhadap riset dan pengembangan, HAKI, interaksi dengan
pihak luar.

2.7 Contoh UMKM

2.7.1 Grab

Gamabar 2.1 Grab

(Sumber: http://expandedramblings.com/index.php/grab-facts-statistic)

Grab adalah salah satu kategori UMKM dibagian transportasi yang


menggunakan perkembangan teknologi informasi yang saat ini terkenal dikalangan
masyarakat. Pengguna aplikasi grab saat ini semakin banyak dan semakin terkenal,
hal ini dikarenakan faktor kemudahan dalam mengoprasikannya serta fitur yang
digunakan simple dan enak dipandang, aplikasi ini tidak hanya dibagian antar
jemput orang saja, berkat inovasi dari pemilik grab ini, akhirnya grab bisa
melakukan grab food, hal ini dilakukan karena dilihat potensi untuk mendapatkan
sebuah peluang usaha dibagian itu. Teknologi informasi inilah sangat berpengaruh
bagi kelangsungan dan kesuksesan suatu usaha sehingga mampu bersaing didunia
secara global, yang dulunya hanya transportasi biasa, sekarang mampu ditingkatkan
menjadi transportasi yang dihubungkan secara online antara di pengendara dan si
penumpang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. UMKM saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan
kemiskinan Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya
terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja
yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat
membantu upaya mengurangi pengangguran.
2. Semakin maju dan berkembangnya teknologi sangatlah berpengaruh,
khususnya pada sektor UMKM, karena tidak hanya menjual barang dalam
1 tempat saja, tetapi mampu menjual barang diberbagai tempat secara
online, bahkan mampu bersaing didunia luar secara global, serta
pemanfaatan teknologi memunculkan sedikit perbedaan biaya namun akan
memberikan nilai tambah yang signifikan.

B. Saran
Perkembangan teknologi dibidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
perlu dikembangkan karena peran UMKM dalam Perekonomian Nasional cukup
besar yaitu meningkatkan lajunya perekonomian masyarakat. UMKM ini juga
sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan
lewat UMKM juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-
tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu ukm
juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang
berkapasitas lebih besar. UMKM ini perlu perhatian yang khusus dan di dukung
oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha
kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad Ali Imron, ―Peran Baitul Maal Wattamwil (BMT) terhadap


Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Desa Wates kecamatan
Undaan Kabupaten Kudus‖, Skripsi STAIN Kudus, 2009, hlm. 19

Diakses pada tanggal 20 september 2018

2. Undang-Undang Usaha Mokro, Kecil dan Menengah, Op.Cit, hlm. 1.

Diakses pada tanggal 20 september 2018

3. Admin,2013. Peran Pemda Dalam Tumbuhkan UKM


http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/40-peran-pemda-dalam-
tumbuhkan-ukm
diakses pada tanggal 20 september 2018
4. 9Http://Duniabakti.Blogspot.Com/2014/02/Teori-Strategi-Daya-
Saing.Html
Diakses pada tanggal 21 september 2018
5. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3632092/bukan-modal-kemudahan-
akses-jadi-hal-terpenting-pengusaha-mikro

Bukan Modal, Kemudahan Akses Jadi Hal Terpenting Pengusaha Mikro

Diakses pada tanggal 21 september 2018

6. http://www.depkop.go.id/content/read/ukm-harus-mampu-manfaatkan-
media-sosial/
Diakses pada tanggal 22 september 2018
7. http://rivandi6.blogspot.com/2014/11/rivandimakalah-ukmumkm-dan-
contoh-umkm.html
Diakses pada tanggal 22 september 2018
8. Dampak Perkembangan Teknologi di Indonesia terhadap sektor UKM
http://blog.eikontechnology.com/dampak-perkembangan-teknologi-di-
indonesia-terhadap-sektor-ukm
Diakses pada tanggal 22 September 2018
9. UMKM dan teknologi informasi
Diakses Pada
http://bhariwibowo.blogspot.com/2007/11/umkm-dan-teknologi-
informasi.html
Diakses pada tanggal 22 september 2018
10. Yuli rahmini suci,2017. PERKEMBANGAN UMKM (USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH) DI INDONESIA
Diakses pada
http://e-journal.upp.ac.id/index.php/Cano/article/view/1239
pada tanggal 22 September 2018

Anda mungkin juga menyukai