Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTHRITIS

Dosen pengampu : Ns. M. Nurman, M. Kep

Disusun oleh :

Deni Prayoga Harmianto ( 1914201100 )

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2019/2020
Kata pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “ LAPORAN PENDAHULUAN ARTHRITIS ”, yang merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah KMB III. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing serta
memberi arahan kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan laporan ini. Tak lupa pula
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat menambah pemahaman serta wawasan kita tentang “ LAPORAN
PEMDAHULUAN ARTHRITIS ”
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh
karena itu, kepada semua pembaca dan pakar dimohon saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini.
Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya laporan
ini, penulis ucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin

Bangkinang, 6 oktober 2021

Penyusun

1
Daftar isi

Kata pengantar ...........................................................................................1

Daftar isi.......................................................................................................2

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi...................................................................................................................3
2. Etiologi...................................................................................................................3
3. Patofisiologi...........................................................................................................5
4. Manifestasi klinis...................................................................................................5
5. Pemeriksaan diagnostik.........................................................................................6
6. Penatalaksanaan ....................................................................................................7
7. Pencegahan ...........................................................................................................8
8. Komplikasi ............................................................................................................8

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian............................................................................................................10
2. Diagnosa keperawatan.........................................................................................11
3. Intervensi keperawatan........................................................................................16
4. Implementasi keperawatan..................................................................................16
5. Evaluasi keperawatan..........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

2
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid
arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

Arthritis merupakan suatu kondisi peradangan sendi. Peradangan sendi ini dapat menyerang
beberapa sendi. Dua jenis arthritis yang paling umum ditemui adalah osteoarthritis (OA) dan
rheumatoid arthritis (RA).

 Osteoarthritis (OA)

Osteoarthritis mempengaruhi lapisan tulang rawan sendi, yang mengakibatkan nyeri dan
kesulitan bergerak pada pengidapnya. OA umumnya diidap oleh orang paruh baya,
terutama di akhir usia 40-an atau lebih tua. Pada OA, kehilangan tulang rawan dapat
menyebabkan tulang saling bergesekan, mengubah bentuk sendi, serta memaksa tulang
keluar dari posisi normalnya. OA sering timbul pada sendi tangan, tulang belakang, lutut,
dan pinggul.

 Rheumatoid Arthritis (RA)

Orang yang berusia antara 40 hingga 50 tahun umumnya memiliki risiko tinggi terkena
RA. Pelindung luar sendi adalah tempat pertama yang akan terpengaruh. Kemudian,
peradangan akan menyebar ke sendi sekitarnya. Jika seseorang mengidap RA, mereka
akan mengalami perubahan pada bentuk sendinya, yang dapat mengakibatkan patah
tulang dan tulang rawan. Jika semakin parah, RA dapat memicu masalah pada jaringan
dan organ.

3
2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

a) Usia lebih dari 40 tahun


Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan
saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
b) Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c) Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal
ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d) Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.

4
e) Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering
menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
f) Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
g) Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

3. Patofisiologi

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi
dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.

5
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus
(Long, 1996).

4. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa
nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran
sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain :

a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi

6
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi,
atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

5. Pemeriksaan diagnostik

Untuk mendiagnosis penyakit arthritis, ada berbagai jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan, di
antaranya: 

1) Tes Darah 
Setelah menanyakan gejala, dokter akan melanjutkan pemeriksaan dengan tes darah. Tes
ini dilakukan untuk mengetahui penyebab radang sendi. Pasalnya, gangguan sendi ini
bisa disebabkan oleh infeksi atau penyakit autoimun. 
2) .Pemindaian
Selain tes darah, dokter juga akan melakukan pemindaian untuk mengetahui kondisi
tulang dan sendi. Pemindaian yang bisa dilakukan untuk mendeteksi peradangan adalah
USG, CT scan, Rontgen, dan MRI. 
3) .Analisis Cairan Sendi
Kondisi sendi juga bisa dicek melalui analisis cairan sendi. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui apakah terjadi peradangan atau infeksi pada sendi. 
4) Arthrocentesis
Mendeteksi tanda infeksi pada sendi juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan yang
disebut dengan arthrocentesis. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tetapi risiko

7
arthritis disebut lebih tinggi pada orang yang sudah lanjut usia, mengalami obesitas, serta
memiliki riwayat kesehatan tertentu, misalnya riwayat cedera pada sendi. Sebenarnya,
ada banyak jenis peradangan sendi yang bisa terjadi, contohnya osteoarthritis, rematik
arthritis, dan rheumatoid arthritis.
6. Penatalaksanaan Tujuan utama terapi adalah:
1) Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2) memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3) Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
a) Istirahat
b) Latihan fisik
c) Panas
d) Pengobatan
a.Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b.Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapiàkolin dan asetamenofen
obat
c.Obat mengatasiàanti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid
yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid

e) Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebihan

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter
atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer,
dkk. 2001). Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi

8
maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep
dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat
anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju


pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan
bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun
pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya


digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi
lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga
asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan
ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3.
Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

7. Pencegahan
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:
 Olahraga teratur dan ringan untuk menjaga fleksibilitas sendi. Pilihan olahraga yang
baik untuk pengidap arthritis adalah berenang karena tidak memberikan tekanan pada
sendi.
 Hindari melakukan aktivitas berlebihan dan terus-menerus, yang melibatkan
persendian.
 Makan makanan yang kaya antioksidan untuh mencegah dan mengurangi peradangan
sendi.
 Pertahankan diet yang sehat dan jaga berat badan ideal untuk mengurangi risiko
timbulnya arthritis dan mengurangi gejala pada pengidapnya.

8. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di


bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
9
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.

10
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWAT

1. Pengkajian.

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostic.

a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.

b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan


dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Enting
ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab


yang mendukung terjadinya gout ( misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat dengan
maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.

d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipenagruhi oleh faktor genetic.
Ada produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.

e. Riwayat psikososial : Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon didapat meliputi adanya kecemasan yang
berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensanyi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat
respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit dan
peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya
nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

11
f. Pemeriksaan diagnostic : Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan
yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut, terlihat erosi
tulang seperti lubang – lubang kecil ( punch out ).

2. Diagnosis yang mungkin muncul

a. Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang
rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.

b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada rentang
gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan pembentukan
panus.

c. Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.

d. Perubahan pola tidur b/d nyeri.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa I : Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia,
tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, nyeri yang
dirasakan klien berkurang

Dengan kriteria hasil :

- Klien melaporkan penelusuran nyeri

- Menunjukkan perilaku yang lebih rileks

- Skala nyeri nyeri berkurang dari 0 – 1 atau teratasi.

12
Intervensi :

a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri kedaerah yang baru.
Kaji nyeri dengan skala 0 – 4.

b. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus.

c. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan
non invasive.

d. Ajarkan relaksasi : teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri nyeri.

e. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

f. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama
nyeri akan berlangsung.

g. Hindarkan klien meminum alkohol, kafein dan diuretic.

h. Kolaborasi dengan dokter pemberian allopurinol.

Diagnosa II: Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada
rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan
pembentukan panus.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melaksanakan


aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Dengan kriteria hasil :

- Klien ikut dalam program latihan

- Tidak mengalami kontraktur sendi

- Kekuatan otot bertambah

13
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi
optimal.

Intervensi :

a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan.

b. Ajarkan klien melakukan latihan room dan perawatan diri sesuai toleransi.

c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

Diagnosa III : Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.

Tujuan keperawatan : Citra diri meningkat.

Kriteria hasil :

- Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang terjadi

- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

- Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri

Intervensi :

a. Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan

b. Tingkatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat

c. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan

d. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal
untuk dirinya.

14
e. Bersama klien mencari alternative koping yang ositif.

f. Dukung erilaku atau usaha peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas
rehabilitasi.

g. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.

15
Daftar pusaka

https://askep-poltekesjyp.blogspot.com/2013/08/askep-gout-artritis.html

(DOC) asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A | merry fransiska -
Academia.edu

https://www.academia.edu/11420561/Asuhan_Keperawatan_Rheumatoid_Arthritis

https://www.academia.edu/11475343/A_KONSEP_DASAR_MEDIS

Asuhan Keperawatan: Rheumatoid Arthritis (codenurman.blogspot.com)

16

Anda mungkin juga menyukai