Nomor :
TENTANG
Mengingat : 1. Undang – undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang – undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2021 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik;
4. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
MEMUTUSKAN
DITETAPKAN DI : PALEMBANG
PADA TANGGAL : .................................
FKTP KLINIK BRIMEDIKA PALEMBANG
KEPALA
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Klinik BRIMedika Palembang telah
dapat diselesaikan.
Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah berubah dari drug oriented menjadi patient
oriented yang mengacu pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Untuk mendukung hal
tersebut, kami telah merancang pedoman pelayanan kefarmasian di Klinik BRIMedika Palembang.
Dengan telah tersusunnya Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Klinik BRIMedika Palembang
ini, kami harapkan dapat menjadi landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian khususnya di Instalasi Farmasi Klinik BRIMedika Palembang. Semua ini demi
mewujudkan paradigma patient oriented yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan
pelayanan terhadap pasien dan meningkatkan output pengobatan yang diterima pasien.
Palembang, …………..
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat (drug oriented) menjadi
pasien (patient oriented) yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien.
Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring
penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan tedokumentasi dengann baik.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication
error) dalam proses pelayanan.
Oleh sebab itu, apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada untuk
menghindari terjadinya hal tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi ntuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Sebagai upaya
agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan disusunnya Pedoman Pelayanan di Instalasi Farmasi adalah :
Umum
Tersedianya pedoman pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi di klinik.
Khusus
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam
keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik
profesi.
3. Menjamin mutu, manfaat, keamanan, serta khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan.
4. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
5. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).
6. Menjamin sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang lebih aman (medication
safety).
7. Menurunkan angka kesalahan penggunaan obat.
D. Batasan Operasional
1. Pedoman pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian di instalasi farmasi dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
2. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
5. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
6. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
7. Bahan medis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai
(single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
8. Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di klinik.
9. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
10. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yng membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi dan analis farmasi.
E. Landasan Hukum
Landasan hukkum Pedoman Pelayanan Kefarmasian Klinik BRIMedika Palembang ialah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 tahun 2021 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Klinik
4. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Tenaga Kefarmasian
5. Undang-Undang No. 35 tahun 2019 tentang Narkotika
6. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Farmasi Klinik BRIMedika terdiri atas 3 SDM ( 1 Apoteker dan 2 TTK)
1. 1 orang apoteker sebagai Apoteker Penanggung Jawab
2. 2 orang TTK sebagai pharmacy service
C. Pengaturan Jaga
Di Klinik BRIMedika Palembang pendistribustrian ketenagaannya (untuk TTK) dibagi menjadi 2
pola jam kerja, yaitu Dinas pagi (08.00 – 14.00) dan Dinas Siang (14.00 – 20.00).sedangkan untuk
Apoteker hanya 5 hari kerja, yaitu pukul 08.00 – 16.00.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan perundang-undangan
kefarmasian yang berlaku :
1. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan klinik
2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di klinik
3. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung pada
pasien, dispensing serta ada penanganan limbah
4. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi
5. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari
pencuri maupun binatang pengerat
6. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar dan dalam
B. Standar Fasilitas
Farmasi harus bebas dari hewan pengerat, serangga/pest dan memiliki supai listrik yang
konstan, terutama untuk lemari pendingin.
Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian harus dapat menjamin terselenggaranya
pelayanan kefarmasian dengan baik, sesuai dengan ketentua peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian meliputi :
1. Sarana pelayanan
2. Sarana penyimpanan
3. Sarana peracikan
4. Sarana pengemasan
Farmasi sekurang-kurangnya harus memiliki :
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi
3. Pojok konseling bagi pasien
4. Ruang racikan
5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-
barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan
serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperature yang telah ditetapkan.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelayanan kefarmasian harus memenuhi
persyaratan kekuatan, keamanan, kecukupan, kenyamanan, penerangan dan kebersihan sesuai
kebutuhan serta memiliki cirri dan penandaan yang jelas/spesifik. Bangunan untuk menyimpan obat
hendaklah dibangun dan dipelihara untuk melindungi obat yang disimpan dari pengaruh temperature
dan kelembaban, banjir, rembesan melalui tanah, termasuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus,
burung, serangga dan binatang lain. Cukup luas, tetap kering dan bersih,dan hendaklah tersedia
tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan produk tertentu (narkotika, psikotropika).
Bangunan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, selalu dalam keadaan bersih, bebas dari tumpukan
sampah dan barang-barang yang tidak diperlukan. Penerangan yang cukup untuk dapat melaksanakan
kegiatan dengan aman dan benar.
Perlengkapan yang memadai untuk memungkinkan penyimpanan produk yang memerlukan
pengamanan maupun kondisi penyimpanan khusus disertai alat monitor yang tepat jika diperlukan
kondisi penyimpanan yang menuntut ketepatan temperature dan kelembaban agar tidak
mempengaruhi stabilitas obat.
Tata letak ruang (lay-out-design) diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pergerakan
pada saat bekerja, mencegah terjadinya kontaminasi mikroba serta menghindarkan dari hubungan
langsung antara ruang peracikan dan ruang konsultasi.
1. Ruang administrasi farmasi dan gudang obat, ruang ka
NO. NAMA BARANG JUMLAH KONDISI
1. Meja Kerja 2 100%
2. Kursi 2 100%
3. Lemari Arsip 1 100%
4. AC 1 100%
5. Komputer 1 10%
6. Printer 1
PEMESANAN
PENGIRIMAN
PENERIMAAN
PENYIMPANAN
Pengelolaan rantai perbekalan bukan hanya mengenai evaluasi prospektif terhadap perbekalan
yang berisiko tinggi, proses ini juga meliputi pelacakan retrospektif terhadap perbekalan yang ada
setelah perbekalan tersebut diantarkan ke klinik.
Pada saat meninjau risiko potensial dalam suatu rantai perbekalan, depo farmasi klinik
mengetahui bahwa ternyata vendor melakukan pencatatan pemantauan suhu yang tidak konsisten
selama pengiriman. Setelah mengkaji situasi ini, depo farmasi klinik dapat menggolongkan hal ini
sebagai risiko yang signifikan dalam rantai perbekalan.
Alur rantai pengadaan di klinik BRIMedika Palembang ini meliputi pengadaan obat,obat berisiko
(obat suhu tertentu, narkotika, psikotropik) dan BMHP.
1. Perencanaan dan Pemilihan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit dan
pola pemakaian obat (persepan oleh dokter) serta harus mengacu pada formularium klinik,jika tidak
mengacu pada formularium maka mempengaruhi laporan efisiensi klinik. Maka dari itu proses
pemilihan dan perencanaan harus melibatkan Apoteker.
2. Pengadaan
Pengadaan dilakukan melalui jalur resmi/legal untuk memastikan obat, alkes dan BMHP yang
didapat aman, asli, bermutu, bermanfaat dan berkhasiat.
3. Penyimpanan
a. Obat dan BMHP disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengeculian dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus ditulis nama obat, dosis dan bentuk sediaan obat,
serta label-label peringatan jika diperlukan, seperti obat high alert, LASA, produk nutrisi,
narkotika dan psikotropika (di lemari terkunci, double lock).
b. Obat dan BMHP harus disimpan pada suhu dan kelembaban yang sesuai dengan Obat dan
BMHP, sebagai dokumennya dilengkapi dengan formulir pencatatan suhu ruangan dan suhu
kulkas yang dicatat per shif jaga.
4. Administrasi
Kegiatan administrasi meliputi : Pencatatan/penginputan di sistem, pengarsipan, pelaporan
narkotika dan psikotropika (melalui SIPNAP) dan pencatatan retur obat (menghubungi PBF), obat
rusak, obat expired dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pendistribusian
Kegiatan penyaluran sediaan farmasi dari gudang sampai ke unit pelayanan pasien.
C. Pelayanan Kefarmasian
1. Penyimpanan
a. Obat dan BMHP emergensi disimpan di Troey emergency / Box Life Savin / Tas emergency di
IGD dan Poli Gigi
b. Ruangan penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok (manual atau sistem) untuk upaya
mencegah kehilangan.
2. Peresepan
a. Yang boleh menulis resep di klinik BRIMedika Palembang hanya dokter yang mempunyai SIP
dengan memperhatikan batasan bidang keilmuannya, batasan formularium dan batasan jumlah
obat.
b. Penulisan resep harus memperhatikan persyaratan administrasi untuk kelengkapan resep.
3. Pelayanan resep
a. Standing order hanya dilakukan jika permintaan cito
b. Skrining resep
Apoteker/ tenaga teknis kefarmasian harus melakukan telaah obat sebelum obat diserahkan
kepada perawat/pasien. Untuk memastikan bahwa obat yang sudah disiapkan tepat:
a. Pasien
b. Nama obat
c. Dosis dan jumlah obat
d. Rute pemberian
e. Waktu pemberian
6. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarnassian, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang
meliputi :
a. Administrasi umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,psikotropika (melalui SIPNAP) dan dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pencatatan ini dilakukan juga sebagai pengawasan
untuk obat0obat yang perlu perhatian khusus.
b. Administrasi khusus
Pengarsipan resep (hanya melayani resep dengan kop Klinik BRIMedika Palembang),
pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
Verifikasi obat yang sudahdiberikan ke pasien berdasarkan jumlah, dosis dan rute pemberian
obat, termasuk juga pemberitahuan, pencatatan dan substitusi obat farmasi jika obat yang
diminta tidak tersedia/kosong.
A. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai di Klinik yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya.
Menurut KEpmenkes RI Nomor 72 tahun 2016, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai merupakan suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Tujuan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai :
a. Mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkansistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
4. PENERIMAAN
Penerimaan sediaan farmasi merupakan kegiatan untuk menerima sediaan farmasi yang telah
diadakan. Penerimaan merupakan fungsi yang penting dalam rangkaian aliran bahan di klinik karena
mutu barang yang akan dipakai ditentukan disini. Tujuannya agar sediaan farmasi yang diterima adalah
benar/sesuai, berkualitas baik dan tersedia pada waktu yang dibutuhkan.
Pada saat penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan :
a. Pengecekan barang yang diterima
Pada saat menrima barang harus memperhatikan kondisi fisik barang dan kesesuaian dengan surat
pesanan (nama, jumlah, expired date, nomor batch)
b. Pemeriksaan
Pada saat menerima barang harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
1. Barang yang diterima memang barang yang dipesan
2. Junlah barang yang diterima sesuai dengan pesanan
3. Nomor batch barang diterima sesuai dengan pesanan
4. Batas kadaluwarsa sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diterima
minimal 2 tahun
5. Mutu barang yang diterima memenuhi standar yang diteapkan
c. Penyelesaian
Barang yang diterima dibuatkan laporan tanda terima yang meliputi : nama PBF, nomorfaktur dan
tanggal terima obat kemudian ditandatangani oleh apoteker dan petugas akuntansi
5. PENYIMPANAN
Setelah sediaan farmasi diterima di farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi dengna
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi pesyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Ruang penyimpanan sediaan farmasi disesuaikan dengan kebutuhan, serta memperhatikan
persyaratan penyimpanan dari produsen, kondisi sanitasi, suhu, cahaya, kelembaban dan ventikasi,
yang bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan produk serta keselamatan staf.
Penyimpanan sediaan farmasi yang baik dan aman meliputi :
a. Sediaan farmasi disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk
Produk dikatakan stabil bila :
1) Konsentrasi produk tidak berubah
2) Potensi tidak berubah
3) Bentuk sediaan tetap
b. Penyimpanan sediaan farmasi disesuaikan berdasarkan :
1) Bentuk sediaan farmasi dan jenisnya
- Narkotika disimpan dalam lemari narkotika dengan double lock dengan 2 kunci yang
dipegang oleh dua orang yang berbeda dalam 1 shift sebagai penanggung jawab kunci
- Psikotropika disimpan dalam lemari psikotropika
- Obat-obat high alert : obat berisiko tinggi, LASA/NORUM dan elektrolit konsentrat. Obat-obat
high alert hanya bolehdisimpan farmasi dan trolley emergency/box emergency, penyimpanan
elektrolit konsentrat di luar farmasi diperbolehkan hanya daam situasi klinis. Elektrolit
konsentrasi tertentu diatur agar tidak salah ambil & diberi penandaan yang jelas berupa
stiker berwarna merah bertuliskan HIGH ALLERT, untuk obat LASA diberi stiker LASA
berwarna kuning dengan tulisan LASA di box obat dan diberi jarak dengan satu obat lain
diantara obat LASA tersebut.
- Reagensia dilakukan penyimpanan di laboratorium sesuai dengan persyaratan yang belaku
2) Lokasi penyimpanan
- Obat-obatan yang disimpan berdasarkan bentuk sediaan, yaitu : tablet, sirup, obat suntik dan
obat luar
- Obat-obatan disimpan terpisah dengan alat kesehatan, bahan medis habis pakai
- Obat untuk penggunaan luardipisahkan dari obat penggunaan dalam
- Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di ruang keperawatan
disimpan ditempat penyimpanan obat dan dipantau setiap hari oleh farmasi
c. Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau dan aman bila tersimpan di luar farmasi
rumah sakit. Obat emergensi adalah obat yang digunakan untuk tujuan mengembalikan fungsi
sirkulasi dan mengatasi kegawatdaruratan lainnya. Obat emergensi harus mudah di akses secara
cepat, siap setiap saat, terlindung dari bahaya kehilangan atau pencurian. Oleh karena itu, obat
emergensi harus disimpan secara benar.
Ketentuan obat emergensi :
1) Disimpan di box obat emergensi/trolley emergency
2) Akses terdekat dan selalu siap pakai
3) Dicek tiap hari dan terjaga isinya/aman dengan kunci (cable tie bernomor seri)
4) Isi sesuai permintaan masing-masing unit
5) Tidak boleh dicampur dengan obat lain
6) Bila dipakai harus segera diganti
7) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa/rusak
d. Informasi cara penyimpanan obat dapat diperoleh di leaflet atau kemasan obat
6. PENDISTRIBUSIAN (DISTRIBUTION)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di klinik untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis
dengan target berupa pendistribusian dengan dosis yang tepat, kepada pasien yang tepat disaat yang
tepat.
Pemberian label pada obat (etiket), dilaksanakan melalui sistem manual dengan informasi pada
etiket meliputi : identitas pasien, nama obat, dosis obat, tanggal penyiapan dan tanggal
kadaluwarsa/Beyond Use Date (BUD) serta peringatan khusus.
No Jenis Obat Keterangan BUD
.
1. Sediaan Pabrik Hingga tanggal
(Tanpa Peracikan) kadaluwarsa
2. Sirup Kering Serbuk yang akan 7 hingga 14 hari
digunakan harus
dilarutkan terlebih dahulu
3. Sirup Non- 3 bulan
Rekonstitusi
4. Tablet dan Kapsul Jika tablet atau kapsul Hingga tanggal
dalam kemasan blister kadaluwarsa
5. Tablet dan Kapsul Jika obat dikemas ulang 6 bulan
atau dipindahkan dari
kemasan asli
6. Krim atau Salep 3 bulan
7. Obat tetes Kemasan botol 28 hari
8. Tetes mata MD 3 hari
9. Insulin Insulin yang telah dibuka 4 minggu (suhu ruang)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan pendisribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di klinik yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem resep perorangan di apotek.
7. PERSIAPAN (PREPARING)
Obat disiapkan di dalam lingkungan aman dan bersih untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat
dan khasiat obat yang disiapkan dan diserahkan pada pasien, petugasdan lingkungan serta untuk
mencegah kontaminasi tempat penyiapan obat.
Produksi sediaan farmasi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan
kembali sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di klinik.
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah mendekati
kadaluwarsa minimal 6 (enam) bulan, akan dikembalikan ke Pabrik Farmasi atau dilakukan
pemusnahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemusnahan obat dan lembar resep dilakukan 5
tahun sekali atau bila jumlahnya sudah terlalu banyak, dengan disertai berita acara pemusnahan.
Tahapan pemusnahan terdiri dari :
a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang akan
dimusnahkan
b. Menyiapkan berita acara pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
berlaku
9. PENGENDALIAN
Pengendalian dilakukan terhdap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan oleh farmasi dengan tim dokter.
Pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
bertujuan untuk :
a. Penggunaan obat sesuai dengna Formularium Klinik
b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi ; dan
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan,
kerusdakan, kadaluwarsa dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Farmasi mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dengan :
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving) obat, obat generik, non
generik, obat diluar daftar Formularium Klinik, efek samping obat.
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu enam bulan berturut-turut (death
stock)
c. Melakukan Stok opname minimal 3 bulan sekali, mengunci lemari obat, penggunaan kartu stok dan
dilakukan inspeksi secara berkala (1 minggu sekali) oleh apoteker
d. Obat tunai yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan
e. Melakukan pencatatan barang-barang yang , mendekati/kadaluwarsa dan member stiker-stiker
bulat warna hijau = mendekati expired 1 – 3 bulan.
10. ADMINISTRATIF
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan terhadap kegiatan pengelolaan obat dan BMHP yang meliputi perencanaan
kebtuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
pemusnahan dan penarikan obat dan BMHP.
Formulir resep asli pasien diarsipkan tersendiri di unit farmasi dengan memisahkan antara resep
yang berisi narkotika dan psikotropika dengan menyesuaikan urutan tanggal.
b. Pelaporan
Farmsi bertanggung jawab dalam pelaporan kegiatan pelayanan kefarmasian secara keseluruhan.
Pelaporan dibuat secara periodic yang dilakukan farmasi dalam periode waktu tertentu yaitu :
1) Laporan bulanan farmasi
2) Laporan obat0obat Slow Moving (semester atau pertahun)
3) Laporan evaluasi pelayanan farmasi
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
B. TUJUAN
C. TATA LAKSANA