Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Persalinan

Oleh
NABILAH VISTA
PO.71.24.4.21.025

PRODI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN 2021

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

“Asuhan Kebidanan Holistik pada ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD) ”

Disusun Oleh

Nabilah Vista
PO.71.24.4.21.025

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

ii
Rosyati Pastuty, S.SiT, M.Kes Rina
NIP : 197210141992032002 Badge :

Palembang, Desember 2021

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP : 197305191993012001

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan terkait
Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin. Penulisan Laporan Pendahuluan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Kehamilan
Program Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih

iii
kepada :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang,
2. Ketua Jurusan Kebidanan dan jajaran yang telah memfasilitasi dalam
pelaksanaan kegiatan praktik profesi
3. Pembimbing Akademik Ibu Rosyati Pastuty S.SiT, M.Kes dan ibu Rina selaku
pembimbing lahan praktik.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan laporan pendahuluan
ini, sehingga masukan yang membangun kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Palembang, Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii

iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv

BAB I.....................................................................................................................................1

TINJAUAN TEORI...............................................................................................................1
A. Konsep Kehamilan...................................................................................................1
B. Emesis Gravidarum.................................................................................................5
C. Etiologi Emesis Gravidarum...................................................................................6
D. Patofisiologi...............................................................................................................6
E. Web of Caution (WOC) Emesis Gravidarum.........................................................8
F. Manifestasi Klinik....................................................................................................9
G. Pengaruh Emisis Gravidarum pada Ibu dan Janin..............................................9
H. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................10
I. Penatalaksanaan.....................................................................................................10
J. Komplikasi..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

v
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Definsis Persalinan
Persalinan adalah serangkaian proses pengeluaran bayi yang dikandung
dengan usia kehamilan aterm atau usia kehamilan hampir cukup bulan,
dilanjutkan dengan lahirnya plasenta serta selaput janin dari jalan lahir atau
melalui jalan lain. Serangkaian persalinan itu bisa berlangsung dengan
bantuan atau intervensi ataupun dengan kekuatan ibu sendiri (Bagian
Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2011).
Sedangkan pengertian persalinan menurut Sarwono dalam Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal disebutkan bahwa
persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks sehingga
janin mengalami penurunan menuju jalan lahir. Persalinan merupakan
peristiwa fisiologis, dimana persalinan normal terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin,
serta waktunya kurang lebih 18 jam (Prawirohardjo, 2014).
Pengertian lain dari persalinan yaitu pengeluaran seluruh hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang dapat hidup dari lingkungan intrauterine ke
lingkungan ekstrauterine. Dapat disimpulkan persalinan merupakan
serangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan, disusul dengan placenta dan selaput janin dari
tubuh ibu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan jika persalinan adalah proses
fisiologis dari pengeluaran janin, plasenta, dan ketuban melalui jalan lahir
atau jalan lainnya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi jalannya persalinan. Lima


faktor esensial yang sangat berpengaruh terhadap proses persalinan dan kelahiran.
dikenal dengan istilah 5P yaitu (power, passage, passenger, position, dan
psychologic respons). Persalinan dapat berjalan dengan normal apabila semua
faktor tersebut dapat berkoordinasi dengan baik. Selain itu faktor-faktor ini juga
berfungsi sebagai acuan untuk melakukan intervensi atau Tindakan tertentu dalam
persalinan (Bobak et al., 2012)
a. Power

Menurut Suhartika dalam Teori dan Asuhan Kebidanan, Power


merupakan kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang membantu
janin untuk lahir adalah kontraksi uterus atau yang dikenal dengan his,
kontraksi diagfragma, kontraksi otot-otot perut, dan aksi dari ligament.
Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi power pada saat persalinan
diantaranya adalah kontraksi yang adekuat, riwayat atau kejadian infeksi
antepartum, dan distensi berlebihan dari serviks (Dutton et al., 2012)
Dalam Buku Obstetri Fisiologi FK UNPAD (2011) dijelaskan bahwa
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, kontraksi otot-otot dinding
perut menjadi tenaga yang mendorong bayi keluar. Kontraksi ini
mengakibatkan peningkatan tekanan intra-abdominal sehingga ibu memiliki
tenaga mengejan. Tenaga ini sama seperti tenaga yang dikeluarkan saat buang
air besar tetapi lebih kuat. Ketika kepala janin sampai ke pintu bawah panggul
akan timbul refleks untuk menutup glottis, mengkontraksikan otot perutnya
dan menekan diafragmanya ke bawah.
His atau kontraksi uterus merupakan kekuatan utama dalam persalinan.
Sedangkan tenaga mengejan ibu merupakan kekuatan sekunder yang
membantu untuk mendorong bayi keluar. Tenaga mengejan hanya dapat
berhasil, jika pembukaan sudah lengkap dan paling efektif dilakukan saat his
terjadi.
b. Passage

Jalan lahir atau passage merupakan kondisi panggul ibu. Terdapat dua
bagian yaitu bagian keras dan bagian lunak. Bagian keras adalah tulang-tulang
panggul ibu, sedangkan bagian lunak terdiri dari otot, jaringan dan ligament.
Bagian lunak yang berperan dalam persalinan diantaranya segmen bawah
rahim, otot dasar panggul, vagina dan perinium. Selain itu otot-otot, jaringan
ikat dan ligament alat urogenital juga mempengaruhi persalinan (Fitriana &
Nurwiandani, 2018). Kemudian menurut Dutton, et al (2012) faktor jalan lahir
dapat mempengaruhi jalannya persalinan misalnya bagaimana panggul ibu,
riwayat cedera atau bedah panggul, kandung kemih penuh, prolaps kandung
kemih, dan rektokel.
c. Passenger

Aspek passanger terdiri dari janin, plasenta, dan air ketuban. Pada janin,
faktor yang mempengaruhi diantaranya berat badan janin, posisi janin didalam
perut ibu, presentasi dan bagian terbawah janin, sikap dan letak janin seperti
rasio kepala terhadap bahu, serta kondisi tali pusat. Selain itu, plasenta dan air
ketuban termasuk ke dalam bagian passenger. Letak perlekatan dan berat
plasenta, serta kondisi air ketuban juga dapat mempengaruhi proses
persalinan.
d. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.


Dalam persalinan memilih posisi yang tepat mempunyai dampak terhadap
kenyamanan ibu dan berpengaruh terhadap durasi persalinan. Posisi yang
efektif bisa mempercepat persalinan dan mengurangi ketidaknyamanan ibu
dengan mengurangi tekanan-tekanan pada jalan lahir. Mengubah posisi dapat
mengurangi nyeri, memberi rasa nyaman, serta memperbaiki sirkulasi
(Fauziah, 2015).

e. Psychologic Response

Respon psikologi ibu merupakan bagian yang krusial saat persalinan. Saat
persalinan biasanya ibu merasa cemas atau menurunnya kemampuan ibu
karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap
kecemasan dan ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin.
Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta
(Manurung, 2011).
Terdapat banyak factor yang mempengaruhi psikologis ibu menurut
(Rohani et al., 2011) diantaranya adalah emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman melahirkan sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang
terdekat. Sejalan dengan itu, kondisi psikis ibu bersalin dipengaruhi oleh
adanya support system berupa dorongan positif, persiapan persalinan,
pengalaman lalu, dan strategi adaptasi atau coping (Sukarni & Wahyu. P,
2015)

3. Penyebab terjadinya Persalinan


Sebab mulainya persalinan meliputi :
a. Penurunan hormon progesteron
Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim
sensitif sehingga menimbulkan his
b. Keregangan otot-otot
Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh karena isinya
bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau mulai
persalinan
c. Peningkatan hormon oksitosin
Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga dapat
menmbulkan kontaksi uterus (his) .
d. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan dalam
proses persalinan, oleh karena itu pada ananchepalus kehamilan lebih lama
dari biasanya.
e. Teori Prostaglandin
Protaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur
kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukan bahwa prostaglandin
menimbulkan kotraksi miometrium pada setiap umur kehamilan, plasenta
menjadi tua. Dengan tuanya kehamilan plasentapun menjadi tua, vili corilais
mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun.

4. Tanda Persalinan
a. Terjadinya His Permulaan
His persalinan memiliki sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar
3) Kontraksi uterus menyebabkan perubahan uterus
4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b. Bloody Show
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler
pembuluhan darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.
c. Terjadinya Pengeluaran Cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sabagian besar
KPD menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil
(Asrinah, 2014).

5. Tahapan Persalinan Normal

Tahapan persalinan normal terbagi atas 4 fase atau yang dikenal dengan istilah
kala dalam persalinan. Berdasarkan Buku Obstetri Fisiologi FK UNPAD (2011),
empat fase dalam persalinan normal adalah sebagai berikut:

a. Kala I

Persalinan kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus (his) dan


pembukaan serviks sampai pembukaan sempurna. Fase ini merupakan tahapan
terpanjang dalam persalinan. Kala I persalinan dibagi menjadi dua tahapan
yaitu fase laten (awal kontraksi hingga pembukaan 3) dan fase aktif
(pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap).
Pada fase ini, datangnya his sekitar 10-15 menit. Semakin lama, intensitas
kontraksi bertambah kuat, frekuensinya lebih sering sehingga interval menjadi
lebih singkat dan durasinya lebih lama. Hal ini biasanya diiringi dengan
pengeluaran lendir bercampur darah yang lebih banyak dari sebelumnya.
Durasi normal kala 1 pada primigravida adalah 12 jam sedangkan untuk
multigravida adalah 8 jam.
b. Kala II

Persalinan kala II dimulai sejak pembukaan lengkap hingga lahirnya bayi.


Pada fase ini, his menjadi lebih kuat dengan durasi kontraksi sekitar 50-100
detik dan intervalnya 2-3 menit sekali. Umumnya dalam kala ini disertai
dengan pecahnya ketuban pada saat pembukaan lengkap maupun belum
lengkap. Pada fase ini ibu dianjurkan mengejan saat pembukaan sudah
lengkap dan ketika ada keinginan untuk mengejan.
Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala janin sudah berada di Pintu
Bawah Panggul (PBP), didapat tanda dan gejala kala II yaitu perineum
menonjol, vulva dan sphincter ani membuka. Penurunan janin menyebabkan
kepala janin membuka pintu panggul hingga kepala keluar pintu. Kepala janin
akan secara otomatis ekstensi dan diakhiri dengan ekspulsi, yaitu lahirnya
bahu belakang, depan dan disusul oleh seluruh badan bayi dengan posisi fleksi
lateral. Pada primigravida durasi kala II sekitar 90 menit, sedangkan pada
multigravida durasinya hanya sekitar 30 menit (Fitriana & Nurwiandani,
2018).

c. Kala III

Kala III atau yang dikenal dengan kala uri dimulai dari lahirnya bayi
hingga lahirnya plasenta. Pada fase ini dilakukan manajemen aktif kala III.
Setelah bayi lahir, terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus
membulat, terjadinya semburan darah, tali pusat memanjang, dan naiknya
fundus uteri, yang disebabkan oleh jatuhnya plasenta di Segmen Bawah
Rahim (SBR) yang disertai dengan kontraksi uterus. Pelepasan dan
pengeluaran plasenta serta membran, terjadi karena factor mekanis dan
hemostatis yang saling berhubungan. Lamanya kala uri yaitu hingga plasenta
lahir lengkap adalah 15-30 menit pada primigravida maupun multigravida
(Fitriana & Nurwiandani, 2018).
d. Kala IV

Satu hingga dua jam setelah pengeluaran plasenta dalam persalinan


disebut dengan kala IV. Fase ini merupakan fase evaluasi pada ibu karena
biasanya perdarahan pasca persalinan terjadi pada 4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Apabila tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan perdarahan
dalam batas normal, kemungkinan tidak terjadi perdarahan pasca persalinan.
Pemantauan kala IV meliputi observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Hal ini dilakukan setiap 15 menit pada satu
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan pada serviks, vagina, dan perinium untuk mengetahui apakah
terdapat laserasi dan perlu tidaknya dilakukan hecting.

6. Standar Asuhan Sayang Ibu dalam Persalinan

Saat ini, fokus utama dalam asuhan persalinan normal sudah mengalami
pergeseran paradigma. Awalnya fokus utama dalam asuhan persalinan adalah
menangani komplikasi, namun kini telah berubah menjadi mencegah komplikasi
baik pada ibu maupun bayi. Pencegahan komplikasi persalinan dapat dilakukan
dengan menerapkan pendekatan. Salah satunya dengan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu merupakan salah satu aspek dari 5 benang merah dalam
persalinan. Asuhan ini adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan, dan keinginan ibu. Dengan menggunakan prinsip ini sangat membantu
ibu agar merasa aman dan nyaman dalam melalui proses persalinan. Pada persalinan
dengan prinsip ini, pada kala I ibu diberikan makan dan minum dalam rangka
memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu bersalin yang tetap mengacu pada
filosofi kebidanan.
Menurut (WHO et al., 2015) dalam Buku Pedoman Praktik Esensial
Manajemen Terintegrasi dalam Asuhan Kehamilan, Persalinan, Pasca Persalinan,
dan Bayi Baru Lahir Edisi ke-3 dijelaskan mengenai rekomendasi terbaru perihal
pedoman kesehatan maternal dan perinatal. Panduan baru yang telah direvisi
memberikan bukti terbaru berlandaskan norma dan standar yang dapat diterapkan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan primer. Panduan ini bertujuan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas dan terintegrasi selama kehamilan, persalinan
dan nifas baik bagi ibu maupun bagi bayi. Dalam buku ini WHO, UNFPA (United
Nations Population Fund), UNICEF (United Nations Children’s Fund), dan Bank
Dunia bersama-sama berfokus dalam upaya menurunkan angka mortalitas serta
mordibitas maternal dan perinatal dengan prinsip asuhan sayang ibu. Prinsip dan
peraturan pada setiap organisasi diatur oleh keputusan relevan dari pihak organisasi
dan setiap organisasi mengimplementasikan intervensi yang disebutkan di buku ini
berdasarkan prinsip dan peraturan antara bidang yang difokuskan. Adapun standar
asuhan pada persalinan berdasarkan pedoman dari buku ini adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi
1) Menjelaskan semua prosedur, meminta izin dan inform consent serta
mendiskusikan hasil temuan pada ibu.
2) Memberi informasikan mengenai progres persalinan kepada ibu.
3) Memberikan pujian dan dukungan selama proses persalinan kepada
ibu.
4) Melindungi privasi ibu selama melakukan tindakan, pemeriksaan dan
diskusi
5) Apabila ibu diketahui adalah ODHA, cari tahu apa yang ibu inginkan
dari pendamping persalinannya dan hargai keinginannya.
b. Hygine
1) Menganjurkan ibu untuk mandi atau melakukan personal hygine
termasuk pada daerah genital ibu selama proses persalinan
berlangsung.
2) Melakukan vulva hygine setiap sebelum pemeriksaan dalam
3) Mencuci tangan menggunakan sabun setiap sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan dalam.
4) Menggunakan sarung tangan steril ketika melakukan pemeriksaan
dalam
5) Memastikan kebersihan tempat persalinan dan lingkungannya, serta
membersihkan tempat persalinan jika terdapat kotoran
6) Tidak melakukan praktik pemasangan huknah (enema)
c. Nutrisi
1) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum sesuai keinginannya
selama persalinan berlangsung.
2) Meminum cairan yang bernutrisi sangat penting, bahkan di masamasa
akhir persalinan.
3) Jika ibu terlihat letih dan lelah selama persalinan, pastikan ibu makan
dan minum
d. Eliminasi

Menganjurkan ibu untuk berkemih agar kandung kemih tetap kosong


secara berkala dengan mengingatkan ibu untuk buang air kecil setiap 2 jam
e. Mobilitas
1) Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan selama persalinan kala I
2) Mendukung pilihan ibu mengenai posisi persalinan yang diinginkan
(miring kiri, jongkong, merangkak, berdiri yang dibantu oleh
pendamping persalinan) setiap kala dalam persalinan.
3) Membebaskan ibu untuk menggunakan alat bantu dalam persalinan
seperti gymball atau peanutball selama tidak menjadi kontraindikasi
dalam kasusnya.
f. Teknik Rileksasi
1) Mengajarkan ibu untuk mengatur pernapasan dengan teknik bernapas
yang benar dengan teknis pernafasan perlahan dan tetap rileks di setiap
pengambilan napas.
2) Mengajarkan ibu untuk mengetahui pola pernapasannya yang normal
3) Mengajarkan ibu teknik bernafas dengan mulut terbuka dan
mengambil napas pendek dan keluarkan secara perlahan Jika ibu
merasa pusing, merasa tidak nyaman atau muka, tangan dan kaki ibu
terasa kebas,
4) Menganjurkan ibu untuk bernapas dengan sangat perlahan untuk
mencegah ibu mengejan terlalu dini pada kala I persalinan.
5) Memberitahu ibu untuk tidak mengejan saat melahirkan kepala, tetapi
ibu harus bernapas secara teratur.
g. Manajemen Pengurangan Nyeri
1) Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dengan merubah posisi
senyamannya.
2) Mengajarkan suami atau keluarga untuk memijat punggung ibu jika
ibu merasa itu bisa mengurangi nyeri dan membuat ibu nyaman
3) Memberitahu suami atau keluarga untuk menggenggam tangan ibu dan
mengusap wajah ibu diantara kontraksi
4) Menganjurkan ibu untuk menerapkan teknis napas dalam
5) Menganjurkan ibu untuk berendam di air hangat jika terdapat fasilitas
tersebut.
h. Pendamping Persalinan
1) Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan untuk
memberikan dukungan kepada ibu selama proses persalinan.
2) Menjelaskan kepada pendamping persalinan apa yang harus ia lakukan
selama persalinan (selalu berada disamping ibu, memberikan
dukungan, membantu ibu untuk bernapas dan relaks, menggosok
punggung ibu, mengusap dahi ibu dengan kain basah dan tindakan
lainnya)
3) Memberikan dukungan dengan praktik tradisional yang dipercayai
tanpa mengganggu proses persalinan.
4) Memberitahu pendamping persalinan untuk tidak melakukan hal- hal
seperti menganjurkan ibu untuk mengejan, memberikan nasihat lain
yang tidak diberikan oleh petugas kesehatan dan segera panggil
petugas kesehatan jika terdapat hal yang membahayakan ibu dan bayi.
B. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Emesis Gravidarum adalah rasa mual muntah yang terjadi pada
kehamilan di trimester I ( 0 -12 minggu ) yang terjadi setiap saat dan
terus berlanjut sampai dengan usia 14 -16 minggu setelah itu berkurang
dan menghilang. Angka kejadian mual muntah terjadi pada 60 - 80%
primigravida dan 40-60% multigravida. Kondisi ini tidak
mempengaruhi janin asalkan sebelum hamil kondisi ibu sehat dan
cukup gizi. Namun, bila mual muntah semakin berat dan terus -manerus
dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi, menghambat serta
membahayakan status gizi ibu dan janin (Nurazizah, 2018).
Kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada perempuan
karena terdapat peningkatan hormon esterogen, progesteron dan
pengeluaran hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) plasenta.
Hormon progesteron dan esterogen meningkat pada masa kehamilan
menyebabkan penurunan tonus otot saluran pencernaan.Motilitas
seluruh pencernaan ikut menurun dan menimbulkan berbagai
komplikasi dari ringan sampai berat.Ibu hamil yang sering kali merasa
mual dan muntah terjadi akibat terjadi pengosongan lambung yang lama
(Yuliani et al., 2017).
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan
pada ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi
hari tetapi dapat pula timbul pada malam hari (Prawiharjo, 2010).
Emesis gravidarum adalah keluhan umum yang dirasakan pada
kehamilan muda hingga usia kehamilan 4 bulan (Manuaba, 2010).
C. Etiologi Emesis Gravidarum
Menurut Suririnah, 2015 terjadinya emesis gravidarum yang pasti
masih belum diketahui. Namun emesis gravidarum diduga terjadi
karena pengaruh perubahan psikologis dan adanya pengaruh perubahan
hormonal selama kehamilan. Kemungkinan penyebab terjadinya emesis
gravidarum antara lain
1. Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh peningkatan hormon
kelamin yang diproduksi selama hamil.
2. Penyebab hampir dapat dipastikan karena kepekaan terhadap hormon
kehamilan. Tetapi, akan berlebihan jika calon ibu terlalu cemas atau
mengalami tekanan emosional. Mual di pagi hari lebih umum daripada di saat
yang lain, karena perut mengandung kumpulan asam gastrik yang diendapkan
semalaman.
3. Penyebabnya adalah perubahan hormon yang akan mengakibatkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan, terutama di pagi hari.
4. Perasaan mual dan muntah pada ibu hamil disebabkan karena selama hamil
muda pergerakan usus menjadi lambat, karena pengaruh hormon hipofise 2 5.
Penyebab yang pasti masih belum diketahui diduga karena pengaruh
perubahan psikologis dan adanya pengaruh perubahan hormonal selama
kehamilan (Suririnah, 2015)

D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang
biasa terjadi trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat
berkurrangnya pengosongan lambung. Mual di pagi hari lebih umum
daripada di saat yang lain, karena perut mengandung kumpulan asam
gastrik yang diendapkan semalaman. Mual muntah adalah perubahan
hormon yang akan mengakibatkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan, terutama di pagi hari.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
bekurang.Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun,
selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang kekurangan kalium
sebagai akbat dari muntah bertambah banyak sehingga dapat merusak
hati (Runiari, 2019)
Emesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Selain
itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Di samping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
E. Web of Caution (WOC) Emesis Gravidarum

Sumber : Bobak,dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed 4. Jakarta: EGC.


F. Manifestasi Klinik
Gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi
hari, disertai mual muntah sampai kehamilan 4 bulan (Manuaba,2016) .
Tanda-tanda emesis gravidarum menurut (Yeyeh dan Rukiah, 2014)
antara lain
1. Rasa mual, bahkan dapat sampai munta Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali
sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.
2. Nafsu makan berkurang.
3. Mudah lelah
4. Emosi yang cenderung tidak stabil
Emesis Gravidarum merupakan suatu yang normal, tetapi dapat
berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi
terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan dan
elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum
berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan
gangguan pada kehamilannya (Yeyeh dan Rukiah, 2014).

G. Pengaruh Emisis Gravidarum pada Ibu dan Janin


Pada ibu hamil diawal kehamilan kebanyakan hanya sedikit saja
yang berat badannya meningkat Hal ini tidak mempengaruhi
perkembangan janin. Emesis pada keadaan normal tidak banyak
menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja
apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah menjadi
hiperemesis gravidarum akan dapat meningkatkan resiko terjadinya
gangguan pada kehamilan (Suririnah, 2015).
Ibu hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebihan
berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan
karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Bayi-bayi dari perempuan yang
menderita emesis gravidarumyang berlebihan sepanjang kehamilannya
lebih cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan yang sedikit
terbelakang (Wiknjosastro,2012).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik atau penunjang yang dapat dilakukan
menurut (Rohan & Siyoto, 2013) antara lain :
1. Elektrolit serum (kadar potassium atau kalium, sodium dan natrium, klorida
dan protein yang menurun).
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menentukan apakah ada gangguan
keseimbangan elektrolit karena kekurangan asupan nuitrisi dan kehilangan
asam hidrolokat getah usus alkali dari lambung.
2. Hemoglobin (Hb) dan Hemotokrit (Ht)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya hemokonsentrasi yang
berhubungan dengan asupan cairan tidak adekuat atau kehilangan cairan
berlebihan.
3. Blood Urea Nitrogen (BUN)
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan apakah protein telah
dimetabolisme untuk menghasilkan energi, jika asupan tidak adekuat maka
untuk memastikan apakah terjadi kerusakan ginjal akibat hiperemesis
gravidarum.
4. Protein Urine dan Keton
Adanya keton urine dan kadang-kadang adanya protein Pemeriksaan keton
urin dilakukan karena keton diproduksi ketika lemak dipecah untuk
memberikan energy jika asupan tidak adekuat.
5. LFT yang abnormal.
Pemeriksaan ini berguna untuk menggambarkan kemampuan hati untuk
mensintesa protein dan memetabolisme zat yang terdapat di dalam darah.
I. Penatalaksanaan
Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi emesis gravidarum
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang selalu
dapat disertai emesis gravidarum. Emesis gravidarumakan berangsur-angsur
berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan.
2. Dinasihatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur,sehinggatercapai
adaptasi aliran darah menuju susunan syaraf pusat.
3. Nasihat diet
Modifikasi diet yang diberikan yaitu makan dalam porsi kecil tetapi sering,
tinggi karbohidrat dan rendah lemak. Hindari makanan yang emetogenik dan
berbau yang dapat menimbulkan rangsang muntah
a. Dianjurkan makan dengan porsi kecil tetapi sering. Ciri khas diet ini adalah
penekanan pemberian karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta
menghindari makanan yang berlemak dan berminyak untuk menekan rasa
mual dan muntah.
b. Pemberian makan dan minum yang diberi jarak. Diet ini bertujuan untuk
mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrolasidosis, dan secara
berangsur akan diberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup
(Runiari, 2019)
c. Diet emesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah
sebagaiberikut:
1) Karbohidrat tinggi, sebesar 75-80% dari kebutuhan energi total
2) Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering e) Pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan klien yaitu 7-10 gelas per hari
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalakan
pada makan malam dan selingan pada malam hari
7) Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan
nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi klien.
d. Makanan yang dianjurkan untuk diet emesis gravidarum adalah sebagai
berikut :
1) Roti panggang, biskuit, dan krekers.
2) Buah segar dan sari buah.
3) Sirup, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
e. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet emesis gravidarum adalah
makananyang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam,
bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi dan yang mengandung zat
tambahan (pengawet, pewarna dan bahan penyedap)
f. Obat-oabatan
Pengobatan ringan pada emesis gravidarumdiantaranya:
1) Vitamin yang diperlukan (vitamin B kompleks, B6 sebagai vitamin
dan anti muntah)
2) Nasihat pengobatan (banyak minum air, hindari minuman atau
makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung)
3) Nasehat Kontrol Antenatal diantaranya pemeriksaan hamil lebih
sering dan egera datang bila terjadi keadaan abnormal.
J. Komplikasi
Emesis gravidarum dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif
terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan
dan berubah menjadi hiperemesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko
terajadinya gangguan pada kehamilan. Ibu hamil dengan gejala emesis gravidarum
yang berlebih berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan
karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput
lendir esofagus dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan
gastrointestinal. Mual dan muntah yang berlebihan mengakibatkan terjadinya
kekurangan zat gizi. Ibu hamil tersebut harus dirawat inap di rumah sakit dan
diberikan cairan infuse serta obatobatan untuk mengobati mual (Indrayani, 2018)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia. (2019). Gentle Birth.Grasindo https://books.google.co.id/books?


id=9UvODwAAQBAJ&lpg=PA6&dq=trimester%20pertama
%20adalah&hl=id&pg=PA5#v=onepage&q=trimester%20pertama%20adalah&f=false
diakses pada 29 januari 2021
Bobak,dkk. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed 4. Jakarta: EGC.
Dartiwen & Nurhayati, Y. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : CV.
Andi Offset.
Hutahean, S. (2013). Perawatan Antenatal. Salemba Medika.
Indrayani, T. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Di Rsud Dr. Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Tahun 2017. Jurnal
Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 4(1), 9–21.
http://ejurnal.husadakaryajaya.ac.id/index.php/JAKHKJ/article/view/70/63%0A
http://ejurnal.husadakaryajaya.ac.id/index.php/JAKHKJ/article/view/70
Nurazizah, R. (2018). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum di
Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem Kecamatan Gampengreji Kabupaten Kediri. Jurnal
Kesehatan, 2(1), 70–77.
Rohan & Siyoto (2013). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Nuha Medika
Runiari, N. (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum.
Fix.pdf. Salemba Medika
Suririnah. (2015). Buku Pintar Kesehatan Kehamilandan Persalinan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Yuliani, D. R., Musdalifah, U., & Suparmi. (2017). yuliani.pdf. CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai