Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan
Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida sehingga
mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan likuida.
Sediaan krim terdiri dari dua fase yang tidak saling campur, yaitu fase internal
(fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan
adanya surfaktan. Pada umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe
minyak dalam air terdiri dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang
terdispersi dalam air (fase eksternal), dan sebaliknya pada krim air dalam minyak.
Pada praktikum ini kami membuat krim dengan tipe minyak dalam air, dimana
bahan aktifnya adalah titanium dioksida (TiO2). TiO2 merupakan mikropigmen yang
secara luas digunakan sebagai sebagai UV filter. Keuntungannya yaitu memberikan
perlindungan dengan spektrum luas dan tidak menyebabkan dermatitis kontak.
Formula dasar dalam pembuatan krim TiO2 ini terdiri dari fase minyak (cera alba,
vaselin album, asam stearat, BHT dan nipasol) dan fase air (, TEA, propilenglycol,
nipagin, aquades). Fase minyak merupakan bahan yang larut dalam minyak, sedangkan
fase air merupakan bahan yang larut dalam air. Basis salep yang digunakan yakni cera
alba, vaselin album dan menggunakan campuran asam stearate dengan TEA sebagai
emulgator. Emulgator berfungsi untuk mengurangi tegangan permukan antara fase air
dan fase minyak sehingga membentuk emulsi yang stabil. Penambahan nipagin dan
nipasol sebagai pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Diperlukan pula BHT
atau Butil Hidroksi Toluena sebagai antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat
oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh. Selain itu dalam sediaan ini juga terdapat
oleum rosae sebagai odoris pada sediaan untuk meningkatkan estetika dari sediaan krim.
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan emulsifikasi. fase minyak
(TiO2, Cera Alba, Vaselin Album, Asam stearat, BHT, nipasol) dilebur di atas penangas
air pada suhu 70 ºC. Suhu pemanasan bisa disesuaikan dengan suhu lebur basis yang
digunakan. Sementara itu, Bahan fase air (propilenglikol, nipagin, PG, TEA) dilarutkan
di dalam beaker glass. Bahan fase air dihangatkan di atas waterbath sampai suhunya
sama dengan bahan fase minyak pada suhu 70°C. Dan dimasukan fase minyak ke dalam
fase air di atas penangas air untuk menjaga suhu tetap sama. Disiapkan mortir panas.
Setelah kedua fase suhunya dan tercampur, dimasukkan ke dalam mortir panas di aduk
konstan diaduk ad homogen dan terbentuk cmenjadi krim dan tunggu dingin.
Sebelum pembuatan skala besar (200 g), praktikan membuat tiga formulasi sekala
kecil dengan konsentrasi serta jenis basis cream yang berbeda. Formulasi tersebut
dilakukan dalam skala kecil yaitu 20 gram untuk membandingkan hasil dari setiap
formula yang selanjutnya dipilih formula yang terbaik dan memenuhi persyaratan
sediaan krim untuk dibuat skala besarnya.
Dari ketiga formulasi tersebut memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, dari
segi tekstur dan pengujian Ph dengan pH indikator universal didapatkan formula 3 yang
paling baik dibandingkan dengan formula 1 yang pada proses pembuatannya
menghaslkan krim yang mengalami foaming berlebihan. Hal ini kemungkinan
disebabkan pada saat proses pencampurannya suhu kedua fase tidak sama serta proses
pengadukan nya dalam mortir panas yang keras, terdapat bahan-bahan yang belum larut
secara sempurna. Setelah 1 minggu penyimpanan tekstur ke tiga formulasi tetap sama
sehinngga di pilih formula 3 dengan beberapa perbaikan untuk penyempurnaan dalam
fromulasinya dan cara kerja

Analisa hasil
Setelah proses pembuatan skala besar (200 gram) praktikan mengevaluasi sediaan
krim yang meliputi uji Organoleptis, Uji Ph, Uji daya sebar, Uji Viskositas ,Uji tipe
emulsi, uji homogenitas dan uji aseptabilitas. Dilihat dari organoleptisnya krim berwarna
putih, aromanya adalah aroma mawar karena ditambahkan beberapa tetes oleum rosae.
Dari segi tekstur ketika dioleskan pada tangan, krim cukup halus dan homogen.
Sedangkan dari kehomogenannya kurang homogen karena krim di kelompok kami masih
menunjukkan adanya bintik-bintik.
Viskositas sediaan krim juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan basis yang
digunakan setiap kelompok. Viskositas mempengaruhi daya sebar atau mobilitas suatu
sediaan, semakin besar viskositasnya maka daya sebarnya semakin kecil dan sebaliknya.
Dengan demikian untuk membuat suatu krim dapat diperkirakan viskositasnya sesuai
tujuan yang diinginkan. Digunakan basis crema cera alba 1,5 % , vaselin album 10 %
pada formulasi kami.
Pada pengujian viskositas krim digunakan alat viskometer brookfield dengan no
spindle 64 yang digunakan untuk pengujian viskositas seidaan semisolid. Di uji dengan
variasi kecepatan 6,12 dan 30 untuk mengetahui viskositasnya. Didapatkan viskositass
pada speed 6 sebesar 62.000 cps dan speed 12 sebesar 42.250 cps dan pada speed 30
sebesar 11.000 cps . terjadi perbedaan nilai viskositas pada setiap speed nya hal ini
mungkin disebabkan karena tinggi nya viskositas krim sehingga sulit untuk kontak
kembali dengan spindle yang mana erbeda pada setiap speed. Serta besarnya nilai
viskositas mungkin dikarenakan kesalahan dalam pengerjaannya yang mana pada proses
peleburan fase minyak nya masih ada yang belum mencair atau terlarut sempurna dan
pada pencampuran kedua fase , suhu keduanya tidak sama yang mana dikarenakan
keterbatasan waktu pembuatan. Dari hasil yang diperoleh kami menyimpulkannya
menggunakan hasil viskositas pada speed 6 dan 12 sesuai pula dengan organoleptis yang
terihat bahwa krim tersebut memiliki viskositas yang tinggi dan tidak masuk dalam
rentan pada pustaka yaitu (4000-40000 cps ) sehingga sedikit sukar dioleskan dan disukai
. yang mana kita buktikan dengan uji aseptible.
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui berapa PH sediaan yang mana
digunakan sebagai acuan akseptabilitas terhadap kulit. Pada pengujian pH dilakukan 1
minggu setelah praktikum, didapatkan hasil pH krim dengan 3 kali replikasi yaitu
berturut turut: 8,6 ;8,65 ;8,9. Hasil ini terbilang cukup berbeda jika dibandingkan pada
uji pH dengan menggunakan pH indikator universal setelah praktikum pembuatan krim
didapatkan yaitu 6. Hasil yang didapatkan pada semua kelompok sama juga sama
mengalami perbedaan signifikan dibanding dengan pH sebelumnya. Hal ini mungkin
dikarenakan emulgator yang digunakan yaitu TEA 1,5% dan asam stearat 15% yang
belum bereaksi saat pengukuran pH setelah praktikum dan juga mungkin disebab kan
mechine error pada alat pH meter yang digunakan sehingga mengakibatkan ketidak
akuratan pembacaan pH seidan krim.
kemudian pada uji tipe krim juga didapatkan hasil yang sama pada semua
kelompok, yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a). Hal ini menunjukkan bahwa hasil
yang didapatkan sudah sesuai dengan rancangan yang dibuat. Pembuatan krim tipe m/a
ini bertujuan agar krim yang dioleskan sebagai tabir surya mudah dicuci atau dibersihkan
menggunakan air. Uji tipe krim ini dilakukan dengan dua cara yaitu penambahan sudan
atau methylene blue dengan menunjukkan krim pada kelompok kami homogen dengan
penambahan methylene blue, sedangkan pada penambahan sudan krim tersebut tidak
terlalu menyatu. Untuk cara yang kedua dengan melihat dimikroskop menggunakan krim
yang diletakkan pada objek glass dengan ditambahkan sudan dan methylene blue
kemudian tutup dengan cover glass dan menghasilkan pada perbesaran 100x bahwa lebih
dominan pada air. Hal ini menyatakan bahwa tipe krim pada kelompok kami adalah tipe
minyak dalam air (m/a)
Uji yang selanjutnya adalah uji daya sebar yang bertujuan untuk mengetahui daya
sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini dilakukan dengan cara krim
sejumlah 2 g di letakkan di atas kaca. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama,
dan di tingkatkan bebannya. Kemudiaan diameter penyebaran di ukur pada setiap
penambahan beban, sampai konstan atau berhenti saat sediaan berhenti menyebar. Dari
sini dapat diketahui bahwa daya sebar dari sediaan krim. Pada kelompok kami
mendapatkan hasil daya sebar sebesar 4,2 x 10-3 dengan kapasitas sebar 8,7 cm. Hasil
yang di dapat jika dibandingkan dengan rentan teoritis yaitu 5-7 cm, tidak masuk rentan
hal ini karena bobot yang ditimbang untuk uji daya sebar yang kami lakukan tidak sama
dengan bobot yang direkomendasikan pada literatur yaitu 0,5 g. Kami menggunakan
bobot 2 g agar mudah terlihat saya sebarnya.
Dilakukan uji aseptabilitas bertujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian
pengguna krim terhadap krim kami. Melalui beberapa kriteria penilaian dengan kuisioner
bahwa krim ini mudah dioleskan pada kulit, kehalusan pada sediaannya, sensasi yang
timbul ketika dioleskan pada kulit, seberapa lama dapat bertahan pada kulit atau
kelengketannya, bekas yang ditinggalkan pada kulit, dan mudahnya dicuci dengan air.
Dan dari 10 responden didapatkan hasil cukup diterima karena dari semua kriteira
penilaian hanya 10% dari kriteria kemudahan dioleskan, bekas yang ditinggalkan dan
kelengketan. Sehingga dari persentasi tersebut kami menyimpulkan bahwa produk krim
kami bisa diterima.

Dan untuk hasil evaluasi setiap kelompok dengan perbedaan formula


diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda hal ini dikarenakan perbedaan formula dari setiap
kelompok tidak jauh berbeda. Dari hasil data yang didapat kami dapat menyimpulkan
bahwasanya cara kerja, formula, konsentrasi dan basis yang digunakan menyebabkan
perbedaan hasil evaluasi. Untuk pembuatan krim tabir surya menurut kelompok kami
yang paling bagus adalah kelompok 4 dan 6 dimana memilki sediaan yang homogen
dibanding kelompok lain serta viskositas yang baik pula. Hal ini sesuai dengan
persyaratan krim dan mudah untuk diterima oleh konsumen.
5.2 kesimpulan
Sediaan krim mengandung bahan aktif TiO2 dengan memiliki 2 fase yaitu fase minyak
yang terdiri dari cera alba, vaselin album, asam stearat, BHT dan nipasol. Fase air terdiri dari
propilenglikol nipagin, TEA, dan aquadest. Sediaan krim TiO2 memiliki hasil evaluasi daya
sebar 4,2 x 10-3, pH 8,74, nilai viskositas dengan speed 6,12 dan 30 berturut turut yaitu
67.000 cps, 42.750 cps, 7.400 cps. Organoleptis seidaan warna putih, bau oleum rosae dan
memiliki bentuk yang kurang lembut. Dengan tipe emulsi O/W.

Saran
Untuk pembuatan sediaan semi solid sunscreen kedepannya diharapkan untuk
memperhatikan dan mempersiapkan formula pada skala kecil dengan baik agar dapat
diperoleh hasil yang baik pula pada produksi skla besar. Dan pentingnya dalam proses
pengerjaannya untuk menghidari kesalahan yang dinilai dapat mempengaruhi kualitas
sediaan nantinya.

Anda mungkin juga menyukai