OLEH :
NIM : 18050014
Kelompok : V (Lima)
II.TUJUAN PERCONAAN :
a. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan baku kimia beserta kegunaan dan
keamannya
b. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
c.Mahasiswa mampu meneraokan prinsip kerja proses pembuatan rancangan formulasi
sediaan semi padat
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengaruh zat tambahan (eksipien) yang
digunakan terhadap stabilitas sediaan
e. Mahasiwa mampu menerapkan prinsip kerja proses formulasi dan pengujian evaluasi
III.TINJAUAN TEORI
Sediaan setengah padat biasanya dibuat untuk tujuan pengobatan topikal melalui
kulit. bentuk sediaan ini bervariasi tergantung dari bahan pembawa (basis) yang
digunakan , yaitu : salep, krim,gel, atau pasta. untuk mengembangkan sediaan setengah
padat yang baik harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain : struktur,beart
molekul,dan konsentrasi obat ,yang dapat melalui kulit, dan jumlah obat yang terdifusi
melalui sistem kornem, stabilitas fisika dan kimia sediaan selama penyimpanan dan
penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat.
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Preparat
farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet kimia
sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam
benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener, dan campuran-campuran lain. Preparat
setengah padat menggunakan dasar salep yang mengandung atau menahan air, yang
membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih luas daripada yang mengandung sedikit
uap air, dan oleh karena itu merupakan masalah yang lebih besar dari
pengawetan (Chaerunnisa, 2009).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep
yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan
untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10
%. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih (Anif, 2000).
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube. Botol dapat dibuat dari
gelas tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol
plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep
yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau plastik,
beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan
digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga atau hidung (Anif, 1993).
IV. ALAT DAN BAHAN
a.Alat
1. Beker glass
2.Batang pengaduk
3. Hot plate
4.Cawan petri
5. Mortir dan stamfer
6. Gelas ukur
7.Sudip
8.Timbangan analtik
9.Spatula
b.Bahan
1. Vaselin
2.Kamfora
3.Seti alkohol
V.PROSEDUR KERJA
1.Timbang semua bahan vaselin ad 50 gr,kamfora 1gr, setil alkohol 2,5 gr
2. Ambil hot plate panaskan air,setelah air mendidih letakkan setil alkohol kedalam
cawan petri dan uapkan diatas air panas dan tunggu setil alkohol meleleh
3. Sambil menunggu setil alkohol meleleh langsung gerus vaselin tambahkan kamfora
gerus hingga homogen
4.Setelah setil alkohol melelh langsung masukkan kedalam lumpang bersama vaselin
tambahkan kamfora gerus hingga homogen , karena apabila seti alkohol tidak dituang
selagi panas pasti akan membeku
5. Setelah digerus hingga homogen, masukkan kedalam pot salep dan beri etiket putih
R/ kamfora 2%
Setil alkohol 5%
vaselin ad 50
perhitungan bahan :
2
R/ Kamfora 2% = x 50 = 1 gr
100
5
Setil Alkohol 5% = x 50 = 2,5 gr
100
Vaselin ad 50 gr = 50 – 3,5
= 46,5
Hasil
Bentuk : Salep
Warna : Putih
PEMBAHASAN
saat di uji diatas kaca perparat salep terlalu tebal dan belum homogen.
VII. KESIMPULAN
1. Salep adalah bentuk sediaan setengah padat yang mudah di oleskan dan
digunakan sebagai obat luar.
VIII.DAFTAR PUSTAKA
Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
o Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
o Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
o Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m)
atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses pelesuran dan proses emulsifikasi.) biasanya
komponen yang tidak berc4ampurdengan air seperti minyak dan lilin
Dicairkan bersama samadi penangas air pada suhu 70-75-C, sementara itu semualarutan
berair yang tahan panas, komponen yang larut alam air ipanaskan
padasuhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan $erair secara perlahan-
lahan ditam$ahkan ke dalam campuran lemak yang cair dilarutkan secara konstan,
temperatur dipertahankan selama 5-10menit untuk mengcegah kristalisasi
dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan;lahan di dinginkan dengan pengadukan
yang terus;menerus sampai campuran mengental. )bila larutan berair tidak
sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat,
sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Rowe,2009).
b.Bahan :
1.A SAM MEFENAMAT
2. Parafin cair
3. Emulgid + aqua
V.PROSEDUR KERJA
1.timbang semua bahan dari parafin cari 30%, emulgid 15% + aqua dan asam mefenamat
1%
2.lalu setelah semua bahan ditimbang, panaskan atau uapkan emulgid 15%, selagi
menguapkan emulgid,
3. Gerus asam mefenamat 1%, parafin cair 30% ad homogen, setelah emulgid menguap
campurkan atau masukkan kedalam lumpang dan gerus semua bahan hingga homogen
tambhakan aqua 2 tetes
4. Kemudia setelah tecampur semuanya dan sudah homogen masukkan kedalam pot obat
5. Berikan etiket putih
R/ Chloramphenicol Base 200 mg
Cetyl Alkohol 15%
Cetyl Alkohol 200
Asam Mefenamat mg 1%
Aqua
Asam Stearat 450 mg
Simeticon 300 mg
TEA 90 mg
Nipagin 18 mg
Nipasol 2 mg
30
R/ Parafin cair 30% = x 20 = 6 ml
100
15
Emulgid 15% + aqua = x 20 = 3 gr
100
1
Asam mefenamat 1 % = x 20 = 0,2 gr
100
Ad 20 gr = 20 – 9,2
= 10, 8 gr
HASIL
a. Bentuk : Krim
b. Warna : Putih
PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan krim.
dan hasilnya krim kurang rata/homogen pada saat di uji keketabalanya dikaca preparat
VII.KESIMPULAN
1. Bentuknya krim, berwarna putih, pemakaian luar
2. Krim adalah sediaan bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan pemakaian luar.
3.mahasiswa mampu membuat sediaan krim
4. Krim kurang homogen pada percobaan kali ini
VIII.DAFTAR PUSTAKA
1.Anief, Moch. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press.
2.Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
3.Anonim. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
EMULSI
I. JUDUL PERCOBAAN : EMULSI
Menurut Ansel , Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur. Emulsi ada dua yaitu, emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.
Untuk menstabilkan dua fase dalam emulsi, ada perantaraan fase ketiga yaitu emulgator.
Emulsi dapat berupa sediaan cair dan sediaan semi solid,tergantung pada viskositasnya.
Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaanyang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau
surfaktan yang cocok (Depkes RI,1979).
a. Tahap Dirupsi; dalam tahap ini dilakukan pemecahan fasa minyak menjadi
globul-globul kecil, sehingga fasa terdispersi tersebut dapat lebih mudah
terdispersi dalam fasa pendispersi (Martin, et al. 1993).
Biasanya emulsi mengandung dua zat atau lebih yang tidak dapat bercampur, misalnya
minyak dalam air. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1996).
4.1 ALAT
1 Gelas ukur 2
2 Mortar/stamper 1
3 Timbangan analitik 1
4 Spatula 1
5 Batang pengaduk 1
6 Beaker glass 1
7 Pipet tetes 1
8 Botol 1
4.2 Bahan
V. PROSEDUR KERJA
1. Botol dikalibrasi
2. Timbang bahan PGA sebanyak 2,25gr, lalu oleum ricini 1ml,parafin cair 1 ml
4. Setelah itu campurkan semua bahan oleum ricini+ parafin cair gerus hingga
homogen
Formula Emulsi :
R/ amoxicilin 2,5 gr
Oleum ricini 1 gr
PGA q s
aqua ad 100
m.f emulsi
S3 dd cth 1
Perhitungan bahan :
1.Amoxicilin
Amoxicilin = 2,5 gr
2. Oleum ricini
Oleum ricini = 1 gr
3.PGA
PGA = 2,25 gr
4.Parafin cair
Parafin cair = 1 gr
= 91,75 gr
Pembahasaan :
Pada praktikum pembuatan sediaan emulsi, Emulsi adalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran
kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Dalam percobaan kali ini kita menggunakan metode emulgator surfaktan berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat diketahui emulsi berwarna putih susu, beraroma manis dan
berbentuk emulsi pada umumnya.
Hasil :
a. Organoleptis
b. Homogenitas : Homogen
c. Uji kebocoran : -
VII. KESIMPULAN
2. sediaan emulsi Memiliki 2 fase air dan minyak yang tidak dapat bercampur oleh
karena itu perlu ditambahakan Emulgator.
3. Emulsi merupakan suatu system dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak
bercampur
1. Ditjen POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia halaman 56 .
2. Ditjen POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia halaman 636 .
3. Ditjen POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia halaman 633 .
GEL
I.JUDUL PERCOBAAN : SEDIAAN SETENGAH PADAT (GEL)
a. Mahasiswa mampu mengenal alat dan bahan kimia beserta kegunaan dan
keamanan.
III.TINJAUAN TEORI :
Menurut Ansel, gel di definisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari
dispers yang tersusun dari partikel anorganik yang besar dan saling diresapi cairan
(Ansel, 1989). sedangkan Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, gel (jeli) merupakan
system semi padat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Menurut formularium
nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspense yang dibuat dari zarah
kecil senyawa anorganik atau makro molekul senyawa organic, masing-masing
terbungkus dan saling diserap oleh cairan (FI Edisi III, 1995).
a. Gel system dua fase, dalam system dua fase ini juga ukuran partikel dari fase
terdispersi relative besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma
misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma membentuk semi padat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
b. Gel system fase tunggal, terdiri dari makro molekul organic yang tersebar sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat molekul makro
sintetik misalnya karbooner atau dari gom alam misalnya tragakan (FI IV, 1995).
4.1. alat
2 Sudip 1
3 Cawan penguap 1
4 Batang pengaduk 1
5 Spatula 2
6 pipet tetes 2
7 Gelas ukur 1
8 Timbangan analitik 1
9 Beker glass 1
10 Hotplate 1
4.2 bahan
perhitungan bahan :
2 HPMC 1g
3 Nipasol 0,1 g
5 Aquadest Ad 100 g
0,2 %
Propilen glikol = x 20 = 0,04 gr
100 %
V. Prosedur Pembuatan
1. Pot ditimbang sesuai dengan ketentuan
2. Timbang bahan yang berkhasiat yang akan di gunakan, gerus halus sesuai dengan
partikel yang dikehendaki
a. Hasil
Warna : Putih
Bentuk : gel
b. Pembahasan
uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu sediaan
sudah seseuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji ini merupakan uji awal
sediaan yang telah dibuat. Setelah diamati warna dari sediaan gel ini berwarna putih dan
berbentuk gel.
VII.Kesimpulan
1. Anief, Moh.1996. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Office.
GEL HANDSANITIZER
I. JUDUL PERCOBAAN : GEL HANDSANITIZER
c. Gel system dua fase, dalam system dua fase ini juga ukuran partikel dari fase
terdispersi relative besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma
misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma membentuk semi padat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
d. Gel system fase tunggal, terdiri dari makro molekul organic yang tersebar sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat molekul makro
sintetik misalnya karbooner atau dari gom alam misalnya tragakan (FI IV, 1995).
Hand Sanitizer merupakan inovasi pembersih tangan tanpa air mengalir (Desiyanto,
2013) Hand sanitizer sudah mulai marak dipasaran yaitu berbahan dasar ethyl alkohol
62% (Cahyani, 2014). Namun, hand sanitizer yang sudah beredar sampai sekarang ini
mempunyai kelemahan berupa bahan dasar pembuatnya yaitu ethyl alkohol yang
membuat tangan kering dan menyebabkan dehidrasi pada kulit, sehingga perlu ditambah
bahan yang melembutkan kulit (moisture) ( Manus dan Kojong 2016).
4.1 ALAT
2. Batang pengaduk - 1
4. Pipet tetes - 1
5. Botol 100 ml 1
4,2 Bahan
basis gel
3. TEA 2 – 5 tetes agen
sebagai
emulsifying agent.
V. PROSEDUR KERJA
2. Masukkan aquades dan masukkan kedalam beaker glass sebanyak 5,74 – 6 ml.
3. lalu, masukkan carbopol 1,4 gr ( setengah sendok teh) , diamkan selama 5 menit (
sampai terlihat transparan). aduk ad homogen,
4. kemudian teteskan Tea sebanyak 2-5 tetes aduk ad homogen, lalu masukkan
gliserin 1,4 gr aduk rata.
5. setelah itu masukkan alcohol sedikit demi sedikit sampai 92 ml dan aduk ad
homogen.
6. kemudian setelah semua tercampur dan rata, teteskan pewangi 1-2 tetes .
7. sebelum itu kalibrasi botol 100 ml, kemudian masukkan hasl handsanitizer
kedalam botol.
R/ Alkohol 70%
Tea
gliserin
carbopol
aquades
pewangi
Perhitungan :
65
1.Alkohol = x 100 = 92 ml
70
5
= x 100 = 7, 14 ml
70
14 x
ml = = 14 m x 100 = 1,4 (gliserin).
1000 100
Pembahasaan :
Praktikum kali ini dilakukan perancangan, peracikan dan evaluasi, sediaan gel
handsainetaizer dari bahan aktif alcohol 70 %. Handsainetaizer gel merupakan pembersih
tangan berbentuk gel yang berguna untuk membersihkan atau menghilangkan kuman
pada tangan, mengandung bahan aktif alcohol 70%. Alkohol banyak digunakan sebagai
antiseptic/desinfektan untuk diinfeksi permukaan dan kulit yang bersih, tetapi tidak untuk
luka.
Dan pada saat carbopol dimasukkan kedalam aquades, seharusnya didiamkan lebih lama
5-10 menit lalu di aduk ad homogen agar tidak adanya gelembung pada sediaan.
Hasil :
a,Organoleptis
Homogenitas : Homogen
Uji kebocoran : -
VII. KESIMPULAN
2. Hasil uji evaluasi sediaan gel hand sanitizer yaitu hasil ujiorganoleptis meliputi
sediaan berwarna putih, sediaan memiliki bau jeruk, dan sediaan memiliki tekstur
lembut,