Anda di halaman 1dari 26

RISIKO DEPRESI BAGI KELOMPOK PEKERJA

PENGHASILAN MENENGAH KEBAWAH PADA


MASA PANDEMI COVID-19
Oleh: Amanda Saphira Wardani
Pembimbing: dr. Muh. Danial Umar, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
DEPRESI
◦ Depresi merupakan suatu gangguan mood atau gangguan afektif ataupun gangguan mental yang banyak
terjadi di masyarakat dan membutuhkan penanganan serius.
◦ Episode depresif berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu dan minimal mengalami 4 gejala, yaitu :
a. Gejala Utama
 Afek depresif
 Kehilangan minat
 Berkurangnya energi dan menurunnya aktivitas

Marcus M, Yasamy MT, van Ommeren M, Chisholm D, Saxena S. Depression: A Global Health Concern. WHO Department of Mental Health and Substance Abuse. 2012.

Elvira SD, et. al. Buku Ajar Psikiatri. 3rd Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th Ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 2
Gejala lainnya
◦ Konsentrasi dan perhatian berkurang
◦ Kepercayaan diri berkurang
◦ Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
◦ Pandangan masa depan yang suram
◦ Gagasan tentang perbuatan membahayakan diri
◦ Tidur terganggu
◦ Nafsu makan berkurang

Marcus M, Yasamy MT, van Ommeren M, Chisholm D, Saxena S. Depression: A Global Health Concern. WHO Department of Mental Health and Substance Abuse. 2012.

Elvira SD, et. al. Buku Ajar Psikiatri. 3rd Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th Ed. USA: Wolters Kluwer; 2015. 3
EPIDEMIOLOGI
◦ Depresi adalah penyebab utama disabilitas yang diukur oleh Years Lived with Disability (YLDs) dan
kontributor utama keempat terhadap beban penyakit global.
◦ Berdasarkan WHO 2017, jumlah populasi global yang mengalami depresi berkisar 4,4%.
◦ Jumlah total orang yang hidup dengan depresi di dunia adalah 322 juta.
◦ Prevalensi penderita depresi di Indonesia diperkirakan 2,5-9 juta dari 210 juta jiwa penduduk
◦ Pada saat setelah pubertas, risiko untuk depresi meningkat 2-4 kali lipat, dengan 20% insiden pada usia
18 tahun
◦ Perbandingan jenis kelamin saat kanak-kanak (pria: wanita) = 1:1 ; setelah pubertas = 1:2

WHO. Depression and Other Common Mental Disorders: Global Health Estimates. 2017.
ETIOLOGI

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th Ed. USA: Wolters Kluwer; 2015.

Marwick K, Birrel M. The Mood (Affective) Disorders in Crash Course Psychiatry. 4th Ed. Edinburgh: Elsevier Ltd; 2013. 5
◦ FAKTOR GENETIKA
Apabila anggota keluarga ada yang menderita gangguan depresif berat, maka kemungkinan 1,5 – 2,5 kali
lebih besar menderita dari pada anggota keluarga yang terlibat tersebut.

◦ FAKTOR PSIKOSOSIAL
Kepribadian: kepribadian neurotisisme (cemas, murung, pemalu, mudah stress) bisa meningkatkan
kejadian depresi unipolar; gangguan kepribadian ambang, obsesif-kompulsif juga meningkatkan risiko
depresi
Faktor sosial: kehilangan seseorang berharga dalam hidup, dukungan sosial yang buruk (tidak adanya
seseorg untuk curhat), tidak memiliki pekerjaan diluar rumah, sakit kronis

◦ FAKTOR NEUROBIOLOGI/NEUROTRANSMITTER
Defisiensi monoamin seperti noreprinefrin, serotonin, dan dopamin dapat menyebabkan terjadinya
gangguan depresi.

6
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ-III:
◦ Adanya gejala dan waktu sekurang-kurangnya 2 minggu
◦ Gejala utama yaitu afek depresif, kehilangan minat dan berkurangnya energi Serta menurunnya aktivitas.
◦ Gejala lainnya ialah konsentrasi dan perhatian berkurang, kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan tentang perbuatan
membahayakan diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.

Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2013.
F32.0 EPISODE DEPRESIF RINGAN F32.2 EPISODE DEPRESIF
◦ Minimal 2 dari 3 gejala utama BERAT TANPA GEJALA
PSIKOTIK
◦ Ditambah 2 gejala lainnya
◦ Semua gejala utama harus
◦ Tidak boleh ada gejala berat
ada
◦ Ditambah 4 gejala lainnya
◦ Sangat tidak mungkin
meneruskan kegiatan F32.3 EPISODE DEPRESIF
F32.1 EPISODE DEPRESIF BERAT DENGAN GEJALA
SEDANG PSIKOTIK
◦ Minimal 2 dari 3 gejala utama ◦ Episode memenuhi kriteria F32.2
◦ Ditambah 3 gejala lainnya ◦ Disertai waham, halusinasi dan
◦ Terdapat kesulitan dalam stupor depresif.
meneruskan kegiatan

Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2013.
Menurut DSM V:
A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada selama 2 minggu dan memperlihatkan
perubahan fungsi; minimal terdapat 1 gejala dari (1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
◦ Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan oleh baik laporan subyektif atau observasi orang lain
◦ Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang, aktivitas harian, hampir setiap hari
◦ Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha khusus , atau penurunan dan peningkatan nafsu makan
yang hampir terjadi setiap hari.
◦ Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari.
◦ Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang lain, bukan semata-mata perasaan gelisah atau
perlambatan yang subyektif).
◦ Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
◦ Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa bersifat waham) hampir setiap hari (bukan semata-mata
menyalahkan diri atau rasa bersalah karena menderita sakit).
◦ Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau penuh keragu-raguan hampir setiap hari
◦ Pikiran berulang tentang kematian, pikiran berulang tentang ide bunuh diri dengan atau tanpa rencana yang jelas, atau ada
usaha bunuh diri atau rencana bunuh diri yang jelas.

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th Ed. USA: Wolters Kluwer; 2015.
B. Gejala-gejala ini secara klinis nyata menyebabkan distres atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau area penting kehidupannya.
C. Episodenya tidak terkait dengan efek fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.
D. Keberadaan episode depresi tidak dapat dijelaskan pada gangguan skizoafektif, skizofrenia,
skizofreniform, gangguan waham, atau spektrum skizofrenia lainnya yang tidak spesifik.
E. Tidak pernah dijumpai episode manik atau hipomanik.

10

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th Ed. USA: Wolters Kluwer; 2015.
COVID-19
◦ Penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA, yakni SARS-CoV-2
◦ Pertama kali diidentifikasi di tengah merebaknya kasus penyakit pernapasan di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, China pada Desember 2019
◦ Pada 30 Januari 2020, WHO menyatakan wabah COVID-19 sebagai darurat kesehatan global
◦ Pada 11 Maret 2020, WHO mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi global

WHO. Coronavirus. 2020. Available from: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1. Accessed June 22 nd, 2020. 11
WHO. Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. 2020. Available from: https://covid19.who.int. Accessed June 22 nd, 2020.
FAKTOR RISIKO
◦ Penyakit komorbid
◦ Jenis kelamin laki-laki
◦ Perokok aktif
◦ Pasien kanker dan penyakit hati kronik
◦ Kontak erat

WHO. Coronavirus. 2020. Available from: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1. Accessed June 22 nd, 2020. 12
WHO. Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. 2020. Available from: https://covid19.who.int. Accessed June 22 nd, 2020.
PENCEGAHAN
◦ Pencegahan level individu
◦ Upaya kebersihan personal dan rumah
◦ Peningkatan imunitas diri dan mengendalikan komorbid

◦ Pencegahan level masyarakat


◦ Pembatasan interaksi fisik dan pembatasan sosial
◦ Menerapkan etika batuk dan bersin

13

Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Kemenkes RI. 2020.
DAMPAK COVID-19 TERHADAP
PSIKOLOGIS
◦ Pandemi ini dapat memicu berbagai masalah psikologis, seperti gangguan panik, kecemasan, dan depresi
◦ Penelitian yang dilakukan oleh Choi, et. al (2020) di Hongkong menunjukkan bahwa dari 774 responden,
19% diantaranya mengalami depresi.
◦ Selain itu, 25,4% responden melaporkan bahwa kesehatan mental mereka telah memburuk sejak pandemi
ini dimulai
◦ Sedikit informasi mengenai penularan, pengobatan, tingkat kematian, khawatir dirinya/keluarganya
terinfeksi COVID-19, takut akan diskriminasi dan stigma, PSBB  (+) gangguan kesehatan mental

Qiu J, Shen B, Zhao M, Wang Z, Xie B, Xu Y. A nationwide survey of psychological distress among Chinese people in the COVID-19 epidemic: implications and policy recommendations. General Psychiatry. 2020;
33: 1-2.
Hang Choi EP, Hung Hui BP, Fai Wan EY. Depression and Anxiety in Hong Kong during COVID-19. Int. J. Environ. Res. Public Health. 2020; 17: 1-11.
Ahmed MZ, Ahmed O, Aibao Z, Hanbin S, Siyu L, Ahmad A. Epidemic of COVID-19 in China and associated Psychological Problems. Asian Journal of Psychiatry. 2020; 51: 1-6.
De Sousa A, Mohandas E, Javed A. Psychological interventions during COVID-19: Challenges for low and middle income countries. Asian Journal of Psychiatri. 2020; 51: 1-4. 14
DAMPAK COVID-19 TERHADAP
EKONOMI
Pemilik toko-toko kecil:
◦ Pemberlakuan lockdown atau PSBB  penurunan jumlah pembeli & permintaan barang pada masa
pandemi  penurunan pendapatan perhari  tidak dapat terus membayar karyawan
Pekerja pabrik, dll:
◦ Pemberlakuan lockdown atau PSBB  pekerja penghasilan rendah tidak dapat bekerja jarak jauh 
risiko kehilangan pendapatan & risiko tertular / menyebarkan virus di tempat kerja

De Sousa A, Mohandas E, Javed A. Psychological interventions during COVID-19: Challenges for low and middle income countries. Asian Journal of Psychiatri. 2020; 51: 1-4.
Lund S. Lives and livelihoods: assessing the near-term impact of COVID-19 on US workers. McKinsey & Company. Available from: https://www.mckinsey.com/industries/public-sector/our-insights/lives-
and-livelihoods-assessing-the-near-term-impact-of-covid-19-on-us-workers. Accessed June 22 nd, 2020.
University College London. Low-income workers disproportionally affected by COVID-19. ScienceDaily. Available from: https://www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200430191258.htm. Accessed June
22nd, 2020. 15
Stres yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi pada otak yang ditandai dengan adanya peningkatan
sitokin. Kemudian stress akan mengaktivasi aksis hipotalamus-
pituitary-adrenal untuk meningkatkan noradrenalin. Stres juga
akan memengaruhi flora normal usus dimana akan terjadi
penurunan jumlah Lactobacillus yang dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan ROS. Ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan penurunan sintesis triptofan dan mengakibatkan
penurunan sintesis serotonin. Kemudian akan terjadi peningkatan
kynurenin dan quinolinate yang bersifat neurotoksik dan dapat
menyebabkan gangguan pada sistem dopaminergik sehingga
akan terjadi penurunan kadar dopamin. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya depresi. Depresi yang tidak tertangani
dapat menyebabkan keputusasaan yang ekstrem yang akan
mendorong timbulnya ide-ide bunuh diri.

16
TATALAKSANA

17

Marwick K, Birrel M. The Mood (Affective) Disorders in Crash Course Psychiatry. 4th Ed. Edinburgh: Elsevier Ltd; 2013.
Edukasi gaya hidup
◦ Menghindari alkohol dan penggunaan narkoba
◦ Makan makanan yang sehat
◦ Berolahraga secara teratur
◦ Mempraktikan pola tidur yang baik (misalnya menghindari kafein dan merokok di malam hari, jangan
tidur di siang hari, mengatur waktu tidur dan bangun yang teratur).
◦ Diarahkan untuk masuk ke support group.

18
Strategi koping
Mengurangi frekuensi menonton, membaca, atau mendengarkan berita yang membuat perasaan cemas
atau sedih
Mencari informasi dari sumber yang terpercaya terutama untuk melakukan strategi pencegahan
penyebaran virus untuk melindungi orang terkasih.
Melindungi diri sendiri dan bersikap suportif terhadap orang sekitar
Bersikap empati terhadap semua orang yang terpengaruh oleh COVID-19
Lakukan latihan fisik harian sederhana yang dapat dilakukan di rumah.

WHO. Coping strategies during COVID-19 pandemic. Available from: https://www.who.int/docs/default-source/searo/bangladesh/2019-ncov/mental-health-covid-19.pdf?sfvrsn=5bfeb432_4. Accessed
19
June 22nd, 2020.
Psikoterapi
◦ Terapi perilaku
◦ Terapi kognitif-perilaku
◦ Terapi interpersonal
◦ Psikoterapi dinamik
◦ Intervensi keluarga
◦ Terapi kognitif berbasis kesadaran.

20
Farmakoterapi
◦ Hanya untuk pasien depresi sedang-berat atau untuk pasien depresi ringan-sedang yang tidak mengalami
perbaikan setelah dilakukan intervensi psikososial.

Mulai dengan Tidak ada perbaikan Tidak


Evaluasi pasien: apakah mengonsumsi
SSRI setelah 3 minggu
alkohol/narkoba?
Apakah terdapat stresor psikososial
Edukasi pasien Ya yang sedang berlangsung? Naikkan dosis
hingga mencapai
Observasi 3 efek terapetik
minggu

• Berikan augmentasi
Ganti dengan Tidak ada Ganti dengan Tidak ada
litium/psikostimulan
antidepresan gol. perbaikan setelah obat lain pd perbaikan setelah
lain 3 mgg golongan SSRI 3 mgg
• ECT
21

Elvira SD, et. al. Buku Ajar Psikiatri. 3rd Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
KESIMPULAN
◦ Depresi merupakan gangguan mood atau gangguan afektif yang paling sering terjadi. Depresi merupakan
penyebab utama disabilitas dan kontributor utama keempat terhadap beban penyakit global.
◦ Depresi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor genetik, psikososial, dan
neurobiologi. Salah satu faktor terpenting pencetus depresi adalah stres.
◦ Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan berbagai masalah psikologis, salah satunya adalah depresi. Jika
tidak tertangani, hal ini dapat berlanjut kepada keputusasaan yang ekstrem dan timbulnya ide bunuh diri.
◦ Informasi mengenai penularan, pengobatan, tingkat kematian, khawatir dirinya atau keluarganya
terinfeksi COVID-19 berkorelasi terhadap kejadian depresi.

22
◦ Peraturan pemerintah untuk melakukan PSBB, dimana masyarakat diminta untuk tetap di rumah saja,
dapat menyebabkan kesehatan mental yang buruk akibat kesepian, kebosanan, kemarahan, kecemasan,
dan depresi.
◦ Pandemi COVID-19 dapat mengganggu keadaan finansial dan ekonomi masyarakat. Salah satu
kelompok yang terpengaruh adalah para pekerja penghasilan menengah kebawah dan pemilik usaha
kecil.
◦ Ketidakmampuan untuk membayar karyawan yang cuti terus-menerus, menurunnya jumlah pembeli dan
permintaan barang pada masa pandemi, serta ketidakmungkinan untuk bekerja dari rumah pada pekerja
penghasilan menengah kebawah dapat menyebabkan terjadinya depresi.
◦ Dalam penatalaksanaan gangguan depresi pada masa pandemi, dapat dilakukan strategi koping. Jika
seseorang telah menunjukkan gejala-gejala gangguan mental, dapat dilakukan psikoterapi atau
farmakoterapi jika diperlukan.

23
DAFTAR PUSTAKA
◦ Marcus M, Yasamy MT, van Ommeren M, Chisholm D, Saxena S. Depression: A Global Health Concern.
WHO Department of Mental Health and Substance Abuse. 2012.
◦ Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry. 11th Ed. USA: Wolters Kluwer; 2015.
◦ WHO. Depression and Other Common Mental Disorders: Global Health Estimates. 2017.
◦ Ayuningtyas D, Misnaniarti, Rayhani M. Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada Masyarakat di Indonesia
dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2018; 9(1): 1-10.
◦ Elvira SD, et. al. Buku Ajar Psikiatri. 3rd Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
◦ Marwick K, Birrel M. The Mood (Affective) Disorders in Crash Course Psychiatry. 4th Ed. Edinburgh:
Elsevier Ltd; 2013.
◦ Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2013.

24
◦ WHO. Coronavirus. 2020. Available from: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1. Accessed June 22 nd, 2020.
◦ WHO. Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. 2020. Available from: https://covid19.who.int. Accessed June 22 nd, 2020.
◦ Susilo A, et al. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2020; 7(1): 45-64.
◦ Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Kemenkes RI. 2020.
◦ Qiu J, Shen B, Zhao M, Wang Z, Xie B, Xu Y. A nationwide survey of psychological distress among Chinese people in the COVID-
19 epidemic: implications and policy recommendations. General Psychiatry. 2020; 33: 1-2.
◦ Hang Choi EP, Hung Hui BP, Fai Wan EY. Depression and Anxiety in Hong Kong during COVID-19. Int. J. Environ. Res. Public
Health. 2020; 17: 1-11.
◦ Ahmed MZ, Ahmed O, Aibao Z, Hanbin S, Siyu L, Ahmad A. Epidemic of COVID-19 in China and associated Psychological
Problems. Asian Journal of Psychiatry. 2020; 51: 1-6.
◦ De Sousa A, Mohandas E, Javed A. Psychological interventions during COVID-19: Challenges for low and middle income
countries. Asian Journal of Psychiatri. 2020; 51: 1-4.
◦ Lund S. Lives and livelihoods: assessing the near-term impact of COVID-19 on US workers. McKinsey & Company. Available
from: https://www.mckinsey.com/industries/public-sector/our-insights/lives-and-livelihoods-assessing-the-near-term-impact-of-
covid-19-on-us-workers. Accessed June 22nd, 2020.
◦ University College London. Low-income workers disproportionally affected by COVID-19. ScienceDaily. Available from:
https://www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200430191258.htm. Accessed June 22nd, 2020.
◦ WHO. Coping strategies during COVID-19 pandemic. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/searo/bangladesh/2019-ncov/mental-health-covid-19.pdf?sfvrsn=5bfeb432_4. Accessed June 22 nd, 2020.

25
THANK YOU!
26

Anda mungkin juga menyukai