Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II LATAR BELAKANG……...…………………………………………. 1
BAB III TUJUAN......................................................................................................1
1. Tujuan Umum..........................................................................................1
2. Tujuan Khusus……………………………………………………... 2
BAB IV PENGERTIAN..................................................................................... 2
BAB V KEBIJAKAN................................................................................................3
1. Pemilihan atau Seleksi.............................................................................3
2. Peresepan (ordering) dan Telaah (transcribing)…………………... 4
3. Pemberian Obat pada Pasien (Administering).........................................5
4. Pemantauan (Monitoring)........................................................................5
BAB VI PENGORGANISASIAN….…………………...…………………….. 7
A. Komite Farmasi dan Terapi RSU Darmayu Madiun...............................7
B. Uraian Tugas………………………………………………………. 7
C. Ketenagaan………………………………………………………… 9
BAB VII KEGIATAN/ TATA KERJA….…………………...……………….. 9
BAB VIII PENCATATAN DAN PELAPORAN.....................................................10
BAB IX MONITORING DAN EVALUASI.............................................................11
BAB X PENUTUP…………………………………………………………….. 11
Lampiran : Surat Keputusan Direktur
Nomor : 041.1/RS.DmyM/SK/B-ADM/XI/2023
Tentang : Pedoman Kerja Komite Farmasi dan Terapi

PEDOMAN KERJA
KOMITE FARMASI dan TERAPI (KFT)
Rumah Sakit Umum Darmayu Madiun

BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan Permenkes 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di


Rumah Sakit bahwa dalam pengorganisasian rumah sakit dibentuk Komite Farmasi dan Terapi
yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit
mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. Komite Farmasi dan Terapi harus dapat membina
hubungan kerja dengan komite lain di dalam rumah sakit yang berhubungan/berkaitan dengan
penggunaan obat.

BAB II
LATAR BELAKANG

Penggunaan obat di rumah sakit merupakan suatu proses yang memerlukan penanganan
yang perlu diatur dan dikendalikan dalam upaya mencapai outcome klinik yang optimal. Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) sebagai komite yang mempunyai kewenangan dalam menentukan
kebijakan penggunaan obat dan langsung bertanggung jawab di bawah Direktur dan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya penggunaan obat yang rasional sesuai dengan panduan
penatalaksanaan klinis terkini.
Pedoman kerja Komite Farmasi dan Terapi disusun sebagai acuan dalam proses
penentuan kebijakan dan pelaksanaannya bagi setiap kegiatan yang berkaitan dengan
penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Darmayu Madiun sesuai pedoman akreditasi yang
tertuang dalam Bab Pelayan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan Standar Pelayanan
Kefarmasian di rumah sakit.

BAB III
TUJUAN
1. Tujuan Umum

Tersedianya pedoman kerja Komite Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit Umum Darmayu
Madiun sesuai dengan standar Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat.

1
2. Tujuan Khusus
Pelayanan KFT di rumah sakit dikelola sedemikian rupa dengan tujuan :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/ atau
menetapkan standar obat yang berkualitas.
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan kegiatan KFT sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundang-undangan.
c. Memastikan peran setiap tenaga kesehatan dalam setiap proses peresepan dan
penggunaan obat, pemberian obat sesuai waktu yang dibutuhkan, memastikan ketepatan
regimen dan dosis obat yang diresepkan dokter, kejelasan instruksi penggunaan obat,
mencegah masalah-masalah yang berkaitan dengan obat atau Drug Related Problem
(DRP) demi memberikan outcome terapi yang berkualitas, meminimalkan treatment
yang tidak diperlukan dengan memperhatikan biaya terapi.
d. Memastikan peran tenaga kesehatan dalam mencapai sasaran keselamatan pasien yang
ditetapkan di Rumah Sakit Umum Darmayu Madiun terutama berkaitan dengan obat-
obatan yang perlu diwaspadai.

BAB IV
PENGERTIAN

Komite Farmasi dan Terapi (KFT) sebagai komite yang mempunyai kewenangan dalam
menentukan kebijakan penggunaan obat dan langsung bertanggung jawab di bawah Direktur,
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya penggunaan obat yang rasional sesuai dengan
panduan penatalaksanaan klinis terkini. Penggunaan obat di rumah sakit merupakan suatu proses
yang memerlukan penanganan yang perlu diatur dan dikendalikan dalam upaya mencapai
outcome klinik yang optimal. Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di Rumah Sakit Uumum
Darmayu Madiun ditetapkan dengan SK Direktur dan anggotanya meliputi dokter umum, dokter
spesialis, dokter gigi, apoteker, perawat dan bidan serta tenaga kesehatan lain yang terlibat
dalam manajemen dan penggunaan obat.
Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas :
1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium rumah sakit
3. Mengembangkan standar terapi
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional
6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit.

2
BAB V
KEBIJAKAN
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan
keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high alert medication). High alert
medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan
serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak
Diinginkan (ROTD). Ruang lingkup pelayanan KFT yaitu pada level penentuan kebijakan dalam
penggunaan obat di rumah sakit dan turut berperan dalam sebagian dari pengelolaan dan
penggunaan obat dalam siklus pengelolaan obat (drug management cycle). Siklus pengelolaan
obat secara menyeluruh dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
Komite Farmasi dan Terapi mempunyai peran dalam siklus sebagai berikut ini :
1. Pemilihan atau Seleksi
Proses pemilihan atau seleksi adalah tinjauan terhadap masalah kesehatan di rumah
sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk, dosis, menentukan kriteria pemilihan obat untuk
memastikan aspek kualitas, keamanan, kemanfaatan dan biaya obat (keterjangkauan) sampai
terbentuk standar obat di rumah sakit yaitu Formularium. Komite Farmasi dan Terapi
bertanggung jawab membuat, memelihara, dan mengevaluasi standar tersebut secara berkala
setiap 1 tahun sekali. Kriteria obat yang masuk dalam Formularium RSU Darmayu Madiun
adalah obat generik dan obat original yang tercantum dalam Formularium Nasional serta
obat me too. Penggunaan produk obat me too dibatasi jumlah produk per item zat aktifnya
yaitu maksimal 2 produk.
Dalam rangka meningkatan kepatuhan terhadap Formularium rumah sakit maka ada
mekanisme penambahan atau pengurangan obat dengan kriteria sebagai berikut :
a. Penemuan obat baru yang lebih efektif dalam pengobatan, mempunyai rasio
manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita, dan
biaya yang terjangkau
b. Efektivitas keamanan obat atau Efek Samping Obat (ESO)
c. Panduan obat-obat yang tidak digunakan (death stock)
d. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah atau BPOM atau dari
pabrikan
Proses seleksi harus memperhatikan masalah look alike and sound alike (LASA) untuk
mencegah terjadinya medication error pada tahapan yang sedini mungkin. Obat LASA harus
dikendalikan keberadaannya. Apoteker RSU Darmayu Madiun harus mengkomunikasikan
temuan baru dalam pelayanan yang berkaitan dengan identifikasi obat LASA.
Untuk pasien BPJS obat yang digunakan untuk pengobatan pasien berdasarkan
Formularium nasional yang sudah diseleksi oleh tim ahli dan digunakan secara luas untuk
pasien BPJS seluruh Indonesia.

3
Ada mekanisme pengawasan penggunaan obat dan kesesuaiannya terhadap
formularium RSU Darmayu Madiun. Masalah yang timbul selama penerapan formularium
pada tahun berjalan akan menjadi bahan evaluasi pada proses revisi formularium tahun
mendatang.
Apabila dokter memberikan obat diluar formularium untuk kasus khusus, demi
kesembuhan pasien atau pertimbangan finansial tertentu, obat tersebut akan diadakan dengan
sistem pembelian khusus. Penilaian untuk penetapan kekhususan kasus pasien dilakukan
oleh apoteker klinis dan atau Kepala Instalasi Farmasi. Ketentuan pembelian obat diluar
formularium ditetapkan dengan SPO.
2. Peresepan (ordering) dan Telaah (transcribing)
Resep harus ditulis oleh profesi yang memiliki kewenangan klinis di rumah sakit dan
secara legal diperkenankan, yaitu dokter dan dokter gigi yang memiliki Surat Ijin Praktek
(SIP) yang masih berlaku sesuai dengan kewenangan klinis yang dikeluarkan oleh Komite
Medis RSU Darmayu Madiun. Kaidah peresepan di Rumah Sakit, ditetapkan lebih rinci
untuk memastikan legalitas resep dan kelengkapannya demi menjamin keamanan
pengobatan.
Semua resep harus melalui tahap review oleh Apoteker atau Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) yang sudah dilatih untuk memastikan kelengkapan administrasi,
kesesuaian farmasetik dan kesesuaian klinisnya. Penilaian dilakukan agar obat yang
diresepkan sesuai dengan kondisi pasien secara individual demi keamanan pengobatan.
Untuk mengatisipasi upaya penyalahgunaan obat narkotik dan psikotropika, maka
Instalasi Farmasi RSU Darmayu Madiun tidak menerima resep narkotik dan psikotropika
dari dokter luar RSU Darmayu Madiun. Penulisan resep narkotik seperti Durogesic patch,
morfin dan petidin hanya oleh dokter spesialis atau dalam keadaan tertentu dimana dokter
spesialis penanggung jawab pasien tidak bisa dihubungi, resep narkotika tertentu ditulis oleh
dokter IGD dan disetujui untuk dilayani oleh apoteker/ Kepala Instalasi.
Dokter penulis resep memberi tekanan penulisan resep tertentu yang ditengarai look
alike and sound alike dengan obat lain. Ketentuan akan tata cara penulisan yang menjamin
keamanan pelayanan diatur pada SPO.
Dalam keadaan khusus, dimana pasien membutuhkan obat tambahan, maka dokter
bangsal/ dokter jaga diperkenankan menuliskan permintaan obat untuk pemakaian, sampai
dengan saat visit dokter berikutnya, termasuk obat narkotika dan psikotropika.
Jika obat yang tertulis dalam resep adalah obat diluar formularium, maka untuk obat
dengan zat aktif sama dapat disubstitusi dengan obat yang tersedia (lain pabrik). Untuk zat
aktif berbeda dikomunikasikan dengan dokter penulis resep, apakah bisa disubstitusi dengan
obat yang sesuai formularium atau jika kondisi lain bisa dibelikan di apotek rekanan (jalur
pengadaan non formularium).

4
Bagi pasien peserta BPJS, jenis obat yang dilayani sesuai Formularium Nasional
(Fornas). Jika untuk kepentingan pasien, bisa menggunakan obat standar Formularium
Rumah Sakit. Selanjutnya jika kondisi mengharuskan penggunaan obat selain ketentuan di
atas maka kebutuhan obat dapat dilayani dengan persetujuan dokter penanggungjawab
pasien.
3. Pemberian Obat pada Pasien (Administering)
Profesi yang mempunyai kewenangan klinis dari RSU Darmayu Madiun dapat
menyerahkan obat kepada pasien. Pemberian obat didasarkan atas resep yang diberikan
dokter menurut cara pemberian yang sesuai untuk memastikan efektivitas penggunaan obat
dan keselamatan pasien.
Pemberian obat di RSU Darmayu madiun untuk pasien rawat jalan dilakukan oleh
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang sudah dilatih dan mempunyai
kewenangan klinis. Hanya apoteker dan TTK yang telah memiliki SIPA dan SIKTTK yang
bisa menjalankan praktik kefarmasian di Instalasi Farmasi RSU Darmayu Madiun. Dalam
keadaan jumlah apoteker belum memenuhi standar, maka pemberian obat parenteral dan non
parenteral di ruang perawatan pasien dilaksanakan oleh perawat. Kompetensi perawat yang
dapat melakukan pemberian obat ini ditetapkan oleh bidang keperawatan. Penyerahan obat
pada pasien pulang diupayakan dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK) yang sudah dilatih jika Apoteker tidak ada dengan prosedur yang ditetapkan.
4. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring terhadap penggunaan obat harus dilakukan oleh dokter, apoteker dan
perawat dalam tim kolaboratif untuk memastikan terapi sesuai tujuan outcome kliniknya.
Monitoring dilakukan melalui proses assesmen terhadap kemungkinan timbulnya masalah
yang berkaitan dengan obat termasuk efek samping obat dan medication error. Dokter,
apoteker dan perawat memastikan dilaksanakannya proses dokumentasi atas semua
pelayanan obat kepada pasien termasuk outcome terapinya.
Apoteker bertanggung jawab memperhatikan diagnosa dan kebutuhan khusus pasien
pada saat melakukan penilaian pasien setelah mendapatkan pengobatan dan apabila
diperlukan mengusulkan intervensi.
Apoteker secara proaktif melakukan penilaian terhadap masalah pengobatan yang
dihadapi pasien dan penilaian lain dalam hal :
a. Ketepatan terapi dari regimen pengobatan pasien
b. Duplikasi terapi dan kesalahan dari regimen pengobatan pasien
c. Ketepatan dosis pengobatan, meliputi : rute, metode dan frekuensi pemberian
d. Tingkat ketaatan pasien terhadap regimen obat yang diresepkan
e. Interaksi obat-obat; obat makanan, obat-penyakit, obat-data laboratorium
f. Efek samping obat dan efek merugikan lain akibat penggunaan obat
g. Reaksi alergi

5
Apoteker berkolaborasi dengan perawat (selama jumlah apoteker klinik di ruang
perawatan belum memenuhi standar) bertanggung jawab melakukan proses monitoring,
pencatatan dan pelaporan KTD/ KNC. Laporan KTD dan KNC secara periodik dianalisa dan
diambil tindakan perbaikan sistem untuk meminimalkan angka kejadian.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk :
a. Memastikan proses pelayanan selaras dengan upaya pencapaian visi dan misi Instalasi
Farmasi, terlaksana sesuai lingkup layanan yang sudah ditetapkan yang harus senantiasa
dikembangkan sesuai kebutuhan pasien dan perkembangan sistem kesehatan yang
berlaku.
b. Memastikan continuous improvement yaitu pengembangan, implementasi, evaluasi,
update rencana dan aktivitas untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan lingkup layanan di
Instalasi Farmasi.
c. Untuk memastikan pengembangan proses penggunaan obat yang aman dan efektif.
d. Memastikan kecukupan sumber daya baik sumber daya manusia maupun financial untuk
memenuhi ketentuan kebutuhan pelayanan farmasi yang optimal
e. Memastikan bahwa pelayanan farmasi kepada pasien dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku dan standar pelayanan kefarmasian.
Komite Farmasi dan Terapi harus melakukan monitoring terhadap obat-obat baru yang
telah ditambahkan dalam Formularium. Monitoring obat tersebut dilakukan selama 3 bulan
meliputi : data jumlah pengeluaran obat selama 3 bulan, jumlah kasus/ terapi obat baru
tersebut, efek terapi dan keamanan obat, serta KTD/ KNC yang terjadi. Komite Farmasi dan
Terapi akan menerima dan menindaklanjuti hasil monitoring tersebut dengan melakukan
telaah prinsip evidence based medicine (EBM), benefit risk ratio dan farmakoekonomi. Jika
tidak ditemukan adanya KTD/ KNC maka obat baru tersebut dapat digunakan untuk terapi
pasien.

6
BAB VI
PENGORGANISASIAN
A. KOMITE FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT UMUM Darmayu MADIUN

Direktur

Ketua Komite Farmasi


dan Terapi
Sekretaris KFT

Anggota
Komite Etik dan Disiplin Profesi Komite Kredensial Komite Peningkatan Mutu Profesi
B. URAIAN TUGAS
Komite Farmasi dan Terapi dipimpin oleh ketua yang didukung oleh sekretaris dan
anggota yang terdiri dari seluruh staf medis, bidang kefarmasian, keperawatan dan kebidanan.
Uraian tugas di Komite Farmasi dan Terapi sebagai berikut :
1. Ketua
Deskripsi Jabatan
Ketua Komite Farmasi dan Terapi adalah seorang dokter yang mempunyai tugas pokok
mengkoordinasi kegiatan KFT dan bertanggungjawab kepada Direktur.
Kedudukan dalam struktur organisasi :
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Uraian Tugas :
a. Mewujudkan pengobatan rasional melalui penepatan kebijakan penggunaan obat
b. Menyusun dan melaksanakan program kerja dan anggaran
c. Melaporkan kepada direktur tentang pelaksanaan
program Tanggung Jawab :
a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pengobatan yang rasional di RSU Darmayu
Madiun
b. Bertanggung jawab atas penggunaan obat di RSU Darmayu
Madiun Wewenang :
a. Memimpin jalannya organisasi Komite Farmasi dan Terapi
b. Memberi masukan atau rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit dalam menetapkan
kebijakan penggunaan obat di RSU Darmayu Madiun
Syarat Jabatan :
a. Pendidikan formal : Dokter/ dokter spesialis

7
b. Memiliki surat izin praktik : SIP Dokter praktik
2. Sekretaris
Deskripsi Jabatan :
Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi adalah seorang apoteker yang mempunyai tugas
pokok menjadi sekretaris eksekutif dalam mendukung ketua untuk mengkoordinasi dan
menyiapkan rancangan program kegiatan KFT dan mengelola pertemuan secara strategis
dalam upaya mewujudkan pengobatan rasional dan bertanggung jawab kepada Ketua
Komite Farmasi dan Terapi
Kedudukan dalam struktur organisasi :
Berada dibawah dan tanggung jawab kepada Ketua Komite Farmasi dan Terapi
Uraian Tugas :
a. Melaksanakan kegiatan sekretaris eksekutif untuk mendukung ketua dalam memimpin
Komite Farmasi dan Terapi
b. Menyusun dan melaksanakan program kerja dan anggaran bersama ketua
c. Melaporkan kepada Direktur tentang pelaksanaan program
kerja Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas pelaksanaan program kerja dan anggaran Komite Farmasi dan
Terapi di RSU Darmayu Madiun
Wewenang :
Memberi masukan atau rekomendasi kepada ketua dalam mengusulkan ke pimpinan untuk
menetapkan kebijakan penggunaan obat di RSU Darmayu Madiun
Syarat Jabatan :
a. Pendidikan Formal : Apoteker
b. Memiliki surat izin praktik : SIP Apoteker (SIPA)
3. Anggota
Deskripsi Jabatan :
Anggota Komite Farmasi dan Terapi (KFT) adalah tenaga kesehatan yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit untuk menjalankan tugas pokok menjadi representive dalam upaya
mewujudkan pengobatan rasional dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite Farmasi dan
Terapi
Kedudukan dalam struktur organisasi :
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Panitia Farmasi dan Terapi
Uraian Tugas :
a. Ikut berperan aktif dalam mewujudkan pengobatan rasional melalui penetapan kebijakan
dan monitoring penggunaan obat.
b. Melaksanakan program kerja Komite Farmasi dan
Terapi Tanggung Jawab :

8
Bertanggung jawab atas pelaksanaan program kerja KFT yang ditetapkan dalam upaya
pengobatan yang rasional di RSU Darmayu Madiun
Wewenang :
Mempunyai peran aktif dalam memberikan masukan atau rekomendasi kepada organisasi
KFT untuk menetapkan kebijakan penggunaan obat di RSU Darmayu Madiun.
Syarat Jabatan :
a. Pendidikan Formal : Dokter, Apoteker, Perawat dan Bidan
b. Memiliki surat izin praktik : SIP/ SIK
C. KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga kesehatan yang terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga
keparawatan dan kebidanan.

Kualifikasi SDM di Komite Farmasi dan Terapi :


SDM Keterangan
Ketua Komite Farmasi dan Terapi Dokter umum/ dokter spesialis
Sekretaris KFT Apoteker
Dokter Dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi
Perawat Kepala Ruang Keperawatan
Bidan Kepala Ruang Kebidanan

BAB VII
KEGIATAN/ TATA KERJA

Kegiatan/ tata kerja dari Komite Farmasi dan Terapi antara lain :
No. Kegiatan Waktu Kegiatan
1 Menerima usulan, menindaklanjuti data usulan, Setiap 6 bulan sekali
mendokumentasi dan menyeleksi obat baru dengan
melakukan telaah berdasarkan prinsip evidence base
medicine (EMB), benefit risk ratio dan farmakoekonomi
2 Mendokumentasi medication error dan drug-related Sebulan sekali
problem (DRP)
3 Mengevaluasi obat-obat yang jarang digunakan (slow Setiap 3 bulan sekali
moving)
4 Menginformasi kepada dokter terkait obat yang tidak Setiap 3 bulan sekali
digunakan selama 3 bulan
5 Monitoring obat baru dan KTD (Kejadian Tidak Setiap 3 bulan sekali

9
Diinginkan)
6 Mendokumentasikan dan mengkomunikasi penemuan Setahun sekali
baru yang menyangkut efektivitas keamanan obat efek
samping Obat (ESO)
7 Rapat dan pertemuan terkait dengan formularium obat Setiap 6 bulan sekali

Sedangkan berikut ini adalah rencana kegiatan dari Komite Farmasi dan Terapi tahun 2023 :
No. Rencana Kegiatan Target Waktu Indikator Keberhasilan
1 Penyusunan Pedoman Kerja KFT Oktober- Tersusunnya Pedoman
November 2023 Kerja KFT
2 Menerima usulan obat dari masing- Oktober- Daftar usulan obat dari
masing DPJP di RSU Darmayu Madiun November 2023 masing-masing DPJP
3 Oktober- Keputusan usulan obat
Pembahasan usulan obat dari masing- November 2023 dari DPJP diterima atau
masing DPJP di RSU Darmayu Madiun ditolak
4 Penyusunan Formulairum RSU Darmayu November 2023 Formulairum RSU
Madiun DarmayuMadiun
5 Evaluasi penggunaan obat dalam September 2022 Laporan Evaluasi
Formularium RSU Darmayu Madiun Desember 2022 Penggunaan Obat
6 November- Laporan medication
Mendokumentasi medication error dan Desember 2023 error dan drug-related
drug-related problem (DRP) problem (DRP)
7 Menginformasi kepada dokter terkait November- Daftar obat yang tidak
obat yang tidak digunakan selama 3 Desember 2023 digunakan selama 3
bulan bulan
8 November- Laporan monitoring
Monitoring obat baru dan KTD
Desember 2023 obat baru dan KTD
(Kejadian Tidak Diinginkan)
(Kejadian Tidak
Diinginkan)
9 Rapat dan pertemuan terkait penggunaan
obat

BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Sekretaris KFT membuat notulensi setiap kegiatan dan melaporkannya kepada ketua KFT
2. Membuat arsip semua notulensi, catatan kegiatan dan hasil evaluasi kegiatan KFT

10
3. Membuat laporan kegiatan KFT untuk diteruskan kepada Direktur melalui Ketua Medis
setiap akhir tahun sebagai hasil evaluasi dan bahan pertimbangan dalam merancang rencana
program kerja tahun berikutnya

BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Rapat dan pertemuan dilakukan sekali setahun terkait dengan formularium obat, selain
itu komite farmasi terapi melakukan rapat rutin terkait untuk membahas permasalahan
penggunaan obat seperti efek samping obat dan kejadian yang tidak diinginkan.

BAB X
PENUTUP

Pedoman kerja KFT ini dijadikan acuan dalam proses pelayanan KFT dalam semua
proses penggunaan obat di seluruh bagian rumahsakit sesuai standar Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat (PKPO). Pelaksanaan dari setiap hal yang diatur dalam pedoman ini dilakukan
dalam koordinasi dengan bagian lain, antara lain Instalasi Farmasi, Komite Medis, Bidang
Pelayanan Medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Kamar Bedah, Instalasi
Gawat Darurat, Bidang Keperawatan, dan Bagian Rekam Medis.

Ketua Komite Farmasi dan Terapi

dr. Sandy Wijaya, Sp. PK

11
12

Anda mungkin juga menyukai