Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR


DAN SEMI PADAT
CREAM

FSTOA
Disusun oleh :
Feri Andriyanto

17113237 A

Ratna Trisna Pradewi

17113242 A

Maria Windy Aprilia Tonapa

17113254 A

Petrus Wahyu Utomo

17113262 A

Dosen

: Dra. Lina Susanti, M.Si.

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2014

I.

JUDUL
CREAM

II.

DASAR TEORI
Definisi Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60%
dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (FI III)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (FI IV hal. 6)
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium Nasional)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air
tidak kurang dari 60%). (Ilmu Resep hal. 74)

Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asamasam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A)
dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun
polivalen,

span,

adeps

lanae,

kolsterol

dan

cera.

Sedangkan

untuk

krim

tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium
stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning
telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.

Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya terganggu,


terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan
perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan
satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang
cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan
dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil
paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan
kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau
tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera obat luar.
Cara Pembuatan Krim
Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan
zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Krim


Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3 . Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak dalam
air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun,
sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7. Aman digunakan dewasa maupun anakanak.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).

9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada
fase A/M(air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10

Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan

deodorant.
11 Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak.

Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:


1.Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu
dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik.

III.

ALAT DAN BAHAN

Alat :
mortir

gelas beaker

stamper

Viskometer

cawan porselen

alat daya melekat

gelas ukur

Alat daya menyebar

Bahan :
Minyak zaitun
as.stearat
Cera alba
Vas.alb
Propilen glikol
TEA
Aquades

IV.

CARA KERJA

R/ as.stearat

Cera alba

0,5

Vas.alba

2,3

Basis vanishing
cream
Propilen
glikol
1,8

Formula 2
R/ Minyak zaitun 10%

TEA

0,4

Basis vanishing cream

Aquades

17

Buat cream 30
gram

25

Pembuatan krim minyak zaitun ( kelompok 4) :

Siapkan alat dan bahan

Timbang bahan sesuai dengan perhitungan

Masukkan minyak zaitun kedalam mortir, tambahkan nipagin aduk ad


homogeny.
Tambahkan sebagian aquadest aduk ad homogen ( campuran I )

Buat basis krim : asam stearate, cera alba, vaselin album, propilen glikol, TEA
dan sebagian aquadest dalam cawan porselen dilebur diatas watterbath hingga
melebur sempurna (campuran II)

Campurkan campuran I dan campuran II dalam mortar yang panas, aduk cepat
Masukkan dalam pot,Lakukan evaluasi.
A. Uji homogenitas krim
1. krim dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok.
2. Diamati apakah sediaan krim menunjukkan suasana yang homogen.
B. Uji daya menyebar krim

1. Timbang 0,5 g krim. Letakkan ditengah alat (kaca bulat).


2. Timbanglah dahulu kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut di atas masa salep dan
biarkan selama 1 menit.
3. Ukurlan berapa diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata
diameter dari beberapa sisi).
4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah krim yang
menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskan dengan menambah tiap kali dengan tambahan 50 g dan catat diameter skrim
yang menyebar setelah 1 menit.
6. Ulangi masing-masing 3kali untuk tiap krim yang tersisa.
7. Buat grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar.
C. Uji daya lekat krim
1. Letakkan krim (secukupnya) diatas obyek glas yang telah ditentukan luasnnya.
2. Letakkan obyek glass yang diatas salep tersebut. Tekanlah dengan beban 1kg selama
5 menit
3. Pasanglah obyek glass pada alat uji.
4. Lepaskan beban berat seberat 80 g dan catat waktunya hingga kedua obyek glas
tersebut lepas.
5. Ulangi sebanyak 3 kali.
6. Lakukan tes untuk formula krim yang lain dengan masing-masing 3 kali percobaan.
D. Uji Viskositas
1. Pasanglah viskotester pada klemnya dengan arah horisontal/ tegak lurus dengan arah
klem.
2. Rotor kemudian dipasang pada viskotester dengan menguncinya berlawanan arah

V.

jarum jam.
3. Masukkan sampel kedalam mangkuk, kemudian alat dihidupkan.
4. Catat berapa kekentalan sampel setelah jarum pada viskositas stabil.
DATA DAN HASIL PERCOBAAN
a. Uji homogenitas
Formula 2
minyak zaitun

keterangan
Homogen
(Tidak ada partikel )

b. Uji daya sebar


Beban (g)

Luas daerah penyebaran

Tanpa beban

minyak zaitun
3,96

50 kg

4,46

100 kg

4,85

150kg

5,38

c. Uji daya lekat


Formula 2

Lama melekat ()detik + SD)

minyak zaitun

1,2 detik

d.Uji viskositas

VI.

Formula 2

Viskositas (dPa-s)

minyak zaitun

250 dPas

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dibuat sediaan krim yang mengandung bahan aktif minyak
zaitun, temulawak dan kloramfenicol yang menggunakan basis vanishing cream yaitu
suatu krim yang terdiri dari emulsi minyak dalam air (o/w) . Fase air terdiri dari PEG,
TEA ,dan aqua sedangkan fase minyaknya terdiri dari asam stearat, cera alba,dan
vaselin putih.Pada pembuatan cream di butuhkan suatu Emulgator pada masing fase
karena untuk mempersatukan fase air dan minyak tersebut. Pada resep ini emolgatur
pada fase air yaitu TEA dan pada fase minyak menggunakan emolgatur asam stearat
dan sering disebut dengan TEA stearat. Cara pembuatannya yaitu dengan melebur
fase minyak diatas waterbath pada suhu 70C,meskipun memiliki titik lebur yang
tidak sama dapat dilebur dalam perbandingan-perbandingan tertentu sehingga

diperoleh massa yang baik. Setelah fase air dan fase minyak dibuat perlu diperhatikan
masalah pencampurannya agar kedua fase tersebut dapat tercampur. Misalnya pada
suhu masing-masing fase harus sama karena jika salah satu fase suhunya berbeda
menyebabkan fase minyak dan air tidak dapat bercampur membentuk emulsi.
Biasanya fase air dibuat suhu lebih tinggi karena suhunya lebih cepat turun
dibandingkan fase minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah pemisahan. Setelah itu
zat aktif ditambahkan ke dalam basis vinishing cream yang telah jadi. Untuk minyak
zaitun ditambahkan dalam kondisi suhu yang rendah karena apabila minyak zaitun di
masukkan dalam suhu yang tinggi maka minyak zaitun akan cepat tengik.
Setelah sedian krim sudah selesai dibuat dilakukan beberapa pengujian
diantaranya yaitu uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji viskositas.
Uji homogenitas
hasil uji homogenitas terlihat pada sediaan krim dengan zat aktif minyak zaitun
telah tercampur secara merata (homogen) tidak terdapat partikel yang mengumpal.
Uji daya sebar
Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan krim
yang dibuat. Uji daya sebar dilakukan menggunakan alat ekstensometer. Pada krim
minyak zaitun mempunyai daya sebar 5,38 cm2.
Uji daya lekat
Pada uji daya lekat krim minyak zaitun mempunyai waktu yang lebih cepat
(1,2detik). Hal ini dikarenakan formulasi krim minyak zaitun mempunyai konsentrasi
fase air yang lebih banyak dibandingkan dengan fase minyak dan basis yang digunakkan
(vinishing cream) merupakan basis salep emulsi atau basis salep tercuci air artinya emulsi
tipe minyak dalam air yang dapat dicuci darikulit maupun pakaian dengan air.
Uji viskositas
viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Pada krim minyak zaitun
mempunyai viskositas (250dPa-s)

Bahan tambahan lainya yang digunakan adalah nipagin yang mana berkhasiat
sebagai pengawet (anonim, 1979). Bila dalam resep krim diencerkan (dilarutkan) dalam
air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah krim tidak menjadi busuk ditambah
nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief, 1998). Maksud busuk disini adalah agar krim
tidak cepat rusak dan krim menjadi awet. Penambahan nipagin yang dianjurkan adalah
0,1% - 0,2% (Moh. Anief, 1998. Hal 112)

VII.

KESIMPULAN
Mahasiswa dapat membuat sediaan krim minyak zaitun dengan menggunakan
formula buatan sendiri.
Krim adalah sediaanbentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim minyak zaitun yang dibuat bentuknya setengah padat, warna sediaan putih,
krim minyak zaitun tersebut homogen, daya lekatnya adalah 1,2 detik , krim
minyak zaitun, mampu mneyebar

hingga 5,38cm2 pada permukaan, dan tipe

krim minyak zaitun tersebut adalah air dalm minyak (w/o).


Dalam pembuatan krim minyak zaitun harus memperhatikan kestabilan
dan kelarutan zat aktif (minyak zaitun).
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI


Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.
Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM.
http://id.wikipedia.org diakses 28 maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai