Anda di halaman 1dari 53

MODUL FLEBOTOMI

BAB I
SEJARAH FLEBOTOMI

Flebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik dan metode yang benar sehingga
komposisi analitnya bisa dipertahankan. Praktek pengambilan darah tampak mulai logis ketika dasar
dari semua perawatan medis didasarkan pada empat cairan tubuh: darah, dahak, empedu kuning,
dan empedu hitam.

Seni pengeluaran darah (bloodletting) sedang


berkembang baik sebelum masa Hipokrates pada abad
kelima SM. Pada pertengahan jaman, baik ahli bedah
maupun tukang cukur rambut memiliki spesialisasi pada
praktek yang berhubungan dengan darah ini. Tukang
potong rambut diiklankan dengan warna merah
(mewakili darah) dan putih (untuk tourniquet)
berbelang pada tiang. Tiang tersebut merepresentasikan
stik yang digenggam.

Pada tahun 1210, tukang potong rambut dan ahli bedah berkumpul dan mendirikan
perkumpulan Tukang cukur – bedah dimana anggotanya dibagi menjadi Surgeons of the Long Robe
dan Lay – Barbers atau Surgeons of the Short Robe. Belakangan diketahui dilarang untuk melakukan
beberapa pembedahan kecuali pengeluaran darah, pembedahan luka, bekam, penghisapan lintah,
pencukuran, pencabutan gigi, dan penyuntikan laksatif. Operasi mayor ditangani oleh spesialis,
biasanya keturunan dari keluarga tertentu, dimana, jika mereka merupakan anggota dari
perkumpulan, akan menjadi Surgeons of the Long Robe.

William Harvey, orang yang mempublikasikan penemuannya tentang sirkulasi pada tahun
1628, mengakui nilai investigasi implikasi daripada teorinya. Harvey tidak dapat menjelaskan
penyebab dan kegunaan sirkulasi tetapi dia mempercayai tiu tidak akan mengganggu praktek
pengeluaran darah.

Pada awal abad 19 ahli fisiologis Franqois Magendie (1783-1855), yang berargumentasi
tentang pengeluaran darah, menunjukkan efek fisiologis perbedaan pengeluaran darah vena dan
penggunaan obat hampir sama, dan juga disana beberapa pilihan vena mana yang dipilih tidak akan
berpengaruh terhadap prosedur.

Tantangan serius pertama dalam praktek pengeluaran darah yang dibuat pada abad 16 dan 17
di bawah kepemimpinan ahli kimia Jerman Paracelcus dan pengikut Belgia, Van Helmont. Kimia
medis atau iatrochemist yang didukung penjelasan tentang penanganan suatu penyakit berdasar
pada praktek dan teori kimia. Mereka mempercayai suatu keadaan dimana darah akan teregulasi
baik dengan memasukkan bahan kimia dan obat daripada dengan cara sederhana yaitu
mengeluarkan beberapa bagian darah. Iatrochemistry menjamin substitusi dalam dunia medis
menggantikan pengeluaran darah dalam hal terapi.
Kebangkitan kedokteran Hipokrates pada akhir abad 17 dan 18 juga diikuti pertanyaan
tentang efektivitas terapi pengeluaran darah. Perawatan seperti terapi pengeluaran darah itu
dirasakan oleh para neo-Hipokrates, hanya mungkin berfungsi melemahkan pasien dan menghambat
proses penyembuhan alami.

Teknik dan Instrumen

Duri tajam, jerat, gigi ikan, dan batu yang ditajamkan merupakan peralatan yang dahulu
digunakan untuk mengeluarkan darah. Venaseksi, salah satu prosedur dalam medikasi kuno, dan
beberapa prosedur sejenis seperti menyobek abses, menusuk rongga yang mengandung cairan, dan
membedah jaringan, dimana semuanya dicapai pada periode klasik dan kemudian dengan alat yang
phlebotome tersebut. Phlebos merupakan bahasa Yunani untuk “vena”, sementara “tome” diambil
dari kata “temnein” yang berarti “memotong”. Dalam bahasa latin, “phlebotome” menjadi
“flebotome”, dan dalam sebuah manuskrip Anglo-Saxon tertanggal 1000 sesudah masehi, kata
“fleam” terbit. Phlebotome, sejenis lancet, tidak dideskripsikan dalam beberapa literatur kuno,
namun penggunaannya membuatnya jelas bahwa itu adalah runcing, bermata dua, dan alat
pemotong berbilah lurus atau seperti skalpel dan digunakan untuk membelah vena besar.

Pada contoh awal “fleam”, seperti spesimen yang ditemukan di Pompeii, instrumen ini
dikaitkan dengan kedokteran hukum. Sejak awal praktek, dokter Roma, melakukan pekerjaan
operasi sebaik yang dilakukan oleh dokter hewan, dimungkinkan mereka menggunakan instrumen
sama yang digunakan untuk membedah pembuluh darah pada hewan maupun manusia.

Pada abad 17 dan 18, jenis daripada “fleam” (German fliete, Prancis flamette), yang memiliki
ujung runcing pada sudut kanan untuk pegangan, ini digunakan di Jerman, Belanda, dan
Wina,Austria. Sejak spesimen ditemukan di museum bervariasi dalam berbagai ukuran, ada
kemungkinan bahwa fleam digunakan pada hewan dan manusia.

Pada abad 15, lancet ibu jari atau disebut sebagai gladiolus, sagitella, lanceola, lancetta, atau
olivaris diperkenalkan. Alat ini segera menjadi instrumen pilihan untuk membuka pembuluh darah di
bagian manapun dari tubuh. Besi bermata dua atau pisau baja ditempatkan di antara dua sarung
yang lebih besar, biasanya terbuat dari tanduk atau kerang, dan ketiga bahan tersebut bersatu di
dasar dengan sekrup terpaku. Pisau bisa ditempatkan di berbagai sudut kemiringan saat digunakan.
Bentuk pisau, baik itu lebar atau sempit, ditentukan kemudahan kulit dan vena yang akan ditembus.
Sebuah pisau panjang atau sempit adalah penting untuk menembus pembuluh darah yang terletak
di bawah lapisan jaringan lemak.
Gambar 2 – Lancet dan penutupnya abad 18 dan 19. Sarungnya terbuat dari kerang, perak, dan tempurung kura – kura.

Seorang ahli bedah disarankan membawa lancet dari berbagai ukuran dan bentuk agar siap
untuk membuka pembuluh darah yang berbeda dari ukuran dan lokasi berbeda. Bahkan Hipokrates
memperingatkan pada semua jasa petugas terapi pengeluaran darah untuk tidak menggunakan
lancet ukuran berbeda tanpa pandang bulu, “karena ada bagian – bagian tertentu dari tubuh yang
memiliki arus deras yang tidak mudah berhenti”. Untuk pembuluh yang mudah dilukai, sangat
esensial untuk membuat luka yang sempit; atau akan sangat sulit bahkan tidak mungkin
menghentikan aliran darah. Untuk pembuluh yang lain, lancet untuk membuat luka yang besar
dibutuhkan, jika tidak darah tidak akan mengalir lancar.

Pada akhir 1980 dan awal 1990, profesi flebotomi dipecah sebagai hasil dari pengembangan
teknologi dan ekspansi fungsi laboratorium. Biasanya hanya tenaga medis dan teknisi medis yang
diijinkan untuk melakukan pengambilan darah, tetapi kebijakan tersebut lambat laun berubah dalam
beberapa dekade ini, pengambilan dan penampungan spesimen didelegasikan pada kelompok yang
terlatih secara profesional, termasuk flebotomis.
BAB II
PENGERTIAN FLEBOTOMI

Flebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar sehingga komponen
analitnya bisa dipertahankan. Tujuan flebotomi ini untuk mendapatkan sampel darah dengan
meminimalisir kesalahan sehingga tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium. Flebotomis
adalah istilah tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan pengambilan
sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler.

Tugas utama seorang flebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen darah untuk tes
diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah
dalam proses flebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah
terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian. Contohnya,
sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan jarum akan meningkatkan
kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur
darah, yang kemudian akan memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa
dan menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan guncangan pada
pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis atau bahkan tabung terbuka dan merusak
sel darah merah, menyebabkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan
administrasi dalam melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan
seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ; memar pada lokasi
penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf, dan hematoma. Uraian petunjuk ini
sederhana tetapi memuat beberapa langkah penting dalam pengambilan darah yang aman untuk
pasien.

PRINSIP HUKUM DASAR

Sebagai seorang tenaga medis profesional harus dapat bertanggung jawab terhadap semua
tindakan yang dilakukan serta tidak dapat bertindak bila tidak dapat pelatihan terlebih dahulu. Jika
standar pelayanan tidak terpenuhi, maka tenaga flebotomi tersebut yang bertanggung jawab jika
menimbulkan suatu kerugian. Sebagai contoh, hampir semua institusi hanya mengijinkan 2 kali
kegagalan sebelum meminta bantuan kepada yang lebih ahli. Oleh karena itu dalam setiap bertindak
kita harus menghindari malapraktek, bertindak selalu disertai inform consent dan menjunjung tinggi
kerahasiaan pasien.

MALPRAKTEK

Malpraktek atau kelalaian profesional adalah suatu pemberian pelayanan di bawah standar,
tidak kompeten, yang menyebabkan kerugian bagi penerima pelayanan kesehatan. Penggugat dalam
kasus malapraktek biasanya menggugat lebih dari satu tenaga kesehatan, bisa juga menggugat suatu
instansi. Dalam kasus malapraktek, penggugat harus dapat membuktikan empat faktor yang
mendukung penegakan malapraktek atau kelalaian, yaitu tugas, kelalaian, cidera, dan sebab –
akibat. Dalam hal pengambilan sampel darah yang bisa terjadi contohnya seorang flebotomis
melakukan terus tindakan flebotomi walaupun telah gagal 2 kali tanpa memanggil seniornya yang
lebih ahli.
INFORM CONSENT (Persetujuan Medik)

Inform consent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara sadar untuk mengijinkan,
diperiksa, dilakukan tindakan medis atau diobati oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat
mengetahui tindakan apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Melakukan suatu tindakan
medis tanpa disertai inform consent dapat dikategorikan sebagai ancaman kesehatan.

Flebotomi merupakan suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap mengandung unsur
yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak ada satupun tenaga medis pada
umumnya dan flebotomis pada khususnya yang ingin bermasalah terhadap hukum.
BAB III
ASPEK PRAKTEK FLEBOTOMI YANG BAIK

PERLINDUNGAN PASIEN

Untuk mengurangi risiko efek yang merugikan bagi pasien, petugas kesehatan bagian
flebotomi membutuhkan pelatihan tentang prosedur spesifik untuk masing – masing tipe spesimen
yang mereka ambil. Beberapa prosedur diantaranya termasuk pengambilan sampel darah arteri,
pengambilan sampel kapiler, pengumpulan darah kultur dan pengambilan darah vena. Petugas
kesehatan yang mengambil spesimen dari anak – anak dan bayi memerlukan pelatihan khusus dan
praktek untuk prosedur tersebut. Flebotomis yang bekerja dengan fasilitas teknologi canggih
mungkin diperlukan pelatihan dalam teknik pembuatan plasma dan cuci darah, fotoporesis,
pengambilan stem cell dan pengambilan darah dalam pembuluh tertentu dalam tubuh. Petugas
kesehatan mungkin diminta untuk pengambilan spesimen dari pembuluh darah arteri. Pelatihan
harus termasuk teknik yang memungkinkan darah yang diambil cukup, dan meyakinkan bahwa
sedikit kontaminasi, kesalahan data, infeksi dan kecelakaan.

Dalam mengambil darah, tenaga kesehatan harus mengenakan pakaian yang melindungi
pemakai, sarung tangan non steril, dan juga menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah
melakukan prosedur pada pasien, sebelum memasang sarung tangan dan setelah melepasnya.
Darah harus diletakkan pada tempat yang aman sehingga pasien nyaman dan tenang. Untuk
menghindari risiko kontaminasi patogen dari lingkungan sekitar, permukaan meja tempat kerja, dan
kursi pasien haruslah dibersihkan dengan desinfektan dari awal sebelum kerja tiap pergantian jam
kerja dan tiap saat terlihat kotor. Untuk mencegah infeksi dan hal merugikan lainnya, kesehatan
pekerja harus mengikuti petunjuk dalam identifikasi pasien, kebersihan tangan, penggunaan sarung
tangan, desinfektan kulit, penggunaan peralatan pengambilan darah dan pengiriman sampel
laboratorium yang aman.

Perhatian dan kerja sama pasien merupakan komponen penting untuk menghormati hak
pasien. Informasi untuk pasien yang berwujud leaflet atau poster yang menjelaskan prosedur dalam
langkah yang sederhana sangatlah membantu.

MELINDUNGI KESEHATAN KARYAWAN

Praktek flebotomi yang baik melindungi tenaga kesehatan sama juga dengan pasien. Jalan
satu – satunya untuk mengurangi kecelakaan luka tusuk dan terpapar darah pada tenaga kesehatan
adalah menggunakan peralatan yang aman seperti retractable lancet, syringe dengan pelindung
jarum atau jarum yang retractable dan, bila perlu, tabung plastik. Pendekatan lainnya adalah
menghilangkan kebiasaan menutup kembali jarum dengan dua tangan dan merakit kembali alat
secara manual, dan termasuk membuang jarum ke dalam penampung tahan tusukan benda tajam
(safety container) segera setelah dipakai. Cara terbaik untuk memisahkan jarum dan syringe, atau
jarum dan penahan jarum, adalah menggunakan satu unit, yaitu penampung benda tajam dengan
pemisah jarum yang terlihat dengan jelas dan tidak tercapai oleh lengan. Ukuran penampung
haruslah hanya ditujukan untuk jarum dan tidak dapat dimasuki oleh benda lainnya.
Institusi harus berperan mengawasi kecelakaan karena benda tajam dan kecelakaan yang
berhubungan dengan darah, jadi beberapa faktor yang dapat dicegah bisa teridentifikasi. Pelayanan
pendukung harus tersedia untuk tenaga kesehatan yang terkena kecelakaan berhubungan dengan
darah. Beberapa diantaranya termasuk imunisasi hepatitis B sebelum menerima pekerjaan yang
berpotensi kontak dengan darah dan cairan tubuh, serta pemeriksaan akhir terhadap HIV dan
hepatitis B. Semua fasilitas penanganan kesehatan harus menampilkan secara jelas instruksi untuk
prosedur dalam hal kecelakaan berhubungan dengan darah dan cairan tubuh.

Pedoman ini termasuk tanggung jawab staf manajerial, mendukung ketetapan tentang :

 Penyediaan sarung tangan dalam beberapa ukuran, jarum sekali pakai, dan syringe
atau alat penusukan dalam jumlah yang cukup untuk memastikan tiap pasien
mendapat jarum steril dan alat pengumpulan atau sama dengan tiap pengambilan
darah.
 Memastikan kecukupan tabung sampel untuk mencegah penggunaan ulang dan
pencucian ulang secara manual

Praktek desinfeksi yang baik

Setelah meninjau ulang fakta di lapangan dalam praktek flebotomi yang baik, panelis yang
berpengalaman menemukan bahwa fakta membuktikan, diperlukan metode terbaik dalam
persiapan kulit sebelum pengambilan darah, dalam terutama untuk transfusi darah. Panelis dari
Cochrane group yang bertugas meninjau ulang secara sistematis untuk menginvestigasi “alkohol itu
sendiri” atau desinfektan kulit lainnya yg mengandung alkohol menyatakan bahwa alkohol dalam
persiapan kulit” itu lebih efektif dalam mengurangi risiko darah yang terkontaminasi atau
bakteremia.

Cochrane grup menemukan bahwa tidak ada penelitian yang telah dilakukan untuk
membandingkan dua metode tersebut, dan berkomentar bahwa, sebelum ditemukan fakta terbaik,
keputusan mungkin diperlukan sebagai dasar untuk kenyamanan dan biaya.

Dalam kaitannya dengan pedoman WHO untuk perkembangan rekomendasi,tambahan pakar


pengendali infeksi sedang dipertimbangkan. Berdasarkan opini para pakar, termasuk pertimbangan
kenyamanan dan biaya, pedoman ini merekomendasikan satu langkah prosedur dalam persiapan
kulit. Tenaga medis harus membersihkan kulit dengan kombinasi dari 2% chlorhexidine gluconate
dalam 70% isopropyl alcohol, melindungi area sekitar dan memastikan bahwa area kulit sekitar
kontak dengan desinfektan selama kurang lebih 30 detik; mereka harus dan wajib membiarkan area
kering sempurna (kira – kira 30 detik).
BAB IV
ANATOMI FISIOLOGI PEMBULUH DARAH

Darah adalah komponen substansial yang terdiri dari sel dan plasma. Darah tersebut juga
mengandung oksigen dan beberapa nutrisi penting untuk menjaga keseimbangan homeostasis
dalam tubuh. Sistem kardiovaskular merupakan sistem organ yang berfungsi mengedarkan darah ke
seluruh tubuh. Sistem ini juga membawa sisa metabolisme untuk dibuang melalui organ – organ
ekskresi. Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang
bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu, darah
akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti otak untuk memelihara sistem sirkulasi
organ tersebut.
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan
kiri jantung masing – masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan
ruang sebelah bawah (ventrikel) yang memompa keluar darah. Agar darah mengalir hanya dalam
satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.

Secara umum, pembuluh darah yang ada di dalam manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu pembuluh yang membawa darah menjauhi jantung (arteri), yang menuju jantung (vena), dan
kapiler. Ketiganya membentuk suatu sistem yang berhubungan satu sama lain.

Pembuluh Darah Arteri

Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah menjauhi jantung dan
mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh melalui cabang – cabangnya. Tujuannya adalah
sistemik tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan
mengikat oksigen. Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari
ventrikel kiri jantung. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm disebut arteriola.
Persatuan antara cabang – cabang arteri disebut anastomosis. Dinding arteri terdiri dari tiga lapisan,
yaitu :

 Tunika adventisia, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan kolagen yang
fibrous serta jaringan fibrokolagen dengan lapisan luar lamina yang elastis.

 Tunika media, adalah lapisan tengah berotot dan elastis. Merupakan lapisan yang
kuat, mempertahankan pembuluh darah tetap terbuka. Kontraksi serabut ototnya
memberikan tekanan yang tetap terhadap darah.

 Tunika intima, merupakan lapisan dalam yang licin yang terbentuk oleh endotelium
yang sangat licin, dibatasi selapis tunggal yaitu sel epitel gepeng.

Adapun beberapa jenis pembuluh darah arteri antara lain

 Arteri Pulmonaris  pembuluh ini membawa darah teroksigenasi yang baru saja
dialirkan dari paru – paru

 Arteri Sistemik  Arteri ini membawa darah menuju arteriola dan kemudian ke
pembuluh kapiler, dimana zat nutrisi dan gas ditukarkan

 Aorta  Merupakan pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari
ventrikel jantung dan membawa banyak oksigen

 Arteriol  Adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh


kapiler
Pembuluh Darah Vena

Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali menuju ke jantung. Secara
anatomis, vena ini juga berdinding 3 lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis dan
kurang elastik dibandingkan arteri. Oleh karena darah dalam anggota gerak berjalan melawan gaya
gravitasi, maka vena mempunyai katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat
mengalir lagi menuju jantung tanpa jatuh kembali ke arah sebaliknya.

Warna pembuluh vena dipengaruhi oleh warna dari darah vena, biasanya merah gelap (dan
tidak biru seperti yang dilihat) yang menunjukkan kandungan oksigen rendah. Vena menjadi biru
dikarenakan lemak subkutan menyerap cahaya frekuensi rendah, akan nampak oleh cahaya biru
panjang gelombang tinggi untuk penetrasi di kegelapan vena akan merefleksikan balik cahaya itu.
Beberapa penelitian menemukan warna pembuluh darah disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
karakteristik hamburan dan penyerapan kulit pada panjang gelombang yang berbeda, keadaan
oksigenase darah yang mempengaruhi sifat penyerapan, diameter dan kedalaman pembuluh, dan
visualisasi proses persepsi.

Klasifikasi Vena antara lain:

 Vena superfisial  Vena superfisial tentu adalah vena yang paling dekat dengan
permukaan tubuh, dan tidak disertai oleh arteri

 Vena dalam  Adalah vena yang posisinya ada di dalam tubuh dan disertai arteri

 Vena perforator/penghubung  merupakan vena yang menghubungkan vena


superfisial dengan vena dalam

 Vena pulmonary  adalah vena yang mengirimkan darah teroksigenasi dari paru
menuju ke jantung

 Vena sistemik  vena sistemik mengeringkan jaringan tubuh dan membawa darah
miskin oksigen menuju ke jantung

Pembuluh Darah Kapiler

Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya pertukaran zat yang
menjadi fungsi utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang menghubungkan
cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang terkecil dengan sel-sel
tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan ukuran cabang-cabang
pembuluh itu semakin jauh dari jantung semakin kecil.

Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding tipis. Merupakan kelanjutan dari arteriola yang
memiliki ukuran diameter antara 8 - 10µm. Kapiler adalah pembuluh yang sangat bercabang
membentuk bantalan kapiler (capillary bed). Tunika intima terdiri dari lapisan yang sangat tipis.
Tunika media sering kali digantikan oleh suatu sel yang biasa disebut perisit, terpisah dengan suatu
endotel yang disebut gap junction.
BAB V
FAKTOR PERMASALAHAN DALAM FLEBOTOMI

Pada dasarnya, flebotomi berpotensi mengganggu kesehatan pekerja dan pasien dalam hal
membawa mereka pada risiko infeksi serangan patogen darah. Patogen tersebut termasuk di
antaranya HIV (Human Immunodeficiency Virus), hepatitis B, hepatitis C, dan juga virus penyebab
demam haemorrhagic (demam haemorrhagic Crimean Congo, Ebola, Lassa dan Marburg) serta
dengue. Sebagai contoh, penularan hepatitis B dilaporkan dalam penggunaan glucometers (alat yang
digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gula darah). Penyakit seperti malaria dan syphillis juga
dapat tertularkan lewat darah yang terkontaminasi, dan lemahnya pengetahuan tentang praktek
kontrol infeksi akan membawa kita pada infeksi bakterial saat jarum masuk ke tubuh dan
kontaminasi spesimen.

Jika sampel darah yang diambil rendah pengawasan, hasilnya akan tidak akurat dan
mengandung faktor kesalahan yang tinggi, dan pasien mungkin akan kurang nyaman untuk
pengulangan tes. Tiga masalah besar yang menyebabkan kesalahan pada pengambilan sampel darah
adalah hemolisis, kontaminasi, dan pemasangan label yang salah.

Beberapa faktor penyebab terjadinya risiko hemolisis termasuk diantaranya:

 Penggunaan ukuran jarum yang terlalu kecil (kurang dari 23), atau ukuran yang
terlalu besar untuk pembuluh;
 Menekan torak syringe terlalu cepat saat memasukkan darah ke dalam tabung, itu
akan meningkatkan gesekan antar sel darah merah;
 Pengambilan spesimen darah dari intravena atau pembuluh darah pusat;
 Mengisi tabung secara berlebihan dengan sampel darah sehingga perbandingan
antikoagulan dan darah lebih dari 1:9;
 Penggunaan ulang tabung yang telah diisi ulang secara manual dengan jumlah
antikoagulant yang tidak sesuai;
 Menghomogenkan darah dengan antikoagulan terlalu kuat;
 Tidak menunggu alkohol atau desinfektan sampai kering lebih dahulu;
 Penggunaan vakum terlalu besar; misalnya, penggunaan tabung yang besar untuk
pasien anak – anak, atau penggunaan syringe yang terlalu besar (10 – 20ml)

Kejadian serius yang merugikan dalam flebotomi sangat jarang, tapi mungkin termasuk di
dalamnya adalah kehilangan kesadaran. Kurangi kejadian tidak menyenangkan termasuk rasa sakit di
sekitar tusukan vena, kegelisahan dan pingsan. Dokumentasi terbaik kejadian yang merugikan
biasanya ada di pelayanan transfusi darah, dimana pengambilan vena atau abnormalitas dalam
anatomi tubuh tercatat sebagai memar, hematoma, dan kecelakaan pada struktur anatomi pada
daerah sekitar tusukan. Sebagai contoh, sebuah studi melaporkan memar dan hematoma pada
tusukan vena sebanyak 12,3% dari pendonor darah. Kerusakan syaraf dan kerusakan struktur
anatomi dilaporkan secara bertahap, dan sinkope dilaporkan kurang dari 1% per individu. Gagal
pernafasan dilaporkan bertahap, bervariasi dari ringan sampai berat; pingsan dilaporkan dalam 5,3%
kasus dan biasanya terjadi pada pendonor darah wanita yang pertama kali.

Kecelakaan terhadap benda tajam (termasuk benda seperti jarum dengan ujung runcing,
sudut atau proyeksi yang memungkinkan terjadinya luka pada kulit) secara berkesinambungan
diawasi penggunaan dan pembuangannya baik itu jarum atau peralatan sejenis. Satu – satunya jalan
untuk mengurangi luka kecelakaan dan paparan darah pada tenaga kesehatan adalah mengganti
peralatan dengan peralatan yang aman(safety devices). Peralatan yang aman dapat menghindarkan
sampai 75% kecelakaan per kutan; baik itu yang telah terakit atau secara manual ditutup kembali,
jika tidak, risiko paparan darah akan lebih tinggi. Menghilangkan kebiasaan mengembalikan jarum ke
dalam kap dan lebih mengutamakan untuk membuang jarum ke dalam penampung benda tajam
akan mengurangi kecelakaan jarum suntik.

Pelaporan kecelakaan terpapar darah dan cairan tubuh mendukung terbangunnya sistem
perawatan kesehatan; bagaimanapun juga, insiden dari beberapa paparan akan berpengaruh, yang
berarti bahwa pada hal tersebut tidak didukung dengan peralatan yang baik.

Pelayanan rumah (home care) merupakan komponen yang sedang berkembang dalam bidang
pelayanan kesehatan, dan pada tahap global memprediksi bahwa home care akan berkembang
dengan pesat. Pada situasi ini, proteksi yang lebih baik pada tenaga kesehatan dan komunitasnya
sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan perbaikan sistem benda tajam, dan
menggunakan jarum dengan pelindung jarum atau retractable (yang dapat ditarik kembali) untuk
meminimalisasi risiko kontak dengan jarum dan lancet.
Indikasi pengambilan sampel dan pengumpulan darah
Pengambilan sampel darah paling banyak digunakan dalam pemeriksaan laboratorium untuk
manajemen klinik dan penilaian kesehatan. Kategori yang membutuhkan pelatihan khusus termasuk
diantaranya:

Analisa gas darah pada pasien dengan ventilasi mekanik, untuk memonitor oksigenisasi dalam
darah :

 Pengambilan sampel darah bayi baru lahir dan anak – anak;


 Penusukan tumit (sampel darah kapiler);
 Pengulitan vena (venaseksi) pada anak – anak;
 Pengambilan sampel kapiler (penusukan jari atau tumit, atau kadang kadang penusukan
cuping telinga) untuk analisa dari spesimen darah kapiler pada semua umur; contohnya
termasuk pemeriksaan Kadar Besi sebelum dilakukan donor darah, monitor gula darah, dan
rapid test untuk HIV, malaria dan syphillis.
 Pengumpulan darah bertujuan untuk mendapatkan sejumlah darah dari donor untuk tujuan
beberapa terapi.
Praktek Flebotomi yang Baik
Bagian ini mencakup semua langkah rekomendasi dalam pengambilan darah secara aman dan
pengulangan tentang prinsip pengambilan dan pengumpulan darah. Bab ini termasuk latar belakang
informasi, petunjuk praktek, dan ilustrasi yang relevan dengan praktek flebotomi yang baik.

Latar belakang informasi pada praktek terbaik flebotomi


Praktek terbaik dalam flebotomi menyangkut faktor berikut :

 Rencana awal
 Memilih lokasi yang tepat
 Kontrol kualitas
 Standar kualitas dalam pelayanan untuk pasien dan pekerja kesehatan, termasuk
 Ketersediaan suplai dan peralatan pelindung yang tepat ;
 Ketersediaan pencegahan setelah terpapar /post-exposure equipment (PEP);
 Menghindari kontaminasi peralatan flebotomi
 Pelatihan yang tepat dalam flebotomi
 Kerjasama dari pasien
 Kualitas pengambilan sampel laboratorium

Perencanaan
Ini adalah bagian paling penting sebelum tindakan semua prosedur, dan biasanya dilakukan di
saat awal mula sesi flebotomi.

Memilih lokasi yang tepat


Seorang flebotomis haruslah bekerja secara tenang, bersih, area yang cukup terang, baik
bekerja dengan pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.

Kontrol kualitas
Jaminan mutu adalah bagian esensial dari praktek terbaik dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi. Dalam flebotomi, dapat membantu meminimisasi kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Tabel berisi komponen utama dalam jaminan mutu, dan menjelaskan kenapa hal itu
sangat penting.

Tabel Elemen Jaminan mutu dalam flebotomi

Elemen Penjelasan

Edukasi dan pelatihan Edukasi dan pelatihan sangat penting untuk semua staf
yang mempraktekkan flebotomi. Dan seharusnya
termasuk penguasaan dari anatomi, kesadaran penuh
terhadap risiko terpapar darah, dan konsekuensi
lemahnya pencegahan dan kontrol dari infeksi

Standart operating procedures SOPs diperlukan dalam tiap langkah prosedur. Harus
(SOPs) tertulis dan bisa dibaca oleh keseluruhan tenaga
kesehatan.

Identifikasi pasien dengan Identifikasi haruslah sesuai dengan lembar pemeriksaan


benas laboratorium

 Untuk donor darah, identitas dari pendonor


haruslah sesuai dengan hasil dari tes penyaring

 Dalam pengambilan sampel darah, setelah sampel


diambil dari pasien atau donor, sistem identifikasi
dan pelacakan sangat esensial untuk meyakinkan
bahwa sampel benar – benar cocok dengan hasil
dan dengan pasien atau donor

Kondisi dari sampel Kondisi dari sampel harus meyakinkan bahwa kualitas dari
hasil sangat memuaskan

Transportasi yang aman Membuat pengiriman yang aman daripada darah atau
darah olahan akan meningkatkan kualitas hasil uji
laboratorium

Sistem pelaporan insiden Sebuah sistem yang diperlukan dalam pelaporan semua
kejadian yang merugikan. Log book atau pencatatan harus
tersedia dengan detail dan akurat tentang insiden,
penyebab yang pasti dan manajemen kejadian yang
merugikan.

Kualitas pelayanan untuk pasien dan tenaga kesehatan


Beberapa faktor dapat meningkatkan standar dan kualitas pelayanan baik kepada pasien dan
tenaga kesehatan, dan uji laboratorium. Faktor tersebut, didiskusikan di bawah, termasuk:

Ketersediaan suplai dan peralatan pelindung

Pembelian suplai merupakan tanggung jawab secara langsung terhadap administratif


(manajemen) struktur tersebut bertanggung jawab dalam mendukung pelayanan flebotomi.
Manajemen harus:

 Menjamin material kebersihan tangan (sabun dan air atau alkohol), sarung tangan non
sterile yang pas, jarum sekali pakai, dan syringe atau lancet dalam jumlah yang cukup untuk
memastikan bahwa tiap pasien mendapatkan satu jarum steril atau ekuivalen untuk tiap
sampel darah yang diperlukan;
 Memastikan ketercukupan tabung sampel

Beberapa pengaman – alat mekanis tersedia di pasaran; beberapa peralatan mengurangi


paparan darah dan kecelakaan. Bagaimanapun juga, penggunaan beberapa peralatan mengiringi
pencegahan infeksi dan praktek kontrolnya, dan latihan dalam penggunaannya. Tidak semua
peralatan safety itu cocok dengan flebotomi. Sebelum memilih peralatan yang aman, pengguna
harus menginvestigasi peralatan yang ada untuk penggunaan yang tepat, kompatibilitas dengan
praktek flebotomi, dan efikasi dalam perlindungan pegawai dan pasien. Annex B menjamin informasi
terdepan dalam kontrol dan pencegahan infeksi, peralatan yang aman dan praktek yang baik; Annex
C menjamin pedoman yang komprehensif pada peralatan yang sesuai dalam pengambilan darah,
termasuk peralatan yang aman.

Untuk pengaturan dengan sumber daya yang rendah, biaya merupakan faktor kendali dalam
persiapan peralatan yang aman.

Di saat peralatan yang aman tidak tersedia, kemampuan penggunaan jarum dan syringe
diandalkan.

Ketersediaan dalam pencegahan paparan

Kecelakaan yang tidak disengaja dan informasi spesifik tentang insiden harus tercatat dalam
buku register.

Layanan pendukung harus dipromosikan untuk siapa saja yang berpotensi terpapar. PEP dapat
membantu menghindarkan HIV dan infeksi hepatitis B. Imunisasi hepatitis B harus telah
dilaksanakan oleh semua tenaga kesehatan (termasuk alat portabel kebersihan), salah satu dari hal
tersebut harus dilaksanakan sebagai layanan kesehatan atau merupakan bagian dari PEP. Annex D
mengandung detail untuk Hepatitis B dan HIV.

Menghindari kontaminasi peralatan flebotomi

Tourniquet adalah sumber potensial MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus)


hingga 25% tourniquet terkontaminasi karena higienitas tangan pada bagian flebotomis atau
penggunaan ulang dari tourniquet yang terkontaminasi. Contoh lain, penggunaan ulang lancet dan
peralatan pemeriksaan lain (mis: glucometer) terkontaminasi oleh darah yang telah tercemar
hepatitis B

Untuk menghindari kontaminasi, dalam penggunaan beberapa peralatan, seperti glucometer,


haruslah bersih terlihat sebelum digunakan pada pasien, dan alat sekali pakai haruslah tidak boleh
digunakan kembali.

Pelatihan dalam flebotomi

Semua staf harus terlatih dalam flebotomi, untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan
seperti terpapar darah dan untuk mengurangi kejadian tidak menyenangkan pada pasien.

Dalam kelompok pekerja medis apabila tidak pernah mengikuti pelatihan formal harus segera
dianjurkan untuk mengikuti beberapa pelatihan seperti; pelatihan pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk staf dan risikonya terhadap pasien.

Luas dan dalamnya suatu pelatihan bergantung pada kondisi; bagaimanapun, pelatihan harus
mencakup hal yang baku (Annex E)
Supervisi oleh staf yang telah berpengalaman dan pelatihan yang terstruktur diperuntukkan
kepada semua tenaga kesehatan, termasuk dokter, dan siapa saja yang mengambil sampel darah.

Kerjasama pasien

Salah satu dari penanda esensial tentang kualitas layanan dalam flebotomi adalah keterlibatan
dan kerja sama pasien; ini merupakan keuntungan mutualis baik untuk tenaga medis maupun
pasien.

Informasi yang jelas – baik tertulis maupun verbal – haruslah ada untuk tiap pasien yang akan
diambil darahnya. Annex F mengandung beberapa contoh kalimat untuk menjelaskan prosedur
pengambilan darah kepada pasien.

Kualitas sampel laboratorium


Faktor yang berpengaruh pada pengeluaran hasil laboratorium selama pengambilan dan
transportasi termasuk:

 Pengetahuan staf yang terlibat dalam pengambilan darah;


 Penggunaan ukuran jarum hipodermik yang tepat untuk menghindari hemolisis atau
hasil yang abnormal;
 Anatomis daerah penusukan vena;
 Penggunaan tabung sampel yang direkomendasikan;
 Sampel pasien cocok (labelling);
 Kondisi transportasi;
 Interpretasi hasil untuk manajemen klinis

Petunjuk praktek flebotomi yang benar


Ketentuan lokasi yang tepat
Pada bagian pasien rawat jalan atau klinik, harus memiliki ruangan khusus flebotomi yang di
dalamnya terdapat:

 Permukaan yang bersih dengan dua kursi (satu untuk petugas flebotomi dan yang satu
untuk pasien);
 Tempat cuci tangan dengan sabun, air mengalir dan handuk sekali pakai (paper towels);
 Alkohol pembersih tangan;
 Dalam ruangan pengambilan sampel untuk bagian pasien rawat jalan atau klinik,
memiliki kursi nyaman dengan tempat bersandar untuk lengan;
 Untuk area pasien rawat inap dan bangsal;
 Di tempat tidur pasien, tutuplah tirai kamar untuk privasi pasien;
 Pastikan pengambilan sampel darah diselesaikan secara baik dengan sikap yang sopan.
Ketentuan instruksi jelas
Pastikan bahwa indikasi pengambilan sampel darah menegaskan dengan jelas, baik itu dalam
protokol yang tertulis atau dalam instruksi yang terdokumentasi (misal, pada formulir laboratorium)

Prosedur pengambilan darah


Pada setiap waktu, ikutilah cara pencegahan infeksi dan pengendaliannya, tertulis dalam tabel
di bawah

Tabel Praktek pengendalian dan pencegahan infeksi

Do..!!! Don’t..!!!

Jaga kebersihan tangan (gunakan sabun dan Jangan lupa membersihkan tanganmu
air atau alkohol tangan), dan basuh perlahan,
termasuk pergelangan dan sela – sela jari
selama 30 detik (ikuti WHO ‘My 5 moments
for hand hygiene’)

Gunakan sepasang sarung tangan non steril  Jangan gunakan sepasang sarung
tiap prosedur atau pasien tangan untuk lebih dari satu
pasien
 Jangan mencuci sarung tangan
untuk digunakan kembali

Gunakan peralatan sekali pakai untuk Jangan menggunakan syringe, jarum


pengambilan sampel darah atau lancet pada lebih dari satu pasien

Lakukan desinfeksi kulit pada daerah Jangan menyentuh daerah penusukan


penusukan vena setelah di desinfeksi

Buang peralatan yang telah digunakan (jarum Jangan meninggalkan jarum yang tidak
dan syringe adalah satu unit) segera ke dalam terproteksi tergeletak di luar
penampung benda tajam yang kuat penampung benda tajam

Saat menutup ulang jarum tidak terhindarkan, Jangan menutup ulang jarum
lakukan teknik menyendok satu tangan (lihat menggunakan kedua tangan
Annex G)

Tutup dan segel penampung benda tajam Jangan mengisi berlebih atau menuang
dengan tutup tahan rusak penampung benda tajam

Lakukan menaruh tabung sampel pada rak Jangan menusuk ke dalam tabung
tabung sebelum menusuk melalui penahan sampel dengan menggunakan kedua
karet tangan

Segera laporkan insiden atau kecelakaan yang Jangan menunda PEP setelah terpapar
berhubungan dengan benda tajam, dan segera material yang potensial terkontaminasi;
cari pendamping, lakukan PEP secepat setelah 72 jam, PEP sudah tidak efektif
mungkin, ikuti protokol

PEP, post-exposure prophylaxis; WHO, World Health Organization.

@ http://www.who.int/gpsc/5may/background/5moments/en/index.html
Langkah 1 – Merakit peralatan

Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur dan tempatkan dalam penampan
atau keranjang yang aman dan mudah diakses, pastikan semua alat terlihat dengan jelas. Peralatan
yang dibutuhkan termasuk:

 Suplai tabung sampel laboratorium, yang ditaruh pada tempat yang kering dan tegak
di dalam rak; darah dapat dikumpulkan ke dalam:
 Kaca steril atau tabung plastik dengan tutup karet (pemilihan tabung tergantung
pada persetujuan dengan laboratorium)
 Tabung darah hampa; atau
 tabung kaca dengan tutup ulir;
 Kaca steril atau pengemas darah (dapat dilipat) jika darah yang dikumpulkan dalam
jumlah yang besar;
 Sarung tangan non steril dengan ukuran yang tepat;
 Beberapa macam alat pengambilan sampel darah (peralatan yang terancang aman
atau jarum dan syringe,lihat di bawah), dengan ukuran yang bervariasi;
 Alkohol untuk tangan;
 Kapas alkohol 70% untuk desinfeksi kulit;
 Kasa atau kapas bulat untuk diaplikasikan pada seputar daerah tusukan;
 Label untuk spesimen laboratorium;
 Alat tulis;
 Formulir laboratorium;
 Tas dan penampung anti bocor;
 Penampung benda tajam yang tahan tusukan

Pastikan bahwa rak tempat tabung sampel ada di dekat anda, petugas medis, tetapi jauhkan
dari pasien, untuk menghindari terjadinya kecelakaan tiba – tiba.

Langkah 2 – Identifikasi dan persiapan pasien

Penanganan pasien dewasa dan sadar, ikuti langkah di bawah ini.

 Perkenalkan dirimu pada pasien, dan tanyakan kepada pasien kondisi dan nama
lengkapnya.
 Pastikan formulir laboratorium sesuai dengan identitas pasien (yaitu, samakan detail
pasien dengan formulir laboratorium, untuk memastikan identifikasi yang akurat).
 Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi, phobia atau sudah pernah pingsan
sebelumnya saat dilakukan pengambilan darah.
 Jika pasien ketakutan atau khawatir, yakinkan ulang dan tanyakan apa yang dapat
membuat pasien lebih nyaman
 Buatlah pasien merasa nyaman pada posisi telentang (jika memungkinkan)
 Tempatkan handuk bersih di bawah lengan pasien.
 Diskusikan pemeriksaan yang akan dilakukan (lihat Annex F) dan dapatkan
persetujuan lisan. Pasien memiliki hak untuk menolak dilakukannya pemeriksaan
tiap waktu sebelum dilakukan pengambilan sampel darah, jadi sangat penting untuk
memastikan bahwa pasien telah mengerti tentang prosedur yang akan dilakukan.
 Untuk pasien anak – anak atau bayi baru lahir, lihat sub Bab 6.

Langkah 3 – pemilihan lokasi

Umum

 Ulurkan lengan pasien dan inspeksi antecubital fossa atau lengan atas
 Pilih vena dengan ukuran yang bagus dan jelas terlihat, lurus dan bersih. Diagram
pada seksi 2.3, menunjukkan posisi pembuluh yang bagus, tetapi ada beberapa
variasi yang diperbolehkan. Vena mediana cubiti yang berada di antara otot,
biasanya yang paling sering dipilih karena mudah. Di bawah vena basilic ada arteri
dan urat syaraf, jadi penusukan di daerah ini berisiko merusak urat syaraf atau arteri
dan biasanya lebih terasa sakit. Jangan menusukkan jarum di saat pembuluh vena
memelintir, karena ini akan meningkatkan risiko hematoma.
 Pembuluh vena harus terlihat tanpa pemasangan tourniquet. Pengalokasian vena
akan lebih menolong dalam menentukan ukuran jarum yang tepat.
 Pasang tourniquet kira – kira 4 sampai 5 jari jauhnya di atas lokasi penusukan vena
dan periksa ulang pembuluh vena.

Pasien Rumah Sakit

Pada pasien rumah sakit, jangan mengambil darah dari sekitar vena yang dipasang peralatan
tertentu, karena mungkin bisa memberikan hasil positif palsu. Hemolisis, kontaminasi dan
pemasukan cairan melalui vena dan pengobatan dapat mengubah hasil pemeriksaan. Staf
keperawatan dan dokter mungkin bisa mengakses pembuluh vena untuk mendapatkan spesimen
mengikuti protokol yang berlaku. Bagaimanapun,spesimen dari darah pusat membawa risiko
kontaminasi atau faktor kesalahan pada hasil pemeriksaan laboratorium.

Disetujui, tapi tidak ideal, untuk pengambilan spesimen darah dilakukan saat pertama
pemasangan peralatan vena, sebelum dilakukan penyambungan ke dalam cairan intravena.

Langkah 4 – Menerapkan kebersihan tangan dan memakai sarung tangan

Lakukan kebersihan tangan, yaitu:

 Cuci tangan dengan sabun dan air, dan keringkan menggunakan handuk sekali pakai
(paper towel); atau
 jika tangan tidak terlihat terkontaminasi, bersihkan dengan alkohol tangan –
gunakan 3 ml alkohol tangan pada telapak tangan, dan gosokkan hingga ke ujung
jari, punggung tangan dan ke seluruh permukaan tangan sampai kering
 Setelah melakukan kebersihan tangan, ambil dan pakai sarung tangan pada tangan
sesuai dengan ukuran.
Langkah 5 – Desinfeksi lokasi penusukan

 Baik itu pengambilan darah untuk kultur, atau pengumpulan darah, bersihkan area
dengan kapas alkohol 70% selama 30 detik dan biarkan sampai kering sempurna (30
detik).
 Catatan: Alkohol lebih dipilih daripada povidone iodin, karena kontaminasi darah
oleh povidone iodin akan meningkatkan kadar potassium, phospor atau asam urat
pada hasil pemeriksaan laboratorium.
 Aplikasikan dengan pasti dan tegas. Mulai dari pusat lokasi penusukan memusar dari
arah dalam ke luar mencakup area kira – kira 2 cm atau lebih.
 Diamkan sampai kering. Membiarkan terlalu lama justru akan meningkatkan risiko
kontaminasi.

JANGAN menyentuh area yang telah dibersihkan; untuk dicatat, JANGAN menempatkan jari di
atas vena untuk menuntun jarum masuk ke dalam vena. Kalau area tersentuh, ulangi melakukan
desinfeksi.

Langkah 6 – Pengambilan darah

Penusukan vena

Lakukan penusukan vena seperti berikut,

 Tahan vena dengan cara menahan lengan atas pasien dan menempatkan ibu jari di
bawah daerah penusukan vena
 Minta pasien untuk mengepalkan tangan sehingga vena akan lebih menonjol
 Tusuk vena secara cepat dengan membentuk sudut 30 derajat atau kurang, dan
lanjutkan penelusuran jarum sepanjang vena dengan sudut masuk yang tepat
 Sekali darah mulai terlihat masuk,tarik torak sesuai dengan volume darah yang
diinginkan, lepaskan tourniquet sebelum mencabut jarum. Beberapa petunjuk
menyarankan untuk melepas tourniquet secepatnya saat darah mengalir lancar, dan
selalu sebelum mencapai 2 menit atau lebih.
 Tarik jarum dengan pasti dan tekan dengan kuat daerah tusukan dengan kasa bersih
atau kapas bola kering. Minta kepada pasien untuk tidak membengkokkan lengan,
karena dengan melakukan itu akan menyebabkan hematoma.

Langkah 7 – Isi tabung sampel laboratorium

 Saat membutuhkan beberapa tabung darah, gunakan tabung hampa dengan jarum
dan penahan tabung. Sistem ini mengijinkan darah untuk langsung mengisi penuh
tabung. Jika sistem ini tidak tersedia, gunakan 1 set syringe atau jarum bersayap.
 Jika menggunakan syringe atau jarum bersayap, praktek terbaiknya dengan cara
meletakkan tabung ke dalam rak sebelum mengisi tabung. Untuk menghindari
kecelakaan jarum, gunakan satu tangan untuk mengisi tabung atau gunakan
pelindung jarum di antara jarum dan tangan menahan tabung.
 Cabut jarum dengan segera dari penahan tabung secara perlahan, jaga tekanan.
Jangan menekan torak syringe karena penambahan tekanan menambah risiko
terjadinya hemolisis.
 Jika dimungkinkan, biarkan tabung tetap di dalam rak dan dekatkan rak kepada
anda. Suntikkan perlahan ke dalam stopper berwarna yang diminta. Jangan cabut
stopper karena ini akan melepaskan kehampaan.
 Jika tabung sampel tidak memiliki penutup karet, suntikkan dengan sangat hati –
hati ke dalam tabung dengan meminimalkan tekanan dan kecepatan saat
mentransfer spesimen untuk mengurangi risiko hemolisis. Jangan memasang ulang
atau mencabut jarum.
 Sebelum mengirim, balik tabung yang mengandung aditif untuk beberapa waktu
(seperti yang dispesifikasikan laboratorium lokal).

Langkah 8 – Ambil darah tepat sesuai dengan permintaan

Lakukan pengambilan darah sesuai dengan permintaan, untuk menghindari kontaminasi silang
dari aditif di dalam tabung. Sesuai kode warna dan bermacam jenis aditif, verifikasi rekomendasi
dengan laboratorium lokal. Untuk ilustrasi, tabel 2.3 memperlihatkan revisi, rekomendasi sederhana
permintaan pengambilan untuk tabung hampa atau dengan syringe dan jarum, berdasarkan pada
konsensus United States National Committee Clinical Laboratory Standards pada tahun 2003.

Tabel rekomendasi permintaan pengambilan darah dengan tabung hampa

Permintaan Jenis tabung / Aditif Cara Kerja Kegunaan


untuk warna biasanya
penggunaan

1 Botol kultur darah Campuran air Mempertahankan Mikrobiologi – aerob,


(tabung ber-strip daging kelangsungan anaerob, jamur
kuning – hitam) hidup
mikroorganisme

2 Tabung non aditif

3 Tabung koagulasi Sodium citrate Mengikat garam Tes koagulasi (PT dan
(tutup biru muda) kalsium untuk PTT), pengambilan
menyingkirkan dibutuhkan penuh
kalsium

4 Clot aktivator Aktifator Bekuan darah, dan Kimia, imunologi dan


(tutup merah) pembekuan serum akan serologi, bank darah (cross-
terpisah dengan match)
sentrifugasi
5 Tabung pemisah Tidak ada Mengandung gel Kimia, imunologi dan
serum (tutup pada dasar untuk serologi
merah-abu macan memisahkan darah
atau emas) dari serum saat
sentrifugasi

6 Sodium heparin Sodium heparin Inaktif thrombin Untuk level lithium gunakan
(tutup hijau gelap) atau lithium dan tromboplastin sodium heparin, untuk level
heparin ammonia gunakan yang lain

7 PST (tutup hijau Antikoagulan Antikoagulan Kimia


muda) lithium heparin dengan lithium,
dan gel pemisah memisahkan
plasma
menggunakan PST
gel pada dasar
tabung

8 EDTA (tutup EDTA Mengikat garam Hematologi, Bank Darah


ungu) kalsium untuk (cross-match) dibutuhkan
menyingkirkan pengambilan penuh
kalsium

9 Tabung darah Acid-citrat- Inaktivasi Penentuan tipe jaringan


(tutup kuning dextrose (ACD, komplemen HLA, pemeriksaan paternity,
pucat) ACDA atau ACDB) pembelajaran DNA

10 Oksalat / flouride Sodium flouride Antiglycolytic agen Glukosa, dibutuhkan darah


(tutup abu – abu dan potassium mengawetkan penuh (mungkin
muda) oksalat glukosa sampai 5 menyebabkan hemolisis
hari dalam pengambilan sedikit)

ACD, acid-citrate-dextrose; DNA, deoxyribonucleic acid; EDTA, ethylenediaminetetraacetic acid; HLA, human leucocyte antigen;
PST, plasma separating tube.

a. “1” indicates draw first, and “10” draw last (if used).

b. Verify with local laboratory in case local colour codes differ.

c. Gently invert tubes with additives to mix thoroughly; erroneous test results may be obtained when the blood is not
thoroughly mixed with the additive.

d. If a routine coagulation assay is the only test ordered, then a single light blue top tube may be drawn. If there is a
concern about contamination by tissue fuids or thromboplastins, then a non-additive tube can be drawn before the
additive tube. The PST tube contains lithium heparin anticoagulant and a gel separator; if used, draw in the order
shown.

Source: Table adapted with permission from WebPath, Mercer University, United States
(http://library.med.utah.edu/WebPath/webpath.html).

Order is based on United States National Committee for Clinical Laboratory Standards consensus (43).

Langkah 9 – Bersihkan permukaan terkontaminasi dan selesaikan prosedur terhadap pasien


 Buang syringe dan jarum yang telah digunakan atau peralatan pengambilan darah ke
dalam wadah penampung benda tajam.
 Cek label dan formulir untuk akurasi. Label haruslah benar – benar terisi dengan
informasi yang dibutuhkan oleh laboratorium, biasanya nama awal dan nama akhir
pasien, nomor berkas, tanggal lahir, dan tanggal waktu dilakukannya pengambilan
darah.
 Buang alat yang telah digunakan ke dalam masing – masing kategori tempat
sampah. Alat yang digunakan flebotomi yang tidak akan meneteskan darah
walaupun ditekan (misal : sarung tangan) mungkin bisa dibuang ke tempat sampah
umum, kecuali regulasi lokal berkata lain.
 Lakukan kebersihan tangan, seperti yang dideskripsikan di atas.
 Cek ulang label pada tabung dan formulir sebelum dilakukan pengiriman.
 Informasikan pada pasien apabila prosedur telah selesai.
 Tanyakan kepada pasien atau donor bagaimanakah perasaan mereka. Cek daerah
penusukan untuk memverifikasi sudah tidak terjadi perdarahan, kemudian ucapkan
terima kasih pada pasien dan ucapkan sesuatu yang menyemangati dan meminta
maaf bila telah mengganggu sebelum pasien meninggalkan lokasi.

Langkah 10 – Persiapan transportasi sampel

 Kemas sampel laboratorium dengan aman dalam tas plastik tahan bocor dengan
kompartemen bagian luar untuk formulir laboratorium. Tempatkan formulir pada
bagian luar untuk menghindari kontaminasi.
 Jika ada beberapa tabung, tempatkan di dalam rak atau penahan untuk menghindari
kerusakan selama proses transportasi.

Langkah 11 – Bersihkan ceceran darah atau cairan tubuh

 Jika ada kejadian darah tercecer (misal, karena sampel laboratorium pecah baik di
dalam laboratorium atau selama transportasi, atau perdarahan berlebih selama
prosedur), bersihkan segera. Contoh prosedur yang aman disebutkan di bawah.
 Kenakan sarung tangan dan apron jika kontaminasi atau seragam terkena tumpahan
yang luas
 Serap cairan dari tumpahan besar menggunakan handuk kertas, dan buang ke dalam
tempat limbah infeksius
 Menilai permukaan untuk melihat apakah itu akan rusak oleh pemutih dan air
 Untuk permukaan semen, logam dan lainnya yang memiliki toleransi terhadap
larutan pemutih kuat, aliri area dengan kurang lebih 5000 ppm campuran sodium
hypochlorite (pengenceran 1 : 10 antara klorin 5,25% dengan air). Ini adalah
konsentrasi yang diperlukan untuk tumpahan yang lebar. Tinggalkan area dalam
keadaan basah selama 10 menit.
 Untuk permukaan yang mungkin berkarat atau berubah warna oleh larutan pemutih
kuat, bersihkan hati – hati untuk menghapus semua noda yang terlihat. Membuat
larutan lemah dan tinggalkan kontak dengan tumpahan untuk waktu yang lama.
Sebagai contoh, larutan kira – kira 525 ppm (pengenceran 1 : 100 pemutih 5,25%)
lebih efektif.
 Siapkan larutan pemutih segar setiap hari dan simpan dalam wadah tertutup karena
akan merusak

Jika seseorang terkena darah melalui kulit luka terbuka, membran mukosa atau luka suntikan,
lengkapi laporan insiden, seperti yang dijelaskan dalam WHO berpraktik baik untuk suntikan dan
prosedur terkait dengan peralatannya. Untuk transportasi sampel darah keluar rumah sakit, lengkapi
sarana transportasi dengan peralatan penanganan tumpahan darah. Annex H mengandung informasi
untuk berurusan dengan tumpahan darah.
Ilustrasi berpraktek baik dalam flebotomi

Gambar 2.1

Siapkan semua peralatan termasuk jarum dan syringe atau tabung hampa, sesuai dengan
kebutuhan

Membersihkan tangan (jika menggunakan sabun dan air, keringkan tangan dengan handuk
sekali pakai)
Identifikasi dan persiapan pasien

Pemilihan lokasi, disarankan pada daerah antecubital (yaitu lekukan lengan). Hangatkan
lengan dengan penghangat, atau dengan menggantungkan tangan ke bawah akan mempermudah
dalam melihat vena. Palpasi area untuk menentukan permukaan anatomi. Jangan menyentuh area
jika telah dilakukan desinfeksi dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya.
Pasang tourniquet, kira – kira 4 – 5 jari jaraknya di atas daerah penusukan yang telah dipilih.
Minta pada pasien untuk mengepalkan tangan sehingga vena akan lebih menonjol

Pakailah sarung tangan non steril yang ukurannya tepat

Desinfeksi area menggunakan isopropyl alkohol selama 30 detik dan biarkan mengering
sendiri (30 detik)
Tahan vena dengan cara menahan lengan pasien dan menempatkan ibu jari di bawah area
penusukan

Tusuk vena dengan cepat membentuk sudut 30 derajat

Jika darah telah terambil, lepaskan tourniquet terlebih dahulu sebelum mencabut jarum
Cabut jarum dengan tegas kemudian tekan luka tusukan menggunakan kapas kering.

Buang jarum yang telah digunakan dan syringe atau peralatan pengambilan darah ke dalam
penampung tahan tusukan

Cek label dan formulir untuk akurasi


Gambar 2.2 Mengisi tabung

Jika tabung tidak mempunyai karet penahan, tekan torak perlahan untuk mengurangi
hemolisis (ini lebih aman daripada mencabut jarum)

Tutup lagi tabung dengan karet tersebut

Mengikuti instruksi laboratorium, balik sampel untuk mencampur aditif dengan darah
sebelum mengirim
PENGAMBILAN DARAH KAPILER (SKIN PUNCTURE)

I. TUJUAN

Untuk memperoleh sampel darah dalam jumlah yang kecil (<0,5cc) guna pemeriksaan
hematologi.

II. PRINSIP

Darah kapiler dapat diperoleh pada ujung jari (2, 3, 4) dan cuping telinga pada orang dewasa.
Ujung jari kaki dan tumit pada bayi dengan menggunakan lancet steril dengan arah tegak
lurus pada garis – garis sidik ibu jari.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Alkohol 70%

2. Kapas

3. Blood lancet steril

4. Peralatan lain disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan

IV. CARA KERJA

1. Pilih daerah yang akan ditusuk kemudian di desinfeksi dengan alkohol 70%

2. Daerah tusukan dibiarkan kering kurang lebih 30 detik

3. Jari yang akan ditusuk, diurut dari proximal ke distal yang kemudian berhenti pada ±
1 cm daerah penusukan dan kemudian dijepit dengan ibu jari dan telunjuk pemeriksa
sehingga ujung jari menegang dan kaku

4. Pada posisi tegak lurus dan bersilangan dengan sidik jari, tusuk dengan lancet steril,
perkirakan kedalaman 2 – 3 mm

5. Hapus tetesan darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering, tetes darah yang
selanjutnya untuk pemeriksaan

6. Bila pengambilan selesai, luka tusukan ditekan / ditutup dengan kapas kering agar
darah berhenti

V. HASIL

 Penusukan 1x, pemipetan darah 1x  berhasil

 Penusukan 2x, pemipetan darah 2x  kurang berhasil

 Penusukan > 3x, pemipetan darah >3x  tidak berhasil

VI. KESIMPULAN

Pengambilan darah kapiler......


Pendahuluan

Melakukan tusukan kulit memerlukan keterampilan, teknik praktek dan mengerti keseluruhan
tentang bagaimana proses dapat memiliki efek pada hasil tes. Ketika pengambilan tidak benar,
hasilnya bisa sangat terdistorsi, sehingga dokter memberi perlakuan yang salah pada pasien.

Pelayanan kesehatan profesional dengan tanggung jawab pengumpulan spesimen darah harus
hati – hati serta tidak meremehkan rincian detail dari prosedur yang diperlukan sehingga hasil uji
laboratorium yang secara akurat menggambarkan fisiologi pasien. Semua pasien harus didekati
seolah-olah mereka adalah anggota keluarga kita sendiri sehingga perawatan yang terdaftar sebagai
hasil dari spesimen kita sesuai dengan apa yang kita inginkan untuk mereka, kita peduli untuk:
ketepatan, terapi, dan sesuatu yang memberikan kontribusi untuk kesejahteraan mereka.

Ketika mengambil dari pasien anak-anak, kolektor harus memiliki belas kasihan untuk
kecemasan anak. Menenangkan ketakutan dan melakukan prosedur dengan cepat dan efisien akan
membantu mengurangi trauma dari prosedur untuk pasien muda kita. Karena pasien termuda kita
sering gugup tentang pengambilan sampel, adalah penting bagi kita untuk meluangkan waktu
meyakinkan pada mereka tentang prosedur akan semudah dan tidak sesakit mungkin. Kita kemudian
harus mengambil langkah-langkah untuk memenuhi janji kita dengan menghangatkan daerah
tusukan kulit. Praktek sederhana ini tidak hanya memperpendek durasi prosedur, tetapi juga
membantu menjamin suatu volume darah adekuat yang tidak hemolisis atau terkontaminasi dengan
cairan jaringan. Melakukan prosedur seperti yang dijelaskan di sini adalah cara terbaik untuk
menjamin pasien dengan kualitas pelayanan yang layak dan untuk menghargai mereka karena telah
menempatkan kepercayaan mereka pada kemampuan kita.

Indikasi

Pengumpulan darah kapiler lebih diprioritaskan daripada darah vena dalam beberapa kasus
dan situasi termasuk diantaranya :

 Pasien dengan luka bakar yang luas

 Pasien obesitas

 Pasien dengan kelainan trombosit

 Pasien lansia atau yang lainnya dengan vena superfisial yang rapuh atau tidak dapat
diakses

 Poin pengujian tertentu

 Pemeriksaan bayi baru lahir

 Pasien dengan phobia jarum suntik

Pengumpulan darah kapiler juga menimbulkan bahaya yang lebih sedikit pada pasien jika
dibandingkan dengan penusukan vena, termasuk pengurangan risiko yang merangsang terjadinya
anemia iatrogenik melalui pengambilan darah yang berlebih.
Perbedaan Darah Kapiler dan Darah Vena

Darah kapiler merupakan campuran darah dari kapiler, vena kecil, arteriola, cairan interstisial
dan cairan interselular. Dengan demikian, nilai normal (rentang referensi) bervariasi daripada darah
vena. Sebagai contoh :

Kadarnya tinggi di dalam


darah kapiler :
Glukosa
Kadarnya lebih rendah
dalam kapiler :
Kalium, total protein,
kalsium

Saat mengambil spesimen dari penusukan kapiler, buat catatan untuk beberapa efek tersebut
sehingga saat pengujian, personil dapat memasukkan informasi beserta dengan hasil tes untuk
interpretasi yang tepat.

Keamanan

Darah manusia dan cairan tubuh lainnya haruslah selalu diberlakukan sebagai bahan infeksius
seperti HIV, HBV dan patogen darah lainnya. Praktek yang mencerminkan tindakan pencegahan
standar termasuk :

 Mengenakan sarung tangan setiap akan kontak dengan tubuh, membran mukus,
atau kulit yang tidak utuh haruslah dimungkinkan

 Mencucui tangan dengan sabun dan air atau desinfektan yang sesuai sebelum dan
sesudah penanganan pasien atau jika setelah menangani cairan tubuh

 Mengenakan apron yang kedap terhadap cairan bila pakaian cenderung menjadi
kotor atau terkontaminasi dengan cairan tubuh

 Pakailah masker dan kacamata pelindung atau pelindung wajah jika ada risiko
tersirat dengan cairan tubuh yang ada

 Tempatkan benda tajam dalam wadah pembuangan yang ditentukan sesegera


mungkin

 Menahan diri dari perawatan pasien langsung dan penanganan peralatan medis jika
anda memiliki ruam yang berisi cairan atau berair.
Saat pengumpulan darah kapiler, beberapa praktek tambahan berikut ini juga sangat penting :

 Gunakan hanya alat tusuk yang retractable atau peralatan khusus insisi

 Dengan segera buang peralatan yang telah dipakai

 Bersihkan segera tumpahan atau cipratan darah dengan cairan solusi pemutih 10%,
kenakan sarung tangan untuk mencegah paparan

 Laporkan semua kecelakaan jarum segera

 Lepaskan apron yang terlihat terkontaminasi

Perangkat Tusuk dibandingkan Perangkat Sayat

Disini ada dua jenis perangkat yang digunakan untuk penetrasi permukaan kapiler : perangkat
tusuk dan perangkat sayat (insisi). Perangkat sayat mengiris jaringan sekitar dimana perangkat tusuk
atau lancet secara vertikal menembus kulit. Perangkat sayat pada umumnya tidak begitu sakit
dibandingkan perangkat lancet, cenderung menimbulkan sedikit memar pada pasien atau spesimen
yang hemolisis, memerlukan sedikit pengulangan menyayat, dan menghasilkan waktu yang lebih
pendek daripada perangkat lancet.

Bagaimanapun, perangkat tusuk bisa jadi lebih tepat untuk pasien yang membutuhkan
pengambilan sampel regular dengan jumlah yang sedikit, seperti pada pemeriksaan glukosa atau
pemeriksaan bilirubin neonatal. Karena tusukan secara vertikal menembus jaringan dan perangkat
insisi menyayat kulit, lokasi yang sering dilakukan pengulangan tusukan akan lebih dapat sering
digunakan daripada lokasi yang dilakukan penyayatan.

Perangkat pengumpulan darah kapiler haruslah terancang untuk penggunaan sekali saja dan
bisa ditarik ulang, ujung tajam dapat tertarik kembali untuk mencegah kecelakaan. Perangkat
tusukan yang tidak dapat tertarik otomatis haruslah bisa secara manual dilepas, ujung tajam yang
telah terkontaminasi tidak boleh digunakan kembali.

Peralatan untuk Pengumpulan Darah Kapiler antara lain:

 Kapas alkohol atau desinfektan lain yang tepat

 Penghangat tumit komersial atau kompres hangat

 Perban (diutamakan bebas lateks)

 Penampung mikro

 Tabung mikrohematokrit non-glass

 Penyumbat mikrohematokrit (jika diperlukan)

 Perangkat tusuk atau sayat

 Penampung benda tajam


 Kasa pembalut

 Sarung tangan

MELAKUKAN PROSEDUR

1. Pendekatan terhadap Pasien

Banyak pasien memiliki kekhawatiran tentang prosedur invasi, bahkan prosedur sederhana
seperti penusukan kulit. Menenangkan ketakutan mereka bisa sangat sulit. Seringkali, kecemasan itu
ditutupi dan susah untuk diprediksi. Oleh karena itu, setiap pasien harus didekati dengan kasih
sayang dan perhatian untuk kesusahannya. Untuk anak – anak, ketakutan akan prosedur medis
adalah sangat akut. Sikap, kasih sayang, pengertian, kesabaran dan kepribadian individu yang
melakukan pengambilan spesimen memainkan peranan yang besar dalam keberhasilan keseluruhan
prosedur.

Dekati pasien dengan banyak kesabaran dan kasih sayang. Banyak pasien muda sudah
mempersiapkan dengan baik, tetapi mereka yang memprihatinkan layak mendapatkan perhatian
dan kesabaran ekstra. Karena anak – anak biasanya salah paham tentang suatu prosedur, sangat
penting bagi profesional kesehatan menjadi perseptif harapan anak dan tingkat kecemasan momen
pertama kalinya. Berikan pemahaman yang jelas pada pasien anak – anak selama beberapa waktu
untuk menghilangkan ketakutan mereka dan menerima prosedur.

Menenangkan Ketakutan

Untuk semua pasien anak, persiapan dimulai ketika tatapan mata pertama kali. Anak – anak
akan mampu mendeteksi kasih sayang dan kelembutan di wajah anda dan bahasa tubuh seperti
anda juga mampu membaca kecemasan atau kepuasan pada mereka. Seberapa baik anda
menafsirkan dan bereaksi terhadap tingkat kecemasan pasien akan sangat mempengaruhi tingkat
kerja sama. Pendekatan untuk mempersiapkan pasien anak untuk flebotomi adalah pada usia
tertentu.

Umur Kelahiran hingga 12 Bulan

Karena penusukan pada kelompok umur ini membutuhkan banyak keahlian dan teknik
flebotomi yang mahir, maka itu haruslah dilakukan oleh orang ahli dan berpengalaman dalam
melakukan penusukan tumit. Studi menunjukkan bayi menampakkan nyeri yang lebih rendah bila
diberikan glukosa secara oral atau sukrosa sebelum dilakukan penusukan.

Menyusui telah terbukti memiliki efek yang sama. Sementara, semua bayi menginginkan
untuk segera dihibur atau ditenangkan setelah prosedur, lampin selama prosedur ditemukan
mengurangi respons nyeri pada neonatus.

Umur 1 – 3 Tahun

Selain kasih sayang, teknik yang bagus, dan menjadi pribadi yang menyenangkan, disana ada
sedikit yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan anak – anak dalam kelompok umur ini untuk
penusukan. Jika fasilitas memberikan ijin orang tua untuk memegangi anak, membuat nyaman dan
membuat stabil anak, akan menjadi salah satu instrumen dalam meminimalkan kecemasan anak.
Beberapa orang tua mengingini untuk tidak mendampingi atau menyaksikan prosedur, dan
haruslah diminta untuk menunggu di luar selama kolektor melakukan penusukan dengan didampingi
asisten.

Pengekangan fisik dengan lembut diperlukan karena sifat aktif dari kelompok usia ini. Jika
dimungkinkan, posisi anak di pangkuan orang tua atau wali, yang bisa menahan lengan bebas anak
selama prosedur. Jika orang tua tidak dimungkinkan untuk mendampingi, pasien harus terbaring di
tempat tidur atau dipan dengan asisten menahan lembut lengan yang bebas.

Umur 4 Tahun sampai Remaja

Pada umur tersebut dan diatasnya, kemampuan komunikasi memberikan kolektor untuk
berinteraksi pada level yang lebih tinggi dan dengan kesuksesan yang lebih besar dibandingkan pada
anak yang lebih muda. Meredakan ketakutan anak dengan memberikan kasih sayang dan
kenyamanan.

Setelah membangun hubungan yang baik, menggambarkan prosedur menggunakan istilah


yang sesuai dengan usia pasien, rinci langkah – langkah berikut :

 Perlihatkan pada anak jari yang akan digunakan

 Jelaskan bahwa jari tersebut akan dibersihkan

 Beritahu anak bahwa dia akan merasakan sodokan atau cubitan, hindari istilah
inflamatif seperti “sengatan” atau “gigitan”

 Tunjukkan peralatan yang akan digunakan untuk mengumpulkan darah yang keluar
dan bagaimana alat tersebut digunakan

 Beritahukan pada anak bahwa kamu akan memberi plester pada luka tersebut
setelah selesai

Pada anak muda dalam kelompok usia ini, maka akan diperlukan untuk mengunci lengan.
Semakin tua anak, semakin besar kemungkinan prosedur akan ditoleransi tanpa insiden.

Pada semua kasus, perkenalkan dirimu dan tujuanmu. Mencoba untuk membangunkan yang
tertidur, terbius, atau pasien yang tidak sadar.
Jika pasien mengungkapkan minat pada tes yang akan dilakukan, berikan penjelasan dalam hal
ini yang bisa dia mengerti. Jika informasi tentang permintaan pasien dan kolektor kurang yakin, rujuk
pasien pada perawat atau dokter yang memesan.

Pada intinya, mengendalikan semua pasien yang cemas dengan kasih


sayang dan kesabaran sebelum dilakukan prosedur. Sebelum prosedur
dimulai, gunakan teknik yang tepat untuk mengurangi rasa sakit sesuai
dengan kebijakan fasilitas yang ada, dan jelaskan langkah demi langkah
prosedur yang akan dilakukan. Saat prosedur pertama dimulai, alihkan
perhatian pasien dari prosedur dengan pembicaraan umum.

2. Identifikasi pasien

Pelayan kesehatan profesional dengan tanggung jawab pengumpulan spesimen biasanya


adalah pertahanan terakhir pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan medis.

Kesalahan identifikasi pasien dengan benar dapat menyebabkan bencana medis. Sangat
penting bahwa semua pasien diidentifikasi dengan benar sesuai dengan kebijakan fasilitas anda,
(misalnya dengan menggunakan identitas lengan atau pemasangan label langsung pada tabung)

Identifikasi Pasien Rawat Inap

Sangat penting bahwa spesimen diambil dari pasien yang dimaksudkan. Jika anda
menggunakan fasilitas gelang identifikasi pasien, waspada bahwa mengandalkan hal itu tidaklah
cukup. Studi menunjukkan hingga 16 persen gelang identifikasi bisa salah.

Gelang yang terpasang pada pasien tidak boleh dianggap dapat diandalkan. Jika
dimungkinkan, tanyakan nama pasien, dan bandingkan dengan formulir permintaan dan gelang
lengan (jika ada). Fasilitasmu mungkin membutuhkan identifikasi kedua, seperti nomor rumah sakit,
untuk mencegah kasus pasien dengan nama yang sama. Tanya pasien nama lengkapnya daripada
menunggu respons dengan memanggil namanya. Menanyakan pasien untuk menanggapi namanya
seperti “ Apakah benar anda John Smith?”, mungkin tidaklah cukup.

Pasien yang tidak sadar penuh atau kesulitan pendengaran mungkin akan merespons secara
positif hanya untuk bersikap sopan. Pengucapan nama mereka sangatlah penting.

Jika pasien tidak sadar atau tidak dapat merespons, seperti pada kasus bayi baru lahir atau
bayi, tanyakan pada pengasuh atau anggota keluarga untuk menyebutkan nama pasien, kemudian
bandingkan dengan lembar permintaan dan gelang lengan jika ada. Dokumentasikan nama orang
yang memberikan verifikasi verbal. Mengacu pada kebijakan fasilitas anda dalam segala aspek
identifikasi pasien.

Perbedaan apapun harus diselesaikan sebelum spesimen dikumpulkan. Pada situasi dimana
gelang identifikasi digunakan (misalnya, fasilitas perawatan jangka panjang, pasien ruang isolasi,
pasien gawat darurat, dll), rujuk pada kebijakan institusi untuk identifikasi pasien.
Identifikasi Pasien Rawat Jalan

Identifikasi pasien rawat jalan yang tepat terdiri dari meminta pasien untuk nama lengkap
setidaknya. Informasi lain dapat diminta, seperti alamat atau tanggal lahir. Bandingkan informasi
yang diberikan dengan informasi pada formulir permintaan. Mengandalkan semata – mata pada
kertas yang dibawa pasien rawat jalan untuk identifikasi mungkin tidak cukup untuk mengungkapkan
kesalahan registrasi pasien.

3. Penempatan peralatan

Personil pelayanan medis yang mengambil sampel darah kapiler haruslah memiliki semua
suplai dan peralatan untuk mencapai semua prosedur. Persediaan yang dijatuhkan harus diganti,
bahkan jika sterilitas belum terganggu. Nampan untuk flebotomi tidak boleh ditempatkan pada
permukaan yang kontak dengan pasien rawat inap, seperti nampan samping tempat tidur dan di
bawah kaki, mengingat bahwa sisi tersebut mungkin dapat menyebarkan bakteri yang dapat
membahayakan kesehatan pasien. Dalam pengaturan non-konvensional seperti pada koleksi rumah,
perawatan harus dilakukan untuk melindungi perabotan pasien dari kontaminasi nyata atau
dirasakan. Menempatkan pasokan peralatan dalam handuk kertas atau penghalang lain untuk
mencegah ini.

4. Posisi Pasien

Pasien rawat jalan haruslah duduk di kursi flebotomi atau kursi statis dengan tempat lengan
yang tepat untuk penusukan kapiler.

Bayi dan anak – anak dapat dipangku oleh orang tua atau diamankan dengan pembawa bayi
atau seperti kursi mobil. Studi menunjukkan posisi anak dalam pelukan orang tua aman dengan
kontak fisik yang dekat dapat memberi pengertian pada kendali anak dan membutuhkan asisten
lebih sedikit.

Untuk pengambilan pasien rawat inap dan beberapa situasi pasien rawat jalan, tempat tidur
atau kursi reclining sangat tepat. Pastikan bahwa semua persyaratan tes telah dilakukan (contohnya
berpuasa). Telah ditemukan bahwa anak – anak yang terpengaruh film atau kartun lebih sedikit stres
dibandingkan dengan mereka yang tidak terpengaruh.

5. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi pengambilan sampel kapiler pada pasien anak biasanya berdasarkan umur
dan berat badan pasien. Jika sang anak sudah berjalan, kaki anak biasanya memiliki penebalan kulit
yang akan menghalangi aliran darah adekuat. Tabel di bawah menunjukkan kondisi yang
mempengaruhi pemilihan penusukan tumit atau jari.

Tabel kondisi yang mempengaruhi pemilihan penusukan tumit atau jari


KONDISI PENUSUKAN TUMIT PENUSUKAN JARI

Umur Baru lahir atau sekitar 6 bulan Lebih dari 6 bulan

Berat Dari 3 – 10 kg,kurang lebih Lebih dari 10 kg


Penempatan lancet Pada permukaan medial atau Pada sisi lunak ujung jari
lateral telapak kaki perpendicular menyilang sidik jari

Pemilihan jari Tidak ada Jari kedua atau ketiga (yaitu jari
tengah dan manis); hindari ibu jari
dan jari telunjuk karena kapalan,
dan hindari jari kelingking karena
jaringannya tipis

Spesimen yang membutuhkan penusukan kulit sangat baik diperoleh setelah memastikan bayi
tersebut hangat, seperti yang didiskusikan pada bagian 6.2.2

Lokasi tusukan haruslah ditentukan dengan hati – hati berdasarkan usia pasien, serta
ketersediaan lokasi dan pemeriksaan yang diminta. Beberapa faktor yang harus disetujui saat
pemilihan lokasi penusukan termasuk :

 Daerah memar atau bekas trauma  tusukan yang menimbulkan memar berlebih,
daerah yang sudah tertusuk atau trauma yang harus dihindari, karena spesimen
yang diperoleh mungkin akan terkontaminasi dengan produk yang hadir dalam
aliran darah

 Keberadaan oedema  Daerah tusukan haruslah bebas oedema, pembengkakan


yang berlebih dapat menghasilkan kontaminasi cairan jaringan dalam spesimen

 Bekas mastektomi  Pengumpulan dari sisi yang sama dengan daerah yang akan
dilakukan mastektomi tidak disarankan tanpa izin dokter. Ada dua alasan :

o Keseimbangan cairan pada sisi yang terkena berubah karena pengangkatan


kelenjar getah bening. Oleh karena itu, spesimen yang dikumpulkan dapat
dikompromikan dan menggambarkan keadaan umum pasien

o Pasien mastektomi berada pada peningkatan risiko infeksi pada anggota


badan yang terkena serta, efek jangka panjang yang menyakitkan sebelum
lifodema

6. Pemilihan ukuran lancet

Pasien dewasa

Lancet tipis dan pendek daripada kedalaman kira – kira yang dibutuhkan bisa digunakan
karena tekanan akan menekan kulit; kedalaman tusukan akan lebih tipis dan dalam daripada panjang
lancet. Pada sebuah studi dengan 52 subyek, rasa sakit meningkat dengan penetrasi kedalaman, dan
lancet tebal lebih menyakitkan daripada yang tipis. Bagaimanapun, volume darah meningkat dengan
penetrasi lancet dan kedalaman.
Panjang bervariasi tergantung pembuatnya (dari 0,85 mm hingga 2,2 mm untuk anak – anak).
Pada tusukan jari, kedalamannya haruslah tidak lebih dari 2,4 mm, jadi lancet 2,2 mm adalah lancet
terpanjang yang bisa digunakan.

Pasien anak dan bayi

Pada tusukan tumit, kedalaman haruslah tidak boleh lebih dari 2,4 mm. Untuk bayi prematur,
0,85 mm lancet ada tersedia. Untuk bayi dengan berat 7 pon (3kg) jarak dari kulit terluar ke tulang
adalah :

 Tumit medial dan lateral – 3.32 mm;


 Tumit posterior – 2,33 mm (lokasi ini harus dihindari, untuk mengurangi resiko
mengenai tulang);
 Ibu jari kaki – 2,19 mm
 Kedalaman yang direkomendasikan untuk tusukan jari adalah :
 Untuk anak umur 6 bulan sampai 8 tahun – 1,5 mm;
 Anak lebih dari 8 tahun – 2,4 mm.

Sebaiknya dihindari terlalu banyak menekan, karena akan menyebabkan tusukan lebih dalam
dari yang dibutuhkan untuk mendapat aliran darah yang bagus.

Permintaan pengambilan
Dengan penusukan kulit, spesimen hematologi diambil pertama kali, kemudian diikuti
spesimen untuk kimia dan untuk donor darah. Permintaan pengambilan ini esensial untuk
meminimalisir efek dari pengerombolan trombosit. Pengambilan penusukan kulit ini kebalikan dari
penusukan vena. Jika lebih dari dua spesimen yang dibutuhkan, penusukan vena lebih menjamin
hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pengambilan sampel kapiler diantaranya:

 Pengerutan vena jika arteri tibial tersobek saat penusukan pada daerah medial pada
aspek pengambilan di tumit;
 Osteomielitis tulang tumit (calcaneus);
 Syaraf rusak jika jari bayi tertusuk;
 Hematoma dan kehilangan akses pada vena branchial yang digunakan;
 Bekas luka;
 Nekrosis lokal atau merata (efek jangka panjang);

Kerusakan kulit karena pengulangan pemakaian plester adhesive (pada pasien sangat muda
dan sangat tua) – ini dapat dihindari dengan pemberian tekanan yang tepat dan daerah tusukan
diawasi dengan baik setelah dilakukan prosedur.
Petunjuk praktikum pada pengambilan sampel kapiler
Pemilihan lokasi penusukan
 Petunjuk penggunaan ditentukan berdasar penggunaan tusukan jari atau tumit, dan
disesuaikan dengan ukuran lancet yang sesuai.
 Jangan menggunakan pisau bedah untuk melakukan penusukan kulit.
 Jangan menusuk kulit lebih dari sekali dengan lancet yang sama, atau menggunakan satu
lokasi penusukan lebih dari sekali, karena biasanya akan diikuti dengan kontaminasi bakteri
dan infeksi.

Prosedur pengambilan darah kapiler


Pasien dewasa

Persiapan kulit

 Usap alkohol pada daerah penusukan dan biarkan kering


 Tusuk kulit sekali dan cepat, beri tekanan hati – hati dan berkelanjutan, untuk
mendapatkan aliran darah yang bagus dan mencegah pengulangan penusukan.
 Hapus darah yang pertama keluar karena akan terkontaminasi dengan cairan jaringan atau
debris (potongan kulit).
 Hindari menekan jari atau tumit terlalu kuat karena akan mengencerkan spesimen dengan
cairan jaringan (plasma) dan meningkatkan kemungkinan hemolisis.
 Saat prosedur pengambilan darah selesai, beri tekanan pada penusukan untuk
menghentikan perdarahan.

Pengambilan sampel laboratorium dalam sesuai dengan permintaan untuk meminimalisasi


hasil pemeriksaan yang salah. Pada penusukan, kumpulkan spesimen seperti disebut di bawah,
dimulai dengan spesimen hematologi :

 Spesimen hematologi;
 Spesimen kimia;
 Spesimen donor darah.

Pasien anak dan bayi

Memegangi anak

 Pertama pegangi anak dengan cara meminta orang tua :


o Duduk pada kursi flebotomi dengan anak pada pangkuan;
o Pegangi ekstremitas paling bawah dengan memposisikan kakinya dijepit kaki kita
posisi menyilang
o Ulurkan lengan melewati bawah janggut anak, dan amankan lengan yang bebas
dengan menekan dari bawah
o Pegangi sikut anak (yakni pada lengan yang akan ditusuk), dan jaga supaya tetap
aman;
o Gunakan lengan lainnya untuk memegangi langsung pergelangan tangan, pegangi
dengan telapak terbuka.

Persiapan kulit

 Persiapkan kulit seperti yang dideskripsikan di atas untuk pasien dewasa.


 Jangan menggunakan povidone iodin untuk penusukan kulit kapiler baik pasien anak dan
bayi; gunakan alkohol seperti yang dinyatakan pada petunjuk pasien dewasa :
o Minta pada orang tua secara ritmik mengencangkendurkan lengan anak, untuk
meyakinkan disana ada aliran darah;
o Jaga lengan anak tetap hangat dengan menyingkapkan baju sesedikit mungkin,
bedung bayi dalam selimut, dan minta kepada ibu atau pengasuh untuk menahan
bayi, keluarkan hanya daerah ekstremitas dari daerah yang akan dilakukan
pengambilan sampel kapiler.
 Hindari memijat terlalu keras atau mengurut jari karena akan menyebabkan hemolisis dan
menghalangi aliran darah.

Ambil sampel laboratorium sesuai permintaan dengan pencegahan kontaminasi silang dari
tabung sampel aditif

 Seperti dijelaskan di atas pada pasien dewasa, kumpulkan spesimen pemeriksaan


hematologi pertama kali, kemudian diikuti kimia dan spesimen bank darah.
 Bersihkan cipratan darah
 Kumpulkan semua peralatan yang telah digunakan dalam prosedur, dengan hati – hati untuk
membuang semua item dari tempat tidur pasien atau lampin/pelbet; untuk menghindari
kecelakaan, jangan meninggalkan barang apapun.

Berikan perawatan lanjutan

Disini ada dua langkah untuk tindakan perawatan lanjutan pada pasien – pemasukan data (
yakni pelengkapan berkas), dan ketentuan kenyamanan dan penjaminan.

Penginputan data atau pelengkapan berkas

Catatan informasi yang relevan tentang pengumpulan darah pada berkas dan label spesimen;
beberapa informasi antara lain:

o Tanggal pengambilan;
o Nama pasien;
o Nomor identitas pasien;
o Lokasi unit (ruang perawat atau nomor kamar rumah sakit);
o Pemeriksaan yang diminta;
o Jumlah darah yang diambil (nomor tabung);
o Metode pengambilan (penusukan vena atau penusukan kulit);
o Inisial flebotomist.
Ilustrasi pengambilan sampel kapiler
Gambar 7.1 Pengambilan sampel kapiler

 Lancet dan tabung penampung

 Rakit semua peralatan


Cuci tangan anda (jika menggunakan sabun
dan air, keringkan tangan menggunakan
handuk sekali pakai).

Kenakan sarung tangan sesuai dengan ukuran

Pilih daerah penusukan. Kemudian usap dengan


isoprophyl alkohol 70% dan biarkan hingga
kering. 

 Lakukan penusukan kapiler


 Hapus darah yang keluar pertama kali

Hindari menekan jari terlalu kuat 

 Buang semua benda tajam dengan


tepat
 Buang material sampah dengan tepat

Lepas sarung tangan dan masukkan ke dalam


tempat sampah umum. Cuci tangan (jika
menggunakan sabun dan air, keringkan
tangan 

Anda mungkin juga menyukai