Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

COMPOUNDING & DISPENSING DAN PELAYANAN KEFARMASIAN


RESEP NO. 1

OLEH :
KELOMPOK IV
Ni Nyoman Putri Dharmapradnyawati

(1608611046)

Inggrid Yosefa Jue Wage

(1608611047)

Ni Luh Ayu Putu Shaine Purnamadewi

(1608611048)

Gede Agastya Aparigraha

(1608611049)

Dek Pueteri Dewi Suryani

(1608611050)

Kadek Giselda Gityarani

(1608611051)

Luh Ketut Sulys Wintari

(1608611052)

PROGRAM PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

I.

RESEP
Masuk sebuah resep ke apotek atas nama Tuan Dewa Agung yang tinggal di

Denpasar. Resep berasal dokter yang berpraktek di Jl. Cokroaminoto 152,


Denpasar dengan nomor Hp. 085100765765/081916203535. Pasien seorang lakilaki berusia 61 tahun, BB 60 kg, tinggi 160 cm. Pasien didiagnosis hipertensi,
riwayat hipertensi sejak 1 th yang lalu. Pasien didiagnosis menderita diabetes
melitus tipe II, riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat pengobatan captopril
3 x 12,5 mg (stop 2 bulan terakhir karena batuk setiap malam). TD terakhir di
dokter 150/100 mmHg. GDA = 210 mg/dl. Pasien mengeluh pusing, lemas, lesu,
mudah lelah.

II.

HASIL PEMBACAAN RESEP


1

Jl. Cokroaminoto 152, Denpasar


Tlp. 085100765766/ 081916203535
-------------------------------------------------------------------------Denpasar, 24/08/2015
R/

Amlodipine 5 mg
S 1 dd I pc

No. X

R/

Metformin 500 mg
No.XX
S 1-0-1
III. SKRINING RESEP
R/
Xanax 0,5 mg
No. VI
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
S 0-0-1
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
dinyatakan bahwa skrining resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi:
1) Persyaratan Administratif:
a. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), dan alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
e. Nama obat, potensi (dosis) dan jumlah yang diminta
f. Cara pemakaian yang jelas
g. Informasi lain
2) Kesesuaian farmasetik:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis
c. Potensi
d. Stabilitas
e. Inkompatibilitas
f. Cara dan lama pemberian
3) Pertimbangan klinis:
a. Adanya alergi
b. Efek samping
c. Interaksi
d. Kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)
Setelah apoteker melakukan skrining terhadap resep sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian di Apotek tersebut, jika ada keraguan terhadap resep
hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
pertimbangan dan alternatif seperlunya dan bila perlu menggunakan persetujuan
2

setelah pemberitahuan. Apoteker juga melakukan penyiapan obat yang meliputi


peracikan, etiket, kemasan obat, penyerahan obat, informasi obat, konseling, dan
monitoring terhadap penggunaan obat (Kepmenkes RI, 2004).
3.1

Skrining Administrasi Resep


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,


dinyatakan bahwa skrining resep untuk persyaratan administratif yang dilakukan
oleh apoteker meliputi:
a. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), dan alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
e. Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta
f.Cara pemakaian yang jelas
g. Informasi lainnya
(Kepmenkes RI, 2004)

Hasil skrining persyaratan administratif berdasarkan resep yang diterima


ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil skrining administrasi resep
Kelengkapan Resep
Identitas dokter

Superscriptio

Inscriptio

Subscriptio
Signatura

Nama
SIP
Alamat praktek
No. Telpon
Hari dan jam praktek
Simbol R/
Nama kota
Tanggal resep
Nama obat
Kekuatan/potensi obat
Jumlah obat
Bentuk sediaan obat
(BSO)
Frekuensi pemberian
Jumlah pemberian obat
Waktu minum obat
Informasi lain

Ada

Tidak Ada

Penutup
Identitas pasien

Paraf
Tanda tangan
Nama
Alamat
Umur
Jenis kelamin
Berat Badan dan Tinggi
Badan

Berdasarkan persyaratan administratif resep yang telah ditetapkan dalam


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bahwa resep tidak lengkap
yang mana ditunjukkan pada tabel persyaratan di atas bahwa data pada resep yang
diterima tersebut tidak diketahui identitas dokter penulis resep seperti nama
dokter. Pencantuman nama dokter dengan jelas dan lengkap sangat diperlukan,
terutama bila terdapat hal-hal yang tidak jelas atau meragukan dalam resep yang
perlu ditanyakan terlebih dahulu kepada penulis resep, menghindarkan
penyalahgunaan resep di lingkungan masyarakat serta memperlancar pelayanan
bagi pasien di apotek (Rahmawati dan Oetari, 2002). Identitas dokter lainnya
seperti SIP, nomor telepon, dan hari serta jam praktek diperlukan agar resep
menjadi otentik. Berdasarkan Permenkes RI No 512/MENKES/PER/IV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran menjelaskan bahwa
penulisan SIP dokter diperlukan untuk menunjukkan bahwa dokter penulis resep
secara tertulis terbukti telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik
kedokteran. Hari dan jam kerja diperlukan guna mempermudah dalam
menghubungi dokter penulis resep apabila terdapat permasalahan terkait resep
serta meminta persetujuan dari dokter penulis resep terkait pertimbangan apoteker
dalam mengatasi permasalahan tersebut (Rahmawati dan Oetari, 2002).
Bentuk sediaan obat tidak tecantum pada resep tersebut. Pada resep terdapat
obat dengan nama generik dan brand name, maka bentuk sediaan disesuaikan
dengan bentuk sediaan yang tersedia di pasaran yaitu amlodipin dalam bentuk
sediaan tablet, metformin dalam bentuk sediaan tablet, dan xanax dalam bentuk
sediaan tablet. Berdasarkan hasil penelitian oleh Rahmawati dan Oetari (2002)
penulisan bentuk sediaan yang kurang jelas akan menyebabkan apoteker atau
tenaga teknik kefarmasian memperkirakan sendiri apa yang tertulis pada resep.
4

Jika terjadi kesalahan dalam memperkirakan bentuk sediaan yang tertulis dalam
resep maka akan berpengaruh terhadap efek obat dan harga obat yang harus
ditanggung oleh pasien. Bentuk sediaan obat yang tidak tercantum dalam resep
juga berpotensi menyebabkan terjadinya medication error (Rahmawati dan Oetari,
2002).
Pada resep yang diterima tidak tercantum identitas pasien dengan lengkap
yaitu umur, jenis kelamin, berat badan serta tinggi badan pasien. Pengetahuan
akan umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan penting oleh Apoteker
untuk memastikan kembali ketepatan dosis yang diresepkan. Apoteker akan
menanyakan kembali kepada dokter penulis resep bila ada kekeliruan dalam hal
pemberian obat sehingga keamanan pasien lebih terjamin.
3.2

Skrining Farmasetis
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,


dinyatakan bahwa skrining resep untuk persyaratan farmasetis yang dilakukan
oleh apoteker meliputi: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara, dan lama pemberian (Kepmenkes RI, 2004). Hasil skrining farmasetis pada
resep dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Hasil Skrining Farmasetis
Kriteria

Amlodipine

Metformin

Xanax

Amlodipine 5 mg

Metformin 500
mg

Alprazolam 0,5
mg

Tablet

Tablet

Tablet

Amlodipine 5 mg

Metformin 500
mg

Alprazolam 0,5
mg

Stabilitas

Inkompatibilitas

Cara pemberian

oral

oral

oral

Lama pemberian

10 hari

10 hari

6 hari

Komposisi
Bentuk sediaan
Potensi/kekuatan

a. Bentuk sediaan
Bentuk sediaan pada resep berupa tablet dan telah sesuai dengan yang ada di
pasaran. Pasien berusia 50 tahun (tergolong kategori dewasa) sehingga bentuk
5

sediaan yang diberikan sudah sesuai dengan pasien. Pasien tidak terdapat
keluhan mual, muntah atau kesulitan menelan sehingga mendukung dalam
pemberian sediaan tablet. Pemberian tablet memiliki kelebihan diantaranya
memberikan kenyamanan dan keamanan penghantaran obat, memiliki stabilitas
kimia dan fisika yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan cair dan
prosedur

pembuatannya

menjamin

keakuratan

dosis

obat.

Data

farmakokinetika masing-masing obat menunjukkan absorpsi per oral dari


ketiga obat ini cukup baik sehingga bentuk sediaan yang diresepkan dokter
telah sesuai.
b. Potensi
Kekuatan masing-masing obat yang tertera pada resep sesuai dengan sediaan
yang ada di pasaran.

c. Dosis
Dosis amlodipin dan metformin telah sesuai dengan pasien yang termasuk
kategori pasien dewasa dan masuk rentang dosis lazim. Namun, pemberian xanax
(alprazolam) tidak sesuai dengan dosis yang seharusya diberikan, maka sebaiknya
dikonsultasikan kembali kepada dokter penulis resep.
Tabel 3. Perbandingan antara Dosis Pustaka dan Dosis Resep
Nama obat

Dosis pustaka

Dosis resep

Amlodipin

Dosis awal: 5 mg 5mg,


per hari, dosis sehari
maksimal: 10 mg
per
hari.
Peningkatan dosis
sebanyak 2,5 mg
setelah
penggunaan 7-14
hari. Dosis lazim:
2,5-10 mg.

Keterangan
kali Dosis sesuai.
Pemberian 5 mg
dosis untuk sekali
minum.

Metformine

500 mg 2 kali 500 mg, 2 kali Dosis sesuai


sehari atau 850 mg sehari
1 kali sehari.

Xanax
(Alprazolam)

Untuk efek sedasi : 0,5gr,


0,5mg;
untuk sehari

kali Dosis tidak sesuai

panic
0,25mg

disorder:

d. Stabilitas
Sediaan pada resep cukup stabil karena merupakan sediaan jadi tunggal dan
tidak mengalami perubahan bentuk atau kemasan karena peracikan. Suhu
penyimpanan amlodopin pada kemasan tertera dibawah 30oC, metformin 2530oC dan xanax (alprazolam) 20-25oC sehingga masing-masing sediaan
tersebut cukup stabil pada suhu ruangan.
e. Inkompatibilitas
Peresepan tidak menunjukkan instruksi pencampuran obat sehingga tidak
terdapat masalah inkompatibilitas sediaan
f. Cara dan lama penggunaan
Lama penggunaan obat dapat dihitung melalui jumlah obat yang akan didispensing-kan pada pasien dibagi dengan banyaknya pemakaian obat sehari.
Pada resep pasien diberikan terapi pengobatan selama 5 hari, dan kemudian
dilakukan monitoring kondisi pasien untuk menentukan terapi selanjutnya.
-

Amlodipin diberikan sebanyak 10 tablet untuk terapi pengobatan selama


10 hari dengan aturan minum setelah makan 1 kali sehari 1 tablet pada

pagi hari.
Metformin diberikan sebanyak 20 tablet untuk terapi pengobatan selama
10 hari dengan aturan minum 2 kali sehari 1 tablet, diberikan bersama

makan atau sesudah makan pada pagi hari dan malam hari.
Xanax (alprazolam) diberikan sebanyak 6 tablet untuk terapi pengobatan
selama 6 hari dengan aturan minum 1 kali sehari 1 tablet setelah makan
pada malam hari.

3.3

Skrining Klinis
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,


dinyatakan bahwa skrining resep untuk pertimbangan klinis yang dilakukan oleh
apoteker meliputi: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain) (Kepmenkes RI, 2004). Hasil skrining klinis
pada resep dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Skrining Klinis

Nama
Sediaan
Amlodipine
5 mg tablet
Dosis dalam
resep: 1 kali
sehari
1
tablet
(Kandungan:
amlodipine 5
mg)

Metformin
500 mg tablet
Dosis dalam
resep: 2 kali
sehari
1
tablet

Xanax tablet
Dosis dalam
resep:
1
tablet sehari
1 tablet pada
malam hari

a) Alergi
Sebelum

Kategori Farmakologi

Indikasi

Efek Samping

Amlodipin termasuk golongan


penghambat kalsium (calcium
channel blocker) yang mana
mekanisme kerjanya dengan
menghambat
ion
kalsium
memasuki slow channel pada
otot
polos
vaskuler
dan
miokardium selama depolarisasi,
menghasilkan relaksasi otot
polos vaskuler koroner dan
vasodiatasi
koroner,
meningkatkan pasokan oksigen
miokard pada pasien angina
vasospastik (Tjay dan Rahardja,
2007).
Metformin termasuk golongan
biguanid yang bekerja dengan
meningkatkan kepekaan reseptor
insulin
sehingga
absorpsi
glukosa di jaringan perifer
meningkat,
menghambat
glukoneogenesis dalam hati, dan
nantinya akan meningkatkan
penyerapan glukosa di perifer
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Alprazolam termasuk golongan
benzodiazepine yang mekanisme
kerjanya terikat pada reseptor
stereospesifik pada beberapa
tempat di sistem saraf pusat,
meliputi sistem limbic, reticular
formation. Efek alprazolam
diperantarai oleh GABA (amino-butiric-acid) (Tjay dan
Rahardja, 2007).

Hipertensi
(Lacy et al.,
2009; BNF,
2009)

Edema, pulmonary
edema, sakit kepala,
kelelahan, palpitasi,
kebingungan, mual

Antidiabetes
(Lacy et al.,
2009; BNF,
2009)

Diare, mual, muntah,


flatulen,
asthenia,
ingesti, perut tidak
nyaman, dan pusing

Sedatif,
Ansietas atau
gejala
kecemasan
(Lacy et al.,
2009; BNF,
2009)

Mengantuk,gangguan
gastrointestinal dan
pusing (Lacy et al.,
2009)

dilakukan

pemberian

obat

kepada

pasien,

sebaiknya

dipertanyakan mengenai ada atau tidaknya riwayat alergi pasien terhadap


salah satu atau beberapa obat yang akan diberikan. Bila mendapat
informasi alergi dari pasien, Apoteker sebaiknya menghubungi dokter
penulis resep kembali sehingga medication error dapat dihindari. Bekaitan
dengan resep yang diterima, pasien tidak ada riwayat alergi sehingga obat
aman diberikan kepada pasien.

b) Interaksi
Tidak ditemukan interaksi yang terjadi antara amlodipin, metformin, dan
xanax (alprazolam).

IV.

Monografi Obat
1. Amlodipin
-

Komposisi

: Amlodipin tersedia dalam dosis 5mg; dan


10 mg

Bentuk sediaan
Indikasi
Dosis

: Tablet
: Hipertensi
: Dosis awal untuk dewasa yaitu 5 mg
sehari 1 kali dan dapat ditingkatkan

Cara pemberian

maksimum 10 mg sehari.
: Dapat diberikan bersama atau tanpa

Penyimpanan

makanan
: Simpan dalam

Kontraindikasi

terhindar dari matahari langsung.


: Pasien
yang
hipersensitif

Efek samping

dihidropiridin
: Mual, muntah, gangguan tidur, sakit

wadah

tertutup

rapat
dengan

kepala dan konstipasi


(Depkes RI, 1995; BNF, 2009; Lacy et al., 2009)
2. Metformin
-

Komposisi
Bentuk sediaan
Indikasi
Dosis

:
:
:
:

Metformin 500 mg
Tablet
Diabetes melitus tipe 2
500 mg sehari dan dapat dinaikkan hingga

Cara pemberian
Penyimpanan

2550 mg/hari
: Dapat diberikan bersama makanan
: Simpan dalam wadah tertutup

Kontraindikasi

terhindar dari matahari langsung.


: untuk pasien dengan gangguan fungsi

rapat

ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL untuk


pria dan > 1,4 mg/dL untuk wanita;
direkomendasikan untuk pasien dengan
Clcr< 60-70 mL/menit), penyakit hati
kronis, gagal jantung, serta ibu hamil dan
-

Efek samping

menyusui
: Gangguan gastrointestional, mual, muntah,
diare,nyeri pada abdominal, defisiensi
vitamin B12
(DepKes RI, 1995; Dipiro, et al., 2008;
Lacy et al., 2009;Pramudianto dan Evaria,
2011)

3. Xanax
-

Komposisi

: Alprazolam tersedia dalam dosis 0,25 mg;

Bentuk sediaan
Indikasi
Dosis

0,5 mg dan 1 mg
: Tablet
: Anxiety
: 250500 mikrogram3 kali sehari, dapat

Cara pemberian
Penyimpanan

ditingkankan maksimal 3 mg
: Diminum sesudah makan, sebelum tidur
: Simpan
dalam
wadah
tertutup

Kontraindikasi

rapatterhindar dari matahari langsung.


: Hipersensitivitas terhadap benzodiazepin;
penggunaan bersama dengan ketokonazol
atau itrakonazol; glaukoma sudut sempit

Efek samping

akut
: Kelemahan

otot,

mengantuk,

pusing,

ketergantungan, gangguan gastrointestinal


(Depkes RI, 1995; BNF, 2009; Pramudianto dan Evaria, 2011)

V.

PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL

5.1

Penggunaan Obat Rasional dengan SOAP

10

5.1.1 Subjektif
Setelah dilakukan skrining dari resep, lalu selanjutnya apoteker akan
menggali informasi sesuai dengan resep yang dibawa oleh pasien. Informasi yang
digali untuk melengkapi identitas pasien tersebut, sehingga memudahkan untuk
mengisi medication record pasien dan informasi mengenai keluhan pasien
tersebut. Berikut percakapan yang dilakukan oleh seorang apoteker dengan
pasien:
Apoteker

: Selamat pagi/siang/sore/malam pak, saya adalah apoteker di


apotek ini, apakah ada yang bisa saya bantu pak?

Tn. Agung

: Iya pak, saya ingin menebus resep di apotek ini.

Apoteker

: Baik pak, saya lihat dulu resepnya, maaf sebelumnya pak,


apakah benar saya berbicara langsung dengan Bapak Agung?

Tn. Agung

: Iya Bu, ini dengan saya sendiri.

Apoteker

: Apakah sebelumnya bapak pernah menebus resep di apotek ini?

Tn. Agung

: Belum Bu, ini yang pertama kali.

Apoteker

: Baik pak, sebelum saya menyiapkan obat yang tertera dalam


resep ini. Saya ingin menjelaskan terlebih dahulu bahwa di
apotek ini kami memerlukan informasi mengenai identitas dan
catatan pengobatan Bapak sebagai kelengkapan administrasi
bagi kami dan untuk memastikan bahwa pengobatan yang
diberikan telah memberikan manfaat yang optimal (memberikan
formulir tentang identitas pasien).

Tn. Agung

: Baik Bu, saya isi dulu yaa. (mengisi formulir data diri dari
apotek).

Apoteker

: Maaf sebelumnya bapak saya ingin bertanya, apa yang telah


dokter katakan mengenai obat yang telah diresepkan ini pak?

Tn. Agung

: Oh begini bu, saya mengatakan pada dokter mengenai keluhan


yang saya rasakan akhir-akhir ini, seperti pusing, lemas, lesu dan
mudah sekali lelah. Selain itu saya juga mengatakan kepada
dokter bahwa saya memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan hipertensi sejak 1 tahun yang
lalu, kemudian dokter memberikan resep ini.

11

Apoteker

: Apakah pada saat bapak berobat ke dokter, bapak melakukan


pemeriksaan laboratorium?

Tn. Agung

: Periksa laboratoriumnya ada Bu, kurang lebih beberapa hari


yang lalu saya melakukan pemeriksaan gula darah acak dan
katanya hasil tesnya diatas normal yaitu 210 mg/dl. Saya juga
melakukan

pemeriksaan

tekanan

darah

dan

hasilnya

150/100mmHg. Ini hasil pemeriksaan laboratorium saya Bu


(menunjukkan surat hasil data lab).
Apoteker

: Baik pak, bagaimana dengan penjelasan dokter mengenai


pemakaian obat yang diresepkan ini Pak?

Tn. Agung

: Dokternya tadi bilang kalau obat amplodipin diminum 2x1


perharinya, kalau metformin diminum 1 tablet perharinya, obat
yang terakhir yaitu xanax, ini nanti diminumnya 1 tablet juga
perharinya Bu.

Apoteker

: Baik Pak, lalu apa lagi yang dikatakan dokter mengenai harapan
setelah bapak menggunakan obat ini?

Tn. Agung

: Dokternya tadi bilang bahwa kalau saya minum obat ni dengan


rutin, maka tekanan darah saya akan turun, gula darah acak saya
akan kembali normal dan keluhan-keluhan yang saya rasakan
akan berkurang Bu.

Apoteker

: Baik jika begitu begitu Pak, Oh iya Bapak saya ingin bertanya
apakah bapak pernah mengonsumsi obat selain yang diresepkan
oleh dokter sebelumnya?

Tn. Agung

: Iya ada Bu, untuk sebelumnya saya pernah mengonsumsi


captopril 3x12,5 mg perharinya, tapi saya sempat stop untuk
minum captoprilnya karena saya merasakan batuk-batuk setelah
minum obat itu, sehingga saya merasa kurang nyaman Bu.

Dari hasil percakapan antara apoteker dan pasien tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa informasi secara subjektif adalah pasien mengeluh mengalami
pusing, lemas, lesu dan mudah lelah, dengan riwayat penyakit terdahulu yaitu
diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi.
5.1.2 Objektif

12

Setelah melakukan pendekatan subjektif kepada pasien maka selanjutnya


dilakukan pendekatan melalui objektif. Pendekatan objektif adalah penggalian
informasi yang didapat dari hasil tes laboratorium yaitu tekanan darah 150/100
mmHg dan kadar Gula Darah Acak (GDA) 210 mg/dL.
5.1.3 Assesment
Pada tahap ini, seorang Apoteker melakukan penilaian kondisi klinis pasien
(anamnese) yang disesuaikan dengan analisa 4T1W dan identifikasi DRP untuk
menganalisis penggunaan obat yang rasional.
a) Penilaian POR (Penggunaan Obat yang Rasional)
1. Tepat Indikasi
Indikasi yang digunakan sesuai dengan kategori farmakologi dari
masing-masing obat yang diresepkan kepada pasien dapat dilihat pada
tabel 4 di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Anamnese Kefarmasian Apoteker
Jenis Obat

Amlodipin
Dosis dalam
resep:
5 mg
diminum
1x1
Metformin
Dosis dalam
resep:
500 mg
diminum
1x1
Xanax
(alprazolam
)

Indikasi / Use
yang
Dimungkinkan
Terkait Kazoos

Analisa Subjektif dan


Objektif

Antihipertensi
Subjektif :
(BNF,
2015; Sering pusing dan
Burns et al., 2016) sebelumnya pasien
memiliki riwayat
hipertensi

Antidiabetes
melitus tipe 2
(BNF, 2015;
Burns et al., 2016)

Objektif :
TD : 150/100 mmHg
Subjektif :
Lemah, lesu, mudah lelah
dan sebelumnya pasien
memiliki riwayat DM
tipe 2
Objektif :
GDA : 210 mg/dL

Anticemas
Subjektif :
(BNF,
2015; Burns et al., 2016) Objektif :
-

Anamnese
Kefarmasian
Sementara
Amlodipin diduga
untuk terapi pasien
dengan hipertensi
dan dapat
menurunkan
tekanan darah
pasien
Metformin diduga
untuk terapi pasien
dengan gula darah
diatas normal dan
dapat digunakan
untuk menurunkan
kadar gula darah
pasien
Xanax (alprazolam)
diduga digunakan
untuk mengatasi
cemas dan sulit
tidur pada pasien,
namun pada kasus
ini diduga obat ini

13

tidak diperlukan
oleh pasien karena
pasien tidak
mengeluh sulit tidur
dan tidak mengeluh
cemas atau depresi.

2. Tepat Obat
Berdasarkan penilaian dari data subjektif dan objektif yang ada, maka
anamnese sementara diduga pasien mengalami hipertensi dengan
komplikasi diabetes mellitus tipe 2. Manajemen hipertensi dengan
komplikasi DM dapat dilihat pada gambar 1.

14

Gambar 1 . Manajemen hipertensi dengan komplikasi DM (Whalen and Stewart,


2008)
Berdasarkan data objektif pasien, pasien memilik tekanan darah
150/100mmHg. Melihat kondisi pasien, pasien disarankan untuk
pemberian terapi obat. Berdasarkan guideline terapi disarankan pasien
diberikan ACE inhibitor atau ARB (Angiostensin reseptor blocker) sebagai
terapi lini pertama. Kemudian untuk terapi lini kedua diberikan terapi obat
beta blocker atau CCB (Calcium channel blocker) (Whalen and Stewart,
2008).
Berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter, pasien mendapatkan
terapi amplodipin yang merupakan golongan CCB sebagai antihipertensi
lini kedua untuk penanganan hipertensi dengan komplikasi DM. Dari data
riwayat pengobatan yang diberikaan pasien, pasien pernah mengkonsumsi
captopril yang merupakan ACE inhibitor sebagai hipertensi lini pertama
sebanyak 12,5 mg tiga kali sehari. Namun memberhentikan penggunaan
captropil karena efek samping batuk yang tidak membuat pasien merasa

15

nyaman, sehingga menyebabkan terapi untuk hipertensi tidak tercapai dan


meningkatkan tekanan darah pasien. Pada resep ini dokter menggantikan
captropil dengan menggunakan amlodipin golongan CCB sebagai obat
hipertensi lini kedua karena tekanan darah pasien meningkat. Amlodipin
yang diberikan pada dokter dengan dosis 5 mg satu kali sehari dengan
harapan tujuan terapi dapat tercapai. Pemberian amlodipin yang dilakukan
dokter sudah tepat karena pasien mengalami kenaikan tekanan darah yang
disebabkan ketidakpatuhan dalam menggunakan obat hipertensi lini
pertama, namun pemberian amlodipin perlu dilakukan monitoring
efektivitas terapinya.
Untuk terapi diabetes melitus tipe 2, pasien diresepkan metformin 500
mg dua kali sehari. Berikut manajemen tatalaksana terapi untuk diabetes
mellitus tipe 2 dapat dilihat pada gambar 2.

16

Gambar 2 . Manejemen Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 (PERKENI, 2015)


Berdasarkan data klinis dari pasien, pasien memiliki kadar gula darah
acak (GDA) 210mg/dL. Untuk menjalankan terapi antidiabetes pasien
disarankan melakukan pemeriksaan kadar gula darah acak (GDA), gula
darah puasa (GDP), gula darah post prandial (GDPP) dan kadar HbA1c.
Apabila nantinya data klinis pasien memiliki nilai diatas standar maka
diberikan terapi antidiabetes lini pertama (monoterapi) yaitu metformin.
Dilihat dari kondisi pasien, pasien diberikan metformin sebagai terapi awal
untuk diabetes melitus tipe 2. Terapi dengan metformin dilakukan selama 3
bulan, apabila terapi tidak tercapai yang dilihat dari data klinis HbA1c
(kadar HbA1c > 7%) maka pasien disarankan untuk menjalani terapi
kombinasi.
Pemberian terapi xanax (alprazolam) dirasa tidak tepat, karena
indikasi dari obat tersebut untuk gejala ansietas (BNF, 2015). Selain itu
obat ini juga memilki indikasi untuk mengurangi gangguan kecemasan
atau panik pada pasien (Anderson et al., 2002). Namun pada kasus ini
pasien tidak mengeluhkan adanya tanda-tanda bahwa pasien mengalami
kecemasan, sulit tidur ataupun depresi. Sehingga xanax merupakan obat
yang tidak tepat diberikan oleh pasien tanpa keluhan kecemasan atau
depresi.
3. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah jumlah obat dan dosis yang diberikan pada pasien
sudah sesuai dengan kebutuhan pasien dan dosis yang diberikan dalam
rentang dosis terapi. Perbandingan kesesuain dosis resep dengan dosis
pustaka dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 6. Perbandingan antara Dosis Pustaka dan Dosis Resep
Nama obat

Dosis pustaka

Dosis resep

Amlodipin

Dosis awal: 5 mg 5mg,


per hari, dosis sehari
maksimal: 10 mg

Keterangan
kali Dosis sesuai.
Pemberian 5 mg

17

per
hari.
Peningkatan dosis
sebanyak 2,5 mg
setelah
penggunaan 7-14
hari. Dosis lazim:
2,5-10 mg.

dosis untuk sekali


minum.

Metformine

500 mg 2 kali 500 mg, 2 kali Dosis sesuai


sehari atau 850 mg sehari
1 kali sehari.

Xanax
(Alprazolam)

Untuk efek sedasi : 0,5gr,


0,5mg;
untuk sehari
panic
disorder:
0,25mg

kali Dosis tidak sesuai

(BNF, 2015; Anderson et al, 2002)


4. Tepat pasien
Obat yang diberikan pada pasien sebaiknya mempertimbangkan
beberapa hal yaitu kondisi pasien, kontraindikasi dengan kondisi pasien
dan diharapkan efek samping yang ditimbulkan pada pasien dengan
tingkat rendah. Pada kasus ini, pasien berumur 61 tahun dan berdarakan
kondisinya, pasien dapat diberikan sediaan berupa obat sediaan tablet.
5. Waspada efek samping
Pemberian obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek yang
tidak diinginkan yang timbul pada pasien dengan dosis terapi. Efek
samping yang mungkin muncul pada penggunaan obat dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 7. Efek Samping Masing-Masing Obat
Obat

Efek samping

Amlodipin

Sakit pada perut, menggigil, kelelahan, sakit kepala, oedema,


palpitasi, susah tidur.

Metformin

Anoreksia, diare, mual, muntah, defisiensi vitamin B12.

Xanax

Amnesia, pusing, ketergantungan.


18

(BNF, 2015)
b) Drug Related Problem (DRP)
Analisa dalam penggunaan obat rasional dilakukan dengan identifikasi
Drug Related Problem (DRP) yang berpotensi terjadi pada obat yang
diresepkan oleh dokter. Terdapat delapan parameter penting yang harus
dianalisa oleh apoteker pada Tabel 8.
Tabel 8. Drug Related Problem yang dapat terjadi dengan pengatasannya
No.
1

Drug Related Problem


Unncesary Drug Therapy

Ada/Tidak
Ada
Pada penggunaan obat
Xanax dalam resep,
tidak dibutuhkan oleh
pasien.
Hal
ini
dikarenakan
pasien
tidak
mengeluhkan
gejala-gejala ansietas,
sehingga
xanax
sebaiknya
tidak
diperlukan dalam terapi
ini.

Pengatasan DRP
Konsultasikan
kepada dokter
bahwa pasien tidak
mengalami tandatanda gejala
ansietas sehingga
pasien tidak perlu
diberikan xanax
(alprazolam) yang
diindikasikan untuk
pasien ansietas

Wrong Drug

Tidak

Dose too high

Tidak

Dose too low

Tidak

Adverse Drug Reaction

Ada
Penggunaan obat dalam
resep memiliki resiko
ADR. ADR yang dapat
terjadi seperti nyeri
pada
perut,
mual,
muntah, pusing hingga
difesiensi vitamin B12.

Drug Interaction

Tidak

Pemberian
KIE
kepada
pasien
mengenai
kemungkinan
terjadinya
efek
samping dan cara
pengatasannya.

19

Innapropiate Addherence

Tidak

Need Additional Therapy

Tidak

5.1.4 Plan
Berdasarkan penyakit yang diderita pasien, pasien dianjurkan untuk
melakukan terapi sebagai berikut :
a. Terapi non farmakologi
Pasien harus mengubah pola hidup dengan konsumsi makanan dan gizi
yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori dan mengurangi makanan
dengan kandungan natrium. Pasien juga dianjurkan melakukan aktivitas
fisik yang dapat mengontrol gula darah serta mengurangi risiko
kardiovaskular. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh pasien yaitu
jalan santai, renang dan juga bersepeda atau melakukan aerobik 2-3 kali
perminggu, selain itu istirahat yang cukup juga diperlukan oleh pasien
(Burns et al., 2016).
b. Terapi farmakologi

Amlodipin 10 mg: diminum 1 kali sehari untuk menurunkan tekanan


darah pasien.

Metformin 500 mg: diminum setiap 2 kali sehari yaitu 1 tablet pada
pagi hari dan 1 tablet pada malam hari setelah makan. Obat ini
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien.
(Anderson et al., 2002; BNF, 2015; Burns et al., 2016)

VI.

COMPOUNDING DAN DISPENSING

6.1 Compounding
6.1.1 Penyiapan Obat
Resep yang dibawa ke apotek akan melewati proses skrining resep yang
meliputi skrining administratif, skrining farmasetik dan skrining klinis. Resep
yang telah melewati proses tersebut kemudian disiapkan obat sesuai dengan
ketersediaan stok obat di apotek. Obat diambil sesuai dengan jumlah yang

20

diresepkan,

Apotek Dioscuri Farma


Jl. Bukit Jimbaran No. XX
kemudian dimasukkan kedalam
klip obat yang selanjutnya
Badung-Bali
Telp:
(0361)
123456
dengan etiket yang dibuat
(etiket
putih
untuk sediaan oral).

diberikan

label sesuai
6.1.2 Pelabelan

APA : Luh Ketut Suys Wintari, S.Farm, Apt.


SP

: KR.00.04.1.3.00067

SIPA : 01/32/4120/DB/DP/2015

No. I

Jimbaran, 24/08/2015

Tn. Dewa Agung (61 Tahun)


Amlodipin
Setiap 24 jam, 1 tablet
Apotek Dioscuri Farma
sesudah
makan
Jl. Bukit
Jimbaran
No. XX
Badung-Bali
TTD Apoteker
Telp: (0361) 123456

APA : Luh Ketut Suys Wintari, S.Farm, Apt.


SP

: KR.00.04.1.3.00067

SIPA : 01/32/4120/DB/DP/2015

No. I

Jimbaran, 08-10-2016

Tn. Dewa Agung (61 Tahun)


Metformin
Setiap 12 jam, 1 tablet
sesudah makan
TTD Apoteker

21

Apotek Dioscuri Farma


Jl. Bukit Jimbaran No. XX
Badung-Bali
Telp: (0361) 123456

APA : Luh Ketut Suys Wintari, S.Farm, Apt.


SP

: KR.00.04.1.3.00067

SIPA : 01/32/4120/DB/DP/2015

No. I

Jimbaran, 24/08/2015

Tn. Dewa Agung (61 Tahun)


Xanax
Setiap 24 jam, 1 tablet
Dikonsumsi sebelum tidur

TTD Apoteker
6.1.3 Dispensing
Penyerahan obat yang diresepkan kepada pasien disertai dengan pemberian

KIE mengenai indikasi obat, cara dan lama penggunaan obat, cara penyimpanan
obat dan efek samping yang mungkin timbul saat pemakaian obat. Penyerahan
obat dan pemberian KIE kepada pasien meliputi:

Terapi Farmakologi
Amlodipin
Indikasi
: penurun tekanan darah (antihipertensi)
Cara penggunaan : diminum dengan air putih, 1 kali sehari sesudah
Penyimpanan
ADR
Metformin
Indikasi
Cara penggunaan

makan
: obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari
: mual, muntah dan konstipasi
: penurun kadar gula darah (antidiabetes)
: diminum dengan air putih, 2 kali sehari (pagi dan

Penyimpanan

malam), sesudah makan


: obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari

ADR

matahari
: gangguan gastrointestional, mual, muntah serta dapat
terjadi defisiensi vitamin B12

Xanax
Indikasi

: sedatif, anticemas (anxiety)


22

Cara penggunaan

: diminum dengan air putih, satu kali sehari sebelum

Penyimpanan

tidur
: obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari
: mengantuk dan pusing yang mungkin sering muncul

ADR
Informasi Tambahan
- Pengecekan gula darah setelah 10 hari
- Pengecekan tekanan darah setelah 10 hari
- Pemeriksaan kadar vitamin B12
Terapi Nonfarmakologi
- Disarankan menjaga pola makan yang sehat, misalnya dilakukan diet
terhadap makanan yang mengandung banyak kalori dan makanan yang
-

mengandung banyak natrium.


Istirahat yang cukup selama 8 jam
Melakukan olah raga yang teratur, misalnya jalan kaki, bersepeda,
aerobik.

VII. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi terhadap pasien bertujuan untuk memantau
efektifitas terapi yang disarankan dan efek samping yang mungkin muncul
(Adverse Drug Reaction). Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat
dan meningkatkan keberhasilan terapi. Monitoring akan membantu untuk
melakukan penanganan lebih lanjut kepada pasien dan meningkatkan kualitas
kesehatan pasien.
7.1

Efektivitas Terapi
Dari segi kondisi klinik, pasien diharapkan menunjukkan kondisi klinik

yang membaik dilihat dari hilangnya gejala seperti pusing, lemas, lesu, mudah
lelah. Monitoring terhadap penurunan tekanan darah juga perlu dilakukan, dimana
tekanan darah yang diharapkan adalah <150/90 mmHg (JNC VII). Selain itu juga
dilakukan monitoring terhadap kadar gula darah 200 mg/dL (PERKENI, 2011).
7.2

Efek Samping Obat


Monitoring efek samping terapi dapat dilakukan dengan menanyakan ada

atau tidaknya gejala-gejala yang membuat tidak nyaman yang timbul setelah
mengkonsumsi obat Amlodipin, Metformin dan Xanax.
VIII. FARMAKOEKONOMI

23

Nama
Amlodipin
Metformin
Xanax

Jumlah Obat
10 tablet
20 tablet
6 tablet
TOTAL

Harga
Rp 12.000,Rp 6.000,Rp 15.000,Rp 33.000,-

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P. O., J. E. Knoben and W. G. Troutman. 2002. Handbook of Clinical
Drug Data. 10th Edition. New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
BNF. 2009. British National Formularium 57th Edition. London: BMJ Grup dan
RPS Publishing.
BNF. 2015. British National Formularium 70th Edition. London: BMJ Grup dan
RPS Publishing.
Burns, M. A. C., T. L. Schwinghammer, B. G. Wells., P. M. Malone., J. M.
Kolesar. and J. T. Dipiro. 2016. Pharmacotherapy: Principles and
Practice. 4th Edition. New York: McGraw-Hill Education.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI). 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan
Dipiro, J. T., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, and L. M. Posey.
2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7thed. New York:
McGraw-Hill.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L, Goldman, M.P. and Lance, L.L.. 2011. Drug
Information Handbook, 20th Edition. USA: Lexi-comp.
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. Jakarta.
Pramudianto, A. dan Evaria. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi
11. Jakarta: UBM Medica.
24

Rahmawati, F. dan Oetari, R.A. 2002. Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek
Legalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek-Apotek Kotamadya
Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia, 13(2): 86-94.
Tjay, T.H. and Rahardja, K. 2008. Obat-Obat Penting: Edisi ke-6. Jakarta: PT.
Gramedia.
Whalen K. L. And R. D. Stewart. 2008. Pharmacologic Management of
Hypertension in Patients with Diabetes. American Family Physician. Vol.
78 (11). Pp. 1279-1282.
LAMPIRAN
Lampiran 1.Fomulir Monitoring Penggunaan Obat
FORMULIR MONITORING PENGGUNAAN OBAT
Nama Petugas

Tanggal
Jam
Lama Percakapan

Luh Ketut Suys


Wintari, S.Farm,
Apt.

10 Menit

Nama Pasien

Tn. Dewa Agung

Alamat Pasien
Usia/BB
No Telp
Penerima
Telepon

Denpasar
61 tahun/ 60 kg
-

Tgl Resep : 24/08/2015


R/ Amlodipine No. X
S 1 dd 1

No Resep : -

Nama Dokter : -

R/ Metformin No. XX
S 1-0-1

R/ Xanax No. VI
S 0-0-1

Tgl Obat Habis : 03/09/2015


Tgl Obat Habis : 03/09/2015
Bagaimana kondisi pasien setelah menggunakan obat :
Sembuh
Tambah Parah
Membaik
Muncul Masalah Baru
Tetap
Bila muncul masalah/pertanyaan baru deskripsikan ditempat yang disediakan
Kategori permasalahan
Dosis
Cara Pemakaian
Waktu Minum Obat
Frekuensi Minum Obat
Kepatuhan

Tgl Obat Habis : 30/08/2015

Kemungkinan Interaksi
Kemungkinan Efek Samping
Lainnya :
Ketersediaan (lama)
Harga

Kategori Terapi
Sistem Pencernaan
Sistem Kardiovaskular
Sistem Pernafasan

Sistem Saraf Pusat


Infeksi
Sistem Endokrin
Obstetri Genekologi, saluran kemih
Penyakit Malignan
Pemecahan Permasalahan

Memberitahu Dokter

Nutrisi dan Darah

Penyakit Tulang, Otot dan Sendi


Mata
Telinga, Hidung, Orofaring
Kulit
Produksi Imunologis dan Vaksin
Anestesi

Diberi Saran

25

Dirujuk Kedokter

Ditawarkan Produk Yang Membantu

Saran /Produk yang direkomendasikan


Saran/Informasi dari pasien
Lakukan kontrol setelah obat habis diminum

26

Lampiran 2. Fomulir Patient Mediation Report


PATIENT MEDICATION RECORD
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Dewa Agung

Alamat

: Denpasar

Tempat/ Tgl Lahir : (Umur 61 tahun)


Jenis Kelamin
: Laki-laki
Berat / Tinggi Badan : 60 kg/ 160 cm
Golongan Darah
:Nama Dokter yang menangani :
Nama Apoteker : Luh Ketut Sulys Wintari, S.Farm, Apt.

No. Telp
Panggilan Darurat/ No.Telp
Pekerjaan
Kewarganegaraan / Agama

: 081338765333
:::-

RIWAYAT PENYAKIT : Hipertensi, DMT II.


Riwayat Alergi
Penyakit/kondisi lain yang menyertai
Obat
Gangguan Hati
Makanan
Gangguan Ginjal
Debu/Serbuk sari
Kondisi medis lain
Lainnya
Reaksi alergi

RIWAYAT PENGOBATAN: Kaptopril.


Imunisasi
BCG
Tetanus
DPT
Hepatitis
Polio
Varicella
Campak

Pneumonia
Influenza
Lainnya

PENGGUNAAN OBAT
Tgl

Keluhan
Pasien

24 Agustus
2015

Pusing, lemas,
lesu, mudah
lelah

Data Lab.
atau Data
Klinis
TD : 150/100
mmHg
GDA : 210
mg/dl

Nama Obat

Dosis

Cara dan waktu


Penggunaan

Tgl
Berhenti

Amlodipin 5 mg

1 kali sehari 1
tablet

Oral
Pagi hari

3 September
2015

Metformin 500
mg
Xanax 0,5 mg

2 kali sehari 1
tablet
1 kali sehari 1
tablet

Oral
Pagi dan malam hari
Oral
Malam hari

3 September
2015
30 Agustus
2015

Catatan Penggunaan Obat

Informasi mengenai dosis obat, frekuensi


dan waktu pemakaiannya.
Informasi mengenai terapi non farmakologi
Informasi
mengenai
kemungkinan
munculnya ADR selama penggunaan obat.
Informasi mengenai waktu kontrol ke
dokter

ESO yang
timbul
-

28

Anda mungkin juga menyukai