Anda di halaman 1dari 13

MODUL

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

NAMA :
NIM :
KELAS PRAKTIKUM :
KELOMPOK :

Program Studi S1 Farmasi


Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2023/2024

1
PRAKTIKUM VI
UJI SISTEM DISPERSI (SEDIAAN EMULSI)

A. Tujuan Praktikum
1. Mampu membuat sediaan emulsi yang baik serta mengetahui parameter
evaluasinya (penentuan fase dan stabilitas)
2. Mampu menentukan jumlah emulgator yang digunakan dalam pembuatan
emulsi
3. Mampu menentukan nilai HLB butuh dalam pembuatan emulsi

B. Pendahuluan
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur,
dimana salah satunya fase terdispersi (fase internal) yang terdispersi secara
seragam dalam bentuk tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi (fase
eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang cocok.
Emulsi juga memiliki kelebihan yaitu terutama dalam penyiapan untuk
senyawa yang larut dalam lemak atau minyak, sedangkan kerugiannya yaitu
proses formulasinya membutuhkan keahlian yang baik. Emulsi pada umumnya
diaplikasikan dalam bidang kecantikan yaitu pembuatan kosmetik baik berbentuk
lotio maupun krim.
Berdasarkan fase terdispersinya dikenal 2 jenis emulsi, yaitu:
1. Emulsi minyak dalam air (M/A), jika fase terdispersinya adalah fase
minyak
2. Emulsi air dalam minyak (A/M), jika fase terdispersinya adalah fase air
Sistem dispersi ini umumnya distabilkan oleh emulgator. Dalam
pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor penting untuk
diperhatikan karena emulgator merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
mutu dan kestabilan suatu emulsi. Emulgator yang biasa digunakan dalam bidang
farmasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu emulgator golongan surfaktan,
koloid hidrofilik, dan serbuk pada terbagi halus.
Emulgator yang biasanya banyak digunakan dalam pembuatan emulsi
adalah surfaktan. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara membentuk lapisan
monomolekuler pada permukaan globul fase terdispersi sehingga tegangan
2
permukaan antara fase terdispersi dan pendispersi menurun. Surfaktan merupakan
molekul amfifilik, yaitu molekul yang memiliki gugus polar dan non polar.
Surfaktan yang didominasi gugus polar akan cenderung membentuk emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, surfaktan yang didominasi gugus non polar akan
cenderung menhasilkan emulsi air dalam minyak. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan untuk melihat kekuatan gugus polar dan non polar dari suatu
surfaktan.
Penggunaan emulgator harus tepat dan penentuan komposisi surfaktan ini
dirumuskan sebagai nilai HLB. Nilai HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap
surfaktan dan menunjukkan tipe sistem dispersi suatu sediaan emulsi. Berikut
adalah tabel hubungan nilai HLB dengan tipe sistem.
Nilai HLB Tipe sistem
3–6 A/M emulgator
7–9 Zat pembasah (wetting agent)
8 – 16 M/A emulgator
13 – 15 Zat pembersih (detergent)
15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)

Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang menunjukkan ukuran


keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai air) dan gugus lipofilik
(menyukai minyak), yang merupakan sistem dua fase yang diemulsikan. Sistem
HLB adalah metode untuk menentukan HLB butuh suatu bahan dengan
menggunakan berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu
sebagai alat bantu. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin
lipofil surfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB surfaktan maka akan
makin hidrofil.

3
C. Alat dan Bahan
Alat:
1. Batang pengaduk 6. Neraca analitik
2. Cawan porselen 7. Mortir dan stamper
3. Gelas kimia 8. Pipet tetes
4. Gelas ukur 9. Kertas saring
5. Penangas air
Bahan:
1. Tween 80
2. Span 80
3. Minyak
4. Aquadest

Resep Emulsi:
R/ Minyak 30%
Emulgator 3%
Air ad 100%
Buat sediaan emulsi dengan nilai HLB butuh masing-masing 8, 9, 10, 11, 12, 13

D. Cara Kerja
Pembuatan Emulsi:
1. Hitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk setiap nilai HLB butuh
2. Timbang masing-masing bahan sejumlah yang diperlukan
3. Campurkan span 80 dengan minyak, lalu panaskan sampai suhu 70oC
4. Campurkan tween 80 dengan air, lalu panaskan sampai suhu 70 oC
5. Masukkan campuran tween 80 terlebih dahulu ke dalam mortir, digerus ad
larut
6. Tambahkan campuran span 80 perlahan-lahan agar emulsi tidak pecah,
sambil terus digerus dengan konstan dan didapatkan cairan yang homogen
7. Tuang cairan ke dalam gelas ukur dan beri label

4
Evaluasi Sediaan Emulsi:
1. Penentuan tipe emulsi
Metode warna: beberapa tetes metilen blue dicampurkan pada sampel emulsi,
jika seluruh emulsi berwarna seragam, maka emulsi bertipe M/A
Metode cincin: teteskan sediaan emulsi pada kertas saring, jika terbentuk
cincin air di sekeliling tetesan, maka emulsi bertipe M/A
2. Stabilitas
Amati ketidakstabilan emulsi yang terjadi pada 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan
24 jam setelah pembuatan. Jika terbentuk creaming, ukur dan catat tinggi
emulsi yang membentuk cream.
3. Redispersibilitas
Setelah sediaan disimpan selama 24 jam, kocok sediaan selama 15 detik dan
amati sediaan kembali tercampur homogen atau tidak

5
TINJAUAN PUSTAKA

6
7
HASIL PENGAMATAN

1. Perhitungan Berat Tween 80 dan Span 80 yang dibutuhkan

2. Penetapan Tipe Emulsi


Metode Hasil percobaan Tipe emulsi
Metode Warna
Metode Cincin

3. Stabilitas Emulsi
Stabilitas emulsi Jika terjadi pemisahan, catat
Waktu (jam)
(stabil/terjadi pemisahan) volume lapisan atas emulsi
0,5
1
2
24

4. Redispersibilitas Emulsi
Redispersibilitas emulsi
Waktu (detik)
(kembali homogen/tidak homogen)
15

8
PEMBAHASAN

9
10
KESIMPULAN DAN SARAN

11
DAFTAR PUSTAKA

12
DOKUMENTASI

13

Anda mungkin juga menyukai