OLEH
ADE DWI YUNITA
NIM PO.71.24.4.22.001
Disusun Oleh:
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
ii
NIP. 197305191993012001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Komprehensif terkait Asuhan Kebidanan Holistik Komunitas Dalam Konteks
Continuity of Care (COC) . Penulisan Laporan komprehensif ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik
Komunitas Dalam Konteks Continuity of Care (COC) Program Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Muhammad Taswin, APT, MM, M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang,
2. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
3. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Ibu Sari Wahyuni, SST.,M.Keb selaku pembimbing institusi
5. Ibu Rabiah, AM.Keb selaku pembimbing lahan praktik.
6. Semua pihak yang telah membantu pada penyusunan laporan ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari masih banyak kekurangan
pada penulisan laporan komprehensif ini, sehingga masukan
membangun kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
iii
SINOPSIS
iv
kelengkapan plasenta, setelah plasenta diperiksa kelengkapannya dan lengkap, bidan
melakukan masase uterus pada fundus teraba keras. Kemudian dilakukan pengecekan
laserasi dan tidak ada laserasi pada jalan lahir. Pemantauan kala I-IV dan bayi baru lahir
dilakukan dengan menggunakan partograf. Selanjutnya dilakukan asuhan atau kunjungan
pada neonatus sebanyak 3 kali. Sesuai dengan peraturan Kemenkes yang mengatakan
bahwa kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam,umur 3-7
hari,dan umur 8- 28 hari. (Kemenkes RI, 2019).
Asuhan nifas juga sudah dilakukan sebanyak 4 kali yaitu nifas 6 jam, nifas 6 hari,
nifas 2 minggu dan nifas 6 minggu sesuai dengan pedoman Kemenkes RI, 2020, selama
masa nifas, minimal dilakukan 4 kali kunjungan yaitu kunjungan pertama pada 6 jam – 2
hari postpartum, kunjungan kedua pada 3 – 7 hari postpartum, kunjungan ketiga pada 8 -
28 hari postpartum, dan kunjungan keempat pada 29 - 42 hari postpartum. Pada asuhan
nifas 6 jam, ibu berkeinginan agar ASI nya selalu banyak kemudian bidan melakukan
hypnobreastfeeding agar produksi ASI ibu semakin banyak kemudian dilakukan evaluasi
pada saat kunjungan nifas ke-2 (6hari) dan ibu mengatakan ASI nya banyak bahkan bisa
menyimpan ASIP pada kulkas, hal ini dibuktikan dengan berat badan bayinya yang selalu
bertambah saat dilakukan kunjungan nifas dan neonatus.
Keseluruhan intervensi dapat diterapkan karena memiliki pengaruh yang lebih
signifikan dan mudah untuk dilakukan., seperti penggunaan aromaterapi lavender pada
ibu hamil untuk meningkatkan kualitas tidurnya. Pemberian hypnobreastfeeding pada ibu
yang berkeinginan ASI nya lancar dan banyak
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................3
C. Ruang Lingkup.................................................................................4
D. Manfaat.............................................................................................4
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI................................................................6
A. Kajian Masalah Kasus......................................................................5
B. Kajian Teori......................................................................................6
1. Asuhan Kebidanan Kehamilan..................................................6
2. Asuhan Kebidanan Persalinan.................................................21
3. Asuhan Kebidanan Nifas.........................................................43
4. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir........................................49
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................54
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan.......................................................54
B. Asuhan Kebidanan Persalinan........................................................57
C. Asuhan Kebidanan Nifas................................................................60
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir...............................................62
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................103
BAB V PENUTUP..............................................................................................106
A. Kesimpulan...................................................................................106
B. Saran.............................................................................................106
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................108
iv
DAFTAR TABEL
7
a. tanda-tanda infeksi (pus).
b. Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap laḅio skisis,
laḅio palatoskisis, dan reflesk hisap (dinilai dengan mengamati
ḅayi saat menyusu).
c. Telinga : pemeriksaan terhadap preaurical tog kelainan dan
atau telinga.
d. Leher : pemeriksaan terhadap hematom
sterneocleidomastoideus, ductus thyroglossalis, hyroma colli.
e. Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran dada,
pernafasan, retraksi intercostal, suḅcostal sifoid, merintih,
pernafasan cuping hidung, serta ḅunyi paru-paru (sonor, vesikular,
ḅronkial, dan lain-lain)
f. Jantung : Pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi ḅunyi
jantung, kelainan ḅunyi jantung.
g. Adomen : Pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita
diagfragmatika/atresia esofagus tanpa fistula).
h. Tali pusat : Pemeriksaan terhadap pendarahan, jumlah darah
pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau
di selangkangan.
i. Alat kelamin : Pemeriksaan terhadap testis apakah ḅerada
dalam skrotum, penis ḅerluḅang pada ujung (pada bayi laki-laki),
vagina berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora
(pada bayi perempuan)
8
j. Lain – lain : Mekonium harus keluar dalam waktu 24 jam
sesudah lahir, bila tidak, harus waspada terhadap antresia ani atau
oḅstruksi usus.selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam.
Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi
lahir, urin keluar ḅercampur dengan air ketuḅan, bila urin tidak
keluar dalam 24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan
adanya obstruksi saluran kemih.
2. Perawatan lain-lain
a) Lakukan perawatan tali pusat
(1) Pertahankan sisa tali pusat dalam kedaan terḅuka agar terkena
udara dan di tutupi dengan kain ḅersih secara longgar.
(2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun
dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar
kering
b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke
rumah, diberikan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B.
c) Orang tua nya diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka
diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan
lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut :
(1) Pernapasan : sulit atau leḅih dari 60 kali/menit
(2) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat.
(3) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, dan
berdarah
(4) Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairah
(nanah), bau busuk, dan pernafasan kulit.
(5) Feses / kemih: tidak berkemih dalam waktu 24 jam, feses
lembek, sering kejang tidak ḅisa tenang, menangis terus-
menerus.
9
d) Orang tụa diajarkan cara merawat bayi dan melakukan
perawatan harian untuk ḅayi ḅaru lahir, meliputi:
(1) Pemberian ASI sesuai dengan keḅutuhan setiap 2-3 jam,
mulai dari hari pertama.
(2) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering,
serta menggati popok.
(3) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
(4) Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pada prinsipnya hipnosis merupakan salah satu bagian dari Human mind
control system yaitu kemampuan didalam mengontrol alam pikir manusia untuk
mengendalikan alam pikir bawah sadar sehingga mampu mengendalikan alur
gelombang otak, yaitu dengan membuka gelombang alpha otak manusia baik
sebagai self hypnosis ataupun diaplikasikan terhadap klien baik pasien bagi
praktisi medis maupun non medis. Hypnosis yang akhir-akhir ini menjadi trend,
bermanfaat juga dalam membantu di bidang medis (Mardiana et al., 2022).
Bidan memberikan KIE tentang mengkonsumsi makanan bergizi dan
istirahat yang cukup. Selanjutnya bidan memberikan KIE tentang tanda-tanda
persalinan, tanda-tanda bahaya kehamilan, persiapan persalinan dan kunjungan
ulang.
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
Pada kasus ini, tanggal 19 November 2022 pukul 04.10 WIB, Ny. E
datang mengatakan nyeri perut bagian bawah menjalar hingga ke pinggang sejak
semalam disertai keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Nyeri perut
bagian bawah menjalar ke pinggang merupakan keadaan fisiologis yang terjadi
pada ibu bersalin. Salah satu tanda persalinan yaitu adanya kontraksi uterus yang
menimbulkan rasa nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan (Kurniarum, 2016).
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan tanda-tanda vital dalam keadaan
baik yaitu : 120/70 mmHg, S: 36.8°C, N; 84x/menit, dan RR: 20x/menit, Berat
badan saat ini: 57,5 Kg, BB sebelum hamil: 45 Kg, Tinggi badan: 155 cm, IMT :
23,9, LILA: 25 cm, DJJ 153x/menit, dan janin baik, TFU 3 jari bawah px, bagian
kanan ibu punggung janin, bagian kiri perut ibu ektremitas janin, bagian bawah
perut ibu kepala janin, pembukaan 9 cm, ketuban (+) penurunan kepala HIII.
Sejalan dengan pembukaan persalinan, Persalinan kala I berlangsung saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm). Kala I terbagi menjadi dua
yaitu fase laten, berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm dan
fase aktif, serviks membuka dari 3 cm menjadi 10 cm, berlangsung selama 7
jam,kontraksi lebih kuat dan sering.Fase aktif terdiri dari 3 subfase, yaitu periode
akselerasi (dari pembukaan 3 cm menjadi 4 cm), periode dilatasi maksimal (dari
pembukaan 4 cm sampai pembukaan 9 cm), dan periode deselerasi (dari
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm) (Prawirohardjo, 2016).
Untuk itu ibu diberikan dukungan untuk menjalani masa persalinan,
dengan menghadirkan suami untuk mengurangi cemas saat persalinan. Pada
kasus ini kala I berlangsung ± 30 menit dan kala II ± 18 menit. Kala II biasanya
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara (Prawirohardjo,
2016). Suami adalah orang terdekat yang dapat memainkan peranan penting bagi
wanita yang sedang melahirkan. Suami sebagai pendamping persalinan dapat
membawa ketentraman bagi istri yang akan bersalin dan dapat memainkan
peranan yang aktif dalam memberikan dukungan fisik dan dorongan moral
(Kainz, Eliasson & von Post, 2014)
Proses persalinan merupakan peristiwa yang sangat menegangkan, ibu
memerlukan sistem dukungan sosial yang kuat, salah satunya dukungan dari
suami. Hal ini diperlihatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan dari beberapa
negara tentang pengalaman ibu yang didampingi suaminya dalam persalinan. Ibu
merasa kehadiran suami sangat membantu dan memberikan kesan tersendiri.
Manfaat kehadiran suami dari persepsi ibu yaitu suami dapat membantu tenaga
kesehatan dalam mengawasi kemajuan persalinan ibu, berperan dalam
mengambil keputusan ketika tindakan medis tertentu harus dilakukan,
memberikan dukungan verbal dan non verbal, dan yang paling menjadi perhatian
ibu adalah melihat suaminya menyaksikan langsung bagaiamana proses
persalinan ibu (Arindra, 2018). Ibu merasa perjuangannya bukanlah menjadi
beban dan tanggung jawab sendiri, tetapi ada suami yang ikut merasakan dan
menyaksikan bagaimana perjuangan yang dilalui ibu selama proses persalinan.
Ibu sangat merasa anak yang dilahirkan sangat berharga karena memperoleh
dukungan yang diberikan oleh suaminya selama proses persalinan (Miyuki,
2021).
Pada kasus Ny. E dimana pada saat datang didampingi suami dengan
keluhan mau melahirkan dan didapat data objektif pembukaan serviks 9 cm,
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Isnaniar dkk, di salah satu Puskesmas
Pekanbaru dengan menghadirkan suami pada pasien bersalin membuktikan ada
pengaruh yang bermakna antara peran suami dengan tingkat kecemasan ibu
(Isnaniar dkk, 2020).
Pada kala III dilakukan manajamen aktif kala III dimana plasenta lahir
lengkap kurang dari 10 menit. Kala III persalinan dimulai saat pelepasan dan
pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar,
uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2 kali dari sebelumnya (Walyani, 2019). Untuk mengurangi
komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan kala III, serta mengurangi
jumlah kehilangan darah, dan persalinan kala III yang berlangsung lebih singkat,
maka dapat dilakukan Manajemen Aktif Kala III. Langkah-langkah Manajemen
Aktif Kala III menurut (Prawirohardjo, 2016), terdiri dari : Penjepitan dan
pemotongan tali pusat secara dini untuk mempercepat perubahan sirkulasi darah
pada bayi baru lahir, pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT), melakukan
masasse fundus uteri (Prawirohardjo, 2016).
Kala IV dilakukan observasi masa nifas, pemeriksaan tanda tanda vital
sangat perlu di perhatikan, dimana terjadinya perubahan pada sistem tubuh ibu
pasca persalinan. Eklamsi adalah kejadian yang sangat fatal, maka dari itu
perlunya di perhatikan TTD termasuk tekanan darah ibu apabila mengalami
kenaikan ke arah preeklamsi. Menurut (Saifuddin, 2018) pemantauan selama
kala IV yaitu periksa fundus setiap 15 me