OSTEOARTHRITIS GENU
Oleh :
Dyah Ayu Yulia Wulandari
Asrori Azhar
210.121.0042
210.121.0043
Pembimbing :
dr. Andre Steven Tjahya, Sp. KFR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb,
Rasa syukur yang dalam kita sampaikan kehadirat Allah SWT., karena
berkat Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan referat
ini sesuai yang diharapkan. Dalam referat ini penulis membahas tentang
Osteoartritis.
Referat ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
Ilmu Rehabilitasi Medik. Penulis menyadari bahwa dalan penulisan referat ini
masih jauh dari sempurna. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya penulis
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih
yang dalam-dalamnya
Wassalamualaikum wr wb,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I
i
ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................
1.4 Manfaat ................................................................................
1
2
2
2
3
5
5
6
6
7
8
8
10
12
13
14
14
15
15
17
18
18
19
21
21
22
24
24
25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit
orang tua di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Selain
penyebab kecacatan paling banyak pada orang tua. Faktor resiko utama penyakit
ini adalah obesitas. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan
di atas dimungkinkan karena sendi-sendi tersebut mendapat beban yang cukup
berat dari aktivitas sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang
cukup berat (memungkinkan OA terjadi di dasar ibu jari), berjalan
(memungkinkan OA di lutut dan pinggul), dan lain sebagainya.1,3
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis
dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Banyak orang yang
didiagnosis mengalami OA berdasarkan temuan radiologis tidak menunjukkan
gejala pada sendi.1 Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang
didukung gambaran radiologis OA) pada lutut lebih sering terjadi orang tua
diatas usia 60 tahun di Amerika Serikat. Osteoarthritis panggul simptomatik
kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada lutut. Sementara OA asimtomatik
(tidak
menimbulkan
gejala,
namun
radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada pasien usia lanjut. Meski begitu,
OA simptomatik di tangan juga terjadi pada 10% orang tua dan sering
menghasilkan keterbatasan fungsi gerak sendi.2,4
1
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penyusunan referat ini adalah :
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan
Penyusunan referat ini bertujuan :
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pada persendian.
2. Menjelaskan definisi dari osteoatritis.
3. Menjelaskan etiologi dari osteoartritis.
4. Menjelaskan klasifikasi osteoartritis.
5. Menjelaskan epidemiologi penyakit osteoartritis.
6. Menjelaskan patogenesis penyakit osteoartritis.
7. Menjelaskan penegakan diagnosis osteoartritis.
8. Menjelaskan penatalaksanaan osteoartritis.
1.4
Manfaat
Manfaat penyusunan referat ini antara lain :
1. Memberikan informasi guna menambah pengetahuan pembaca tentang
osteoartritis.
2. Memberikan pemahaman agar tenaga kesehatan dapat melakukan
edukasi pada masayarakat tentang faktor resiko dan prinsip terapi yang
dapat dilakukan pada kasus osteoartritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar
dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang
dilapisi oleh tulang rawan. Secara umum, sendi berfungsi untuk melakukan
gerakan pada tubuh. Sendi lutut merupakan bagian dari ekstremitas inferior yang
menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah (Gambar 2.1). Sendi
lutut ini berfungsi untuk mengatur pergerakan dari kaki.5,6
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu pergerakan dua
kondilus femoris diatas kondilus tibia. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi
ini yaitu gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi. Jika terjadi gerakan yang
melebihi kapasitas sendi maka dapat menimbulkan cedera yang mengakibat
robekan pada kapsul dan ligamentum di sekitar sendi.5
Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk
oleh os femur, tibia, dan patela. Beberapa otot-otot dan ligamen mengontrol
gerakan lutut dan melindunginya dari kerusakan pada saat yang sama. Dua
ligamen di kedua sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral medial dan lateral,
menstabilkan lutut dari sisi satu ke sisi lainnya. Ligamen pada sendi lutut terbagi
menjadi ligamen intrakapsular dan ligamen ekstrakapsular (Tabel 2.1).5
Ligamen Ekstrakapsular
Lig. Patellae
Lig. Collaterale Fibulare
Lig. Collaterale Tibiae
Lig. Popliteum Obliquum
Lig. Transversum Genu
Otot-otot utama yang menggerakkan sendi lutut adalah quadricep dan otot
hamstring. Paha depan menempel pada patela, dan tendon patela menghubungkan
otot ini ke bagian depan tibia. Ketika otot quadricep kontraksi lutut meluas.
Sebaliknya, ketika otot hamstring kontraksi, mereka menarik lutut ke fleksi.5
2.2.
Definisi Osteoartritis
Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal,
progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur
sendi
tersebut
yaitu
berupa
degenerasi
tulang
rawan/kartilago
hialin
(Gambar 2.3). Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis
dari subkondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian
sendi, peregangan kapsul artikular, sinovitis ringan pada persendian, dan
lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian.7
2.3.
Etiologi Osteoartritis
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
2.4.
Klasifikasi Osteoartritis
Epidemiologi Osteoartritis
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang
herediter, adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis. Faktor Intrinsik meliputi
kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus dan cedera pada
sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis. Faktor beban persendian meliputi
obesitas, yang memberikan beban berlebih pada sendi dan aktivitas yang sering
dan berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu
pergerakan sendi.1,2,4
2.6.
Patogenesis Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada didalam tubuh
akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.2,9
Perubahan yang paling mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah
tulang rawan yg mendapat beban pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal
daripada normal, namun seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi
menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah
vertical (Fibrilasi).7 Proses ini dapat membentuk ulkus kartilago dalam yang
meluas ke tulang dan dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, namun
perbaikan jaringan ini lebih buruk daripada kartilago sendi hialin asli, dalam
kemampuannya menahan stres mekanis.9
Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi sendi menyebabkan terbentuknya
osteofit (spur), yang mengubah kontur sendi dan mungkin membatasi gerakan.
Perubahan jaringan lunak terdiri dari sinovitis kronik dan penebalan kapsul sendi,
yang membatasi gerakan lebih lanjut. Sering juga terjadi pengecilan otot
periartikularis.9
2.7.
2.7.1
Diagnosis Osteoartritis
Tanda dan Gejala Klinis
Penderita biasanya berusia lebih dari 50 tahun. Pada umumnya, pasien OA
10
2.7.2
Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang muncul, kemudian dikonsirmasi dengan pemeriksaan fisik
11
medial dari patella, kemudian tangan yang lainnya menekan dari arah atas (dari
sisi proksimal lateral) ke arah distal (Gambar 2.6). Pada efusi minimal dapat
dirasakan gelombang cairan yang bergerak dari jari telunjuk ke ibu jari. Pada
pemeriksaan.10
Selain itu, dapat dilakukan tes Dancing Patella untuk menilai efusi lutut.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan lekukan di atas
patella kemudian menekan patella dari arah proksimal ke distal dangan tangan
yang lain bergerak pada sisi medial dan lateral dengan sedikit tekanan
(Gambar 2.7). Adanya tahanan menunjukkan efusi lutut.10
12
2.7.3
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
13
Klinis
Radiologis
Klasifikasi
Normal
Doubtfull
II
Mild
III
Moderate
IV
Severe
2.8.
Deskripsi
Tidak ada tanda-tanda OA
Penatalaksanaan Osteoartritis
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh
letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta
kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan
pasiennya secara keseluruhan, agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan pendekatan multi disiplin atau holistik.13
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah: 1) Meredakan
nyeri; 2) Mengoptimalkan fungsi sendi; 3) Mengurangi ketergantungan kepada
orang lain dan meningkatkan kualitas hidup; 4) Menghambat progresivitas
penyakit; 5) Mencegah terjadinya komplikasi.7,13
14
Dosis
3-4 x 500 mg
3-4 x 500 mg
3-4 x 500 mg
3-4 x 500 - 1.000 mg
1-2 x 500 mg
Keterangan
Dosis maksimum 4 g/ hari
Dosis
Codein 30 mg + paracetamol
500 mg, 1-2 tab/ 4-6 jam
1-3 x 50 mg
Tramadol 37,5 mg +
paracetamol 325 mg, 3-4
tab/hari
Codein
Tramadol HCL
Keterangan
Dosis maksimum 8 tab/ hari
Dosis
3-4 x 2-400 mg
2-3 x 50-100 mg
2 x 500 mg
2-3 x 25-50 mg
2-3 x 25-75 mg
1-2 x 10-20 mg
1 x 7,5-15 mg
1-2 x 100-200 mg
Keterangan
menggolongkan
obat-obatan
tersebut
dalam
Slow
Acting
Anti
penelitian
Rejholec
tahun
1987,
glikosaminoglikan
dapat
menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam degradasi tulang rawan, antara
15
16
bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra
artikular yakni penanganan simtomatik dengan steroid, dan viskosuplementasi
dengan hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.7,13,15
1. Steroid
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan
inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAID, tak dapat
mentolerir NSAID atau ada komorbiditas yang merupakan kontraindikasi
terhadap pemberian NSAID (Tabel 2.6). Teknik penyuntikan harus
aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang timbul
(Gambar
2.9).
Sebagian
besar
literatur
tidak
menganjurkan
17
Non farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi
fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk
dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat
disembuhkan, namun kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.7,13
Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada
pasien-pasien obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA
dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti
21 penderita OA yang mengalami obesitas, kemudian mereka melakukan
penurunan berat badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah diikuti selama 6
bulan, dilaporkan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi sendi
serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa sakit.7,16
Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan
aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari
pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik
dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas
lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada
pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien
yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera
mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan.7,16
18
19
sendi yang tidak menimbulkan nyeri. Aplikasi terapi panas sebelum peregangan
dapat mengurangi rasa nyeri dan mengingkatkan gerakan.16
Latihan fleksibiltas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok
otot, setidaknnya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan
repetisinya per kelompok otat secara bertahap. Latihan harus melibatkan
kelompok otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah. 16
20
21
Terapi Modalitas
Terapi menggunakan modalitas seperti termoterapi (panas atau dingin),
22
Definisi
Shortwave Diathermy
(SWD)
Salah satu modalitas terapi
panas (deep heat therapy)
yang digunakan secara klinis
sebagai aplikasi trepeutik
yang menggunakan aliran
frekuensi tinggi gelombang
elektro-magnetik
Tujuan
Indikasi
1. Kondisi muskuloskeletal
(tendinitis, tenosinovitis,
bursitis, kapsulitis, dll)
2. Nyeri (leher, punggung
bawah, miofasial, neuralgia
post herpetik, dll)
3. Menurunkan spasme otot
4. Mingkatkan lingkup gerak
sendi
5. Menurunkan edema kronis
Kontraindikasi
Microwave Diathermy
(MWD)
Salah satu bentuk radiasi
elektromagnetik, berada di
antara spektrum gelombang
infrared dan SWD yang
memberikan efek panas
sehingga digunakan secara
klinis sebagai modalitas
terapi.
Untuk terapi penyakitpenyakit neuromuskuloskeletal dengan cara membangkitkan respon tubuh
sehingga menimbulkan efek
fisiologis akibat perubahan
suhu.
1. Pemanasan otot dan sendi
yang superfisial
(pergelangan tangan dan
lutut), mempercepat
resolusi hematom dan
hipertermia lokal pada
pasien kanker.
2. Frekuensi rendah
penetrasi lebih dalam dan
lebih baik untuk
pemanasan otot.
3. Efektif untuk lapangan
terapi yang luas.
1. Precaution efek
pemanasan secara umum:
Inflamasi akut
Kegagalan sirkulasi
Gangguan perdarahan
Bekas luka yang luas
Gangguan sendorik
Keganasan
Gangguan kognitif dan
komunikasi
2. Logam (perhiasan logam,
pace makers, metallic
intrauterine devices,
surgical implants)
3. Kehamilan
4. Imaturitas
Ultrasound Diathermy
(USD)
Modalitas terapi menggunakan gelombang suara
dengan frekuensi 1-3 MHz,
sehingga menimbulkan efek
getaran gelombang suara
yang kemudian memberikan
efek terapuetik.
1. Mengurangi spasme otot
dan tendon
2. Mengurangi nyeri
3. Kondisi patologis lain
yang memungkinkan zat
kimia untuk masuk ke
kulit melalui proses
phonophoresis
1. Spasme neuromuskular
2. Scar tissue
3. Manajemen nyeri
4. Kontraktur
1. Keganasan
2. Kehamilan
3. Jaringan testikular
4. Infeksi akut
5. Jaringan yang rentan
perdarahan
6. Jaringan iskemik berat
7. Trombosis vena
8. Area sekitar mata
9. Epifisis yang sedang
tumbuh
10. Jaringna saraf yang
terpapar (spina bifida,
post laminektomi)
2.8.2.6 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan
operatif bila : 1) Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi; 2) Nyeri yang
tidak dapat teratasi dengan penanganan medikamentosa dan rehabilitatif.
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomy dan replacement joint.7,17
23
1. Realignment osteotomy
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan
merubah sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat kartilago sendi yang
sehat menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan
dengan ligamen atau meniscus repair.17
2. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang
baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang
berada dalam high-density polyethylene. Macam-macam operasi sendi
lutut untuk osteoartritis : 1) Partial replacement/unicompartemental;
2) High tibial osteomy untuk orang muda; 3) Patella and condyle
resurfacing; 4) Minimally constrained total replacement untuk stabilitas
sendi yang dilakukan sebagian oleh ligamen asli dan sebagian oleh sendi
buatan; 5) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang
dan severe instability. 17
Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan nyeri,
deformitas, instability akibat dari Rheumatoid atau osteoartritis. Sedangankan
kontraindikasi meliputi non fungsi otot ektensor, adanya neuromuscular
dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint, Prior Surgical fusion.17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal,
progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur
sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Etiologi
osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik (kegagalan
mekanisme protektif) dan biokimia. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu
akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Prevalensinya meningkat
seiring bertambahnya usia, terutama populasi di atas 65 tahun.
Diagnosis osteartritis ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis: usia tua,
nyeri sendi yang bertambah dengan gerakan, kaku sendi, krepitasi pada gerakan
aktif, tanda-tanda peradangan lokal hingga ditemukan deformitas sendi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : pemeriksaan lokal, Range of
Motion sendi, dan tes untuk melihat adanya tanda-tanda lokal (tes Brush dan tes
Dancing) pemeriksaan rontgen sendi lutut untuk melihat perubahan bentuk sendi
dan menilai derajat OA.
Penatalaksanaan bertujuan untuk meredakan nyeri, mengoptimalkan fungsi
sendi dan kualitas hidup, menghambat progresifitas dan mencegah komplikasi.
Penatalaksanaan secara farmakologis dapat dilakukan dengan memberikan obat
anti nyeri, antiinflamasi dan suplemen (sistemik, topikal, injeksi intra artikular).
Sedangkan non farmakologis dapat dilakukan dengan latihan (latihan fleksibiltas,
latihan kekuatan, latihan aerobik), terapi modalitas (termoterapi, hidroterapi dan
elektroterapi). Pemilihan jenis terapi modalitas disesuaikan dengan respon
individu dan proses akut/kronik. Pembedahan diindikasikan pada pasien yang
mengalami deformitas
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Dan LL, Anthony SF, Dennis LK, Stephen LH, J. Larry J, Joseph L.
Osteoarthritis in Harrisons Principles of Internal Medicine, 8th edition:
Mc Graw Hill; 2013.
2. Eka PM. Tesis faktor-faktor resiko osteoartritis lutut. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2007.
3. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG. Estimates of the prevalence of
arthritis and other rheumatic conditions in the United States, part II;
2008.58 (1): 26-35.
4. Dillon CF, Rasch EK. Prevalence of knee osteoarthritis in the United
States: The Third National Health and Nutrition Examination Survey: J
Rheumatol; 2009. 33(11):22712279.
5. Fitriani L. Sendi lutut. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.
6. Lynn SL. Clinical kinesiology and anatomy, 4th edition. Oregon: F.A.
Davis Company; 2007.
7. David T. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of
Medicine; 2007.
8. Iannone F, Lapadula G. The pathophysiology of osteoarthritis. Aging Clin
Exp Res; 2007. 15(5):364372.
9. Patricia MK, Reni HM, I Lukitra W. Osteoartritis dalam Pedoman
diagnosis dan terapi Bag/SMF. Rehabilitasi Medik, edisi I. Surabaya:
RSU. Dokter Soetomo; 2008.
10. Klaus B. Clinical test for the musculoskeletal system, 2nd edition. New
York; Theime; 2008.
11. Daniel LS, Deborah H. Radiographic assessment
American Family Physician; 2011. 64(2):279286.
of osteoarthritis:
25
26