Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PELAYANAN FARMASI

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS WONOSOBO


Jl. Raya Banjar Negoro No. 14, Kec. Wonosobo, Kab. Tanggamus
No. Telp / HP (082307301866) e-mail : puskesmaswonosobo14@gmail.com Kode Pos (35385)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahna kepada
penusun sehingga Pedoman Pelaanan Farmasi UPT Puskesmas Wonosobo Tahun 2022 ini dapat
disusun dengan baik. Pedoman Pelayanan Farmasi ini merupakan salah satu sarana untuk
pedoman kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Pedoman
Pelayanan Farmasi ini masih banyak kekurangan. Dengan itu kami meminta saran atau masukan
dan kritikan yang bersifat membangun unruk perbaikan dimasa yang akan datang. Kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunaan Pedoman Pelayanan Farmasi UPT Puskesmas
Wonosobo Tahun 2022, kami ucapkan terima kasih.

Mengetahui Wonosobo, Juni 2022


Ka. UPT Puskesmas Wonosobo Penanggung Jawab

SUPRIYANTO, SKM Apt. ANY VERNANDIA, S.Farm


NIP. 19790505 200804 1 001 NIP. 19940226 202203 2 009

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Tujuan .......................................................................................................................... 5
C. Sasaran Pedoman ......................................................................................................... 5
D. Ruang Lingkup Pedoman ........................................................................................... 5
E. Batasan Operasional ................................................................................................... 5

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................................................ 6
B. Distribusi Ketenagaan ................................................................................................. 7
C. Jadwal Kegiatan .......................................................................................................... 7

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang ............................................................................................................... 8
B. Standar Fasilitas .......................................................................................................... 9

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Lingkup Kegiatan ........................................................................................................ 11
B. Metode .......................................................................................................................... 11
C. Langkah Kegiatan ....................................................................................................... 20

BAB V LOGISTIK .................................................................................................................. 21

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM


A. Pengertian .................................................................................................................... 23
B. Tujuan .......................................................................................................................... 23
C. Standar Keselamatan Pasien ...................................................................................... 23
D. Prosedur untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien .............................................. 23

BAB VII KESELAMATAN KERJA ..................................................................................... 25

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


A. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian ........................................................... 26
B. Indikator Mutu ............................................................................................................ 26

BAB IX PENUTUP ................................................................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai
visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care).
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai
tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.

4
B. Tujuan Pedoman

1. Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas.
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas
b. Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman ini adalah petugas unit layanan obat yang melaksanakan pelayanan
agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan memberikan kepuasan pada
masyarakat.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang Lingkup Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 kegiatan, yaiu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik. Kegiatan harus di dukung oleh sumber
daya manusia dan sarana prasarana.

E. Batasan Operasional
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi meliputi Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan,
Penyimpanan, Pendistribusian, Pengendalian, Pencatatan dan Pelaporan serta
Pengarsipan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP.
2. Pelayanan Farmasi Klinik meliputi Pengkajian dan Pelayanan Resep, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), Konseling, Rekonsiliasi Obat, Monitoring Efek Samping Obat
(MESO) dan Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care).

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh
1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
No. Jenis Kompetensi Standar Kompetensi Jumlah Standar
Ketenagaan ( Ijazah ) Kompetensi tambahan yang
tambahan sudah dilakukan
(pelatihan) (pelatihan)
1. Penanggung S1 – Profesi 1 1
Jawab Obat Apoteker
2. Pelaksana D-III 1 1
Pelayanan Obat Farmasi
Tabel 2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Uraian Tugas Penanggung Jawab Pelayanan Kefarmasian :


1. Perencanaan Sediaan Farmasi dan BMHP
2. Pengadaan Sediaan Farmasi dan BMHP
3. Penerimaan Sediaan Farmasi dan BMHP
4. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan BMHP
5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan BMHP
6. Pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP
7. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan Sediaan Farmasi dan BMHP
8. Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
9. Pengkajian dan Pelayanan Resep
10. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
11. Konseling
12. Rekonsiliasi Obat
13. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
14. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)

6
Uraian Tugas Pelaksana Pelayanan Kefarmasian :
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penyerahan Obat Kepada Pasien
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan Sediaan Farmasi dan BMHP

B. Distribusi Ketenagaan
Tabel 2.2
Distribusi Ketenagaan di Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Wonosobo Meliputi :

Jaringan
Unit Pelayanan
Jenis Puskesmas
No Tenaga Farmasi Gudang
Lab BP/Tindakan KIA/KIB IGD Pustu
Klinik Obat

Apoteker  
1
Asisten

2 Apoteker

Dokter 
3
Petugas
   
4 Program

Ka. Pustu 
5

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal Pelayanan : Setiap hari Senin s/d Sabtu

Jam Pelayanan : Menurut jam buka tutup loket

Senin – Kamis : jam 07.30 - 14.30

Jumat : jam 07.30 - 14.30

Sabtu : jam 07.30 - 14.00

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Gambar 3.1 Denah Ruang Pelayanan Farmasi

Gambar 3.2 Denah Ruang Gudang Obat

8
B. Standar Fasilitas
Tabel 3.1
Standar Fasilitas Ruang Pelayanan Farmasi Puskesmas Wonosobo
Jumlah Minimum Ada /
No Jenis Peralatan
Peralatan Tidak Ada
I. Set Farmasi
1. Analtical Balance (Timbangan Mikro) 1 buah Tidak Ada
2. Batang Pengaduk 1 buah Tidak Ada
3. Corong 1 buah Tidak Ada
4. Cawan Penguap Porselen (d.5-15 cm) 1 buah Tidak Ada
5. Gelas Pengukur 10ml, 100ml dan 250ml 1 buah Tidak Ada
6. Gelas Piala 100ml, 500ml dan 1L 1 buah Tidak Ada
7. Mortir + Stamper 1 buah Ada
8. Pipet Berskala 1 buah Tidak Ada
9. Spatel Logam 1 buah Tidak Ada
10. Shaker 1 buah Tidak Ada
11. Termometer skala 100 1 buah Tidak Ada
12. Higrometer 1 buah Tidak Ada
II. Bahan Habis Pakai
1. Etiket 1 buah Ada
2. Kertas Perkamen 1 buah Ada
3. Wadah Pengemas dan Pembungkus untuk 1 buah Ada
Penyerahan Obat
III. Perlengkapan
1. Alat Pemanas yang Sesuai 1 buah Tidak Ada
2. Botol Obat dan Labelnya 1 buah Tidak Ada
3. Lemari Pendingin 1 buah Tidak Ada
4. Lemari untuk Menyimpan Obat 1 buah Ada
5. Lemari untuk Penimpanan Narkotika, 1 buah Ada
Psikotropika dan Bahan Obat Berbahaya
Lainnya
6. Rak tempat pengeringan alat 1 buah Tidak Ada

9
IV. Meubelair
1. Kursi Kerja 2 buah Ada
2. Lemari Arsip 1 buah Tidak Ada
3. Meja Tulis ½ biro 1 buah Ada

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan Pelayanan Kefarmasian meliputi :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi
a. Perencanaan Sediaan Farmasi dan BMHP
b. Pengadaan Sediaan Farmasi dan BMHP
c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan BMHP
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan BMHP
e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan BMHP
f. Pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP
g. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan Sediaan Farmasi dan BMHP
h. Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
b. Penyerahan Obat
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
d. Konseling
e. Rekonsiliasi Obat
f. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
g. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)

B. Metode
Metode Pelayanan Kefarmasian meliputi :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP)
di puskesmas setiap periode, dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi. Perencanaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Proses Perencanaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan LPLPO, usulan obat dari

11
pemegang program, metode konsumsi dan metode morbiditas. Proses seleksi
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengau pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Untuk menjaga
ketersediaan obat, apoteker atau penanggungjawab ruang farmasi bersama tim
tenaga kesehatan di puskesmas menyusun formularium puskesmas. Kriteria obat
yang masuk dalam Formularium Puskesmas:
1) Obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas adalah obat yang
tercantum dalam DOEN dan FORNAS untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP).
2) Berdasarkan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.
3) Mengutamakan penggunaan obat generik.
4) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
5) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
6) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
7) Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines).
b. Pengadaan
Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pengadaan
mandiri (pembelian).
c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
(IFK) dan sumber lainnya dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian (TTK) penanggungjawab ruang farmasi di puskesmas. Apoteker
dan TTK penanggungjawab ruang farmasi bertanggungjawab untuk memeriksa
kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat pada dokumen penerimaan. Sediaan
farmasi dan BMHP hasil permintaan dapat dilakukan penerimaan setelah
mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
pejabat yang diberi wewenang. Petugas penerima obat wajib melakukan
pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan sesuai dengan isi dokumen
dan ditandatangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Petugas penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan
12
kerusakan obat. Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan pada buku
penerimaan obat dan kartu stok.
d. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan,
serta memudahkan pencarian dan pengawasan. Penyimpanan Obat dan BMHP
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Bentuk dan jenis sediaan
2) Stabilitas (suhu, cahaya dan kelembapan)
3) Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
4) Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus
Aspek khusus yang perlu diperhatikan:
1) Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah dijangkau dan tidak
harus terkunci. Disarankan pemberian label high alert diberikan pada
gudang atau lemari obat untuk menghindari kesalahan (penempelan stiker
High Alert pada satuan terkecil). Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
a) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti insulin, atau obat
antidiabetik oral.
b) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi ucapan sama (sound
alike) biasa disebut LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa
Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin dan tetrakain.
c) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau
lebih. elektrolit konsentrasi tinggi dan obat risiko tinggi harus disimpan
terpisah dan penandaan yang jelas untuk menghindari kesalahan
pengambilan dan penggunaan.

13
2) Obat emergensi/kegawatdaruratan medis
a) Penetapan jenis obat kegawatdaruratan medis termasuk antidot harus
disepakati bersama antara apoteker/tenaga farmasi, dokter dan perawat.
Obat kegawatdaruratan medis digunakan hanya pada saat emergensi
dan ditempatkan diruang pemeriksaan, kamar suntik, poli gigi, ruang
imunisasi, ruang bersalin dan di Instalasi Gawat Darurat/IGD.
b) Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi
kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi
kegawatdaruratan. Keamanan persediaan obat-obatan emergency harus
terjamin keamanannya baik dari penyalahgunaan, keteledoran maupun
dari pencurian oleh oknum, sehingga tempat penyimpanan obat harus
dikunci semi permanen.
c) Monitoring terhadap obat kegawatdaruratan medis dilakukan secara
berkala. Obat yang kadaluarsa dan rusak harus diganti tepat waktu.
e. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi
dan BMHP dari puskesmas induk untuk memenuhi kebutuhan pada jaringan
pelayanan puskesmas (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan
desa). Obat diserahkan bersama-sama dengan form LPLPO jaringan pelayanan
puskesmas yang ditandatangani oleh penanggungjawab jaringan pelayanan
puskesmas dan pengelola obat puskesmas induk sebagai penanggungjawab
pemberi obat.
f. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan ketersediaan
obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat dan BMHP di jaringan pelayanan puskesmas. Pengendalian
persediaan obat terdiri dari:
1) Pengendalian ketersediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan
untuk mencukupi kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang
seharusnya ada pada waktu kedatangan obat.

14
2) Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui jumlah
penerimaan dan pemakaian obat sehingga dapat memastikan jumlah
kebutuhan obat dalam satu periode.
3) Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, dan kedaluwarsa.
a) Penanganan Obat Hilang
Tujuan : sebagai bukti pertanggung jawaban kepada puskesmas
sehingga diketahui persediaan obat saat itu.
Langkah – langkah untuk menangani kejadian obat hilang :
(1) Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang
segera menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta
melaporkan kepada Kepala Puskesmas. Daftar obat hilang
tersebut nantinya akan digunakan sebagai lampiran dari Berita
Acara Obat Hilang yang diterbitkan oleh Kepala Puskesmas.
(2) Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
(3) Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian kepada
Kepala Dinas Kesehatan/Kota, disertai Berita Acara Obat Hilang
bersangkutan.
(4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah
obat yang hilang pada masing-masing kartu stok.
(5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi
mencukupi kebutuhan pelayanan, segera dipersiapkan LPLPO
untuk mengajukan tambahan obat.
(6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan
kepada kepolisian dengan membuat berita acara (contoh berita
acara terlampir).
b) Penanganan Obat Rusak / Kadaluwarsa
Tujuan : melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat rusak /
kadaluwarsa.
Langkah – langkah penanganan obat rusak / kadaluwarsa :
(1) Petugas kamar obat atau unit pelayanan kesehatan lainnya segera
melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut kepada
Kepala puskesmas melalui petugas gudang obat puskesmas.
15
(2) Petugas gudang obat puskesmas menerima dan mengumpulkan
obat rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak
pakai maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada
masing – masing kartu stok yang dikelolanya. Petugas kemudian
melaporkan obat rusak / kadaluwarsa yang diterimanya dari satuan
kerja lainnya, ditambah dengan obat rusak / kadaluwarsa dalam
gedung kepada Kepala puskesmas.
(3) Kepala puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan
kembali obat rusak / kadaluawarsa kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota, untuk kemudian dibuatkan berita
acara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan, pelaporan dan pengarsipan Obat
dan BMHP yang diterima, disimpan, didisttribusikan dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan adalah
1) Bukti bahwa pengelolaan Obat dan BMHP telah dilakukan
2) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
3) Sumber daya pembuatan laporan
h. Evaluasi dan Pemantauan Pengelolaan Obat dan BMHP
Evaluasi dan pemantauan pengelolaan obat dan BMHP dilakukan secara
periodik dengan tujuan :
1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Obat dan BMHP sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan
2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan BMHP
3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2. Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan
termasuk peracikan obat, dan penyerahan disertai pemberian informasi.
Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan dengan tujuan untuk
16
menganalisa adanya masalah terkait obat. Selain itu kegiatan ini dilakukan
sebagai upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
error). Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
farmasetik dan klinis
1) Persyaratan Administrasi meliputi :
a) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b) Tanggal resep
c) Nama dokter
d) Ruangan/unit asal resep
e) Peresepan narkotika :
(1) Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki no.
SIP/SIPK di UPT Puskesmas Wonosobo
(2) Resep Narkotika ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir
(3) Setiap resep dilengkapi dengan; alamat pasien, kekuatan takaran,
jumlah yang harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian,
dan dibubuhi tanda tangan penuh oleh dokter penulis resep serta
nama obat diberi garis merah.
f) Peresepan psikotropika :
(1) Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki no.
SIP/SIPK di UPT Puskesmas Wonosobo.
(2) Resep Psikotropika ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir
(3) Setiap Resep dilengkapi dengan; alamat pasien, kekuatan takaran,
jumlah yang harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian,
dan dibubuhi tanda tangan penuh oleh dokter penulis resep
2) Persyaratan Farmasetik meliputi :
a) Benuk dan kekuatan sediaan
b) Dosis dan jumlah obat
c) Stabilitas dan ketersediaan
d) Auran dan penggunaan
e) Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)

17
3) Persyaratan Klinis meliputi :
a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b) Duplikasi pengobatan
c) Alergi, interaksi dan efek samping obat
d) Efek Adiktif
4) Kegiatan pelayanan resep meliputi
a) Menyiapkan obat sesuai dengan resep
b) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c) Memberikan etiket sesuai dengan penggunaan obat
d) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali
e) Menyerahkan dan memberikan informasi obat kepada pasien
f) Menyimpan dan mengarsip resep sesuai dengan ketentuan
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
1) Tujuan dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah
a) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Puskesmas dan pihak lain diluar Puskesmas.
b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai.
c) Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
2) Jenis Informasi yang diberikan Kepada Pasien
a) Dosis / aturan pakai obat
b) Cara pemakaian obat yang benar
c) Khasiat atau kegunaan obat
d) Waktu penggunaan obat
e) Lama penggunaan obat
f) Efek samping obat yang mungkin akan timbul dari penggunaan obat
g) Cara penyimpanan obat
c. Konseling
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
18
d. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
Obat. Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
1) Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping
Obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat,
dicatat tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi
dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat
penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat
pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam medik.
2) Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi
4) Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Tujuan dari Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah
1) Menemukan efek samping obat (eso) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang
2) Menentukan frekuensi dan insidensi eso yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan
3) Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
4) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
f. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Tujuan dari Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care) adalah
1) Tercapainya keberhasilan terapi pasien
2) Terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung
efektivitas, keamanan dan kesinambungan pengobatan
3) Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan keluarga
dalam penggunaan obat atau alat kesehatan yang tepat
19
4) Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstrukur dan
berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau (rasional).

C. Langkah Kegiatan
1. Pencatatan Kegiatan Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
a. Setiap penerimaan obat dan BMHP dicatat dalam buku penerimaan obat dan
BMHP
b. Setiap obat dan BMHP yang di distribusikan ke sub-sub unit di Puskesmas dan
jaringannya dicatat dalam buku pengeluaran gudang
c. Setiap obat yang keluar dan masuk dari rak obat gudang dicatat pada kartu sok
obat
d. Obat yang kadaluarsa dan rusak dicatat dalam buku register khusus
2. Pencatatan Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik
a. Setiap obat yang masuk dan keluar dicatat dalam kartu stok obat
b. Setiap obat yang keluar berdasarkan resep dicatat dalam buku pengeluaran resep
harian
c. Setiap obat Psikotropika dan Narkotika yang keluar berdasarkan resep dicatat
dalam buku pemakaian obat Psikotropika dan Narkotika
3. Pelaporan Kegiatan Pengelolaan Obat dan BMHP
a. LPLPO
b. Laporan obat Psikoropika dan Narkotika
c. Laporan obat Prekursor
d. Laporan sub-sub unit dan jaringan Puskesmas
4. Pelaporan Kegiatan Farmasi Klinik
a. Laporan Kegiatan Harian
b. Laporan Resep Harian
c. LPLPO Apotek Bulanan
d. Laporan Monitoring Efek Samping Obat
e. Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian
f. Laporan Indikator Peresepan Antibiotik pada Diare Non Spesisifik, Myalgia dan
ISPA Atas dan Batuk Pilek
20
BAB V
LOGISTIK

Keperluan logistik di Pelayanan Kefarmasian meliputi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sedangkan ATK dipenuhi dari pengadaan
Puskesmas.

1. Alur Permintaan Obat dan BMHP

Penyesuaian Rencana
Perhitungan
Perencanaan Obat Anggaran Pengadaan
Kebutuhan Obat dan
dan BMHP Obat dan Sumber
BMHP
Anggaran

Dinkes Tanggamus Usulan Kebutuhan


Cq Seksi Farmakmin Obat Puskesmas

2. Perencanaan
Pengadaan obat dan BMHP harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. LPLPO
b. Usulan obat dari masing-masing program
c. Metode Konsumsi
d. Metode Morbiditas
3. Permintaan
Permintaan obat dan BMHP terdiri dari :
a. Permintaan ruttin ang dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten
b. Permintaan Khusus dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan
meningkat, menghindari kekosongan dan penanganan Kejadian Luar Biasa serta
obat rusak dan kadaluarsa.
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan BMHP dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya dan kelembapan)
c. Secara alfabetis

21
d. Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus
e. Sistem FIFO dan FEFO.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan BMHP dilakukan berdasarkan tingkat kebutuhan unit-unit
pelayanan di Puskesmas dan jaringanna serta menggunakan sistem FIFO dan FEFO.

22
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

A. Pengertian
Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

B. Tujuan
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan
pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,
menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Standar Keselamatan Pasien


Puskesmas Wonosobo wajib menerapkan standar keselamatan pasien yang meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. Prosedur untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien


1. Menggunakan obat yang aman. Contoh : obat yang diberikan tidak kadaluarsa dan
rusak

23
2. Penataan penyimpanan obat yang sesuai standar agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan obat. Contoh : obat dengan nama yang mirip atau persis, diletakkan
berjauhan atau dipisahkan
3. Menggunakan peralatan yang aman dan bersih
4. Melakukan praktek klinik yang aman dalam lingkungan yang aman
5. Tenaga pelaksana pelayanan yang terlatih
6. Mencegah terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan/KTD

24
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diselenggarakaan disemua tempat kerja,


khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
dan adanya bahaya yang dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan para pekerja. Penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas diharapkan bisa mengurangi adanya angka
kecelakaan bagi para pekerja, sehingga terjaminnya keselamatan dan kesehatan petugas maka
dapat meningkatkan pelayanan bagi pasien di Puskesmas.
Dalam pekerjaan sehari-hari, petugas pelayanan kefarmasian selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu. Secara garis besar, bahaya yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan kefarmasian dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
(obat-obatan)
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
5. Syok akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas pecah atau benda tajam
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit
Bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan
penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Untuk menghindari berbagai potensi
bahaya tersebut, maka diperlukan upaya unuk mengendalikan, meminimalisir dan jika
mungkin meniadakannya, oleh karena itu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Puskesmas
perlu dikelola dengan baik agar peyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, terpadu dan
efisien.

25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian


Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau
kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan
pasien (patient safety). Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
1. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
3. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.

B. Indikator Mutu
Indikator mutu yang digunakan di unit pelayanan obat Puskesmas Wonosobo dalam
memberikan pelayanan adalah :
1. Ketersediaan Apoteker dan Asisten Apoteker (100%);
2. Jam buka pelayanan dengan ketentuan yaitu
a. Hari Senin s/d Kamis jam 07:30 – 14:30
b. Hari Jumat jam 07:30- 14:30
c. Hari Sabtu jam 07:30 – 14:00
3. Waktu tunggu pelayanan
a. Obat Jadi : ˂ 15 menit
b. Obat Racikan : ˂ 30 menit
4. Dalam memberikan pelayanan petugas mengikuti Standar Operasional Prosedur
(SOP)
5. Tidak ada kejadian kesalahan pemberian obat kepada pasien
6. Komunikasi efektid dalam pelayanan
7. Kepuasan pasien 80%.

26
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan unit layanan obat ini dibuat sebagai acuan
pelayanan bagi petugas di Puskesmas Wonosobo. Mudah – mudahan dengan adanya
pedoman pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal.

27

Anda mungkin juga menyukai