KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I DEFINISI....................................................................................... 1
A. PENGERTIAN 1
B. TUJUAN 1
C. RUANG LINGKUP.................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP........................................................................ 3
BAB III TATALAKSANA................................................................................8
A. SISTEM PELAYANAN.............................................................................. 8
B. PENILAIAN, PENGENDALIAN PENYEDIAAN DAN
PENGGUNAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN
OBAT…………………………………………9...............................................
C. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGENDALIAN OBAT.................. 9
Formulir 1. Skrining/Pengkajian dan Pelayanan Resep....................................10
Formulir 2. Checklist 7 Benar..........................................................................11
D. MEDICATION ERROR/INSIDEN KESELAMATAN PASIEN……… 19
E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN
PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA………………………………19.....................
F. PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN DAN PELABELAN.....................19
G. PEMBERIAN INFORMASI PENGGUNAAN OBAT DAN
KONSELING………………………………………………………20..................
H. PENCATATAN DAN MONITORING EFEK SAMPING OBAT ATAU
EFEKYANG TIDAK DIHARAPKAN………………….20.............................
I. PENYEDIAAN OBAT-OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
EMERGENSI DI UNIT KERJA……………………21.............................
J. PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT……………………………………22
K. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN 23
BAB IV................................................................................................... 24
A. KARTU STOK………………………………………………………………25
B. ETIKET OBAT........................................................................................ 36
REFERENSI........................................................................................27
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9 Tahun
2014Tentang Klinik…………………………………..31
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.34 Tahun 2021 Tentang
StandarPelayanan Kefarmasian di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu...............................................................................27
ii
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
B. TUJUAN
Tujuan umum :
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Klinik
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk
melaksankan pelayanan kefarmasian di Klinik
2. Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam menjalankan
1
pelayanan kefarmasian Klinik
C. RUANG LINGKUP
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap penggunaan
formularium Klinik, maka klinik harus memiliki kebijakan
terkait penambahan atau pengurangan obat dalam
Formularium Klinik dengan mempertimbangkan indikasi,
penggunaan, efektivitas,risiko, dan biaya. Formularium Klinik
dikaji sekurang-kurangnya dikaji setahun sekali.
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk menghindari kekosongan.
Perencanaan yang baik dapat meningkatkan pengendalian stok
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di klinik.
Perencanaan dilakukan mengacu pada Formularium Klinik
yang telah disusun sebelumnya dengan tujuan antara lain:
1. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan maupun BMHP.
2. Menjamin ketersediaan dan stok Sediaan Farmasi, alat
kesehatan, BMHP.
3. Memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan,
penyimpanan, danbiaya distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP.
4. Efisiensi biaya.
4
2. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan
farmasi, isi kemasan antara surat pesanan dengan obat
yg diterima
3. Kesesuaian antar fisik sediaan farmasi dengan faktur
pembelian dan/atau surat pengiriman barang (SPB) yang
meliputi:
a. Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama sediaan
farmasi, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan, dan isi
kemasan;
b. Nomor batch dan kadaluarsa
5
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan,
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan, dan pengembalian
pesanan.
Administrasi, pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan pesanan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari dari eksternal dan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan managemen klinik (keuangan, barang, dan
laporan lainnya). Pelaporan eksternal merupakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, meliputi pelaporan SIPNAP.
Pelayanan Farmasi Klinis di klinik rawat jalan meliputi:
pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat,
konseling, monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi
penggunaan obat. Pengkajian dan pelayanan resep adalah
kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pelayanan pemberian
informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien, atau
masyarakat. Informasi mengenai dosis, bentuk sediaan, rute
pemberian, efek samping, interaksi, stabilitas, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, dan harga/Harga
Eceran Tertinggi (HET). Konseling merupakan proses interaksi
antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan,
6
respn terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi, atau
memodifikasi fungsi fisiologis. Evaluasi penggunaan obat
merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan
terjangkau (rasional). Evaluasi Penggunaan Obat dilakukan
minimal setahun sekali.
7
BAB III
TATALAKSANA
A. SISTEM PELAYANAN
8
Pengendalian obat terdiri dari:
1) Pengendalian Ketersediaan dapat dilakukan dengan analisis
1. PERESEPAN
a. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP
Resep adalah permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi,
dan dokter hewan yang berijin kepada apoteker baik dalam
bentuk tertulis maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan.
Untuk itu, agar obat berhasil, resep harus rasional.
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
1) KAJIAN ADMINISTRASI
1. Nama, alamat, umur/tanggal lahir, berat badan, dan jenis
kelamin pasien
2. Nama, SIP, Nama serta alamat Instansi praktek dokter,
danparaf dokter
3. Tanggal penulisan resep
2) KAJIAN KESESUAIAN FARMASETIK
4. Bentuk dan kekuatan sediaan
5. Kompatibilitas (ketercampuran)
6. Stabilitas
7. Cara dan lama penggunaan
3) PERTIMBANGAN KLINIS
8. Ketepatan indikasi dan dosis obat
9. Alergi obat
10. Duplikasi
11. Efek samping obat
12. Kontra indikasi dan
13. Interaksi
9
SKRINING RESEP
Farmasetis
KRITERIA CHECK LIST
Nama, bentuk, kekuatan,
jumlah obat
Signa / Aturan pakai
Farmasi Klinis
KRITERIA CHECK LIST
Tepat Obat
Tepat Dosis
Tepat Rute
Duplikat
Alergi Obat
Interaksi Obat
Kontraindikasi
Jam : Jam :
TANDA TANGAN/PARAF
Petugas Petugas Pasien /
farmasi KIE Keluarga
10
Jika ditemukan ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:
1) Benar identitas pasien
2) Benar obat dalam pemilihan obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.
3) Benar dosis obat
4) Benar rute/cara pemberian obat
5) Benar waktu lama pemberian obat
6) Benar dokumentasi
7) Benar edukasi pemberian informasi obat
2. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dari Apotek Sabrina Ambulu dan Apotek Harum
Jember . Permintaan obat yang dilakukan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan mendukung pelayanan obat di Klinik
Pratama rawat Inap Aisyiyah Ambulu. Pemesanan obat dilakukan
sesuai dengan pola konsumsi sebelumnya. Sebelum
melakukan pemesanan dilakukan pengelompokkan obat obat
fast moving dan slow moving. Pemesanan untuk kategori fast
moving dilakukan minimal stok pengaman/buffer stok 30-
40% tergantung dengan waktu tunggu (lead time), sedangkan
slow moving pemesanan dilakukan ketika stok
pengaman/buffer stok sekitar 20%.
3. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan BMHP hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat
penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan
dan tepat mutunya ditiap unit pelayanan kesehatan.
11
Pengelolaan obat dan BMHP meliputi kegiatan:
12
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP adalah
suatu proses kerjasama/kolaboratif yang
mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan pasien
maupun kondisi ekonoomisnya. Klinik harus menggunakan
jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP berdasarkan
formularium dan standar pengobatan, pola penyakit, efektivitas
dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan
ketersediaan di pasaran. Formularium klinik merupakan daftar
obat yang ditetapkan oleh penanggung jawab klinik.
Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun Formularium
Klinik yang terdiri tenaga medis dan apoteker. Pada tim
tersebut, Apoteker dapat berperan sebagai ketua atau
sekretaris. Untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap penggunaan formularium Klinik, maka klinik
harus memiliki kebijakan terkait penambahan atau
pengurangan obat dalam Formularium Klinik dengan
mempertimbangkan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko,
dan biaya. Formularium Klinik dikaji sekurang-kurangnya
dikaji setahun sekali.
d. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
e. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu
(tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas
sarana penyimpanan, waktu tunggu.
f. Penerimaan merupakan proses kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan,
dan harga yang tertera surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
13
tenaga medis dan apoteker. Pada tim tersebut, Apoteker dapat
berperan sebagai ketua atau sekretaris. Untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap penggunaan formularium
Klinik, maka klinik harus memiliki kebijakan terkait
penambahan atau pengurangan obat dalam Formularium
Klinik dengan mempertimbangkan indikasi, penggunaan,
efektivitas, risiko, dan biaya. Formularium Klinik dikaji
sekurang-kurangnya dikaji setahun sekali.
h. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
i. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu
(tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas
sarana penyimpanan, waktu tunggu.
j. Penerimaan merupakan proses kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan,
dan harga yang tertera surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
14
k. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP adalah suatu
proses kerja sama/kolaboratif yang mempertimbangkan baik
kebutuhan dan keselamatan pasien maupun kondisi
ekonoomisnya. Klinik harus menggunakan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP berdasarkan formularium
dan standar pengobatan, pola penyakit, efektivitas dan
keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan
ketersediaan di pasaran. Formularium klinik merupakan daftar
obat yang ditetapkan oleh penanggung jawab klinik.
Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun Formularium
Klinik yang terdiri tenaga medis dan apoteker. Pada tim
tersebut, Apoteker dapat berperan sebagai ketua atau
sekretaris. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
penggunaan formularium Klinik, maka klinik
harus memiliki kebijakan terkait penambahan atau
pengurangan obat dalam Formularium Klinik dengan
mempertimbangkan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko,
dan biaya. Formularium Klinik dikaji sekurang-kurangnya
dikaji setahun sekali.
l. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
m. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu
(tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas
sarana penyimpanan, waktu tunggu.
n. Penerimaan merupakan proses kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan,
dan harga yang tertera surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
o. Penyimpanan obat di Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah
Ambulu berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, dan
alfabetis. Selain itu disesuaikan dengan suhu penyimpanan
dari masing-masing sediaan farmasi yang dapat dilihat dari
kemasannya.Penyimpanan khusus diperlukan untuk sediaan
farmasi meliputi: obat high alert adalah obat yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya
15
kesalahan/kesalahan serius (Sentinel Event), dan beresiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas: obat
beresiko tinggi, obat LASA, elektrolit konsentrat. Selain itu
penyimpanan khusus dilakukan untuk obat narkotika dan
psikotropika, dalam hal ini Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu tidak menyediakan obat narkotika dan
psikotropika. Kemudian penyimpanan khusus juga dilakukan
untuk obat emergensi/keadaan darurat medis. Penyimpanan
obat-obat emergensi diletakkan di kotak khusus emergensi
yang berada di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) , ruang
nurse station, dan ruang farmasi. Monitoring dilakukan
secara berkala, obat yang telah kadarluwarsa dan rusak harus
diganti tepat waktu. Keamanan untuk kotak emergensi
dilakukan dengan mengkunci menggunakan slot kunci.
p. Pendistribusian yang dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dengan menyalurkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dari gudang obat ke ruang unit gawat
darurat (UGD), ruang nurse station , dan ruang
farmasi.Pemusnahan dan penarikan yang dilakukan di Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu untuk sediaan
farmasi,alat kesehatan, dan BMHP untuk kadaluwarsa/obat
rusak, tidak memenuhi persyaratan mutu, atau dicabut izin
edarnya. Adanya pemusnahan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan
obat yang substandar. Penarikan alat kesehatan dan BMHP
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut Menteri.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar
/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah oleh BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
q. Pendistribusian yang dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dengan menyalurkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dari gudang obat ke ruang unit gawat
darurat (UGD), ruang nurse station , dan ruang
farmasi.Pemusnahan dan penarikan yang dilakukan di Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu untuk sediaan
farmasi,alat kesehatan,dan BMHP untuk kadaluwarsa/obat
rusak, tidak memenuhi persyaratan mutu, atau dicabut izin
edarnya. Adanya pemusnahan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan
obat yang substandar. Penarikan alat kesehatan dan BMHP
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut Menteri.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar
/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
16
pemilik izin edar berdasarkan perintah oleh BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
r. Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan, dan pengembalian pesanan.
s. Administrasi, pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan pesanan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari dari eksternal dan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan managemen klinik (keuangan, barang, dan
laporan lainnya).
17
t. Pendistribusian yang dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dengan menyalurkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dari gudang obat ke ruang unit gawat
darurat (UGD), ruang nurse station , dan ruang
farmasi.Pemusnahan dan penarikan yang dilakukan di Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu untuk sediaan
farmasi,alat kesehatan, dan BMHP untuk
kadaluwarsa/obat rusak, tidak memenuhi persyaratan mutu,
atau dicabut izin edarnya. Adanya pemusnahan akan
mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko
terjadi penggunaan obat yang substandar. Penarikan alat
kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut Menteri. Penarikan sediaan farmasi yang tidak
memenuhi standar /ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
u. Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan, dan pengembalian pesanan.
v. Administrasi, pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan pesanan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari dari eksternal dan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan managemen klinik (keuangan, barang, dan
laporan lainnya).
18
D. MEDICATION ERROR/INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Penanggung jawab tindak lanjut pelaporan kesalahan
pemberian obat dan kejadian nyaris cedera memiliki tugas
untuk:
4. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kejadian
kesalahan pemberian obat dan Kejadian Nyaris Cedera;
5. Melakukan perbaikan sehingga tidak terjadi kesalahan serupa;
6. Tim mutu keselamatan pasien melaporkan tindak lanjut
pelaporan pemberian obat dan KNC ke Kepala Klinik
19
(digoksin, fenitoin, teofilin).
• Pasien dengan polifarmasi; pemberian lebih dari lima macam
obat untuk satu pasien dalam satu resep.
• Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
20
PAKAI EMERGENSI DI UNIT KERJA
21
ALERT’’ pada lemari. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
obat beresiko tinggi, obat LASA, elektrolit konsentrat.
• Obat risiko tinggi (High Risk), obat yang bila
terjadi kesalahan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan seperti insulin, antidiabetic oral,
obat kemoteraupetik.
• Obat Lasa adalah obat dengan nama, kemasan, label, yang
tampak/kelihatan sama (Look alike), bunyi ucapan terdengar
mirip (Sound alike) biasa disebut LASA atau NORUM (Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip) contohnya Trifed dengan Valved.
Klinik menetapkan daftar obat LASA serta memastikan
penyimpanan obat LASA tidak saling berdekatan dan diberi
label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya
obat LASA.
• Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi.
22
karakteristik dan jenis bahan kimia berbahaya dan beracun.
Simbol merupakan gambar yang menyatakan karakteristik
bahan kimia berbahaya dan beracun.
AISYIYAH AMBULU
23
BAB IV
DOKUMENTASI
A. KARTU STOK
B. ETIKET OBAT
24
LAMPIRAN
25
B. ETIKET OBAT
26
REFERENSI
27
28