OLEH :
I Made Dharma Dwi Putra
(1508515008)
1. RESEP
Resep No. 8
Seorang pasien datang ke apotek Anda bersama ibunya. Pasien laki-laki
berusia 8 tahun dan mengalami diare. Diare sudah berlangsung selama 2 hari dan
terjadi 4-6 x sehari. Pasien tidak mengalami demam dan tidak ada gejala mual
muntah. Oleh dokter, pasien diresepkan terapi sebagai berikut:
Dr. XXXX
SIP : 1234/XXXX/2010
Praktek:
Jl. Bukit Jimbaran No. 123
Badung
Tlp. (0361) 87654321
Rumah:
Jl. Bukit Jimbaran No. 88
Badung
Tlp. 08123456789
II.
III.
SKRINING RESEP
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun
Nama dokter, nomor Sura Ijin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf; dan
B. Kesesuaian farmasetik :
-
Stabilitas; dan
C. Pertimbangan klinis :
-
Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinik);
Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
Nama pasien
Umur pasien
Nama dokter
Paraf dokter
Superscriptio
Inscriptio
Subscriptio
Signatura
Penutup
Identitas pasien
Ada
Nama
SIP
Alamat praktik
Nomor telepon
Simbol R/
Nama Kota
Tanggal resep
Nama obat
Kekuatan/potensi obat
Jumlah obat
Bentuk sediaan obat (BSO)
Frekuensi pemberian
Jumlah pemberian obat
Waktu minum obat
Informasi lain
Paraf
Tanda tangan
Nama
Alamat
Umur
Jenis kelamin
Berat badan
Tidak
Ada
Pada tabel persyaratan diatas dapat dapat dilihat bahwa data pada identitas
dokter sudah lengkap. Sehingga resep yang diterima sudah memenuhi syarat dari
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Menurut Permenkes RI No
512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran, penulisan SIP dokter diperlukan untuk menunjukkan bahwa dokter
penulis resep secara tertulis terbukti telah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan praktik kedokteran. Nomor telepon diperlukan guna mempermudah
dalam menghubungi dokter penulis resep apabila terdapat permasalahan terkait
resep serta meminta persetujuan dari dokter penulis resep terkait pertimbangan
apoteker dalam mengatasi permasalahan tersebut (Rahmawati dan Oetari, 2002).
Dalam resep tidak dicantumkan kota dan tanggal penulisan resep. Hal ini
penting untuk mengetahui kapan resep tersebut ditulis agar apabila terdapat
permasalahan pada resep tersebut, apoteker dapat dengan mudah mengkonfirmasi
resep dengan dokter penulis resep. Pada resep juga tidak dicantumkan waktu
minum obat yang diberikan. Data mengenai waktu minum obat penting paketahui
untuk menentukan waktu penggunaan obat (sebelum atau sesudah makan) untuk
menghindarkan terjadinya interaksi antara obat yang digunakan sehingga
penggunaan obat dapat memberikan efek yang optimal.
Hasil skrining administratif menunjukkan bahwa Identitas pasien pada resep
juga tidak lengkap, yaitu kurangnya data mengnai berat badan pasien. Identitas
pasien penting paketahui untuk menjamin obat diberikan kepada pasien yang
tepat, yang dilihat dari data nama dan alamat, dan obat diserahkan dalam bentuk
sediaan obat serta dosis yang tepat sesuai umur dan berat badan pasien. Karena
pada resep tidak terdapat data berat badan pasien, maka perlu dilakukan
penggalian informasi pasien dari pembawa resep ataupun dari pasien.
Berdasarkan skrining administrasi, resep di atas dinyatakan kurang lengkap
karena
terdapat
beberapa
informasi
yang
tidak
tercantum.
Adanya
sepakit. Sehingga proses metabolisme belum optimal. Selain itu ginjal pada anakanak belum berkembang dengan baik, sehingga kemampuan untuk mengeliminasi
obat menjadi belum optimal (Aslam dkk., 2003). Sehingga, seharusnya resep
pakembalikan kepada pasien. Namun karena dalam hal ini diumpamakan dokter
penulis resep adalah dokter yang melaksanakan praktek di apotek tersebut dan
informasi penting yang diperlukan untuk peracikan resep telah tersedia sehingga
resep dapat diproses lebih lanjut. Untuk melengkapi kekurangan informasi yang
tercantum pada resep, sebelum melakukan peracikan obat, apoteker dapat
berkonsultasi kepada dokter penulis resep atau pun menggali informasi langsung
dari pasien pembawa resep.
Kompaktibilitas
a. Bentuk sediaan
Biothicol
Sirup
Kering
125mg/ 5
mL
Lacto B
Serbuk
Viable cell
counts 1 x
109 CFU/g
Stabil pada Stabil pada
suhu
suhu ruagan
ruagan (15- (15-30C)
30C)
-
Interzinc
Sirup
Stesolid
Sirup
20 mg/ 5mL
2 mg/5 mL
Stabil pada
suhu ruagan
(15-30C)
Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinik);
Interaksi
(PerMenKes RI, 2014).
Hasil skrining klinis pada resep dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Skrining Klinis
Nama Obat
Inpakasi
(Komposisi)
Biothicol
Antibiotika (Lacy
(Thiamphenicol) et al., 2007)
Infeksi yang
disebabkan
Salmonella, H.
influenza dan
bakteri gram
negatif lainnya.
Lacto B
(Viable cell
counts 1 x 109
CFU/g
(Lactobacillus
acidophilus,
Bifidobacterium
longum,
Streptococcus
thermophillus),
vit C 10 mg, Vit
B1 0,5 mg, Vit
B2 0,5 mg, Vit
B6 0,5 mg,
niacin 2 mg,
protein 0,02
gram, fat 0,1
gram)
Interzinc
(Zinc sulfat)
Efek samping
Diskrasia darah,
anafilaksis,
biduran/kaligata,
gangguan
saluran
pencernaan,
Gray syndrome
Kontra
Inpakasi
Disfungsi ginjal
& hati berat,
hipersensitifitas
.
Probiotik
(Vitahealth,
2006) Treatment
untuk diare dan
pencegahan
intoleransi
laktosa.
Suplemen (Lacy
et al., 2007)
Sebagai
mikronutrien
pengganti zinc
yang hilang dari
tubuh akibat
diare serta
mereduksi durasi
dan tingkat
keparahan diare
Interaksi
Tidak ada
interaksi
Tidak ada
interaksi
Muntah
Pemberian dosis
Zn yg berlebihan
(>150mg/hr) utk
jangka waktu
lama dpt
menyebabkan
toksisitas pd
orang dewasa.
Tidak ada
interaksi
Stesolid
(Diazepam)
(WHO, 2005).
Obat
antidepresan
golongan
benzodiazepin
(Lacy et al.,
2007)
Antispasmopak,
Muscle relaksan
Tidak ada
interaksi
Dosis Pustaka
Dosis Resep
Keterangan
Biothicol
(Thiamphenicol
)
Lacto B
Interzinc
(Zinc sulfat)
Stesolid
(Diazepam)
KESIMPULAN HASIL SKRINING RESEP:
Berdasarkan skrining yang telah dilakukan pada skrining administratif,
skrining farmasetis dan skrining klinis, resep di atas masih belum lengkap
sehingga untuk memastikan keabsahan dan kelengkapan resep maka perlu
dilakukan komunikasi dengan pasien/pembawa resep dan dokter penulis resep.
Penelusuran identitas pasien dapat dilakukan dengan komunikasi langsung dengan
pasien atau pembawa resep. Untuk melakukan komunikasi dengan dokter penulis
resep, perlu digali informasi terlebih dahulu dari pasien/pembawa resep.
Untuk menggali informasi yang tidak ada diresep serta untuk mencegah
medication error, maka apoteker melakukan penggalian informasi dari pasien.
10
Apoteker
Ibu PR
Apoteker
(Apoteker mengecek stok dan harga obat yang tercantum dalam resep dan
memastikan bahwa obat yang diresepkan bagi pasien tersedia di Apotek)
Apoteker
Ibu PR
Apoteker
Ibu PR
Apoteker
Ibu PR
: Umurnya 8 tahun.
Apoteker
Ibu PR
Dalam kasus ini Apoteker sudah memiliki data administratif dari identitas
Dokter penulis resep karena diumpamakan resep dari dokter Dr. XXXX tersebut
sudah sering diterima di apotek. Setelah mengumpulkan seluruh informasi yang
kurang, maka resep diatas dapat dilayani.
IV.
MONOGRAFI OBAT
Biothicol
- Indikasi
Diminum 2 sendok
11
Reaksi
Simpan ditempat
Lacto B
- Indikasi
diare
- Cara penggunaan
Diminum
langsung
- Waktu pemberian
- Efek samping :
- Penyimpanan :
Saat makan
lemari es (2-8C)
Interzinc
- Indikasi
Diminum sendok
- Waktu pemberian
12
- Efek samping :
Nyeri
abdomen,
mual,
sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga
yang paling murah untuk pasien dan masyarakat (WHO, 1985). WHO
memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan,
diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien
menggunakan obat secara tidak tepat. Maka dari itu penting untuk menilai
penggunaan obat yang rasional guna menjamin pasien mendapatkan pengobatan
yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan
harga yang terjangkau (KemenKes RI, 2011). Penilaian untuk penggunaan obat
yang rasional dapat dinilai dari salah satunya adalah metode SOAP.
Pasien tersebut mengalami diare selama 2 hari dan terjadi 4-6 x sehari, tidak
terdapat demam dan tidak ada gejala mual muntah pada pasien. Anamnesis
kefarmasian yang dapat dibuat adalah pasien tersebut mengalami diare akut.
Pasien juga diperkirakan dapat mengalami dehidrasi karena frekuensi diare yang
tinggi dalam satu hari.
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih
dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Pasien ini mengalami diare akut yaitu,
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Sebagian besar diare akut (<48-72 jam) disebabkan oleh infeksi atau keracunan
makanan. Selain itu gejala diare akut juga bisa didapatkan pada kelainan usus lain
(khususnya kolitis pseudimembranosa) (Davey, 2005). Selain itu, diare akut dapat
disebabkan oleh infeksi virus atau kuman, atau dapat pula akibat efek samping
obat atau gejala dari gangguan saluran cerna. Umumnya gangguan ini bersifat
13
self-limiting dan bila tanpa komplikasi tidak perlu ditangani dengan obat kecuali
rehidrasi oral bila ada bahaya dehidrasi. Untuk lebih memastikan dugaan tersebut,
maka pada kasus ini dilakukan suatu metode konfirmasi dengan pendekatan
SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan).
Analisis Resep dengan Metode SOAP
5.1.
Subyektif
Untuk melakukan analisis farmakologi resep yang diterima, seorang apoteker
Apoteker
Ibu PR
: Iya, pak.
Apoteker
Ibu PR
Apoteker : Apakah jika dicubit kulit Didi akan langsung kembali seperti
semula, Bu?
Ibu PR
14
Ibu PR
Apoteker
Ibu PR
: Benar Pak, kotoran anak saya encer seperti air cucian beras,
berlendir, tidak berdarah dan sangat bau.
Apoteker
Ibu PR
Apoteker
Ibu PR
(Oleh karena itu, dalam hal ini apoteker berperan memberikan penjelasan
yang lengkap mengenai cara pakai obat tersebut).
Apoteker : Apa
kata
dokter
mengenai
harapan
setelah
Didi
Obyektif
Untuk menganalisis farmakologi resep yang diterima, apoteker harus
16
Apoteker : Apakah Didi pernah melakukan tes laboratorium atau tes lain
selama keluhan diare terjadi, Bu?
Ibu PR
5.3.
Assessment
Dalam tahapan assessment seorang apoteker dapat melakukan penilaian
terhadap
kemungkinan
kondisi klinis
yang
dialami
pasien
(anamnesis
kefarmasian) dan identifikasi drug related problem guna analisis penggunaan obat
rasional untuk kondisi pasien tersebut.
Berdasarkan analisis jenis, dosis, dan inpakasi masing-masing obat yang
disesuaikan dengan guideline dari beberapa inpakasi yang dimungkinkan, serta
dengan hasil konfirmasi kepada pasien terkait analisa subjektif dan objektif yang
telah diperoleh, seorang apoteker dapat memutuskan anamnesis kefarmasian
untuk pasien dalam kasus ini. Adapun guideline therapy untuk penanganan kasus
diare umum dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Diare
Riwayat penderita dan pemeriksaan fisik
Diare akut (<3
hari)
Tidak terjadi
demam atau
gejala sistemik
Terapi
Simtomatik:
a. Penggantian
cairan/elektrolit
b. Loperamid,
Difenoksilat,
atau Absorben
c. Diet
17
Positif
Penggunaan
antibiotik dan
terapi
simtomatik
Gambar 4.2. Guideline Therapy pada Kasus Diare Secara Umum (DiPiro et al.,
2008)
Berdasarkan dari lamanya diare yang dialami pasien, dapat paketahui bahwa
pasien mengalami diare akut. Diare akut dapat paklasifikasikan menjadi dua,
yaitu inflammatory diarrhea dan noninflammatory diarrhea. Adapun karakteristik
dari masing-masing klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3.
18
19
Analisa
Anamnesis
Dimungkinkan
Subjektif dan
Kefarmasian
Biothicol Sirup
Terkait Kasus
Objektif
Biotichol
sirup Subjektif :
Sementara
Penanganan
125 mg/5mL
mengandung
diare akut
Pasien
thiamphenicol
Dosis dalam
diinpakasikan
resep :
antibiotik
3x sehari 1
20
sendok teh
disebabkan
oleh
Salmonella,
H.
Penanganan
Lactobacillus
diare akut
Dosis dalam
acidophilus,
resep :
Bifidobacterium
2x sehari 1
longum, Streptococcus
sachet
thermophillus
diinpakasikan
probiotik
yang
dan
sebagai demam
untuk mual muntah
manajemen
terapi
gangguan Objektif :
gastrointestinal seperti Belum
beberapa
melakukan
Interzinc Sirup
diare
Interzinc mengandung
pemeriksaan
Menggantikan
20mg/5mL
laboratorium
zinc yang
terapi komplementer
hilang serta
Dosis dalam
mereduksi
resep : 1x sehari
menggantikan cairan
durasi dan
sendok teh
tubuh
keparahan
diare
Relaksasi otot
mg/5mL
mengandung diazepam
pada usus
Dosis dalam
sebagai
resep : 3x sehari
antipsikoneurotik,
2 sendok teh
antipsikosomatik, dan
kalau perlu
relaksan otot.
21
DL
Obat
Sekali/ Sehari
DM
Dosis dalam
Sekali/
Resep
Sehari
Sekali/ Sehari
Keterangan
Dosis anak-anak:
30-100
125 mg/ 5 mL x
mg/kg/hari dalam
Biothicol
dosis terbagi =
30-100 mg/kg x
15 mL (3x
-
sehari 1 sendok
teh) = 375
25 kg = 750-2500
mg/hari.
mg/hari (Finch et
Lacto B
al., 2010).
1.109 CFU/mg
6.109 CFU/mg
Dosis untuk anak
1-10 tahun:
Interzinc
Stesolid
10 mg per hari
2 bungkus
Masuk dalam
(2.109)
20 mg/5 mL x
rentang terapi
2,5 mL (1/2
-
(Lacy et al.,
hari) = 10 mg
2007)
Dosis anak-anak:
per hari
0,12-0,8
2 mg/5 mL x 15
mg/kg/hari (Lacy
mL (3 kali
et al., 2007) =
Underdose
sehari 1 sendok
0,12-0,8 mg/kg x
teh, 5 mL) = 6
25 kg = 3-20
mg/hari
Masuk dalam
rentang terapi
Masuk dalam
rentang terapi
mg/hari
Dari anamnesis kefarmasian di atas menunjukan bahwa penggunaan Lacto
B, Interzinc, dan Stesolid dalam resep pada pasien ini tidak overdose maupun
22
Biothicol
Lacto B
Interzinc
Unnecessary drug
therapy
Wrong drug
Dose too low
Dose too high
Adverse drug reaction
Interaksi Obat
Inappropriate adherence
Needs additional drug
Stesolid
therapy
A. Unnecesary Drug Therapy
Setelah apoteker melakukan penggalian informasi terhadap pasien, paketahui
bahwa pasien tidak mengalami kejang, sehingga pemberian Stesolid (mengandung
diazepam) yang diinpakasikan untuk relaksasi otot pada usus dianggap kurang
tepat (tidak diperlukan).
B. Dose Too Low
Dosis Biothicol untuk anak-anak: 30-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Sehingga perhitungannya pasien mendapat obat adalah 30-100 mg/kg x 25 kg =
750-2500 mg/hari (Finch et al., 2010). Sedangkan pada resep, Biothicol diberikan
3x sehari 1 sendok teh (5 mL) sehingga perhitungan pasien mendapat obat adalah
125 mg/ 5 mL x 15 mL = 375 mg/hari. Untuk itu dosis yang diresepkan tidak
masuk dalam rentang terapi (underdose).
C. Inappropriate Adherence
23
Banyaknya jumlah obat yang diresepkan dan pemberiannya pada waktu yang
berbeda-beda serta ditunjang dengan pasien yang masih anak-anak membuat
munculnya masalah kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat-obat tersebut.
5.3.2. Pengatasan DRP
Adapun pengatasan DRP yang terjadi antara lain :
A. Unnecesary Drug Therapy
Apoteker dapat melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter penulis resep
mengenai pemberian Stesolid. Karena tidak ada kejang pada pasien, maka pasien
tidak perlu diberikan Stesolid.
B. Dose Too Low
Biothicol dapat diberikan 3x sehari masing-masing 10 mL, sehingga
perhitungan pasien mendapat obat adalah 125 mg/ 5 mL x 30 mL = 750 mg/hari
dan telah masuk dalam rentang terapi.
C. Inappropriate Adherence
Masalah kepatuhan pasien dapat diatasi dengan cara memberikan kartu yang
berisi catatan waktu pemberian obat serta memberikan edukasi kepada Ibu PR
mengenai pentingnya waktu minum obat.
5.4.
Plan
Setelah melakukan skrining terhadap resep tersebut maka perlu dilakukan
rencana dalam terapi pasien. Karena resep disimpulkan dapat dilayani, maka
rencana yang akan dilakukan apoteker untuk selanjutnya adalah:
5.4.1. Konfirmasi pada Dokter Penulis Resep
Dalam kasus ini, apoteker menemukan adanya DRP dari obat-obatan yang
diresepkan yang perlu pakonsultasikan dengan dokter penulis resep. DRP yang
perlu pakonsultasikan adalah masalah obat seharusnya tidak diperlukan dalam
terapi. Pertimbangan dalam membatalkan pemberian Stesolid pada resep perlu
dilakukan dengan menghubungi dokter penulis resep untuk mengkonfirmasi hal
tersebut. Berikut ini adalah dialog apoteker dan dokter melalui telepon terkait
konsultasi pertimbangan membatalkan stesolid yang dilakukan oleh apoteker.
24
Apoteker : Selamat sore Dok, saya Dwi apoteker di Apotek Rebel Medika
Farma.
Dokter
: Maaf, resep yang mana ya? Karena kebetulan pasien saya hari ini
banyak.
Apoteker : Ini Dok, dalam resep tertulis Biothicol, Lacto B, Interzinc, dan
Stesolid.
Dokter
pemberian
biothicol
yang
mengandung
Apoteker : Baik, Dok. Selain itu juga, dari informasi yang saya peroleh dari
Ibu PR, Anak Didi tidak ada mengalami kejang, untuk itu apakah
pemberian Stesolidnya dapat dibatalkan Dok? Dilihat juga dari
segi farmakoekonominya, agar pasien dapat membeli obat sesuai
kebutuhannya saja dengan harga yang terjangkau. Atau mungkin
dokter punya pertimbangan lain mengenai pemilihan stesolid
tersebut Dok? Dan untuk dosis Biothicol, setelah dilakukan
25
perhitungan kembali, seharusnya Anak Didi memperoleh 7502500 mg per hari, namun di resep tertulis pemberiannya 3x sehari
masing-masing 5 mL, dimana pasien hanya memperoleh 375 mg.
Jadi apakah dosisnya bisa ditingkatkan untuk mencapai efek
terapinya, Dok?
Dokter
5.4.2. Compounding
A. Penyiapan Obat
Apabila resep dan DRP mengenai obat telah dikonsultasikan oleh apoteker
kepada dokter dan pasien serta obat yang diperlukan tersedia pada apotek, maka
selanjutnya dilakukan proses penyiapan obat. Sediaan sirup yang tercantum pada
resep masing-masing diberikan pelabelan sesuai dengan etiket yang telah dibuat
yaitu etiket berwarna putih karena berupa sediaan oral, sediaan sebuk oral LactoB dimasukkan ke dalam klip dan diberikan pula etiket putih yang sesuai.
Keterangan yang dicantumkan pada etiket meliputi nomor resep, tanggal, nama
pasien, nama obat, frekuensi penggunan obat dan waktu pemakaian obat.
B. Pelabelan
Penempelan etiket pada kemasan obat maupun klip akan memudahkan pasien
untuk mengkonsumsi dan menghindari terjadinya kesalahan penggunaan obat.
Berikut adalah etiket yang digunakan untuk masing-masing obat yang diresepkan.
26
a.
Etiket Biothicol
b.
Etiket Lacto B
27
c.
Etiket Interzinc
Pagi hari
Siang hari
Malam hari
Sebelu
m
makan
Saat
Setelah
makan
makan
1 jam
sesuda
h
Biothicol
-
makan
bungku
bungku
dicamp
h
-
dicamp
ur pada
ur pada
makana
makana
makan
2
sendo
teh
k teh
Lacto B
makan
sendok
sendo
sesuda
sesudah
k teh
1 jam
sebelum
Interzinc
makan
sendok
teh
nonfarmakologi.
Penyerahan
29
obat
dan
KIE
bertujuan
untuk
mengoptimalkan terapi pada pasien. Pada penyerahan obat dan KIE informasi
mengenai obat yang perlu disampaikan antara lain: cara penggunaan obat, aturan
pakai obat, waktu penggunaan obat, dan ADR yang mungkin terjadi. Penyerahan
obat dan KIE kepada pasien meliputi:
1. Terapi Farmakologi
Biothicol
- Indikasi
Diminum 2 sendok
sendok teh
- Waktu pemberian : Pakonsumsi pada saat
perut kosong (1 jam sesudah makan)
- Efek samping
Reaksi
Simpan ditempat
Lacto B
- Indikasi
diare
- Cara penggunaan
Diminum
langsung
30
- Waktu pemberian
Saat makan
- Efek samping :
- Penyimpanan :
lemari es (2-8C)
Interzinc
- Indikasi
Diminum sendok
- Waktu pemberian
- Efek samping :
Nyeri
mual,
2. Terapi Nonfarmakologi
Pengaturan diet merupakan prioritas utama untuk pengobatan diare. Klinisi
akan merekomendasikan untuk menghentikan makanan padat selama 24 jam dan
menghindari produk-produk yang mengandung susu. Apabila terjadi mual dan
muntah tingkat sedang maka diberikan diet residu rendah yang mudah dicerna
selama 24 jam. Diet rendah residu adalah diet yang dirancang untuk mengurangi
frekuensi dan volume tinja sementara memperpanjang waktu transit usus. Hal ini
mirip dengan diet rendah serat, tetapi biasanya mencakup pembatasan makanan
yang dapat meningkatkan aktivitas usus. Rehidrasi dan perbaikan air dan elektrolit
adalah perawatan primer sampai diet berakhir. Apabila muntah dan dehidrasi tidak
parah, pemberian makanan enteral merupakan metode yang terpilih. Menjaga
31
32
Gambar 4.7. Rekomendasi Terapi Rehidrasi Oral pada Diare (Lazzerini, 2012)
Selain itu, dijelaskan pula kepada Ibu PR mengenai cairan yang sebaiknya
tidak diberikan untuk pasien seperti: soft drink, sweetened tea, sweetened
fruit drinks, atau kopi.
b. Edukasi Ibu PR mengenai penggunaan suplemen zinc. Apoteker hendaknya
menjelaskan kepada Ibu PR mengenai pentingnya penggunaan zinc. Zinc
terbukti mampu mereduksi durasi dan tingkat keparahan diare. Zinc sangat
berperan penting dalam sistem imun anak dan akan menghindari anak
mengalami diare kembali setelah 2-3 bulan terapi. Kemudian ingatkan Ibu PR
mengenai pentingnya pemberian zinc secara penuh selama 10-14 hari
meskipun diare telah berhenti. Jelaskan kembali kepada Ibu PR bahwa zinc
mampu memperbaiki kesehatan, pertumbuhan serta nafsu makan anak.
c. Edukasi Ibu PR mengenai terapi antibiotik dengan tiamfenikol memerlukan
perhatian khusus, sehubungan dengan pasien yang masih berumur 8 tahun
maka perlu diberikan KIE kepada orang tua pasien agar anaknya taat
mengkonsumsi obat 3x sehari dan harus dihabiskan untuk mencegah
terjadinya resistensi terhadap antibiotik tersebut.
d. Edukasi Ibu PR mengenai makanan yang pakonsumsi anak. Jelaskan
mengenai makanan yang sebaiknya dihindari, seperti:
33
Makanan kaya serat dan jumlah berlebih, seperti buah dan sayur yang
tidak halus, maupun sereal karena akan sulit untuk dicerna
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Aslam, M., Tan, C. K., Prayitno, A. (2003). Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy),
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Bauernfeind, A., et al. 2014. Cholera Guidelines.2nd Edition. French: Medecins Sans
Frontieres.
CDC. 2011. Global Disease Detection (GDD) Manual Rapid Diagnostic Tests for
Epidemic Diseases. Atlanta: Central for Disease Control and Prevention.
CDC. 2013. Recommendation for the Use of Antibiotic for the Treatment of Cholera.
Atlanta: Central for Disease Control and Prevention.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI). 1989. Farmakope
Indonesia Edisi III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan
Dipiro, Joseph T et al. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,
Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Feldman, M., S. Lawrence, Friedman, J. Brandt. 2010. Sleisenger and Fordtrans
Gastrointestinal
and
Liver
Disease:
Pathophysiology/
Diagnosis/
Management. Elsivier.
Finch, R.G., D. Greenwood, S.R. Norrby, R.J. Whitley. 2010. Antibiotic and
Chemotherapy 9th Edition. Elsevier Limited.
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional.
Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
36
37