Anda di halaman 1dari 9

ccDiagnosis Dini Depresi Pasca

cccccccc Skizofrenia:
LAPORAN Studi Kasus di RS Jiwa
Provinsi Lampung
KASUS
Andre Parmonangan Panjaitan1, Tendry Septa2
1
Program Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung
2
Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

ABSTRAK

Depresi adalah gangguan mental yang umum dan salah satu penyebab utama kecacatan
di seluruh dunia. Secara global, sekitar 300 juta orang terpengaruh oleh depresi. Wanita
lebih banyak terpengaruh daripada pria. Skizofrenia adalah gangguan yang ditandai
dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis dan penarikan diri)
gejala disorganisasi (pikiran dan tindakan tidak terorganisir) dan gangguan kognitif
(memori, perhatian, memori kerja, pemecahan masalah, kecepatan pemrosesan dan
kognisi sosial). Seseorang dengan skizofrenia memiliki eksistensi yang terbatas dan
terisolasi, di samping tingkat pengangguran yang tinggi, pendapatan rendah dan
kesehatan fisik yang buruk. Semua faktor ini berkontribusi terhadap tingginya tingkat
depresi pada orang dengan skizofrenia. Australian Survey of High Impact Psychosis
menyatakan bahwa orang-orang dengan penyakit psikotik memiliki tingkat depresi yang
tinggi (79,6% pada suatu waktu dalam kehidupan mereka dan 54,5% pada tahun
sebelumnya). Gejala depresi pada skizofrenia berhubungan dengan gangguan yang
signifikan terutama dikarenakan kehilangan, kesedihan dan keputusasaan. Pada pasien
ini didapatkan perasaan sedih, nafsu makan yang menurun, tidak ada minat untuk
melakukan aktivitas, jarang mandi, rasa bersalah, tidak ada harga diri, pasien sulit tidur
dan mencoba bunuh diri. Gangguan persepsi dengan adanya halusinasi auditorik dan
waham kejaran. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu dan pasien juga
memiliki riwayat skizofrenia dengan putus pengobatan sudah kurang lebih satu tahun.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan psikoterapi dan farmakoterapi.

Kata kunci: Depresi, Skizofrenia, Tatalaksana.

ABSTRACT

Depression is a common mental disorder and one of the leading causes of disability
worldwide. Globally, about 300 million people are affected by depression. Women are more
affected than men. Schizophrenia is a disorder characterized by positive symptoms
(delusions and hallucinations), negative symptoms (apathy and withdrawal)
disorganization symptoms (unorganized thoughts and actions) and cognitive impairment
(memory, attention, working memory, problem solving, processing speed and social
cognition). A person with schizophrenia has a limited and isolated existence, in addition to
high unemployment rates, low incomes and poor physical health. All of these factors
contribute to high rates of depression in people with schizophrenia. The Australian Survey
of High Impact Psychosis states said that people with psychotic have high levels of
depression (79.6% at some time in their life and 54.5% in the previous year). The symptoms
of depression in schizophrenia are associated with significant disruptions mainly due to
loss, sadness and despair. In this case is found feelings of sadness, decreased appetite,
no interest to perform activities, rarely bathing, guilt, no self-esteem, having trouble in
sleeping and try to kill herselves. Disturbance of perception in auditory hallucinations and
delution of persecution. These complaints have been experienced by patients 1 month ago

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


4
and the patient also has a history of schizophrenia with one-year loss of treatment.
Management of this patient is given psychotherapy and pharmacotherapy.

Keyword: Depression, Management, Schizophrenia.

1. LATAR BELAKANG keputusasaan. Ada peningkatan risiko


kekambuhan psikotik ketika gejala-gejala
Depresi adalah gangguan mental ini bertahan dalam fase kronis
yang umum dan salah satu penyebab skizofrenia.[2]
utama kecacatan di seluruh dunia. Kejadian bunuh diri dapat terjadi
Secara global, sekitar 300 juta orang 13 kali lebih mungkin pada orang dengan
terpengaruh oleh depresi. Wanita lebih skizofrenia. Meskipun sifat yang tepat
banyak terpengaruh daripada pria. dari hubungan antara bunuh diri dan
Depresi ditandai dengan kesedihan, gejala depresi pada skizofrenia belum
kehilangan minat atau kesenangan, terbentuk dengan pasti tetapi depresi
perasaan bersalah atau rendah diri, tidur tetap menjadi mediator bunuh diri yang
terganggu atau nafsu makan, kelelahan, paling signifikan pada populasi umum
dan konsentrasi yang buruk. Seseorang dan hal ini kemungkinan juga berkaitan
dengan depresi mungkin juga memiliki dengan orang dengan skizofrenia.[3,4]
banyak keluhan fisik tanpa penyebab
fisik yang jelas. Depresi dapat 2. KASUS
berlangsung lama atau berulang, secara
substansial mengganggu kemampuan Seorang wanita berusia 29 tahun
orang untuk berfungsi di tempat kerja datang dengan dibawa oleh kedua adik
atau sekolah dan untuk mengatasi kandung dan adik ipar pasien dengan
kehidupan sehari-hari. Pada saat yang keluhan mengamuk dikarenakan adanya
paling berat, depresi dapat permasalahan keluarga yang dialami
menyebabkan bunuh diri.[1] sejak 1 hari terakhir.
Skizofrenia adalah gangguan yang Pada awalnya tiga bulan yang lalu
ditandai dengan gejala positif (delusi dan pasien memukul kelima anak murid
halusinasi), gejala negatif (apatis dan disekolahnya dikarenakan kelima murid
penarikan diri) gejala disorganisasi ribut dikelas dan pasien tidak dapat
(pikiran dan tindakan tidak terorganisir) mengontrol emosi akibat adanya
dan gangguan kognitif (memori, permasalahan keluarga pasien. Setelah
perhatian, memori kerja, pemecahan, kejadian itu, pasien merasa dibicarakan
kecepatan pemrosesan, masalah, dan oleh orang lain dan merasa tertekan,
kognisi sosial). Seseorang dengan merasa bersalah, malu, minder dengan
skizofrenia memiliki eksistensi yang tetangga sekitar. Sebenarnya pasien
terbatas dan terisolasi, di samping tingkat sudah mengalami permasalahan
pengangguran yang tinggi, pendapatan keluarga sejak lama tetapi 7 hari SMRS
rendah dan kesehatan fisik yang buruk. permasalahan semakin memuncak
Semua faktor ini berkontribusi terhadap sehingga suami pasien pergi dari rumah
tingginya tingkat depresi pada orang dengan membawa ketiga anaknya. Sejak
dengan skizofrenia. Sekitar seperempat saat itu, pasien merasakan minder,
dari orang-orang dengan skizofrenia tertekan, takut, malu, rasa bersalah,
memenuhi kriteria untuk gangguan sedih dan menutup diri dari lingkungan.
depresi pada suatu waktu dalam hidup Tetapi pasien masih mengajar
mereka. Australian Survey of High disekolahnya hanya beberapa hari.
Impact Psychosis menyatakan bahwa Pasien merasakan nafsu makan yang
orang-orang dengan penyakit psikotik menurun, tidak ada minat untuk
memiliki tingkat depresi yang tinggi melakukan aktivitas, jarang mandi dan
(79,6% pada suatu waktu dalam pasien sulit tidur. Pasien merasa sudah
kehidupan mereka dan 54,5% pada tidak punya harga diri lagi akibat masalah
tahun sebelumnya). Gejala depresi pada ini. Pasien mencoba untuk bunuh diri
skizofrenia berhubungan dengan dengan menggunakan keris yang ada
gangguan yang signifikan terutama dirumahnya tetapi pasien sadar bahwa
dikarenakan kehilangan, kesedihan, dan yang ia akan lakukan tidak

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


5
menyelesaikan masalah. Kemudian, 2 compos mentis, berat badan 65 kg, tinggi
hari SMRS pasien dijemput oleh badan 165 cm tekanan darah 120/80
keluarganya untuk tinggal bersama di mmHg, nadi 78x/menit, pernapasan
Kotabumi. Selama dirumahnya, pasien 22x/menit, suhu 36,5°C. Pemeriksaan
mengamuk dan berbicara sendiri. kepala, mata, tht, leher, paru, jantung,
Menurut pasien, ia mendengar bisikan- abdomen, ekstremitas dalam batas
bisikan yang merendahkan diri pasien. normal. Sistem sensorik, sistem motorik
Riwayat penyakit sebelumnya, dan fungsi luhur, dalam batas normal.
pasien pernah dirawat satu tahun yang
lalu karena merasakan adanya suara 3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
yang memerintah dan merendahkan
pasien. Kemudian pasien mengalami Pada pasien dilakukan
kesedihan ketika ditinggal oleh pemeriksaan darah lengkap dan fungsi
mertuanya yang meninggal. Pasien hati dengan hasil hemoglobin: 13,2 g/dl,
mengurung diri, melamun, kurang nafsu eritrosit: 4,62 juta sel/mm3, leukosit:
makan, kurang minat untuk merawat diri, 11.500 sel/mm3, trombosit: 329.000
dan pasien ingin bunuh diri dengan sel/mm3, hitung Jenis: basofil 0%,
meloncat kesumur sampai dua kali. eosinofil 0%, batang: 0%, segmen: 70%,
Status mental didapatkan limfosit: 24%, monosit: 6%, hematokrit
kesadaran compos mentis dengan 36%, SGOT: 42 U/l, SGPT : 26 U/l dan
penampilan terlihat sesuai usianya, kesan normal.
berpakaian rapi dengan pakaian
seragam pasien, rambut pendek, kulit 4. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
kuning langsat, kuku pendek dan
memakai sandal. Perilaku dan aktivitas Berdasarkan autoanamnesis dan
psikomotor selama wawancara pasien pemeriksaan status mental, maka kasus
duduk dengan tenang dan dapat ini termasuk gangguan jiwa karena
menjawab semua pertanyaan dengan menimbulkan penderitaan (distress)
baik. Kontak mata dengan pemeriksa pada pasien serta terdapat hendaya
baik. Sikap terhadap pemeriksa (disability) dalam fungsi pekerjaan dan
kooperatif spontan, lancar, volume aktivitas sosial.
cukup, artikulasi jelas, amplitudo sesuai, Berdasarkan data anamnesis,
menjawab sesuai dengan pertanyaan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
kualitas cukup dan kuantitas banyak. penunjang, tidak ditemukan riwayat
Mood pasien hipotimia, afek menyempit trauma kepala, demam tinggi atau kejang
dengan keserasian serasi. Gangguan sebelumnya ataupun kelainan organik
persepsi halusinasi didapatkan dengan lainnya yang dapat menimbulkan
gangguan isi pikir atau waham rujukan. disfungsi otak sebelum gangguan jiwa.
Kesadaran dan kognisi pasien Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk
dengan orientasi tempat, waktu dan menyingkirkan diagnosis gangguan
orang baik. Daya ingat segera baik, mental organik (F0). Dari anamnesis
jangka pendek baik, jangka menengah diketahui bahwa pasien tidak sedang
baik, jangka panjang kurang baik. mengkonsumsi alkohol dan zat psikoaktif
Konsentrasi dan perhatian cukup. Pasien lainnya, berdasarkan hal tersebut, pasien
dapat membaca dan menulis. bukan termasuk penderita gangguan
Kemampuan visuospasial, abstraksi, mental dan perilaku akibat penggunaan
intelegensi dan menolong diri sendiri alkohol atau zat psikoaktif lainnya (F1).
masih dalam kategori baik. Pasien dapat Diagnosis dapat ditegakkan
mengendalikan emosi selama berdasarkan anamnesis pasien. Pada
wawancara. Pasien dapat pasien ini didapatkan perasaan sedih,
mengendalikan impuls untuk tetap nafsu makan yang menurun, tidak ada
kooperatif saat wawancara. Uji daya nilai, minat untuk melakukan aktivitas, jarang
norma sosial termasuk dalam kategori mandi, rasa bersalah, tidak ada harga
baik dan penilaian realitas termasuk diri, pasien sulit tidur dan mencoba
dalam kategori kurang baik dengan bunuh diri. Gangguan persepsi dengan
tilikan 1. adanya halusinasi auditorik dan waham
Pemeriksaan fisik didapatkan kejaran. Keluhan ini sudah dialami
pasien tampak sakit ringan, kesadaran pasien sejak 1 bulan yang lalu dan

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


6
pasien juga memiliki riwayat skizofrenia 7. PEMBAHASAN
dengan putus pengobatan sudah
kurang lebih satu tahun sehingga Depresi pasca skizofrenia akhir-
didapatkan diagnosis depresi pasca akhir ini mengalami peningkatan.
skizofrenia sebagai diagnosis Aksis I. Sebagian besar pasien dengan
Berdasarkan anamnesis dan skizofrenia menunjukkan gejala depresi
pemeriksaan status mental didapatkan selama perjalanan penyakit mereka.[5]
fungsi kognitif baik, pengetahuan baik, Oleh karena itu dihipotesiskan bahwa
dan pada pasien tidak ditemukan tanda- gejala depresi merupakan bagian penting
tanda gangguan kepribadian sehingga dari skizofrenia.[5,6,7] Prevalensi
sampai saat ini belum ada diagnosis komorbiditas depresi yang dilaporkan di
aksis II dan belum ada diagnosis aksis III. antara pasien skizofrenia adalah 7-75%,
Berdasarkan anamnesis yang dengan tingkat modal 25%.[5,6,8,9]
dilakukan terhadap pasien, pasien Meskipun demikian, penting untuk dicatat
memiliki masalah terhadap keluarga, bahwa gejala depresi seperti itu mungkin
namun tidak memiliki masalah hal sekunder akibat gangguan medis
lingkungan sosial, pendidikan, komorbid lain, efek samping neuroleptik,
pekerjaan, perumahan, ekonomi dan atau reaksi psikologis terhadap
hukum. Oleh karena itu pada aksis IV penyakit.[10] Dari perspektif klinis, depresi
terdapat masalah terkait lingkungan dapat menjadi prodromal akibat
pendidikan. Penilaian terhadap kekambuhan psikotik atau episode
kemampuan pasien untuk berfungsi postpsikotik.[6] Beberapa penelitian telah
dalam kehidupannya menggunakan GAF mengeksplorasi prevalensi gejala
(Global Assessment of Functioning) depresi dalam pengobatan jangka
Scale. Menurut PPDGJ III, pada aksis V panjang pasien skizofrenia yang ditandai
didapatkan GAF saat ini (GAF current) dengan masuk rawat inap berulang,[11-12]
adalah 70-61 yaitu gejala ringan dan keadaan fungsional yang lebih
disabilitas ringan dalam menjalani buruk,[13,14] defisit kognitif,[13-17] dan
aktivitas sosial, kerja, pendidikan, namun kemampuan sosial yang buruk.[18-20]
secara umum masih baik, dan memiliki Depresi pasca pasca skizofrenia
hubungan interpersonal yang bermakna. dapat mempengaruhi hubungan sosial
GAF HLPY (Highest Level Past Year) mereka, seperti kehilangan orang-orang
adalah 80-71, yaitu gejala sementara dan yang dikasihi dalam hidup dan dapat
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam menjadi pemicu menurunnya keinginan
sosial, pekerjaan, sekolah dan lain-lain. hidup pasien bila tidak ditangani dengan
baik. Hal ini menunjukkan pada kita
5. TATALAKSANA tentang betapa pentingnya mengenali
depresi pasca skizofrenia dan
Penatalaksanaan pada pasien ini penanganannya. Diagnosis depresi
diberikan psikoterapi dan farmakoterapi. pasca skizofrenia dapat ditegakkan
Psikoterapi dengan strategi coping. berdsarkan PPDGJ III (Pedoman
Farmakoterapi yang diberikan berupa Penggolongan Diagnostik Gangguan
Risperidon 2x2 mg dan Fluoxetine 1x20 Jiwa III) yang berpedoman pada DSM-V.
mg. Kriteria penggolongan diatas
berdasarkan atas gejala utama dan
6. HASIL DAN FOLLOW UP gejala lain menurut PPDGJ III sebagai
berikut:
Pasien masih dalam masa - Diagnosis harus ditegakkan hanya
pengobatan dan sudah mengalami kalau:
perbaikan secara gejala klinis. Pasien a. Pasien telah menderita skizofrenia
sudah mulai beraktivitas dengan seperti (yang memenuhi kriteria umum
biasa dan dengan dikontrol oleh skizofrenia) selama 12 bulan
keluarga. Pasien dianjurkan untuk kontrol terakhir ini.
kepada dokter mengenai keadaannya b. Beberapa gejala skizofrenia masih
setiap bulannya untuk mengevaluasi tetap ada (tetapi tidak lagi
manajemen yang diberikan kepada mendominasi gambaran
pasien. klinisnya).

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


7
c. Gejala-gejala depresif menonjol pasien ini, diberikan risperidon dengan
dan mengganggu, memenuhi dosis 2x2 mg.[22,23]
paling sedikit kriteria untuk Fluoksetin merupakan obat
episode depresif (F32.-) dan telah antidepresan yang bekerja dengan cara
ada dalam kurun waktu paling meningkatkan aktivitas dan sirkulasi
sedikit 2 minggu. suatu zat kimia di dalam otak yang
- Apabila pasien tidak lagi menunjukkan disebut dengan serotonin. Dengan
gejala skizofrenia diagnosis menjadi meningkatnya kadar serotonin, maka
episode depresif (F32.-). Bila gejala keseimbangan kimia di dalam otak
skizofrenia masih jelas dan menonjol, berubah dan gejala ketiga gangguan
diagnosis harus tetap salah satu dari psikologi tersebut dapat teratasi. Indikasi
subtipe skizofrenia yang sesuai terapi yaitu gangguan depresi major,
(F20.0- F20.3).[21] bulimia nervosa, panik, premenstrual
Penatalaksanaan pada pasien ini disporik, gangguan bipolar, obesitas,
dapat dilihat pada bagan 1 yang katapleksi, ketergantungan alcohol.
diberikan psikoterapi dan farmakoterapi. Fluoksetin sediaan 10 mg dan 20 mg.[23]
Psikoterapi dengan strategi coping dan Pemilihan antipsikotika yang
farmakoterapi dengan Risperidon 2x2 mg terlampir pada tabel 1 sering ditentukan
dan Fluoxetine 1x20 mg. oleh pengalaman pasien sebelumnya
Risperidon merupakan golongan dengan antipsikotika misalnya, respons
anti psikostik atipikal (APG-II) dengan gejala terhadap antipsikotika, profil efek
mekanisme kerja adalah memblokade samping, kenyamanan terhadap obat
dopamine pada reseptor pasca sinaptik tertentu terkait cara pemberiannya. Pada
neuron di otak, khususnya di sistem fase akut, obat segera diberikan segera
limbik dan system ekstrapiramidal setelah diagnosis ditegakkan dan dosis
(Dopamine D2 receptor antagonists) dan dimulai dari dosis anjuran dinaikkan
juga berafinitas terhadap “Serotonin 5 perlahan-lahan secara bertahap dalam
HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal
antagonists), sehingga efektif untuk yang dapat mengendalikan gejala.[24]
gejala positif maupun negatif. Efek Pasien dengan depresi pasca
samping yang terjadi dapat berupa skizofrenia diberikan psikoterapi untuk
sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa membantu pasien mengembangkan
mengantuk, kewaspadaan berkurang, strategi coping yang lebih baik dalam
kinerja psikomotor menurun, mengatasi stresor kehidupan sehari-hari.
kemampuan kognitif menurun), dan Jenis psikoterapi yang diberikan
gangguan otonomik (hipotensi, tergantung pada kondisi pasien dan
antikolinergik atau parasimpatolitik, preferensi terapis atau dokternya. Pasien
mulut kering, kesulitan miksi dan dapat diberikan psikoterapi suportif atau
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, reedukatif seperti psikoterapi kognitif,
tekanan intraokuler meninggi, gangguan atau terapi perilaku atau psikoterapi
irama jantung), gangguan rekonstruktif.[25]
ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia,
sindrom Parkinson seperti tremor, 8. KESIMPULAN
brdikinesia, rigiditas), gangguan
endokrin, hematologik biasanya pada Depresi pasca skizofrenia
pemakaian jangka panjang. Kekuatan seringkali menjadi penyakit yang
antagonis D2 dari risperidone lebih terlewatkan dalam ilmu kesehatan jiwa
rendah bila dibandingkan dengan karena kompleksitas dari gejala yang
haloperidol, sehingga efek samping ditimbulkan sehingga insiden dari
ekstrapiramidal juga lebih rendah. penyakit ini meningkat setiap tahunnya.
Sediaan risperidone tersedia dalam Oleh karena itu, penegakan diagnosis
bentuk tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg; ada juga yang tepat dan akurat dibutuhkan untuk
dalam bentuk depo (long acting) yang tatalaksana yang sesuai agar dapat
digunakan setiap 2 minggu secara IM. meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dengan rentang dosis 2-6 mg/hari. Pada

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


8
REFERENSI
1. “Mental Disordes”. WHO Int Fact. Laux G, et al. Evaluating depressive
2018. 25 Juni 2018. symptoms and their impact on
<http://www.who.int/newsroom/fact- outcome in schizophrenia applying
sheets/detail/mental-disorders>. the Calgary Depression Scale. Acta
2. Lako IM, Taxis K, Bruggeman R, et Psychiatr Scand 2011; 123:228–
al. The course of depressive 238.
symptoms and prescribing patterns 12. Jin H, Zisook S, Palmer BW,
of antidepressants in schizophrenia Patterson TL, Heaton RK, Jeste D.
in a one-year follow-up study. Eur Association of depressive
Psychiatry 2012; 27: 240-244. symptoms with worse functioning in
3. Saha S, Chant D, McGrath J. A schizophrenia: a study in older
systematic review of mortality in outpatients. J Clin Psychiatry 2001;
schizophrenia: is the differential 62:797–803.
mortality gap worsening over time? 13. Sands JR, Harrow J. Depression
Arch Gen Psychiatry 2007; 64: during the longitudinal course of
1123-1131. schizophrenia. Schizophr Bull 1999;
4. Hayes RD, Chang CK, Fernandes A, 25:157–171.
et al. Associations between 14. Brebion G, Smith MJ, Amador X,
symptoms and all-cause mortality in Malaspina D, Gorman JM. Clinical
individuals with serious mental correlates of memory in
illness. J Psychosom Res 2012; 72: schizophrenia: differential links
114-119. between depression, positive and
5. Siris SG, Bench C. Depression and negative symptoms, and two types
schizophrenia. In: Hirsch of memory impairment. Am J
SR,Weinberger D, editors. Psychiatry 1997; 154:1538–1543.
Schizophrenia. 2nd ed. Oxford, UK: 15. Brebion G, Amador X, Smith M,
Blackwell Publishing Ltd; 2003. Malaspina D, Sharif Z, Gorman JM.
6. Dan A, Kumar S, Avasthi A, Grover Depression, psychomotor
S. A comparative study on quality of retardation, negative symptoms and
life of patients of schizophrenia with memory in schizophrenia.
and without depression. Psychiatry Neuropsychiatry Neuropsychol
Res 2011; 189:185–189. Behav Neurol 2000; 158:758–764.
7. Buckley PF, Miller BJ, Lehrer DS, 16. Brebion G, Gorman JM, Malaspina
Castle DJ. Psychiatric comorbidities D, Sharif Z, Amador X. Clinical and
and schizophrenia. Schizophr Bull cognitive factors association with
2009; 35:383–402. verbal memory task performance in
8. Chemerinski E, Bowie C, Anderson patients with schizophrenia. Am J
H, Harvey PD. Depression in Psychiatry 2001; 158:758–764.
schizophrenia: methodological 17. Burt DB, Zembar MJ, Niederehe G.
artifact or distinct feature of the Depression and memory
illness. J Neuropsychiatry Clin impairment: a meta-analysis of the
Neurosci 2009; 20:431–440. association, its pattern and
9. Conley RR, Ascher-Svanum H, Zhu specificity. Psychol Bull 1995;
B, Faries DE, Kinon BJ. The burden 117:285–305.
of depressive symptoms in the long- 18. Moser C, Krieg J, Zihl J,
term treatment of patients with Lautenbacher S. Attention and
schizophrenia. Schizophr Res 2007; memory deficits in schizophrenia.
90:186–197. Cogn Behav Neurol 2006; 19:150–
10. Siris SG. Depression in 156.
schizophrenia: perspective in the 19. Smith MJ, Brebion G, Banquet JP,
era of ‘atypical’ antipsychotic Allilaire JF. Experimental evidence
agents. Am J Psychiatry 2000; for twodimensions of cognitive
157:1379–1389. disorders in depressives. J
11. Schennach-Wolff R, Obermeier M, Psychiatr Res 1994; 28:401–411.
Seemuller F, Jager M, Messer T,

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


9
20. Bowie CR, Reichenberg A,
Patterson TL, Heaton RK, Harvey
PD. Determinants of real-world
functional performance in
schizophrenia subjects: correlations
with cognition, functional capacity,
and symptoms. Am J Psychiatry
2006; 163:418–425.
21. Maslim R. Diagnosis Gangguan jiwa
Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atmajaya, 2013.
22. Katzung BG. Farmakologi dasar dan
klinik. Jakarta: EGC, 2010.
23. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis,
Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya, 2007.
24. PDSKJI. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Ilmu
Psikiatri. Jakarta; PDSKJI, 2012.
25. Maramis WF. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya:
FK Unair, 2010.
26. Hausmann A & Fleischhacker.
Depression in Patients with
Schizophrenia. CNS Drugs 2000;
14(4):289-299.

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


10
LAMPIRAN

Tabel 1. Psikofarma[24]

Obat Antipsikotika Dosis Anjuran Bentuk Sediaan


(mg/hari)
Antipsikotika Generasi I
(APG-I)
Klopromazin 300-1000 Tablet (25mg, 100mg)
Perfenazin 16-64 Tablet (4mg)
Trifluoperazin 15-50 Tablet (1mg, 5mg)
Haloperidol 5-20 Tablet (0,5, 1mg, 1,5mg,
2mg, 5 mg)
Injeksi short acting (5mg/ml)
Tetes (2mg/5mL)
Long acting (50mg/mL)
Fluphenazine 12,5-25 Long acting (25mg/mL)
decanoate

Antipsikotika Generasi II
(APG-II)
Aripriprazol 10-30 Tablet (5mg, 10mg. 15mg)
Tetes (1mg/ml)
Discmelt (10mg, 15mg)
Injeksi (9,75 mg/mL)
Klozapin 150-600 Tablet (25mg, 100mg)
Olanzapin 10-30 Tablet (5mg, 10mg)
Zydis (5mg, 10mg)
Injeksi(10mg/mL)
Quetiapin 300-800 Tablet IR (25mg, 100mg,
200mg, 300mg)
Tablet XR (50mg, 300mg,
400mg)
Risperidon 2-8 Tablet (1mg, 2mg, 3mg)
Tetes (1mg/mL)
Injeksi long acting (25mg,
37,5mg, 50mg)
Paliperidon 3-9 Tablet (3mg, 6mg, 9mg)
Zotepin 75-150 Tablet (25mg, 50mg)

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


11
Bagan 1. Alur Penatalaksanaan Depresi pasca Skizofrenia[26]

Depresi pasca skizofrenia

Penurunan Dosis Tidak ada gejala Pemberian antipsikotik


pengobatan atau negatif atau stres Psikoterapi
pemberian psikososial atau Penambahan
antikolinergik gejala benzodiazepin
ekstrapiramidal

Gejala depresi masih


ada

Gejala akut Setelah perawatan


dari rumah sakit
atau skizofren
residual
Penambahan
antispsikotik akut

Penambahan
antidepresan
Jika tidak berhasil
ganti dengan
antipsikotik dengan
efek antidepresan Jika tidak berhasil
dapat diganti dengan
antipsikotik baru

Penambahan
antispsikotik akut

Jika tidak berhasil


dapat dilakukan
terapi elektro
konvulsif

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


12

Anda mungkin juga menyukai