I. TUJUAN
Mampu memahami dan membuat krim dari ekstrak bahan alam
Mampu mengevaluasi sediaan krim dari ekstrak bahan alam
Alat
9. Spatel logam
Bahan
V. CARA KERJA
Pembuatan krim
a. uji organoleptis
mengamati warna, bau, bentuk, dan tekstur krim.
b. uji Ph
Mengambil 1 gr krim dan larutkan dalam 10 ml aqudest. Celupkan Ph universal,
diamkan, dan cocokan perubahan warna dengan instrumen di wadah. Lakukan 3 kali
replikasi
c. uji homogenitas
Mengambil 1 gr krim dan oleskan pada kaca objek, mengamati apaka sediaan
menunjukan suasana homogen
e. uji viskositas
Krim dalam cawan proselin diletakkan dibawah viskodigital atur rotary dan REVS,
pastikan rotary tercelup ke dalam krim lalu start dan amati. Lakukan 3 kali replikasi.
Keterangan : memenuhi standar karena pH yang dihasilkan masuk rentang pH kulit yaitu 4,5
– 6,5. (Genatrika,2016)
C. Uji Homogenitas
Pada formula ini didapatkan hasil homogen
Keterangan : homogen tidak ada partikel lain atau gumpalan saat dioleskan di kaca objek
sehingga memenuhi standar karena tidak membuat iritasi pada saat pengolesan sediaan
D. Uji Tipe Krim
Dihasilkan salep o/w minyak dalam air
Keterangan : salep tipe minyak dalam air karena ketika ditambahkan dengan air salep pecah
E. Uji Viskositas
Keterangan : tidak memenuhi syarat karena krim yang baik memiliki daya sebar 5-7 cm.
(Genatrika,2016)
Keterangan : memenuhi syarat karena krim yang baik ialah krim yang memiliki daya lekat
lebih dari 4 detik.(Genatrika,2016)
VII. PEMBAHASAN
Kali ini dibuat sediaan krim dengan menggunakan bahan aktif dari ekstrak lidah buaya,
adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu:Asam stearat, Setil alkohol, Adeps lanae, Gliserin,
Parafin cair, Span 80, Tween 80, Metil paraben, Propil paraben, Vitamin e, dan Aquadest.
Dalam penggunaannya untuk perawatan kulit, lidah buaya dapat menghilangkan jerawat
melembabkan kulit, detoksifikasi kulit, penghapusan bekas luka, dan mengurangi peradangan
kulit. Hasil pembuatan sediaan krim lidah buaya berdasarkan pengamatan dilakukan
pengujian fisik dengan beberapa parameter uji organoleptis didapatkan hasil berwarna putih
bau khas basis aloe vera dan berbentuk semisolid. Uji homogenitas juga menunjukkan bahwa
formulasi homogen ditandai dengan tidak adanya butiran partikel kasar yang belum
tercampur. Uji pH didapatkan hasil pH 5, PH tersebut memenuhi standar karena pH yang
dihasilkan masuk rentang pH kulit yaitu 4,5 – 6,5. (Genatrika,2016). Uji tipe krim didapatkan
hasil tipe krim minyak dalam air karena ketika ditambahkan dengan air salep pecah. Uji
viskositas didapatkan hasil rata-rata 43,65poise hal tersebut memenuhi kriteria karena berada
di rentang 40-400 poise.(Genatrika,2016). Uji daya sebar untuk formulasi yang dibuat tidak
memenuhi kriteria karena syarat uji daya sebar untuk sediaan krim yang baik yaitu 5-7 cm
(Genatrika,2016). Uji daya lekat untuk formula krim yang dibuat didapatkan hasil rata-rata
4,38 menit hal tersebut memenuhi syarat karena krim yang baik ialah krim yang memiliki
daya lekat lebih dari 4 detik.(Genatrika,2016)
VIII. KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formulasi krim lidah buaya yang dibuat sudah
memenuhi syarat uji fisik seperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji tipe krim, uji
viskositas, dan uji daya lekat. Sedangkan uji yang tidak memenuhi syarat adalah uji daya
sebar krim karena tidak memenuhi kriteria krim yang baik yaitu 5-7cm. Yang dibuat
merupakan tipe krim minyak dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar N., Khan BA, Mahmood T, Khan HMS, Iqbal M dan Bashir S, 2011. Formulating
Development and Moisturising Effects of a Topical Cream of Aloe vera Extract.
Isindexing, 5(3):1149-1157.
Surjushe A, Vasani R, dan Saple DG, 2008. Aloe vera : a Short Review. Indian J Dermatol,
53(4):163-166.
Sutrisno L, 2014. Formulasi Sediaan Pelembab Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dengan
Kombinasi Gliserin Dan Propilen Glikol Dalam Basis Vanishing Cream (Skripsi).
Surabaya: Program Studi S1 farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya
Mandala.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn, 2009. Pharmaceutical Design. London:
Pharmaceutical Press
LAMPIRAN
PRAKTIKUM 3
Hari : Rabu
A. Tujuan praktikum
- Mahasiswa mampu memahami tahap pembuatan sediaan bahan alam
- Mahasiswa mampu memahami cara pembuatan lip balm
- Mahasiswa mampu memahami cara uji evaluasi sediaan
B. Dasar Teori
Balsam bibir adalah dasar lilin yang diaplikasikan pada bibir sebagai pelembab
yang tidak mudah kering dan pecah-pecah. Biasanya digunakan untuk pelembab bibir
yang membutuhkan perlindungan, misal pada kondisi kelembaban udara rendah atau
karena suhunya terlalu dingin untuk mencegah penguapan air dan sel epitel mukosa bibir.
Sebagai hasil dari fungsi perlindungan yang buruk, bibir sangat rentan terhadap pengaruh
lingkungan sehingga ketika udara terlalu panas dapat menyebabkan bibir kering, pecah-
pecah, dan berwarna kusam.
Umumnya, balsam bibir adalah preparat kosmetik yang dibuat dengan alas yang
sama dengan alas lipstik, tetapi ada beberapa perbedaan antara lipstik dengan fungsi
pelembab bibir terutama. Lipstik digunakan untuk memberi warna pada bibir sedangkan
fungsi pelembab bibir adalah untuk memberikan perlindungan dan disediakan tanpa ada
warna yang terlihat transparan .
Untuk memformulasikan lip balm, perlu untuk menyeimbangkan konsentrasi
bahan utama dan eksipien lainnya. Balsam bibir alami menawarkan cara alami untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan bibir. Untuk itu dibutuhkan eksipien
terutama pewarna yang berkontribusi pada warna lip balm yang aman saat dikonsumsi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan formulasi kosmetika
sediaan lip balm dengan menggunakan pewarna dari ekstrak bunga rosella. Tujuan
penelitian adalah menemukan formulasi dengan kadar antosianin yang tepat dari ekstrak
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) yang berfungsi sebagai pewarna alami juga untuk
mengevaluasi sediaan balsam bibir apakah memenuhi standar yang sesuai persyaratan.
C. Alat dan Bahan
- Alat
1. Neraca analitik 9. Kertas pH
2. Cawan porselen 10. pH meter
3. Penangas air (WB) 11. Sendok tanduk
4. Spatel logam 12. Pipet tetes
5. Sudip 13. Beaker glass
6. Kaca arloji 14. Batang pengaduk
7. Kaca objek 15. Sticker / logo
8. Pot lip balm
- Bahan
1. Bunga rosella 6. Nipagin
2. Cera alba 7. BHT
3. Vaselin album 8. Oleum rosae
4. Lanolin 9. VCO
5. Propilenglikol 10. Aquades
D. Prosedur percobaan
- Persiapan ekstrak
Lebih kurang 400 gram bunga rosella dimasukkan kedalam wadah proses
Ekstraksi
↓
ditambahkan etanol 96% sebanyak 4 liter sambal diaduk rata selama 3 jam
Setelah diaduk endapkan selama 24 jam
↓
Hasil maserasi diuapkan dengan menggunakan penangas air pada suhu 50-60˚C
- Pembuatan sediaan lip balm
Ciri makroskopis
↓
Ciri mikroskopis
↓
Kadar abu total
↓
Kadar sari larut air
↓
Kadar sari larut etanol
↓
Skrining simplisia
↓
Skrining ekstrak
- Evaluasi sediaan lip balm
1. Uji organoleptis
Sediaan diamati bentuk, warna, dan bau
2. Uji homogenitas
Sediaan dioleskan pada kaca transparan dan diamati susunan sediaan yang
menempel pada kaca
3. Uji pH
Sampel ditimbang 1gr dan dilarutkan dalam 100ml aquadest lalu
dipanaskan kemudian alat dicelupkan dalam larutan tersebut sampai menunjukkan
pH
4. Uji daya oles
Oleskan sampel pada kulit punggung tangan kemudian amati hasilnya ada
perubahan mengkilap atau tidak
5. Uji stabilitas
Sediaan diamati pada penyimpanan suhu ruangan dari hari 1,7 dan 13 dan
dilihat ada perubahan atau tidak dari bentuk, warna dan bau nya
E. Perhitungan penimbangan bahan
1. Ekstrak rosella : 4/100 x 30 = 1,2 gram
2. Cera alba : 15/100 x 30 = 4,5 gram
3. Vaselin album :10/100 x 30 =3 gram
4. Lanolin : 10/100 x30 = 3 gram
5. Propilenglikol :8/100 x 30 = 2,4 gram
6. Nipagin : 0,1/100 x 30 = 0,03 gram
7. Butil hidroksi toluen (BHT) : 0,05/100 x 30 = 0,015 gram
8. Oleum rosa : 0,5/100 x 30 = 0,15 gram
9. Virgin coconut oil (VCO) : 30 – (1,2 + 4,5 + 3 + 3 +2,4 + 0,03 + 0,015 + 0,15)
= 30 – 14,29
= 15,71 gram
F. Hasil percobaan
1. Spesifikasi bahan mentah
- Nama botani : hibiscus sabdariffa
- Keluarga : malvaceae
- Kandungan utama : minyak atsiri, asam permat, asam benzoat dan asam asetat ester
- Bagian yang digunakan : kelopak bunganya (kandungan antosianin)
- Waktu panen : 7-8 bulan terhitung dari masa tanamnya biji
- Sistem pengeringan : recirculated tray dryer (100 menit)
- Derajat halus simplisia : 4mm
3. Uji organoleptis
- Warna : ungu muda
- Bau : oleum rosa (harum)
- Bentuk : semi padat
4. Uji homogenitas
Homogen, tidak ada butir-butir kasar saat dioleskan
5. Uji pH
- pH kertas : 5
- pH meter : 6.0
( masuk rentang pH kulit yaitu 4,5 – 6,4 )
6. Uji daya oles
Hasil uji oles dengan konsentrasi 4% tidak memberikan warna namun
memberikan hasil yang mengkilap dengan 3x pengolesan
7. Uji stabilitas
- Hari ke-1 : warna ungu muda, bau harum, bentuk semi padat
- Hari ke-7 : warna ungu muda, bau harum, bentuk semi padat
- Hari ke-13 : warna umgu muda, bau harum, bentuk semi padat
G. Pembahasan
Objek peneltian yang digunakan adalah bunga rosella (Hibiscus safdariffal)
Proses pembuatan ekstrak bunga rosella,Dalam pembuatan ekstrak bunga rosella Metode
yang digunakan adalah maserasi, dengan pelarut etanol 96%. Alasan menggunakan etanol
96% karena etanol merupakan pelarut polar sehingga dapat mengesktrak atau mengambil
zat antosianin dan semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol maka akan semakin bagus
dalam proses pengambilan zat antosianin. Ekstrak ini selanjutnya digunakan sebagai
bahan pewarna dalam sediaan balsam bibir. Dari 500 gram bunga rosella segar kemudian
dimaserasi dengan etanol 96% selama 24 jam, sehingga diperoleh 50 gram ekstrak kental
dan rendemen yang dihasilkan sebesar 11,06% .
Evaluasi Fisik Sediaan Balsam Bibir (Lip Balm) Variasi konsentrasi pewarna
ekstrak bunga rosella yang digunakan menghasilkan perbedaan warna balsam bibir (Lip
balm) yang terlihat secara visual.
1. Uji Organoleptik Balsam Bibir
Uji organoleptik meliputi bau didapatkan bau harum, bentuk semi padat dan
warna ungu muda sediaan lip balm bibir dari formula.
2. Uji Homogenitas
Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat
mempunyai susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir
kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan.
4. Pemeriksaan pH
Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan balsam bibir (Lip balm)
ekstrak bunga rosella yang dibuat memenuhi syarat pH kulit yaitu 4,5- 6,4 (20). Hasil uji
pH dari formula diperoleh pH 5 pada pH kertas dan diperoleh pH 6 pada pH meter dari
sediaan formulasi. Dari hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan balsam bibir
ekstrak bunga rosella yang
dibuat memenuhi syarat pH kulit yaitu 4,5- 6,4 (20).
5. Uji Stabilitas
Uji stabilitas terhadap sediaan balsam bibir dilakukan pada suhu kamar. Uji
stabilitas balsam bibir selama penyimpanan suhu kamar stabil karena selama
penyimpanan tidak ada perubahan bau, warna dan bentuk dari sediaan lip balm.
6. Uji Daya Oles
Hasil uji oles didapatkan sediaan balsam bibir dengan konsentrasi ekstrak bunga
rosella tidak memberikan warna tetapi meberikan hasil yang mengkilap dengan 3 kali
pengolesan
konsentersi ekstrak bunga rosella 4% tidak memberikan warna tetapi memberikan hasil
yang mengkilap dengan 3 kali pengolesan.
H. Kesimpulan
Ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dengan konsentrasi 4% dapat
digunakan sebagai bahan pewarna dalam sedian balsam bibir (Lip balm) dan formula
sediaan balsam bibir (Lip balm) yang mengandung ekstrak bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L) memenuhi persyaratan yang tertera dalam Standarisasi Nasional Indonesia.
Dan stabil tidak terjadi perubahan bentuk, warna, aroma, dan pH selama empat minggu
penyimpanan pada suhu kamar.
I. Dokumentasi
J. Daftar Pustaka
- Djaeni M. Ekstraksi Antosianin Dari Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
Sabdariffa L.) Berbantu Ultrasonik : Tinjauan Aktivitas Antioksidan. J Apl Teknol
Pangan.2017;6(3).
- Fernandes AR, Dario MF, Pinto CAS de O, Kaneko TM, Baby AR, Velasco MVR.
Stability evaluation of organic Lip Balm. Braz J Pharm Sci. 2013 Jun;49(2):293–9.
- Kadu M, Vishwasrao DS, Singh DS. Review Article Review on Natural Lip Balm. Int
J Res Cosmet Sci. 2015;5(1):1–7.
- Sachdewa A, Khemani LD. Effect of Hibiscus rosa sinensis Linn. ethanol flower
extract on blood glucose and lipid profile in streptozotocin induced diabetes in rats. J
Ethnopharmacol. 2003 Nov;89(1):61–6.