Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN PELAYANAN FARMASI

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP AISYIYAH


AMBULU

JL. HASANUDIN Gg. III NO. 94 KRAJAN


AMBULU JEMBER
Telp. 085234199394
Klinikpratamarawatinapaisyiyah@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas segala rahmat dan kasih-Nya, sehingga Buku
Pedoman Pelayanan Farmasi di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu ini dapat tersusun. a. Bahwa pencegahan
dan pengendalian infeksi harus dijalankan di klinik;
b. Bahwa demi tercapainya program PPI yang
ditargetkan klinik dibutuhkan penanggung jawab PPI di
Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b , perlu
ditetapkan dengan Keputusan Penanggung jawab Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu;
Pedoman Pelayanan Farmasi ini disusun dengan tujuan
menjadi pedoman bagi Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian,
dan petugas medis lainnya yang terkait di Klinik dalam
memberikan Asesmen Pelayanan Farmasi kepada pasien
serta Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Sangat disadari bahwa Pedoman Pelayanan Farmasi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan
dilakukan secara berkala untuk mendukung Visi Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga Pedoman Pelayanan Farmasi ini
dapat tersusun.

Ambulu,1 Januari 2023

Dr. Idfian Feranta Adi Arizba


NIK:19920404-201801-002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I DEFINISI....................................................................................... 1
A. PENGERTIAN 1
B. TUJUAN 1
C. RUANG LINGKUP.................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP........................................................................ 3
BAB III TATALAKSANA................................................................................8
A. SISTEM PELAYANAN.............................................................................. 8
B. PENILAIAN, PENGENDALIAN PENYEDIAAN DAN
PENGGUNAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN
OBAT…………………………………………9...............................................
C. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGENDALIAN OBAT.................. 9
Formulir 1. Skrining/Pengkajian dan Pelayanan Resep....................................10
Formulir 2. Checklist 7 Benar..........................................................................11
D. MEDICATION ERROR/INSIDEN KESELAMATAN PASIEN……… 19
E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN
PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA………………………………19.....................
F. PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN DAN PELABELAN.....................19
G. PEMBERIAN INFORMASI PENGGUNAAN OBAT DAN
KONSELING………………………………………………………20..................
H. PENCATATAN DAN MONITORING EFEK SAMPING OBAT ATAU
EFEKYANG TIDAK DIHARAPKAN………………….20.............................
I. PENYEDIAAN OBAT-OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
EMERGENSI DI UNIT KERJA……………………21.............................
J. PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT……………………………………22
K. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN 23
BAB IV................................................................................................... 24
A. KARTU STOK………………………………………………………………25
B. ETIKET OBAT........................................................................................ 36

REFERENSI........................................................................................27
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9 Tahun
2014Tentang Klinik…………………………………..31
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.34 Tahun 2021 Tentang
StandarPelayanan Kefarmasian di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu...............................................................................27

ii
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia (PERMENKES RI) Nomor 9 Tahun 2014 yang
dimaksud dengan Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik. Adapun, tenaga Kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Disamping
itu, instalasi Farmasi adalah bagian dari klinik yang bertugas
menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan
mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta
melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Klinik.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Standar Pelayanan Kefarmasian merupakan tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasiaan dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
Pekerjaan kefarmasiaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor
51 Tahun 2009 adalah merupakan suatu pekerjaan farmasi
yang diperoleh dari pendidikan farmasi dalam praktek
mempunyai otoritas keahlian yang sesuai dengan standar dan
etika profesi. Pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan
langsung yang diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam
rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup
pasien (quality oflife) terjamin.

B. TUJUAN

Tujuan umum :
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Klinik

Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk
melaksankan pelayanan kefarmasian di Klinik
2. Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam menjalankan

1
pelayanan kefarmasian Klinik

C. RUANG LINGKUP

Pelayanan kefarmasian di Klinik meliputi 2 (dua) kegiatan,


yaitu:
1. Kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat
dan bahanmedis habis pakai
2. Kegiatan pelayanan farmasi Klinik.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan farmasi meliputi pengelolaan


sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinis. Pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP untuk klinik rawat
jalan di mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, administrasi segala kebutuhan klinik yang
berhubungan dengan obat – obatan maupun Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) di semua unit klinik, baik di ruang
pelayanan farmasi, ruang tindakan, ruang pelayanan umum.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP
adalah suatu proses kerja sama/kolaboratif yang
mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan pasien
maupun kondisi ekonoomisnya. Klinik harus menggunakan
jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
berdasarkan formularium dan standar pengobatan, pola
penyakit, efektivitas dan keamanan, pengobatan berbasis
bukti, mutu harga, dan ketersediaan di pasaran. Formularium
klinik merupakan daftar obat yang ditetapkan oleh penanggung
jawab klinik. Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun
Formularium Klinik yang terdiri tenaga medis dan apoteker.
Pada tim tersebut, Apoteker dapat berperan sebagai ketua atau
sekretaris. Kriteria obat yang masuk di Formularium Klinik,
yaitu:
1. Obat yang memiliki Nomor Izin Edar (NIE) dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM);
2. Pemilihan obat untuk klinik yang bekerja sama dengan
BPJS mengacu pada Formularium Nasional;
3. Mengutamakan obat generik
4. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risiko ratio)
yang paling menguntungkan pasien
5. Mudah penggunaannya sehingga meningkatkan kepatuhan dan
penerimaan oleh pasien
6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung dan;
7. Terbukti paling efektif secara imiah (Evidence based medicine),
aman, danbanyak dibutuhkan untuk pelayanan dengan
harga yang terjangkau.

3
Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap penggunaan
formularium Klinik, maka klinik harus memiliki kebijakan
terkait penambahan atau pengurangan obat dalam
Formularium Klinik dengan mempertimbangkan indikasi,
penggunaan, efektivitas,risiko, dan biaya. Formularium Klinik
dikaji sekurang-kurangnya dikaji setahun sekali.
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk menghindari kekosongan.
Perencanaan yang baik dapat meningkatkan pengendalian stok
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di klinik.
Perencanaan dilakukan mengacu pada Formularium Klinik
yang telah disusun sebelumnya dengan tujuan antara lain:
1. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan maupun BMHP.
2. Menjamin ketersediaan dan stok Sediaan Farmasi, alat
kesehatan, BMHP.
3. Memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan,
penyimpanan, danbiaya distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP.
4. Efisiensi biaya.

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan


kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data:
1. Sisa stok dengan memperhatikan waktu (tingkat kecukupan
obat danperbekalan kesehatan)
2. Kapasitas sarana penyimpanan
3. Waktu tunggu

Penerimaan merupakan proses merupakan kegiatan


untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan, dan harga yang tertera surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Pemeriksaan sediaan
farmasi yang dilakukan meliputi:

1. Kondisi kemasan termasuk segel, label atau penandaan dalam


keadaan baik

4
2. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan
farmasi, isi kemasan antara surat pesanan dengan obat
yg diterima
3. Kesesuaian antar fisik sediaan farmasi dengan faktur
pembelian dan/atau surat pengiriman barang (SPB) yang
meliputi:
a. Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama sediaan
farmasi, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan, dan isi
kemasan;
b. Nomor batch dan kadaluarsa

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan


memelihara dengan cara menempatan sediaan farmasi yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi.
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan
farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian,
dan pengawasan.
Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan sediaan
farmasi dan BMHP di klinik untuk untuk menunjang
pelayanan medis dan BMHP. Tujuan pendistribusian adalah
tersedianya sediaan farmasi dan BMHP di unit-unit secara
tepat waktu, tepat jenis, dan tepat jumlah.
Pemusnahan dan penarikan, klinik harus memiliki
sistem penanganan obat rusak, tidak memenuhi persyaratan
mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan, atau dicabut izin
edarnya, untuk dilakukan pemusnahan atau pengambilan
ke distributor sesuai ketentuan yang berlaku.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor farmasi
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan. Tujuannya
untuk menjamin sediaan farmasi dan BMHP yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai standar yang berlaku.
Adanya pemusnahan akan mengurangi beban penyimpanan
maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan obat yang
substandar. Penarikan alat kesehatan dan BMHP dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut Menteri. Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang- undangan dilakukan oleh pemilik izin
edar berdasarkan perintah oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.

5
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan,
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan, dan pengembalian
pesanan.
Administrasi, pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan pesanan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari dari eksternal dan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan managemen klinik (keuangan, barang, dan
laporan lainnya). Pelaporan eksternal merupakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, meliputi pelaporan SIPNAP.
Pelayanan Farmasi Klinis di klinik rawat jalan meliputi:
pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat,
konseling, monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi
penggunaan obat. Pengkajian dan pelayanan resep adalah
kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pelayanan pemberian
informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien, atau
masyarakat. Informasi mengenai dosis, bentuk sediaan, rute
pemberian, efek samping, interaksi, stabilitas, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, dan harga/Harga
Eceran Tertinggi (HET). Konseling merupakan proses interaksi
antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan,

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis


dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan,
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan,dan pengembalian pesanan.
pemahaman kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Monitoring efek
samping obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap

6
respn terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi, atau
memodifikasi fungsi fisiologis. Evaluasi penggunaan obat
merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan
terjangkau (rasional). Evaluasi Penggunaan Obat dilakukan
minimal setahun sekali.

7
BAB III
TATALAKSANA

A. SISTEM PELAYANAN

Dalam pelaksanaan pelayanan sediaan farmasi, alur


pelayanan di Klinik Pr at am a Raw at I nap Aisyiyah Am bulu
sebagai berikut:
1. Melakukan skrining/pengkajian resep terhadap resep yang
masuk melalui Rekam Medis (RM).
2. Menulis di kartu stok obat-obat yang akan digunakan atau
diambil.
3. Menuliskan etiket obat mulai dari nama pasien, tanggal lahir,
aturan pakai, nama obat, indikasi, jumlah obat yang
diberikan, dan BUD/EXP DATE.
4. Memasukkan obat ke dalam masing-masing plastik klip
obat.
5. Memberikan obat kepada pasien dengan disertai nama obat,
dosis, penjelasan cara penggunaan, penyimpanan dan efek
samping obat.
6. Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan
oleh petugas farmasi (dalam bentuk PIO maupun
Konseling).

B. PENILAIAN, PENGENDALIAN PENYEDIAAN DAN


PENGGUNAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN
OBAT

Penyediaan obat atau pengadaan bertujuan untuk


menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan
pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar
tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar, yang terdiri dari:
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode
tertentu di Klinik dan seluruh unit pelayanan.
2. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman/penyangga
3. Menentukan waktu tunggu
4. Sisa stok

8
Pengendalian obat terdiri dari:
1) Pengendalian Ketersediaan dapat dilakukan dengan analisis

perencanaan sebelum pemesanan atau pembelian sediaan


farmasi.
2) Pengendalian Penggunaan dapat dilakukan
dengan menghitung/memperkirakan pemakaian rata-rata
periode tertentu, menentukan stok
optimum/stok pengaman, menentukan waktu
tunggu.
3) Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan
kadaluwarsa.

C. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGENDALIAN OBAT

1. PERESEPAN
a. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP
Resep adalah permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi,
dan dokter hewan yang berijin kepada apoteker baik dalam
bentuk tertulis maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan.
Untuk itu, agar obat berhasil, resep harus rasional.
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
1) KAJIAN ADMINISTRASI
1. Nama, alamat, umur/tanggal lahir, berat badan, dan jenis
kelamin pasien
2. Nama, SIP, Nama serta alamat Instansi praktek dokter,
danparaf dokter
3. Tanggal penulisan resep
2) KAJIAN KESESUAIAN FARMASETIK
4. Bentuk dan kekuatan sediaan
5. Kompatibilitas (ketercampuran)
6. Stabilitas
7. Cara dan lama penggunaan
3) PERTIMBANGAN KLINIS
8. Ketepatan indikasi dan dosis obat
9. Alergi obat
10. Duplikasi
11. Efek samping obat
12. Kontra indikasi dan
13. Interaksi

9
SKRINING RESEP

Kelengkapan Penulisan Resep


KRITERIA CHECKLIST
Nama & SIP dokter
Tanggal resep
Paraf dokter
Nama,umur,BB pasien
RM Pasien
Kejelasan penulisan resep

Farmasetis
KRITERIA CHECK LIST
Nama, bentuk, kekuatan,
jumlah obat
Signa / Aturan pakai

Farmasi Klinis
KRITERIA CHECK LIST
Tepat Obat
Tepat Dosis
Tepat Rute
Duplikat
Alergi Obat
Interaksi Obat
Kontraindikasi

Penerimaan Penyerahan Obat


Resep

Jam : Jam :

* Konfirmasi jika obat tidak tersedia :

TANDA TANGAN/PARAF
Petugas Petugas Pasien /
farmasi KIE Keluarga

Nama Nama Nama

Formulir 1. Skrining/Pengkajian dan Pelayanan Resep

10
Jika ditemukan ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:
1) Benar identitas pasien
2) Benar obat dalam pemilihan obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.
3) Benar dosis obat
4) Benar rute/cara pemberian obat
5) Benar waktu lama pemberian obat
6) Benar dokumentasi
7) Benar edukasi pemberian informasi obat

1 Benar Pasien / Identitas


2 Benar Obat
3 Benar Dosis
4 Benar Rute
5 Benar Waktu
6 Benar Dokumentasi
7 Benar Edukasi Pasien
tentang
Obat
Formulir 2. Checklist 7 Benar

2. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dari Apotek Sabrina Ambulu dan Apotek Harum
Jember . Permintaan obat yang dilakukan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan mendukung pelayanan obat di Klinik
Pratama rawat Inap Aisyiyah Ambulu. Pemesanan obat dilakukan
sesuai dengan pola konsumsi sebelumnya. Sebelum
melakukan pemesanan dilakukan pengelompokkan obat obat
fast moving dan slow moving. Pemesanan untuk kategori fast
moving dilakukan minimal stok pengaman/buffer stok 30-
40% tergantung dengan waktu tunggu (lead time), sedangkan
slow moving pemesanan dilakukan ketika stok
pengaman/buffer stok sekitar 20%.

3. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan BMHP hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat
penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan
dan tepat mutunya ditiap unit pelayanan kesehatan.

11
Pengelolaan obat dan BMHP meliputi kegiatan:

a. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP adalah suatu


proses kerja sama/kolaboratif yang mempertimbangkan
baik kebutuhan dan keselamatan pasien maupun kondisi
ekonoomisnya. Klinik harus menggunakan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP berdasarkan formularium
dan standar pengobatan, pola penyakit, efektivitas dan
keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan
ketersediaan di pasaran. Formularium klinik merupakan daftar
obat yang ditetapkan oleh penanggung jawab klinik.
Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun Formularium
Klinik yang terdiri tenaga medis dan apoteker. Pada tim
tersebut, Apoteker dapat berperan sebagai ketua atau
sekretaris. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
penggunaan formularium Klinik, maka klinik
harus memiliki kebijakan terkait penambahan atau
pengurangan obat dalam Formularium Klinik dengan
mempertimbangkan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko,
dan biaya. Formularium Klinik dikaji sekurang-kurangnya
dikaji setahun sekali.
b. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
c. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan hasil
analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu (tingkat
kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas sarana
penyimpanan, waktu tunggu.

12
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP adalah
suatu proses kerjasama/kolaboratif yang
mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan pasien
maupun kondisi ekonoomisnya. Klinik harus menggunakan
jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP berdasarkan
formularium dan standar pengobatan, pola penyakit, efektivitas
dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan
ketersediaan di pasaran. Formularium klinik merupakan daftar
obat yang ditetapkan oleh penanggung jawab klinik.
Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun Formularium
Klinik yang terdiri tenaga medis dan apoteker. Pada tim
tersebut, Apoteker dapat berperan sebagai ketua atau
sekretaris. Untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap penggunaan formularium Klinik, maka klinik
harus memiliki kebijakan terkait penambahan atau
pengurangan obat dalam Formularium Klinik dengan
mempertimbangkan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko,
dan biaya. Formularium Klinik dikaji sekurang-kurangnya
dikaji setahun sekali.
d. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
e. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu
(tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas
sarana penyimpanan, waktu tunggu.
f. Penerimaan merupakan proses kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan,
dan harga yang tertera surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.

g. Klinik harus menggunakan jenis sediaan farmasi, alat


kesehatan, dan BMHP berdasarkan formularium dan standar
pengobatan, pola penyakit, efektivitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan ketersediaan di
pasaran. Formularium klinik merupakan daftar obat yang
ditetapkan oleh penanggung jawab klinik. Formularium Klinik
disusun oleh tim penyusun Formularium Klinik yang terdiri

13
tenaga medis dan apoteker. Pada tim tersebut, Apoteker dapat
berperan sebagai ketua atau sekretaris. Untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap penggunaan formularium
Klinik, maka klinik harus memiliki kebijakan terkait
penambahan atau pengurangan obat dalam Formularium
Klinik dengan mempertimbangkan indikasi, penggunaan,
efektivitas, risiko, dan biaya. Formularium Klinik dikaji
sekurang-kurangnya dikaji setahun sekali.
h. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
i. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu
(tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas
sarana penyimpanan, waktu tunggu.
j. Penerimaan merupakan proses kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan,
dan harga yang tertera surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.

14
k. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP adalah suatu
proses kerja sama/kolaboratif yang mempertimbangkan baik
kebutuhan dan keselamatan pasien maupun kondisi
ekonoomisnya. Klinik harus menggunakan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP berdasarkan formularium
dan standar pengobatan, pola penyakit, efektivitas dan
keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan
ketersediaan di pasaran. Formularium klinik merupakan daftar
obat yang ditetapkan oleh penanggung jawab klinik.
Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun Formularium
Klinik yang terdiri tenaga medis dan apoteker. Pada tim
tersebut, Apoteker dapat berperan sebagai ketua atau
sekretaris. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
penggunaan formularium Klinik, maka klinik
harus memiliki kebijakan terkait penambahan atau
pengurangan obat dalam Formularium Klinik dengan
mempertimbangkan indikasi, penggunaan, efektivitas, risiko,
dan biaya. Formularium Klinik dikaji sekurang-kurangnya
dikaji setahun sekali.
l. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
dengan menggunakan metode pola konsumsi untuk
menghindari kekosongan. Perencanaan yang baik dapat
meningkatkan pengendalian stok sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP di klinik. Perencanaan dilakukan
mengacu pada Formularium Klinik yang telah disusun
sebelumnya.
m. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan
maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang-
undangan. Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan
kebutuhan dengan mempertimbangkan
hasil analisis data: Sisa stok dengan memperhatikan waktu
(tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan), kapasitas
sarana penyimpanan, waktu tunggu.
n. Penerimaan merupakan proses kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan,
dan harga yang tertera surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
o. Penyimpanan obat di Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah
Ambulu berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, dan
alfabetis. Selain itu disesuaikan dengan suhu penyimpanan
dari masing-masing sediaan farmasi yang dapat dilihat dari
kemasannya.Penyimpanan khusus diperlukan untuk sediaan
farmasi meliputi: obat high alert adalah obat yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya

15
kesalahan/kesalahan serius (Sentinel Event), dan beresiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas: obat
beresiko tinggi, obat LASA, elektrolit konsentrat. Selain itu
penyimpanan khusus dilakukan untuk obat narkotika dan
psikotropika, dalam hal ini Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu tidak menyediakan obat narkotika dan
psikotropika. Kemudian penyimpanan khusus juga dilakukan
untuk obat emergensi/keadaan darurat medis. Penyimpanan
obat-obat emergensi diletakkan di kotak khusus emergensi
yang berada di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) , ruang
nurse station, dan ruang farmasi. Monitoring dilakukan
secara berkala, obat yang telah kadarluwarsa dan rusak harus
diganti tepat waktu. Keamanan untuk kotak emergensi
dilakukan dengan mengkunci menggunakan slot kunci.
p. Pendistribusian yang dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dengan menyalurkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dari gudang obat ke ruang unit gawat
darurat (UGD), ruang nurse station , dan ruang
farmasi.Pemusnahan dan penarikan yang dilakukan di Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu untuk sediaan
farmasi,alat kesehatan, dan BMHP untuk kadaluwarsa/obat
rusak, tidak memenuhi persyaratan mutu, atau dicabut izin
edarnya. Adanya pemusnahan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan
obat yang substandar. Penarikan alat kesehatan dan BMHP
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut Menteri.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar
/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah oleh BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
q. Pendistribusian yang dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dengan menyalurkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dari gudang obat ke ruang unit gawat
darurat (UGD), ruang nurse station , dan ruang
farmasi.Pemusnahan dan penarikan yang dilakukan di Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu untuk sediaan
farmasi,alat kesehatan,dan BMHP untuk kadaluwarsa/obat
rusak, tidak memenuhi persyaratan mutu, atau dicabut izin
edarnya. Adanya pemusnahan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan
obat yang substandar. Penarikan alat kesehatan dan BMHP
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut Menteri.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar
/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh

16
pemilik izin edar berdasarkan perintah oleh BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
r. Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan, dan pengembalian pesanan.
s. Administrasi, pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan pesanan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari dari eksternal dan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan managemen klinik (keuangan, barang, dan
laporan lainnya).

17
t. Pendistribusian yang dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap
Aisyiyah Ambulu dengan menyalurkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dari gudang obat ke ruang unit gawat
darurat (UGD), ruang nurse station , dan ruang
farmasi.Pemusnahan dan penarikan yang dilakukan di Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu untuk sediaan
farmasi,alat kesehatan, dan BMHP untuk
kadaluwarsa/obat rusak, tidak memenuhi persyaratan mutu,
atau dicabut izin edarnya. Adanya pemusnahan akan
mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko
terjadi penggunaan obat yang substandar. Penarikan alat
kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut Menteri. Penarikan sediaan farmasi yang tidak
memenuhi standar /ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
u. Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan, dan pengembalian pesanan.
v. Administrasi, pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan pesanan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari dari eksternal dan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
untuk kebutuhan managemen klinik (keuangan, barang, dan
laporan lainnya).

18
D. MEDICATION ERROR/INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Penanggung jawab tindak lanjut pelaporan kesalahan
pemberian obat dan kejadian nyaris cedera memiliki tugas
untuk:
4. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kejadian
kesalahan pemberian obat dan Kejadian Nyaris Cedera;
5. Melakukan perbaikan sehingga tidak terjadi kesalahan serupa;
6. Tim mutu keselamatan pasien melaporkan tindak lanjut
pelaporan pemberian obat dan KNC ke Kepala Klinik

E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN


PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA
Melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang
berkaitan dengan narkotika dan psikotropika. Klinik
Pratama Rawat Inap Aisyiyah Ambulu tidak
menyediakan obat psikotropika dan narkotika . Jika pasien
membutuhkan obat psikotropika dan narkotika klinik
meresepkan keluar/mengoper ke apotek yang telah bekerja
sama dengan klinik.

F . PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN DAN PELABELAN


Kegiatan pemberian obat merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap penyiapan, peracikan, memberikan
label/etiket, penyerahan sediaan farmasi dengan pemberian
informasi secara jelas, padat, dan akurat. Berikut contoh
etiket di Klinik :

G .PEMBERIAN INFORMASI PENGGUNAAN OBAT DAN


KONSELING
Pemberian Informasi merupakan kegiatan pelayanan
yang dilakukan oleh petugas pelayanan farmasi untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas, dan terkini kepada
pasien yang mencakup nama obat, dosis, indikasi, cara
penggunaan, efek samping, dan penyimpanan.
Konseling adalah merupakan proses interaksi antara
Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman kesadaran dan kepatuhan sehingga
terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien
yang perlu diberi konseling:
• Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atauginjal, ibu hamil, dan menyusui).
• Pasien dengan terapi jangka Panjang/penyakit kronis
(misalnya: TB, DM, AIDS, Epilepsi).
• Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tapering down/off).
• Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit

19
(digoksin, fenitoin, teofilin).
• Pasien dengan polifarmasi; pemberian lebih dari lima macam
obat untuk satu pasien dalam satu resep.
• Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

H .PENCATATAN DAN MONITORING EFEK SAMPING OBAT


ATAU EFEK YANG TIDAK DIHARAPKAN
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Tujuan
dilakukannya pencatatan dan monitoring efek samping obat
(MESO) adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam:
• Menentukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
• Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal,
yang baru saja ditemukan.
• Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi timbulnya ESO atau
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.

Berikut langkah-langkah dalam melakukan


pencatatan maupun monitoring efek
samping obat:
1. Tenaga kesehatan atau pasien atau keluarga pasien
menemukan kejadian Efek Samping Obat (ESO).
2. Tenaga kesehatan atau pasien atau keluarga pasien
melaporkan kepada
Apoteker/petugas farmasi.
3. Petugas farmasi melakukan Analisa dan identifikasi kejadian
ESO.
4. Petugas farmasi menyusun dan membuat laporan kronologis
kejadian.
5. Petugas farmasi melakukan pengecekkan no batch obat dari
kartu stok obat jika terdapat kasus sediaan tertentu yang
berhubungan dengan ESO secara nasional atau memberikan
rekomendasi mengatasi efek samping obat :
a. Menghentikan pengobatan
b. Atau mengganti obat yang lebih aman
c. Atau mengatur jadwal penggunaan/minum obat
d. Atau menurunkan dosis
e. Atau memberikan antidote
6. Petugas farmasi melakukan pengecekkan info melalui media
online/daring tentang informasi kejadian ESO.
7. Petugas farmasi mengisi formulir laporan MESO dan
melakukan grading Naranjo Algoritma yang akhirnya
dilaporkan ke Badan POM RI.
I. PENYEDIAAN OBAT-OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS

20
PAKAI EMERGENSI DI UNIT KERJA

• Petugas farmasi membuat daftar obat-obat emergensi yang


tersedia didalam kotak emergensi.
• Petugas farmasi mencantumkan jumlah obat dan tanggal
kadaluarsa obat pada daftar obat emergensi.
• Petugas farmasi menempelkan daftar obat emergensi pada
permukaan luar kotak emergensi.

• Petugas farmasi mengunci kotak emergensi dengan kabel sekali


pakai dan menyediakan gunting di kantong luar kotak
emergensi untuk memotong kabel.
• Petugas farmasi mendistribusikan kotak emergensi ke Ruang
Unit Gawat Darurat (UGD) dan Ruang nurse station.
• Petugas farmasi melakukan monitoring/pengendalian obat-
obat emergensi tiap 3 bulan sekali kecuali petugas farmasi
mendapat laporan jika terdapat pemakaian obat-obat emergensi
maka segera digantikan yang baru sesuai dengan jumlah
pemakaiannya.
• Obat-obat emergensi yang berada di dalam kotak emergensi
maksimal tanggal kadaluarsanya H-1 tahun dari tahun
ketika di monitoring, jika melebihinya maka obat-obatan
tersebut segera dikeluarkan dan digantikan dengan obat yang
sama dan jumlah yang sama.

Daftar Obat Emergensi Di Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah

UNIT GAWAT DARURAT

Nama Obat Satuan Jumlah


Epinefrin inj ampul 3
Sulfas Atropin inj ampul 3
Diazepam 5 mg inj ampul 3
Dexamethason 5 mg inj ampul 3
Furosemide 20 mg inj ampul 3
D40 % flash 2
ISDN tablet tablet 10

K. PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT


Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai
karena dapat menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan
serius (Sentinel Event), dan beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Penyimpanan obat high alert harus terpisah, mudah dijangkau
dan tidak harus terkunci dan diberi label bertuliskan “HIGH

21
ALERT’’ pada lemari. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
obat beresiko tinggi, obat LASA, elektrolit konsentrat.
• Obat risiko tinggi (High Risk), obat yang bila
terjadi kesalahan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan seperti insulin, antidiabetic oral,
obat kemoteraupetik.
• Obat Lasa adalah obat dengan nama, kemasan, label, yang
tampak/kelihatan sama (Look alike), bunyi ucapan terdengar
mirip (Sound alike) biasa disebut LASA atau NORUM (Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip) contohnya Trifed dengan Valved.
Klinik menetapkan daftar obat LASA serta memastikan
penyimpanan obat LASA tidak saling berdekatan dan diberi
label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya
obat LASA.
• Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi.

L. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


Bahan berbahaya dan Berbahaya (B3) menurut PP 74
tahun 2001 adalah bahan (zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, Kesehatan,
kelangsungan hidup, Kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan B3
meliputi: identifikasi dan inventarisasi B3; memastikan
adanya penyimpanan, pewadahan, perawatan bahan sesuai
dengan karakteristik, sifat, dan jumlah; tersedianya lembar
data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat bahan
B3; tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan
B3; tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3
seperti spill kit , rambu dan simbol B3 , dan lain-lain;
memastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri
sesuai karakteristik dan sifat bahan dan limbah B3;
tersedianya standar prosedur oprasional yang menjamin
keamanan kerja pada proses kegiatan pengelolaan bahan dan
limbah B3 (pengurangan dan pemilihan, penyimpanan ,
pengangkutan, penguburan dan/ atau penimbunan bahan
dan limbah B3); jika dilakukan oleh pihak ket tiga wajib
membuat kesepakatan jaminan keamanan kerja untuk
pengelolaan dan fasyankes akibat kegagalan kegiatan
pengelolaan bahan B3 yang dilakukan.Label dan simbol pada
setiap kemasan B3 dimasudkan untuk mengetahui klasifikasi
B3 sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik
guna mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari B3. Label
merupakan tulisan yang menunjukkan antara lain

22
karakteristik dan jenis bahan kimia berbahaya dan beracun.
Simbol merupakan gambar yang menyatakan karakteristik
bahan kimia berbahaya dan beracun.

DAFTAR BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN(B3) KLINIK RAWAT INAP

AISYIYAH AMBULU

No Nama Dagang Kandungan Bentuk Kategori Tanda MSD


Sediaan S
Cairan mudah
1 Cairan terbakar ADA
Isopropyl
Alkohol 70 %
Alkohol

2 Spiritus Cairan Cairan mudah ADA


Methyl
terbakar
Alkohol
Betadine /
3 Povidone 10% Polyvinylpyr Cairan Beracun ADA
100 ML rolidone dan
iodine

23
BAB IV
DOKUMENTASI

A. KARTU STOK
B. ETIKET OBAT

24
LAMPIRAN

A. KARTU STOK OBAT DAN BMHP

Lampiran 4 : Kartu Stok Obat dan BMHP

25
B. ETIKET OBAT

Lampiran 5 : Etiket Obat

26
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9 Tahun


2014 Tentang Klinik.
2. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaankefarmasian.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.34 Tahun 2021 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik.
4. Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Menteri LH nomor 3 tahun 2008 tentang Simbol dan
Label B3

27
28

Anda mungkin juga menyukai