ASUHAN GIZI
DI PUSKESMAS
PEDOMAN
PELAYANAN GIZI
BAGI PETUGAS KESEHATAN
Kerjasama
Kementerian Kesehatan RI
dan
WHO Indonesia
World
Healthn
Organization
TIM PENYUSUN
Pengarah :
Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H. MARS.
Direktorat Jendral Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak,
Kontributor :
Iip Syaiful, Andry Harmany, Yetty MP Silitonga, Julina, Moesijanti Y.E.
Soekarti, Irfany Anwar, Syarif Darmawan, A.Razak Thaha, Veni Hadju,
Suryani As’ad, Satriono, Nurpudji Astuti, Sri Kardjati, Sri Sudaryani Nasar,
JC Susanto, Sulastini, Itje Aisah Ranida, Suroto, Djasmidar , Tatang S. Falah
Asrijanti, Inti Mudjiati Hera Nurlita, Retnaningsih, Sugeng Eko Irianto,
Sri Sukotjo, Siti Fatimah, Rofiqi.
Halaman Judul
Tim Penyusun................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................iii
Daftar Isi......................................................................................................iv
Daftar Tabel.................................................................................................vii
Daftar Bagan.................................................................................................x
Daftar Gambar..............................................................................................xi
Daftar Lampiran...........................................................................................xii
Daftar Istilah...............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan..............................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................1
C. Tugas Fungsi...................................................................................2
D.Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas..........................................4
BAB II DIAGNOSA GIZI
Diagnosa Gizi
...........................................................................................................................
7
A. Pendahuluan...............................................................................7
B. Konsep dasar Masalah Gizi...............................................................9
C. Diagnosa Gizi................................................................................13
1.Domain Intake....................................................................................15
2.Domain Klinik.....................................................................................19
3.Domain Behavior................................................................................21
1.Fisiologi Menyusui......................................................................112
2.Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui.............................................116
Tabel 2
Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis pembesaran
kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO......................................................34
Tabel 3
Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas...................51
Tabel 4
Sepuluh Langkah Tata Laksana Anak Gizi Buruk...................................57
Tabel 5
Cara Mengatasi Hipoglikemi........................................................................58
Tabel 6
Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia.................................................59
Tabel 7
Tanda Dehidrasi.........................................................................................60
Tabel 8
Dosis Pemberian Vitamin....................................................................63
Tabel 9
Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase.............................................................66
Tabel 10
Kebutuhan kalori dan protein menurut umur dan jenis kelamin.....................82
Tabel 11
Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 – 24 bln ) Setiap Kali Makan..........85
Tabel 13
Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO.......................................................92
Tabel 14
Derajat Keparahan Anemia pada Ibu hamil menurut WHO...........................92
Tabel 15
Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet Hiperemesis............................104
Tabel 16
Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan...................110
Tabel 17
Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui 118
Tabel 18
Bentuk Klinis Diare....................................................................................122
Tabel 19
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare...................................................123
Tabel 20
Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama............................................125
Tabel 21
Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak diare..................................131
Tabel 22
Interpretasi Nilai IMT.................................................................................135
Tabel 23
Kebutuhan Energi pada penderita TB anak.................................................138
Tabel 25
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA
( HIV dan AIDS )........................................................................................149
Tabel 26
Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH (1999)...................................................177
Tabel 27
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul................................187
Tabel 28
Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Badan....................194
Tabel 29
Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap PKV
(penyakit kardiovaskular)............................................................................200
Tabel 30
Komposisi Diet untuk Dislipidemia...............................................................201
Tabel 31
Daftar Kandungan Purin pada Bahan Makanan...........................................210
Tabel 32
Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein....................219
Gambar 3
Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI...............................................113
Gambar 4
Profil Gula Darah, Insulin, dan Glukagon setelah Makan.....................................168
Hypokalemia
: Kekurangan kadar Kalium di dalam sel
intrasellular
Masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi yang sering muncul di
masyarakat seperti masalah pada anak (diare, malGizi, dan lain-lain), masalah
ibu hamil dan menyusui (anemia gizi, Kurang Energi Kronik, dan toksemia
kehamilan yaitu preeklampsia dan eklampsia), penyakit infeksi (diare,
tuberkulosis, dan seterusnya) dan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes
mellitus, dan sebagainya). Melihat kompleksnya masalah yang ada, diperlukan
kompetensi petugas yang handal dan profesional dalam manajemen
pelayanan kesehatan dan gizi di Puskesmas. Pelaksanaan pelayanan klinik
yang bermutu di Puskesmas merupakan salah satu indikator penting dalam
kinerja Puskesmas.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Buku saku asuhan gizi ini dibuat sebagai pedoman bagi petugas di Puskesmas
(dokter, perawat,/bidan dan ahli gizi) dalam memberikan asuhan gizi pada
pasien yang datang berkunjung di Puskesmas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya (tupoksi)
Tujuan Khusus :
1.
Buku saku asuhan gizi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam :
1.Menentukan diagnosis gizi secara dini dan tepat
2.Melakukan intervensi gizi
3.Melakukan monitoring evaluasi
2.Perawat/Bidan :
a.Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan bagi pasien
b Melaksanakan tindakan dan perawatan (pengukuran berat badan dan
tinggi badan, infus, Naso Gastric Tube /NGT) sesuai instruksi dokter
c. Memotivasi anak dan keluarga agar anak mau makan
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada
penderita
3.Nutrisionis/ Dietisien
f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.
Dokter/Perawat/Ahli Gizi
Anamnesis Pemeriksaan fisik/klinis
Pengukuran anthropometri
FOLLOW UP
EVALUASI / PEMANTAUAN / RUJUKAN
RAWAT JALAN RUJUK KE RS
Ya Tidak
2. DIAGNOSA
A. Pendahuluan
Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang
memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui asuhan
gizi. Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas fungsional
seorang dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi layanan
atau asuhan medis, sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan asuhan
gizi Puskesmas meliputi aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi komunitas
(gizi masyarakat) dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi
pada klien/pasien. Begitu pula perawat ataupun bidan bertugas memberikan
asuhan keperawatan ataupun asuhan kebidanan. Dokter dalam melakukan
tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa medis, sedangkan perawat
menentukan dignosa keperawatan, bidan menentukan asuhan kebidanan
sedangkan petugas gizi Puskesmas menentukan diagnosa gizi. Semua aspek
layanan ini khususnya asuhan gizi diperlukan peran masing-masing dalam
konteks kolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada klien atau pasien
sehingga tercipta asuhan yang berkesinambungan atau komprehensif dalam
memberikan layanan
Sampai saat ini kompetensi ahli gizi dalam pendekatan team work suatu
layanan belum berperan optimal, dan cenderung tumpang tindih, sehingga
diperlukan pemahaman konsep kolaborasi berdasarkan kompetensi masing-
masing, sehingga ada kemandirian profesionalisme layanan yang saling
mendukung memberikan layanan terkoordinasi pada pasien sebagai sasaran
layanan.Dalam upaya kuratif dan rehabilitatif yang paripurna untuk asuhan
pasien/klien di Puskesmas diperlukan 3 jenis layanan yaitu;
a.Pelayanan/asuhan medis (medical care)
b.Pelayanan/asuhan keperawatan (nursing care)
c. Pelayanan/asuhan gizi (nutrition care)
2. DIAGNOSA
pula timbul pada saat selama menjalani perawatan di Puskesmas
(terutama Puskesmas perawatan). Masalah kekurangan zat gizi bisa
berupa ; mulai keadaan deplesi sampai terjadi keadaan yang secara klinis lebih
nyata sebagai suatu wujud defisiensi. Berbagai masalah kekurangan atau
kelebihan zat gizi, sampai sekarang masih dikenal sebagai bukan masalah
gizi, karena ilmu gizi klinik pada hakekatnya tersebar di berbagai bidang
keahlian klinik. Misalnya kekurangan air dikenal sebagai gangguan
keseimbangan air dan elektrolit. Kekurangan zat besi lebih dikenal sebagai
masalah hematologi dari pada dikenal sebagai masalah gizi.
Keseimbangan Gizi
Asupan Makanan/
Intake Penyakit infeksi,
Kebiasaan Ekonomi Pola Budaya
demam, stress
Kondisi emosional Penyakit fisiology
A Pertumbuhan
2. DIAGNOSA
Fungsi
Pemeliharaan
B
O
Kebutuhan Gizi
Asupan
Masalah gizi ini menjadi dasar pemikiran dalam membuat deskripsi kalimat
diagnosa gizi, baik pada individu maupun pada aspek komunitas. Masalah gizi
harus dipandang sebagai sebuah proses yang sedang terjadi di hadapan ahli
gizi di Puskesmas. Pemahaman pada proses atau tahap mana masalah gizi
terjadi ini menjadi peluang Ahli Gizi atau petugas gizi Puskesmas dalam
2. DIAGNOSA
mengembangkan atau menentukan diagnosa gizi yang tepat sehingga
mampu menetapkan intervensi yang lebih tepat. Oleh karena itu masalah gizi
baik berupa kekurangan atau kelebihan gizi yang muncul pada individu ataupun
komunitas perlu dipahami terlebih dahulu. Model proses kekurangan atau
kelebihan gizi itu memiliki alur proses yang mirip, meskipun tidak mesti sama
prosesnya, sehingga dalam hal ini perlu kita pahami model atau tahapan-
tahapan/proses kejadian defisiensi gizi atau kelebihan gizi sebagai sebuah
proses yang sedang berkembang. Di bawah ini merupakan skema
perkembangan alur gangguan gizi yang terjadi baik sifatnya individual maupun
pada komunitas.
Sebagai acuan pemahaman yang sama di bawah ini merupakan kata-kata kunci
yang perlu dipahami secara seksama oleh petugas gizi Puskesmas :
1.Status gizi : ekspresi derajat kebutuhan fisiologis terhadap zat gizi yang
didapatkan/dikonsumsi.
2.Malnutrisi : Gizi salah meliputi 2 kelompok kelainan gizi :
a.Undernutrition : kekurangan gizi
b.Overnutrition : kelebihan gizi
3.Overnutrition/kelebihan gizi : Keadaan patologi yang disebabkan kelebihan
salah satu atau lebih zat gizi
4.Eunutritional state : tingkat keadaan gizi yang optimal /optimum
5.Undernutrion/Defisiensi gizi : keadaan patologi yang disebabkan konsumsi
zat gizi yang tidak cukup dalam kurun waktu tertentu.
Well
nourished Inadequate dietary intake Di
Or Impaired absorption Or increased nutrient loss et
ar
2. DIAGNOSA
Diagnosa gizi mengacu pada pengukuran status gizi yang terjadi, baik
status gizi aspek konsumsi zat gizi atau intake, status gizi antropometri,
status gizi klinik, status gizi biokimia atau pun status gizi yang
berhubungan dengan aspek social, ekonomi, perilaku dsb. Status gizi dari
berbagai parameter ini adalah aspek ekspresi dari aspek konsumsi,
sebagai sebuah proses yang sedang berlangsung, memiliki dasar latar
belakang atau kausa/penyebab meliputi banyak aspek seperti ; perilaku
(pengetahuan, sikap dan kemampuan psikomotorik), kebiasaan atau pola
budaya, lingkungan social, emosional atau psikososial, dan yang tak kalah
pentingnya adalah kondisi patologis. Aspek lain yang perlu dipahami dalam
kaitan diagnosa gizi adalah semua tingkat status
gizi yang muncul sebagai sebuah problem menjadi tanda proses gangguan
gizi yang sedang terjadi baik antropomtris, biokimia, kondisi fisik/klinis, data
riwayat gizi, riwayat penyakit. Maka Petugas gizi Puskesmas sebaiknya mulai
mendiskripsikan sebuah problem/masalah gizi yang sedang terjadi ditelusuri
penyebabnya dan ditunjukkan dengan bukti atau tanda dari aspek status
2. DIAGNOSA
gizi atau informasi medis yang terkait dengan masalah gizi yang terjadi.
C. Diagnosa Gizi
Diagnosa Gizi adalah mengidentifikasi dan memberikan label pada problem gizi
yang spesifik, yang merupakan tanggung jawab profesi gizi untuk
menanganinya secara mandiri. Dalam melaksanakan Asuhan Gizi Klinik ,
Petugas Gizi Puskesmas dituntut bisa menegakkan diagnosa gizi secara
mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di Puskesmas
dalam memberikan layanan. Dalam asuhan gizi dikenal dua konsep penting
yaitu ; Asuhan terstandar (Standardized care) dan Proses terstandar
(Standardized Process). Asuhan Gizi terstandar memberikan klien/pasien di
Puskesmas menerima asuhan gizi yang sama, sedangkan proses terstandar
dalam asuhan gizi memberikan klien/pasien struktur dan kerangka yang
konsisten yang digunakan dalam memberikan asuhan gizi. Dalam kontek
asuhan gizi lebih mengarah pada suatu proses Asuhan , oleh karena itu maka
asuhan gizi didasarkan pada penetapan diagnosa gizi sebagai sebuah proses
yang dinamis/ tidak statik. Maka asuhan gizi itu adalah lebih tepat merupakan
istilah PROSES ASUHAN GIZI (Nutrition Care Process ).
Proses Asuhan Gizi adalah : suatu metoda problem solving yang sistematis,
menggunakan cara berfikir kritis dalam membuat keputusan menangani
berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi
yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Dalam upaya intervensi gizi
dalam konsep asuhan gizi dipandang sebagai sebuah proses menetapkan
diagnosa gizi berdasarkan data-data yang menjadi problem dari hasil
pengumpulan data (assesment), kemudian dilakukan intervensi dan monitoring
evaluasi .
2. DIAGNOSA
Problem (P)Etiology(E) Signs/ (S) Symptoms
Masalah yang paling actual dikaitkan dengan intake energi,zat-zat gizi, zat
bioactive untuk diet oral atau dukungan gizi (Nutrition Support). Domain
Intake ini terdiri dari 5 kelas dan beberapa subkelas. Lima kelas yang
merupkan domain intake adalah sebagai berikut :
2. DIAGNOSA
Masalah aktual asupan cairan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini
adalah :
Kekurangan asupan cairan NI-3.1
Kelebihan asupan cairan NI-3.2
2. DIAGNOSA
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi vitamin tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan vitamin tertentu(dijelaskan) NI-5.9.1
Kelebihan asupan vitamin tertentu NI-5.9.2
(vitamin tertentu itu meliputi masalah spesifik vitamin larut air dan larut
lemak).
Domain Intake Sub Kelas : Intake Mineral (5.10)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi mineral tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan mineral tertentu NI-5.10.1
Kelebihan asupan mineral tertentu NI-5.10.2
(mineral tertentu itu meliputi masalah spesifik mineral makro, mikro
termasuk trace element)
Domain Intake sub kelas : Intake Multivitamin (5.11)
Prediksi Ketidakcukupan asupan zat gizi spesifik NI-5.11.1
Predikdsi Kelebihan asupan zat gizi spesifik NI-5.11.2
Domain ini berkaitan dengan masalah gizi dari aspek status gizi yang
teridentifikasi dikaitkan dengan kondisi kesehatan fisik/klinik, Antropometri,
biokimia dan perubahan fungsi saluran pencernaan. Domain klinik terdiri
dari 3 kelas yaitu ;
1. Domain klinik
kelas fungsional (NC-1)
2. Domain klinik
kelas biokimia (NC-2)
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; penurunan berat
badan yang berlangsung secara kronik , hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan berat badan biasanya (sebelum terjadi gangguan)
dibandingkan dengan berat badan yang seharusnya (idaman/diinginkan)
Usual body weight/Desirable body weight atau UBW / DBW. Masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
2. DIAGNOSA
Peningkatan berat badan yang tidak direncanakan NC-3.4
Pertumbuhan rata-rata yang tidak optimal NC-3.5
Pertumbuhan rata-rata yang berlebih NC-3.6
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah ; pengetahuan dan
kepercayaan terbaru, terlaporkan dan terdokumentasi , masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan pangan dan gizi NB-1.1
Kepercayan dan sikap yang salah tentang pangan dan gizi NB-1.2
Tidak siap untuk menerima diet (perubahan life style makanan) NB-1.3
Kurang kemampuan memonitor diri sendiri NB-1.4
Kesalahan pola makan NB-1.5
Keterbatasan pemahaman kebutuhan zat gizi NB-1-6
Kesalahan dalam pemilihan bahan makanan NB-1.7
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; aktivitas fisik aktual,
perawatan diri, kualitas hidup yang dilaporkan, terobservasi/terekam dari
anamnesa, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
2. DIAGNOSA
Adalah semua masalah gizi yang nyata sedang terjadi pada klien/pasien :
1.Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration)
2.Penurunan dari kebutuhan normal (decrease)
2. DIAGNOSA
3.Peningkatan dari kebutuhan normal (increase)
4.Resiko munculnya masalah/gangguan gizi tertentu
Gejala atau tanda adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda
yang didapatkan dari klien/pasien yang terkait dengan munculnya problem
gizi. Komponen gejala atau tanda ini bisa merupakan komponen gizi yang
dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring atau merupakan
komponen medis yang dibuat dokter.
dan Be-
(
E
)
Beberapa faktor
penyebab/faktor
resiko yang
menim- bulkan
Dideskripsikan secara spesifik yang paling
problem gizi
meliputi aspek; berhubungan dengan problem , ini menjadi
domain intervensi.
patofisiologis,
psi- kososial,
budaya
(pengetahuan),
lingkungan,
kondisi stress
(S)
jektif (dari assessment Gizi) Data Biokimia Data Antropo- metri
a Riwayat gizi Data Riwayat penyakit
Dideskripsikan sebagai tanda atau gejala pro-
blem yang muncul sebagai dasar monitoring
dan evaluasi intervensi gizi .
I DI PUSKESMAS
24Buku Saku ASUHAN GIZ
CATATAN
2. DIAGNOSA
Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process), petugas gizi Puskesmas dituntut mampu melakukan proses rekam
(record) data yang benar dan tepat. Sayangnya sampai saat ini petugas
3. ASUHAN
gizi Puskesmas belum memiliki pedoman baku berupa format resmi yang
menjadi pedoman dalam asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas, sehingga
hal ini mendesak sekali agar diberikan suatu pedoman sederhana bagi
petugas gizi Puskesmas dalam melakukan langkah-langkah asuhan gizi
sekaligus dokumentasinya. Dokumen asuhan gizi ini menjadi penting dalam
rangka meningkatkan peran gizi sebagai salah satu komponen penting dalam
asuhan klien/pasien Puskesmas. Sebagus apapun peran petugas gizi
Puskesmas dalam memberikan asuhan gizi jika tidak terdokumentasi proses
asuhannya, maka proses asuhan itu menjadi intervensi yang tidak
dinamis untuk keperluan perbaikan layanan gizi di Puskesmas, karena
data asuhan yang terdokumentasi menjadi dasar proses asuhan selanjutnya.
Faktanya adalah ; bahwa petugas gizi Puskesmas dalam memberikan asuhan
gizi tidak mampu memberikan perbaikan problem gizi pasien/klien karena
proses lanjutan suatu intervensi adalah monitoring dan evaluasi problem gizi
sebagai suatu proses yang dinamis. Sehingga setiap problem gizi klien/pasien
dan komunitas harus terdokumentasi dengan benar mulai dari proses
assessment (instrumen yang digunakan, jenis data yang dikumpulkan baik
data objektif/subjektif, sosio ekonomi, dll), penetapan problem gizi
(diagnosa gizi), intervensi gizi yang dilakukan dan akan dilakukan
(planning) serta komponen monitoring dan evaluasi. Dokumen asuhan gizi
ini sangat penting dalam kolaborasi dengan praktisi lain di Puskesmas,
sehingga dokumen asuhan gizi ini menjadi dasar komunikasi dalam
menyelesaikan problem kesehatan dan gizi pasien/klien Puskesmas.
3. ASUHAN
2.1 Data Subjektif
A. Riwayat Gizi :
A.1Riwayat gizi sekarang (RGS)
Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data
yang perlu dikaji misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/
emesis, hasil recall, dsb.
A.2Riwayat gizi dahulu (RGD)
Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum,
pantangan, alergi, intoleransi, makanan yang disukai dan
makanan tidak disukai, dsb
B. Riwayat penyakit
B.1Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk
Puskesmas. Biasanya data ini didapatkan dari data medical
record; berhubungan dengan informasi gejala-gejala yang
dirasakan pasien sehubungan dengan penyakitnya.
B.2Riwayat Penyakit Dahulu (RPD).
Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya :
data ini biasanya diambil dari dari catatan Medical record.
Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi, riwayat pengobatan,
atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb.
A. Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran
dimensi tubuh pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi
badan/panjang badan, jenis kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status
gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar kepala, Triceps Skin Fold
(TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar pinggang/perut
(waist circumference) dan sebagainya.
B. Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak,
asli/palsu, kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran,
Gejala klinis penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna
urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda vital ( tensi,
temperatur, Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan
dari catatan medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan
aspek gizi.
3. ASUHAN
D. Data Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan adalah;
Rongent (RO), USG Abdomen, IVP, CT Scan, PA dan
sebagainya, termasuk rencana pemeriksaan seperti jenis radiologi
tertentu.
Rambut :
Pudar, kering, mudah patah Protein
Mudah dicabut (tanpa rasa Protein, Zn
sakit)
Rambur Rontok Biotin Vitamin A
Tanda bendera (hilangnya Protein, Cu
pigmen rambut sekeliling
kepala)
Mata :
Xerosis (kekeringan) pada Vitamin A
konjungtiva dan kornea
Konjungtiva pucat Fe
Sklera biru Fe
Vaskularisasi kornea Vitamin B2
Mulut :
Keilosis atau stomatitis Vitamin B2
Angular (lesi pada sudut mulut) Niasin, asam folat,
Glositis (lidah merah dan sakit ) Vit.B12, Vit. lainnya
Gingivitis ( peradangan pada Vitamin C
gusi )
Hipogeusia, disgeusia ( rasa Zn
pengecapan berkurang,
pengecapan buruk )
Karies dentis Flour
Bintik-bintik hitam pada gigi Flour
Atrofi papila lidah Fe, Vitamin B
Kuku :
Koilonikia ( kuku berbentuk Fe
sendok )
Rapuh, mudah pecah Protein
Lanjutan Tabel......
Kulit :
Kering, bersisik Vit. A, Zn, EFA Vitamin A
Hiperkeratosis folikularis ( me- Vit.A, EFA, Vit. B
nyerupai bulu roma yg berdiri)
Lesi eksematosa Zn
Petekia, ekimosis Vit. C, K
Sebore nasolabialis ( berminyak, Niasin, Vit. B2, Vit.
bersisik pada daerah di antara B6
hidung dan bibir atas )
Kulit lebih gelap dan mengelupas Niasin
pada bagian yang terkena matahari
3. ASUHAN
Penyembuhan luka yang lambat Protein, Zn, Vit. C
Jantung :
Pembesaran, takikardia, kegagalan Vitamin B1
jantung
Jantung kecil Energi
Kegagalan jantung mendadak, Se
kematian Mg, K, Se
Aritmia Ca, K
Hipertensi Na
Abdomen :
Hepatomegali Protein Vitamin A
Asites Protein
Lanjutan Tabel......
Tabel Lanjutan.
Neurologi (syaraf) :
Parestesia ( sakit dan perasaan geli Vit. B1, B6, B12,
atau sensasi yang berubah pada Biotin
anggota gerak )
Lemah Vit. C, B1, B6,
Ataksia, penurunan perasaan B12, Energi
getaran dan posisi Vit. B1, B12
Tremor Mg
Penurunan refleks tendon Vitamin B1
Konfabulasi, disorientasi Vitamin B1
Mengantuk, letargi Vitamin B1 Vitamin A, D
Depresi Vitamin B1, Biotin
3. ASUHAN
Tingkat III Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari jarak jauh (5-6
meter)
3. ASUHAN
klinik di Puskesmas.
Misalnya :
Domain Asupan :
Domain Perilaku/Lingkungan :
Seorang laki-laki menderita stroke dengan lumpuh pada tangan
kanan, selalu keluar air liur, setiap makan selalu mengalami kesulitan
karena mulutnya miring ke kiri, ia hanya mampu memasukkan makanan
1/3 porsi yang diberikan sehari. Maka diagnosa gizi behavior bisa sebagai
berikut :
Gangguan memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut (P)
berkaitan dengan kondisi patofisiologis (stroke) yaitu kelumpuhan
pada tangan kanan, (E) ditandai dengan selalu keluar air liur, mulut
miring ke kiri, dan asupan yang rendah ; 1/3 porsi (S), diagnosa
stroke dokter. (lihat NB-2.6)
3. ASUHAN
5. Merencanakan monitoring dan evaluasi
3. ASUHAN
sebelum dan sesudah intervensi gizi terhadap nilai-nilai standar yang
direkomendasikan. Dalam hal evaluasi dibutuhkan kemampuan untuk
melihat apakah intervensi gizi yang dilakukan sudah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Format P G I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan
3. ASUHAN
PES)
G : Goal atau tujuan intervensi gizi atau perskripsi zat gizi
I : Intervention atau intervensi gizi dan Tujuan intervensi
E : Evaluation/evaluasi
3. Format D A R
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi
4. Format D A R - O
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi
O : Out Put
5. Format P I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan
PES) I : Intervention/Intervensi Gizi
E : Evaluation/evaluasi
6. Format S O A P
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
S : Subjective/Data Subjektif
O : Objektive/Data Objektif
A : Assessment atau Diagnosa gizi atau pernyataan PES
3. ASUHAN
atau perskripsi zat gizi
P : Planning atau perencanaan, Intervensi Gizi dan Tujuan
intevesi
Format proses asuhan gizi untuk petugas gizi Puskesmas dapat dijadikan
acuan dokumentasi atau menggunakan format lainnya yang penting
essensi proses asuhan gizi di Puskesmas dapat terakomodir dalam
pelayanan gizi serta semua parameter yang digunakan dapat terukur
sehingga format proses asuhan gizi terstandar menggunakan tata alur
menurut format dokumentasi A D I M E.
Data dasar :
Data Subjektif meliputi :
Data Riwayat Gizi Sekarang
dan dahulu
Data Riwayat Penyakit
sekarang, riwayat penyakit
Dahulu, Riwayat Penyakit
Keluarga
Data Sosial/ekonomi
Diagnosa Gizi :
Dari daftar masalah yang ada memung-
kinkan Petugas gizi Puskesmas/ahli gizi
dapat mendiskripsikan Diagnosa Gizi
dalam bentuk statemen atau pernyataan
PES.
Planning :
Tujuan, Prinsip dan
Syarat Intervensi Gizi. Rencana
Estimasi : kebutuhan Penyuluhan : berisi ;
energi dan zat Gizi tujuan metode, materi
Rencana Monitoring & konseling, me- dia,
Evaluasi waktu, sasaran,
rencana monitoring
RPS:
RPD:
Data Sosek
Salah gizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi Klinis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali
disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi,
buruknya absorpsi, atau kehilangan zat gizi dalam jumlah besar. Istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebih an gizi yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien tertentu secara berlebihan ke dalam tubuh.
4. ASUHAN GIZI
kurang sebesar 17,9% (BB/U), prevalensi kurus dan sangat kurus 13,3%
(BB/TB-PB), kegemukan 14,0% (BB/TB-PB), prevalensi pendek dan sangat
pendek 35,6% (TB/U).
Deteksi dini anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan
melalui pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kader posyandu sebaiknya
merujuk anak ke Puskesmas/Pustu/ Polindes jika:
4. ASUHAN GIZI
KUMPULKAN POTENSI bahan makanan sumber vitamin & mineral
(sayur dan buah).
Minimal empat potensi tersebut jika sudah dapat dikumpulkan dari keluarga
balita gizi kurang, baru petugas gizi bisa menyusun makanan/PMT yang
sesuai dengan kemampuan potensi keluarga.
4. ASUHAN GIZI
3.Berikan suplemen vitamin asam folat 5 mg pada saat penanganan (
hari pertama) selanjutnya berikan 1 mg/hari sampai indikator BB/TB
≥
-2 Z-score/SD
4.Berikan suplemen Zn baik sirup atau tablet 10 mg/hari sampaiindikator
BB/TB ≥ -2 Z-score/SD
Pelaksana Penanggung
No. Kegiatan Mekanisme Teknis Jawab
1 Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan pada Dokter/ Dokter
Deteksi: setiap pasien baru perawat
Hipotermia dan dimonitor
Hipoglikemia setiap hari,
Dehidrasi dilakukan pada
Infeksi saat pasien baru
masuk
b. Antropometri: Penimbangan Ahli Gizi/ Dokter
ukur BB dan dilakukan setiap TPG
TB, PB hari
c. Prosedur Dokter/ Dokter
Laboratorium : laboratorium analis
Glukosa
darah, Hb,
Urin & feses
d. Anamnesis Wawancara Ahli gizi/ Dokter
riwayat gizi TPG
2 Intervensi
a. Klinis Mengatasi: Dokter/ Dokter
Hipoglikemia perawat
Hipotermia
4. ASUHAN GIZI
Dehidrasi
Infeksi
b. Diet Menentukan Dokter Dokter
preskripsi diet
Menerjemahkan Ahli Gizi/
preskripsi diet ke TPG
dalam jenis &
jumlah bahan
makanan
Pemantauan Ahli Gizi/
status gizi TPG
Penyuluhan gizi Ahli Gizi/
Pemberian TPG
makan Persiapan Perawat
pulang Perawat/
Penyuluhan gizi TPG
untuk dirumah Ahli gizi/
TPG
3 Pelaporan Perkembangan: Dokter/ Ahli Dokter
Pemeriksaan Gizi/
fisik, Perawat
Laboratorium
Antropometri &
asupan makanan
1.Gejala Klinis
a Marasmus
Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang,
terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng,
rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy
pants), perut umumnya cekung, tulang rusuk menonjol
(iga gambang, “piano sign”), sering disertai penyakit
infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare
persisten
b Kwasiorkor
Perubahan status mental: apatis & rewel, rambut tipis,
kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa sakit dan rontok, wajah membulat dan sembab,
pandangan mata sayu, pembesaran hati, edema
minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting
edema, otot mengecil (hipotrofi), kelainan kulit berupa
bercak merah muda yg meluas & berubah warna
4. ASUHAN GIZI
Jika gejala klinis tidak jelas namun BB/TB-PB < -3 Z-score/SD tetap
dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Sebaliknya, jika secara klinis mendukung
(terlihat sangat kurus) namun tidak memenuhi syarat antropometri (misal
BB/TB-PB > -3 Z-score/SD), hal ini tetap dinyatakan sebagai Gizi Buruk.
Keadaan ini dapat ditemukan pada anak yang mengalami mikrosefal (lingkar
kepala kecil) atau terdapat pembesaran organ-organ tubuh/organomegali.
Gizi buruk adalah bentuk gangguan gizi akut, sangat mungkin juga timbul
komplikasi atau penyulit dari aspek medis sebagai berikut :
4. ASUHAN GIZI
Anoreksia
Pneumonia
Anemia berat
Dehidrasi berat
Demam sangat tinggi
Penururunan kesadaran
Penyulit atau komplikasi medis inilah yang mengindikasikan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan baik di Puskesmas yang sudah memiliki
TFC atau rumah sakit yang sudah memiliki unit perawatan gizi buruk.
PENANGANAN GIZI
5
PENANGANAN GIZI
PMT Terapi Pengobatan KIE
SEMBUH BB/TB ≥ - 3 SD Stabilisasi
BB/TB ≥ -2 SD dan edema (-)
Gizi buruk tanpa komplikasi dan tanda bahaya dapat dirawat jalan melalui
Klinik Gizi Puskesmas / Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat (PGBM), diberi pengobatan dan makanan padat gizi /
energi serta konseling gizi seminggu sekali sampai dengan BB/TB-PB > -2
SD atau anak mengalami kenaikan berat badan 15-20% dari berat badan
terendah pada saat pemeriksaan status gizi. Pada umumnya anak membaik
dalam waktu 17 minggu.
PENANGANAN GIZI
5
PENANGANAN GIZI
a. Mengatasi / Mencegah Hipoglikemia
Hipoglikemia bila kadar glukosa darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl.
b. Mengatasi/Mencegah Hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 0C (Ukur selama
5 menit). Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi buruk
sangat terbatas sehingga anak tidak mampu memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan upaya
untuk menghemat cadangan energi.
o
Suhu tubuh 36-37,0 C Suhu tubuh <36 oC
Keadaan ini pada anak gizi buruk dapat dengan mudah jatuh Cara untuk memulihkan penderita gizi buruk yang mengalami
pada hipotermia, cara untuk mempertahankan agar tidak hipotermia adalah:
hipotermia adalah:
1. Bila suhu <36 oC harus dilakukan tindakan menghangati untuk
1.Tutuplah tubuh anak termasuk kepalanya. mengembalikan lagi suhu tubuh anak.
2. Hindari adanya hembusan angin di dalam ruangan perawatan 2. Pemanasan suhu tubuh anak yang hipotermia adalah dengan cara
Buku Saku ASUHAN GIZI DI
PENANGANAN GIZI
anak gizi buruk dalam keadaan hangat. 4. Suhu tubuh harus dimonitor setiap 30 menit untuk memastikan
7. Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah oleh karna air bahwa suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi akibat pemanasan.
kencing atau keringat atau sebab-sebab yang lain. 5. Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah mencapai 37 oC
8. Bila anak baru saja dibersihkan tubuhnya dengan air, segera
keringkan dengan sebaik-baiknya.
9. Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini
untuk menghindari bila ibu anak/pengasuh lupa membungkus botol
dengan kain akan menyebabkan kulit anak terbakar.
5
PENANGANAN GIZI
c. Mengatasi/mencegah Dehidrasi
Oralit :
Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar
kadar Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi
air, edema dan gagal jantung.
Gula :
Untuk menambah energi dan mencegah hipoglikemia
Larutan elektrolit/mineral mix :
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit dan mineral seberti
kalium, magnesium, cuprum dan seng/Zinc
Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak tersedia, sebagai alternatif atau
pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan pengganti ReSoMal.
4. ASUHAN GIZI
d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
e. Obati/cegah infeksi
Anak Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya
menurun sehingga perlu diberi antibiotika walaupun seringkali gejala
infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi tidak nyata, berikan kotrimoksasol.
Setiap anak gizi buruk umumnya mengalami kekurangan zat gizi mikro,
sehingga perlu diberi vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin dapat
diberikan multivitamin.
Gejala klinis kekurangan vitamin B (B1, B2, B6, B12) sebagai berikut:
a. Tidak ada kenaikan berat badan dan postur tubuh lebih kecil dari
anak yang sehat (defisiensi vitamin B1)
b. Diare ( defisiensi vitamin B1, B12)
c. Stomatitis angularis : pada sudut mulut terdapat maserasi dan
retak-retak/fisura (defisiensi B2, B6)
d. Glositis : lidah berwarna merah muda dan licin karena hilangnya
struktur papil lidah (defisiensi vitamin B2,B6,B12)
e. Dermatosis seboroik: perubahan kulit berupa luka seboroik pada
lipatan nasolabium, sekitar hidung, daun telinga dan kelopak mata.
Kadang-kadang dermatitis pada tangan, sekitar vulva, anus dan
perineum (defisiensi vitamin B2, B6)
f. Anemia dengan gangguan pembentukan/proses pematangan
eritrosit (defisiensi vitamin B12)
2)Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan zat kolagen oleh fibroblast
hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan :
a.penyakit skorbut
b.gangguan pertumbuhan
c. perdarahan kapiler
d.gangguan pematangan eritrosit
e.gangguan pembentukan tulang dan dentin
f.gangguan dalam respirasi jaringan
Jenis Dosis
Vitamin
Vitamin C BB < 5 kg : 50 mg/hari ( 1 tablet)
4. ASUHAN GIZI
BB ≥ 5 kg : 100 mg/hari
Asam Folat Hari I : 5 mg/hari
Selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B 1 tablet/hari
kompleks
3)Vitamin A
Khusus Vitamin A diberikan satu kali pada hari pertama saja, kecuali
bila disertai kelainan pada mata akibat KVA (Xeroftalmia), vitamin A
diberikan juga pada hari ke-2 dan ke-15, dengan dosis sesuai usia
4) Asam folat
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
4. ASUHAN GIZI
Pada fase transisi hari pertama (I) dan hari ke dua (II) diberikan F 100
dengan dosis atau volume F75. Pada hari ke tiga (III) diberikan F 100
menggunakan dosis F 100 yaitu 100-150 cc/kg BB/hari. Selanjutnya
4 jam berikutnya dosis dinaikkan 10 ml secara bertahapdengan
catatan tidak boleh melebihi dosis maksimum F 100. Pada hari ke
empat (IV) F 100 diberikan tiap 4 jam dengan dosis tidak boleh
melebihi dosis maksimal F 100. Bila F 100 sudah dapat
dihabiskan, maka dapat dilajutkan memasuki fase pemberian
makanan fase rehabilitasi.
Pada Fase Rehabilitasi adalah fase pemberian makanan tumbuh kejar.
Pemberian makanannya adalah diberikan F 100 dan diberikan pula
makanan padat sesuai BB anak, yaitu :
FE
Tablet besi/folat (Fe SO4 - - Beri tiap hari selama 4 minggu
200mg+0.25 mg asam untuk anak umur 6 bulan
Folat) samapai 5 tahun
Sirup besi (Fe SO4 150 - -
ml) 1-3 mg elemental Dosis lihat Buku 1 Hal. 16
Vitamin lain:
Mineral Mix *)
Zinc
Kalium
Natrium
Magnesium
Cuprum
*) Diberikan dalam bentuk larutan elektrolit/mineral, pemberiannya dicampurkan kedalam Resomal, F-75 dan F-100
(dosis pemberiannya lihat cara membuat Cairan ReSoMal dan Cara membuat larutan mineral mix, Buku II hal. 19)
4. ASUHAN GIZI
dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk)
Contoh makanan fase rehabilitasi (Lihat Lampiran 5)
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah setelah anak dipulangkan. Anjurkan untuk kontrol teratur setelah
pulang, 1x / minggu pada bulan pertama, 1 atau 2 kali perminggu pada
bulan kedua, selanjutnya 1x / bulan sampai 6 bulan atau lebih.
Selain itu dianjurkan juga untuk melangkapi imunisasi dasar ataupun
ulangan sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi)
PENANGANAN GIZI
6
PENANGANAN GIZI
KONDISI : I
Jika
Ditemukan
Renjatan
(syok)
Letargis
Muntah
dan/diare/
dehidrasi
Rencana I pd
hala- man: 8-9
4. ASUHAN GIZI
68
KONDISI : II
Jika
Ditemukan
Letargis
Muntah
dan/diare/
dehidrasi
Rencana II pd
halaman: 10
(Buku I Tata
4. ASUHAN GIZI
KONDISI :
III
Jika Ditemukan
Muntah
dan/diare/
dehidrasi
Rencana III pd
halaman: 11
(Buku I Tata
4. ASUHAN GIZI
70
KONDISI :
IV
Jika
Ditemukan
Letargis
Rencana IV
pd halaman:
12 (Buku I
4. ASUHAN GIZI
71
KONDISI : V
Jika tidak
ditemu- kan
Renjatan
(syok),
Letargis
Muntah
dan/diare/
dehidrasi
4. ASUHAN GIZI
72
4. ASUHAN GIZI
Oral berikan semua lewat NGT. (sesuai dengan kondisi anak)
Vena Jugularis
Arteria carotis
Musculus sternocleidomastoideus
Vena Jugularis
4. ASUHAN GIZI
74
4. ASUHAN GIZI
Pola asuh yang tidak tepat salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan orang tua atau pengasuh. Pada umumnya masyarakat
memberikan makanan pada anak umur 6-24 bulan berupa makanan
yang rendah lemak, sehingga nilai energi anak menjadi rendah.
Padahal WHO menganjurkan pemberian makanan yang mengandung
lemak 30-45% dari total energi.
4. ASUHAN GIZI
b. Pemberian MP ASI
Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang
sangat mengkhawatirkan. King (1996) menyebutnya sebagai masa
kritis (weaning period is critical period) dengan alasan:
a. Pertumbuhan anak masih cepat, bahkan disertai dengan
pertumbuhan cepat pada otak, tetapi makanan yang diberikan
sering dengan kepadatan (densitas) energi dan gizi yang rendah,
tetapi mengenyangkan atau makanan yang volumenya besar
(bulky).
b. Anak pada umur ini sering sakit karena kekebalan yang didapat
4. ASUHAN GIZI
dari ibu sudah habis.
c. Anak sudah sering diajak keluar rumah, sehingga sangat tinggi
kemungkinannya tertular penyakit
d. Anak pada umur ini juga sudah jarang kontrol ke Posyandu
karena imunisasinya hampir lengkap.
Perempuan : 50-60 1
12-18 Laki-laki : 50-60 1
Perempuan: 40-60 1
4. ASUHAN GIZI
makanan tambahan dalam masa pemulihan agar kesehatan anak
pulih kembali.
c. Pemantauan :
Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1 (Naik
bulan ke-1) atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi masih T
(TIDAK NAIK) maka perlu dikaji lagi :
1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab belum
teratasi.
2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat
3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup
4 Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani
4. ASUHAN GIZI
hari
Makanan
selingan
yang dapat
dipegang
anak
diberikan
diantara
waktu makan
lengkap
12–24 Makanan Makanan keluar ¾ gelas nasi /
bln
Keluarga -ga 3x makan penukar
Makanan 1 potong kecil
Selingan 2x ikan/daging/
sehari ayam/telur
1 potong kecil
ASI Teruskan pem tempe/ tahu atau
berian ASI 1 sdm kacang-
kacangan
½ gelas sayur
1 potong buah
½ gelas bubur / 1
CATATAN
Kehamilan adalah satu proses faali pada semua mamalia yang akan
menjadikan awal kehidupan generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan
yang paling esensial untuk mendapatkan keturunan yang sehat adalah
asupan gizi yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan SK
MenKes no 1593/SK/XI/2005 tentang anjuran AKG yang merujuk pada
hasil WNPG 2004 bahwa kebutuhan ibu hamil rata-rata 1980-2200 kkalori
per hari dan 67 gram protein.
Masalah gizi pada ibu hamil yang sering dijumpai di masyarakat adalah
kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan ibu menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) yang ditandai dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas
(LLA) < 23,5 cm. Selain kurang energi dan protein, masalah lain yang
sering dijumpai pada ibu hamil adalah kekurangan vitamin dan mineral,
antara lain kekurangan asam folat, zat besi, zat seng dan yodium.
Manifestasi dari kekurangan vitamin dan mineral tersebut adalah anemia
5. MASALAH GIZI
Kurang energi kronis, anemia gizi besi dan GAKI pada ibu hamil membawa
risiko terhadap gagal tumbuh pada janin, bayi lahir kurang (BBLR) dan ibu
dapat mengalami perdarahan pada saat melahirkan. Bila tidak dikoreksi
tepat waktu, keadaan ini akan mengakibatkan kematian ibu, kematian
janin dalam kandungan dan bayi lahir mati.
Dampak kekurangan Gizi pada ibu hamil secara umum akan menimbulkan
kerugian sebagai berikut :
Karena itu maka pada ibu hamil harus menjaga pola makan seimbang
5. MASALAH GIZI
Tabel 12. Pola Makan secara Umum untuk Memperoleh Gizi Seimbang pada Ibu Hamil.
IBU HAMIL
b. Diagnosis :
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) ≤ 23,5 cm
dinyatakan menderita KEK
5. MASALAH GIZI
c. Tindakan :
Secara umum, diet pada ibu hamil dengan KEK adalah
menambah porsi makanan lebih banyak atau lebih sering dari
kebiasaan sebelum hamil dan istirahat lebih banyak, serta
periksa antenatal secara teratur, untuk memacu peningkatan
berat badan yang adekuat (Depkes RI, 1996).
b. Diagnosis:
Nilai kadar Hemoglobin <11 gr/dl dengan menggunakan
metode cyanmethemoglobin (sebagian besar Puskesmas
masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok
untuk digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi.
Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria
sebagai berikut : 5. MASALAH GIZI
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada kehamilan , dapat
dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Derajat Keparahan Anemia pada Ibu hamil menurut WHO
5. MASALAH GIZI
c. Tindakan:
Anemia ibu hamil perlu ditangani segera melalui asupan gizi yang
baik sesuai kebutuhan. Makanan yang harus dikonsumsi
adalah yang kaya akan zat besi, tapi sebaiknya juga kaya protein.
Contohya daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan sayuran
berwarna hijau yang mengandung vitamin dan mineral (Paath EF
dkk., 2004).
bentuk zat besi yang dikandung makanan (heme > non heme
: 10-20% > 3 – 8%). MFP (meat, fish dan poultry)lebih besar
penyerapannya. MFP meningkatkan penyerapan besi non
heme, vitamin C , Ca, keasaman lambung.
b.Pertimbangkan pula penghambat bioavailability zat besi :
alkali, fosfat, serat, carbonat, phytat , oksalat, malabsorbsi
syndrome, infeksi usus, kejenuhan deposit Fe dalam usus,
bahan preserfatif makanan, (EDTA), reseksi usus lambung.
5. MASALAH GIZI
a.Hiperemesis Gravidarum
1) Pengertian Hyperemesis
a) Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
b)Hyperemesis : muntah berlebih pada kehamilan
c) Muntah pada usia kehamilan 2 atau 3 bulan pertama pada pagi
hari terutama setelah makan “ morning sickness”
d)Jika muntah 6 -10 kali sehari : “ hyperemesis “patologis ~ akan
menimbulkan defisiensi :energi, protein, vitamin dan mineral
elektrolit.
3) Patofisologi
Akibat mual muntah terus menerus akan menimbulkan dehidrasi
dan elektrolit berkurang, sehingga timbul hemokonsentrasi, aseton
darah meningkat dan dapat menimbulkan kerusakan pada liver.
5. MASALAH GIZI
5) Penanganan
a) Edukasi tentang kehamilan
b)Makan porsi kecil tapi sering
c) Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit
dengan teh hangat.
d)Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi
glukosa
e) Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex
f) Terkadang diperlukan terapi psikologik
g)Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5%
dalam NaCl sebanyak 2-3 liter/24 jam
h)Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung
i) Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan
Dengan penanganan yang baik keluhan akan berkurang, namun
penyakit akan kambuh jika proses penyembuhan tidak berjalan
dengan baik. 5. MASALAH GIZI
d)Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi
5. MASALAH GIZI
Salah satu kondisi serius dan dapat berakhir dengan kematian pada
ibu hamil adalah pre eklampsia dan eklampsia. Preeklampsia dikenal
dengan beberapa istilah antara lain keracunan kehamilan (toksemia)
atau hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan.
2) Diagnosis
1)Subyektif : nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium.
2)Obyektif :
a) Edema
b) Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 30 mg pada pemeriksaan
tunggal, atau ≥ +1pada pemeriksaan dipstik ( carik celup )
c) Hipertensi : Sistolik >140 mmHg; Diastolik > 90 mmHg
5. MASALAH GIZI
4) Penatalaksanaan
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan aneka ragam dengan
gizi seimbang sesuai dengan ketersediaan pangan di lingkungan tempat
tinggal dan berlatih untuk mengendalikan stres.
Selama ini gizi kurang pada ibu hamil belum dipahami sebagai pencetus
utama terjadinya pre eklampsia. Dengan demikian, penanganan pre
eklampsia hanya difokuskan kepada gejala yang tampak seperti
pemberian diuretika, obat antihipertensi, diet rendah garam dan rendah
protein untuk mengatasi edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, penanganan preeklampsia tidak
lagi difokuskan hanya pada satu zat gizi saja seperti pemberian tablet
kalsium atau tablet magnesium sulfat. Pendekatan yang baru bersifat
holistik dengan pemberian semua zat gizi yang dibutuhkan sesuai
dengan AKG yang dianjurkan, dalam bentuk makanan beraneka ragam
dan gizi seimbang.
5. MASALAH GIZI
7)Terapi Diet
Peran asuhan gizi pada pre eklampsia dan eklampsia sangat penting
karena masalah gizi hampir selalu mengiringi ibu hamil yang menderita
pre eklampsia maupun eklampsia. Ibu hami dengan status gizi kurang
dan lebih (obesitas) ada kecenderungan mengalami pre eklampsia
dan eklampsia. Kehilangan protein melalui urin harus diatasi dengan
penggantian dari makanan sehari-hari. Pemberian suplemen protein
pada beberapa penelitian tidak menurunkan gejala pre eklampsia dan
eklampsia.
a) Tujuan Diet :
(1) Menjaga agar penambahan BB tidak melebihi normal
(2) Mengganti protein yang hilang lewat urin
(3) Mencegah/mengurangi retensi garam/air
(4) Memberikan energi dan zat gizi sesuai kemampuan
b) Syarat Diet :
(1) Cukup energi :
(a) Trimester I : penambahan 180 kkal
(b) Trimester II dan III : penambahan 300 kkal
(2) Tinggi Protein : 1,5 gr/kg BB + Protein yang keluar melalui Urin
(3) Garam : ± 6 gr / hari ( 1,5 sdt garam dapur )
5. MASALAH GIZI
(4) Cairan :
(a) Bila preklampsia berat dan eklampsia cairan ± 35 ml/kg
BB / 24 jam (b Selain itu 40 ml/kg BB/ 24 jam
(5) Komposisi Asam Lemak Jenuh ( ALJ ) : Asam Lemak
Tidak Jenuh Tunggal ( ALTJT ) : Asam Lemak Tidak Jenuh
Ganda ( ALTJG ) adalah 8%: 10% : 10%
(6) Kalsium > 950 mg/hari apabila ditemukan hipokalsemia
Pada era tahun 70-an Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan
fisologis awal yang bagus mengalami penurunan pemakaian. Penyebabnya
sangat beragam namun secara umum karena ASI tidak keluar disebabkan
karena stress mental, sakit dan kurang gizi pada fase laktasi.
Apabila susu formula menjadi stimulasi awal pemberian makanan bayi baru
lahir maka proses pemberian ASI selama 6 bulan berturut-turut secara eksklusif
tidak akan bisa berjalan secara optimal. Sebab, stimulasi ini akan dicatat pada
proses pembentukan synapsis otak bayi sehingga ketika bayi diperkenalkan
dengan putting susu ibu menjadi bingung atau “ Bingung Puting”.
1.Fisiologi Menyusui
Buah dada (payudara) ibu tersusun dari dua jaringan penting yaitu :
a.Glandula Tissue (berupa jaringan parenkim)
b.Supporting Tissue (jaringan penyokong/ stroma).
Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada
5. MASALAH GIZI
bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen alveoli,
proses ini dikendalikan oleh hormone prolaktin dan ACTH. Kedua hormone
ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada fase kedua,
air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke putting susu, setelah
sebelumnya terkumpul dalam sinus (lihat gambar).
5. MASALAH GIZI
Produksi ASI dirangsang melalui “let down reflex“ yaitu rangsang puting
- hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga oksitosin akan keluar
sebagai hormon yang memompa mioepitel duktus mamalia. Pada saat
menyusui mungkin ibu merasakan ngilu / kontraksi di daerah uterus karena
pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus. Milk Production
Reflex(sucking reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga
keluar hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI.
Pentingnya ASI
5. MASALAH GIZI
Energi
- 3 bulan I setelah melahirkan penambahan energi = 500 kalori
- 100 cc ASI memasok 67-77 kkal
- Efesiensi energi makanan konversi ke ASI rata-rata 80% (kisaran 76-94%)
- 100 cc ASI dibutuhkan 85 kalori
- 850 cc ASI mengandung 600 kkal
- Energi yg dibutuhkan 750 kkal
Protein
- Tambahan protein selama menyusui 20 g/hari
- 100 cc ASI mengandung 1.2 g protein ,850 cc ASI = 10g protein
- Efesiensi konversi protein makanan menjadi ASI 70%
- Penambahan protein untuk transformasi ke protein ASI dan hormon
prolaktin dan oksitosin.
- Memproduksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat untuk bayi.
5. MASALAH GIZI
Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu
Menyusui
5. MASALAH GIZI
Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kedua jenis penyakit tersebut
di atas, diantaranya menurunnya kualitas hidup, produktifitas akan menjadi
rendah yang berimplikasi terhadap kerugian dari aspek ekonomi, dan lebih
fatal lagi dapat mengakibatkan kematian.
Yang dimaksud dengan diare adalah anak buang air besar dengan
frekuensi dan lamanya diare lebih dari biasanya (3 kali sehari) serta
konsistensi tinja berubah dari lembek menjadi cair dan atau ditemukan
darah dalam tinja.
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih dari Beri cairan untuk diare
tanda dibawah ini : dengan dehidrasi berat
Letargis atau tidak (lihat rencana terapi C)
sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
( ≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan / Terdapat 2 atau lebih tanda Beri anak cairan dan
sedang dibawah ini :
Rewel, gelisah makanan untuk
Mata cekung dehidrasi ringan (lihat
Minum dengan kuat, haus rencana terapi B)
Cubitan kulit kembali Setelah rehidrasi,
lambat
nasihati ibu untuk
penanganan di rumah
dan kapan kembali
segera / kunjungan
ulang
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika anak tidak
membaik
Tanpa dehidrasi Keadaaan baik Beri cairan dan
Mata tidak cekung
Cubitan kulit kembali makanan untuk
segera menangani kasus tsb
di rumah (lihat
rencana terapi A)
Nasihati ibu kapan
kembali segera
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika keadaan kasus
5. PENYAKIT
tidak membaik DIA
Diare Persisten
Terdapat dua jenis diet untuk penderita diare persisten, sesuai dengan
kondisi pasien diare persisten (Lihat Lampiran 11 halaman 237 )
a. Diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang
dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)
b. Diet dengan rendah pati (starch) , tanpa susu (bebas laktosa)
Tujuan diet :
- Asupan makanan cukup
- Berat badan bertambah
- Diare berkurang
- Demam menghilang
Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan yang
dapat dipastikan setidaknya selama tiga hari berturut-turut. Diare
Persisten
5. PENYAKIT
sesuai:
- Jika anak menyusu, beri ASI lebih sering, lebih lama, pada waktu
siang dan malam.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 131
DIA
- Jika anak minum susu formula, lihatlah kemungkinan untuk
mengganti susu formula dengan susu formula bebas laktosa
sehingga lebih mudah dicerna.
- Jika susu formula tidak memungkinkan, batasi pemberian susu
formula hingga 50 ml/kg/hari. Campur susu dengan bubur nasi
ditambah tempe, tetapi jangan diencerkan
Asuhan Gizi:
a. Sama dengan tatalaksana diare persisten
b. Pemberian makanan secara bertahap diikuti dengan upaya
pemulihan yang lebih lama
c. Pemberian makanan mengikuti tata laksana penanggulangan
gizi buruk dengan catatan F75 khusus untuk penderita diare
( F75 dengan tepung ). Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for
Malnutrition). ReSoMal terbuat dari Oralit yang diencerkan, gula
pasir, larutan elektrolit/Mineral Mix. Bila larutan elektrolit/mineral
mix tidak tersedia sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat
dibuat cairan pengganti ReSoMal
d. Pemberian suplementasi gizi mikro.
Tuberculosis (TBC)
2.1 Pengertian
Tuberculosis : infeksi yg menyerang saluran pernafasan biasanya paru
dan dapat menyerang organ lain seperti; tulang, jaringan limfe, saluran
kemih, syaraf dan saluran cerna.
5. PENYAKIT
2.3. Gejala
- Mula-mula tidak merasa enak badan dan lemah
- Anoreksi dan BB turun
- Sore demam dan malam hari berkeringat
- Batuk lebih dari 2 minggu mengeluarkan sputum
- Anemia
- Tenaga makin lemah Pada stadium akhir terbentuklah caverne dan
dapat disertai hemoptoe
- Pemeriksaan laboratorium : Hb dan LED.
- Rontgen : untuk menunjukkan ada kelainan paru.
5. PENYAKIT
b.Anamnesis Diet
- Recall makanan / Food Recall dalam sehari
- Kebiasaan makan
Tujuan
- Makan secukupnya karena terjadi peningkatan kebutuhan energi
dan protein
- Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
- Menambah/mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mengurangi produksi CO2 melalui peningkatan konsumsi lemak
dan mengurangi konsumsi karbohidrat 40-50% dari total energi.
Syarat Diet
- Tinggi Energi Tinggi Protein
- Cukup Vitamin dan Mineral
- Mudah dicerna
- Porsi kecil tapi sering
- Hindari makanan yang menimbulkan gas (kol, lobak, ubi, durian,
kedondong, nanas, nangka, tape ).
5. PENYAKIT
b.Anak
Dalam melakukan estimasi kebutuhan gizi pada anak yang
menderita TBC perlu diperhitungkan pula faktor stress dan koreksi
status gizi, jadi tidak sekedar estimasi tinggi secara umum apalagi
hanya berpedoman pada kecukupan zat gizi belaka.
5. PENYAKIT
d. Konseling Gizi
Konseling gizi diberikan kepada ODHA, keluarga, pendamping
ODHA dan masyarakat lingkungannya. Konseling mencakup
penyuluhan tentang HIV dan AIDS dan pengaruh infeksi HIV
terhadap status gizi. Konseling juga meliputi asuhan gizi, terapi gizi
medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan
setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan
dan minuman, serta aspek psikologi dan efek samping dari ARV-OI
yang mempengaruhi nafsu makan
f. Keamanan Makanan
- Hindari konsumsi bahan makanan mentah ( misalnya lalapan,
salad, telur ½ matang, daging panggang ½ matang )
- Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah
saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak
5. PENYAKIT
Pada ODHA hamil, syarat diet sama dengan pada dewasa, hanya
ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan
multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan
yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak
boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.
5. PENYAKIT
Kebutuhan energi untuk ibu hamil, HIV negatif, berat badan normal
pada trimester pertama kenaikan minimal, trimester dua kenaikan 250
kkal dan trimester tiga naik 500 kkal/hari. Penambahan energi ini dapat
menaikkan berat badan ibu yang sesuai dan janin mendapatkan gizi
yang cukup untuk tumbuh normal.
Rekomendasi WHO:
- Pemberian ASI untuk bayi dari ibu HIV Positif
- Pemberian formula, apabila ibu memenuhi kriteria AFASS
(Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe).
1. Acceptable (mudah diterima) :
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi
2. Feasible (mudah dilakukan) :
ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan keterampilan
yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi
3. Affordable (terjangkau) : ibu dan keluarga mampu membeli
susu formula
4. Sustainable (berkelanjutan) :
susu formula harus diberikan setiap hari selama usia bayi, dan
diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu
formula tersebut dijamin keberadaannya
5. Safe (aman penggunaannya) : susu formula harus disimpan
secara benar,higienis dengan kadar gizi yang cukup, disuapkan
dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak
berdampak terhadap peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya. Apabila satu syaratnya
tidak terpenuhi, maka menyusui secara eksklusif adalah suatu
5. PENYAKIT
solusi.
146 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
HIV DAN
Asuhan Gizi pada Anak usia 6 – 24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi. Oleh karena itu makanan padat
harus segera diberikan pada waktu bayi berusia 6 bulan. Makanan
padat dapat diberikan paling awal sejak bayi berusia 4 bulan
apabila telah terdapat tanda-tanda gagal tumbuh atau ibu dengan HIV
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI nya lagi.
Pendekatan tata laksana gizi pada anak yang belum dan sudah
menampakkan manifestasi klinis kurang gizi berbeda. Pada anak yang
sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan
dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus
meliputi :
1) Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kembang optimal dapat tercapai
2) Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan
3) Selalu mencoba pemberian makanan per oral terlebih dahulu
4) Selalu mencuci buah dan sayuran dengan air hangat; kupas kulitnya
jika memungkinkan, dan masak hingga matang sebelum disajikan
5) Meningkatkan densitas kalori dengan menambahkan jenis bahan
yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
6) Obati penyakit penyerta
5. PENYAKIT
Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA ( HIV
dan AIDS )
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
b.Gejala
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran
klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis
besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;
1)Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2)Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
3)Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang
biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4)Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi
diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
buang air besar). Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang
5. PENYAKIT
c. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1)Perawatan
Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Posisi tubuh harus diubah setiap ± 2 jam untuk
mencegah dekubitus.
a)Mobilisasi sesuai kondisi.
2)Diet
a) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula lunak kemudian makanan biasa)
b)Makanan mengandung cukup cairan, cukup energi, dan tinggi
protein
c) Tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan banyak gas
3)Obat
a) Antibiotik
b)Obat Simpstomatik
5. PENYAKIT
Acute Honeymoon
Stress acut yg mendorong sekresi epinefrin, terjadi penurunan insulin &
Ketoacidocis
12 13 14
Kelainan metabolisme pada penderita Diabetes Mellitus Type I adalah Kelainan yan
↓INSULIN GLUKAGON ↑
Gluconeo-
genesis ↑ Glico-lipolysis ↑
Breakdown of tissue protein ↑ genolisis
Free fatty Acid in
plasma ↑
Glucose up- take byGlucose
tissues uptake
by tissues ↓
Hepatic Out put of
keton bodies ↑
Hyperglycemia
Ketoacidosis
Bagan 9. Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I 5. PENYAKIT
Pemahaman sedikit tentang patofisiologi ini pada ahli gizi Puskesmas menjadi
sangat penting agar mudah menganalisa berbagai problem gizi yang mungkin
terjadi pada diabetes mellitus sehingga memudahkan dalam menegakkan
diagnosa gizi maupun intervensinya.
5. PENYAKIT
Gejala Kronik :
- Nafsu makan menurun
- Banyak minum & kencing
- Mudah capek/ mengantuk
- BB turun 5 - 10 Kg/2 - 4 minggu.
- Rasa mual bila berlanjut tidak sadarkan diri
- Kesemutan, Rasa tebal di kulit terutama kaki
- Kulit rasa panas, kram
- Mata kabur
- Gatal sekitar kemaluan (wanita).
- Gigi mudah goyah dan lepas
- Kemampuan sexual menurun (impoten)
- Ibu hamil sering keguguran/bayi lahir mati.
- Ketoasidosis
Mikroangiopati :
- Retinopati
- Nefropati
Neuropati/gagal syaraf
Rentan infeksi : TBC, Ginggivitis, Infeksi saluran kencing.
Kaki diabetik (ganggren) merupakan akibat Gabungan.
- Sistem rujukan
162 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS
k. Prinsip-Prinsip Pengaturan Makan pada Diabetes Mellitus
1.Jumlah makanan yang dianjurkan adalah seimbang, dengan
komposisi kalori dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak
20-25%
Prinsip :
- anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada
umumnya
- tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan
kalori (tidak berlebih)
- menu sama dengan menu keluarga
- teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan
5% 10% 10%
Lemak
- Anjuran konsumsi Lemak : 20 – 25 % dari total kebutuhan energi
- Konsumsi lemak sebaiknya tidak boleh melebihi 30% asupan energi.
- Asupan lemak penderita DM untuk mencegah atau menangani
dislipidemia : mengikuti aturan Step II dimana komposisi lemak
makanan sehari sebaiknya :
- Total Lemak 25%
- SFA (lemak Jenuh) < 7%
- MUFA (lemak tak jenuh Tunggal) < 10%
- PUFA (lemak tak jenuh ganda) < 10%
- Kholesterol < 250 mg/hari
Serat
- Sayur-sayuran dan buah-buahan terutama golongan sayuran dan
buah tinggi serat karena dapat menurunkan kadar lipid/lemak darah
dan Gula darah (serat dianjurkan 20 -30 g/hari). ± 25 g/hari
5. PENYAKIT
jasmani
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal
ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
171
ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK
q. Syarat Diet secara Umum
- Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan
kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25 - 30 kkal/kg BB
normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus,
misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%),
siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan
selingan ( masing-masing 10-15% )
- Kebutuhan Protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari
lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan
sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan
dibatasi, yaitu
≤300 mg/hari
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu
60 – 70%
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula
murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam
jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol
LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai
pengaruh laksatif.
- Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut
air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata
memenuhi kebutuhan serat sehari
- Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang
sehat, yaitu 3000 mg/hari Na. Apabila mengalami hipertensi, asupan
garam harus dikurangi ( diet rendah garam ).
5. PENYAKIT
- Syarat Diet :
(a) Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal
(b)Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8
g/kg BB. Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung
pada kondisi pasien. Sebanyak 65% protein berasal dari sumber
protein bernilai biologik tinggi
(c) Karbohidrat sedang, yaitu 55 – 60% dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan
lipida darah. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber
karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa
gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama
makanan utama dan bukan di antara waktu makan.
(d)Lemak normal, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total.
Utamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan
asam lemak jenuh hendaknya < 10% asupan energi total.
Kolesterol < 250 mg
(e)Natrium : 1000 – 3000 mg, tergantung pada tekanan darah,
adanya edema, dan ekskresi natrium
(f) Kalium dibatasi hingga 40 – 70 mEq ( 1600 – 2800 mg ) atau 40
mg/kg BB, bila ada hiperkalemia ( GFR ≤ 10 ml/menit ) atau bila
5. PENYAKIT
a.Definisi Hipertensi
- Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai
pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui
arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh
ke titik terendah saat jantung mengisi darah kembali, atau disebut
juga tekanan arteri di antara denyut jantung.
- Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap
- Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih besar dari 90 mmHg
- Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
besar dari 90 mmHg.
- Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg
(NHLBI, 2006).
- Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah = 140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di
atas 18 tahun). Jika terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan
darah tersebut (atau dua-duanya, sistol dan diastol), sudah dapat
dikatakan terjadi hipertensi.
b.Penyebab Hipertensi
- Hipertensi Pirmer : tidak diketahui (90%)
- Hipertensi sekunder ; penyebab berkaitan dengan penyakit tertentu
(10%)
5. PENYAKIT
4.Protein
- Protein diberikan cukup yaitu ± 10% dari total kebutuhan energi atau
0.8 – 1 g/kg/hari. Pembatasan protein diberikan ketika ditemukan
ada tanda komplikasi pada organ ginjal , misalnya mulai
ditemukan: mikroalbuminurea atau sudah terjadi gagal ginjal.
5. Lemak
- Lemak sebaiknya diberikan dalam jumlah adekuat antara 25
sampai 30% dari total kebutuhan energi. Tetapi jika ditemukan
hipertensi dengan atherosklerosis dan dislipidemia maka
penderita hipertensi harus menjalankan diet dislipidemia khusus
orang Indonesia (Asia) digunakan step 2 diet dislipidemia dengan
komposisi total lemak : 25% dari kebutuhan energi
SFA : <7%
PUFA : < 10%
MUFA : < 10%
Karbohidrat : 50-60%
Protein : 10-20%
Kolesterol : < 250 mg
5. PENYAKIT
7.Tinggi Antioksidan
- Antioksidan sangat penting pada penderita hipertensi
karena berfungsi mengeradikasi oksidan/radikal bebas yang
memungkinkan timbulnya atherosklerosis sehingga pada
penderita hipertensi perlu diet tinggi antioksidan yaitu tinggi
vitamin A, vitamin C, vitamin E, Selenium, Zn dan Cuprum (dalam
bentuk metaloenzim)/superokside desmutase.
- Antioksidan juga berperan dalam melindungi asam-asam lemak
tak jenuh agar tidak mudah teroksidasi.
8.Tinggi Serat
- Penderita hipertensi terutama yang mengalami stroke dan
immobile perlu serat untuk memperbaiki pola defekasi dan
mencegah dislipidemia yang merperburuk hipertensi.
lain-lain.
f. Langkah Promotif/Preventif
- Langkah promotif meliputi gaya hidup sehat yakni pola makan dengan
gizi seimbang dan berolahraga/beraktivitas fisik secara teratur.
- WHO (1998) membagi pencegahan menjadi tiga tahap yaitu ;
- Pencegahan primer yang bertujuan mencegah terjadinya obesitas
- Pencegahan sekunder yang bertujuan menurunkan prevalensi
obesitas
- Pencegahan tersier yang bertujuan mengurangi dampak obesitas
5. PENYAKIT
h.Komplikasi.
a. Obstructive sleep apnea : mulai dari mengorok sampai mengompol
b. Tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral
epiphysis) yang bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan
terbatasnya gerakan panggul, serta penyakit Blount (tibia vara).
c. Non-alcoholic-steato-hepatitis berupa perlemakan hati
d. Penyakit kardiovaskuler
e.Kelainan kulit, khususnya di daerah lipatan berupa ruam panas,
intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis nigricans dan jerawat
f..Psikososial : canggung atau menarik diri dari kontak sosial
5. PENYAKIT
j. Terapi Diet
Prinsip :
- Rendah energi,
- Cukup protein,
- Cukup lemak,
- Tinggi serat,
- Cukup cairan,
- Cukup vitamin & mineral.
5. PENYAKIT
Komponen Keterangan
Menetapkan target Kecepatan penurunan barat badan 0,5-2 kg per bulan
penurunan berat badan sampai target awal sebesar 2,5 – 5 kg tercapai.
Pengaturan diet Nasehat diet yang mencantumkan jumlah kalori per hari
dan anjuran komposisi lemak, protein dan karbohidrat
Aktifitas fisik Awalnya disesuaikan dengan tingkat kebugaran anak
dengan tujuan akhir 20-30 menit per hari di luar aktivitas
fisik di sekolah
Modifikasi perilaku Pemantauan mandiri, pendidikan gizi, mengendalikan
rangsangan, memodifikasi kebiasaan makan, aktivitas
fisik, perubahan perilaku, penghargaan dan hukuman
(reward and punishment)
Keterlibatan keluarga Analisis ulang aktifitas keluarga, pola menonton televisi,
melibatkan orang tua dalam konsultasi gizi
5. PENYAKIT
a.Definisi
- Dislipidemia adalah kelainan pada kadar lipid atau lemak yang
terkandung dalam darah . Umumnya isitilah ini lebih ditujukan
pada meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserid. Dengan
meningkatnyan kadar kolesterol, khususnya LDL, dapat
menimbulkan penumpukan “kerak” pada dinding pembuluh darah.
Kerak atau plaque atherosklerosis inilah yang mengakibatkan
penyempitan saluran darah. Jika yang menyempit adalah
pembuluh koroner di jantung, maka menimbulkan penyakit
jantung koroner (Iwan Dakota, 2007).
- Dislipidemia adalah suatu gangguan metabolisme lemak yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar lipid dalam
darah. Dislipidemia secara klinis dapat berupa :
- Hiperkolesterolemia
- Hipertrigliseridemia
- Kombinasi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
- Isolated hipo-High Density Lipoprpteinemia.
- Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang
ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,
kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam
darah.
b.Jenis Dislipidemia
- Secara umum dislipidemia dapat dibagi atas dua tipe yaitu ;
dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder (Widjaya Lukito, 2000).
(1). Dislipidemia primer
- Common hypercholesterolemia
- Familial hypercolesterolemia
5. PENYAKIT
d.Gejala
1.Biasanya tidak terdapat gejala yang timbul karena dislipidemia,
sehingga seseorang yang mengalami perubahan profil lipid tidak
menyadarinya. Setiap orang yang berumur 20 tahun atau lebih
harus melakukan pemeriksaan secara rutin satu kali setiap lima
tahun sekali. Dan setiap orang harus mendiskusikan kadar lemak
5. PENYAKIT
e.Faktor Resiko
Menurut T. Bahri Anwar,(2004) perlu dipertimbangkan dalam
upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Faktor
resiko tersebut ada yang bisa dimodifikasi seperti: dislipidemia,
hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus, serta yang
tidak hisa dimodifikasi seperti: usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat
keluarga serta riwayat PKV (Penyakit Kardiovaskular) sebelumnya.
Agar pencegahan dapat lebih berhasil maka semua faktor resiko
yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan secara serentak.
Sehubungan dengan strategi pengelolaan dislipidemia berdasarkan
faktor resiko lain yang perlu diperhatikan meliputi ;
a)Faktor resiko positif
b)Faktor resiko negative
5. PENYAKIT
Prinsip
- Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika status
gizi antropometri berlebih atau obesitas.
- Lemak rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
rendah lemak jenuh
- Tinggi serat
- Tinggi Antioksidan
5. PENYAKIT
- Cukup karbohidrat
kumpulannya ” tophus”.
- Penumpukan kristal urat di persendian tumbuh membesar dan mulai
merusak tulang dekat persendian.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 207
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN
- Gangguan gerak pada persendian.
- Gumpalan keras / tophi (tophus) banyak terjadi ; synovium (cairan
sendi),tulang, kulit sekeliling sendi, ginjal, siku dan tendon achilles.
- Tophi biasanya berkurang jika kadar asam urat dalam darah berkurang.
- Bentuk serangan biasanya tanpa gejala dan kemudian timbul berulang
sehingga menimbulkan gambaran polyarthritis.
- Gout ditandai dengan hyperurecemia dan penimbunan kristal asam
urat di jaringan persendian dan dapat juga terjadi di ginjal, tulang
rawan dan jaringan lainnya.
- Gouty Nephropaty
Tinggi Karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat
kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat
sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali,
5. PENYAKIT
dan
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN
210 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN
sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar
asam urat dalam darah.
Cukup Protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam
urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari
susu, keju dan telur.
Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, penderita disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 sampai 3 liter atau 10-12 gelas sehari. Air minum ini
bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan
bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air.
Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,
belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-
buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat
sedikit mengandung purin.
5. PENYAKIT
5. PENYAKIT
a.Definisi Hepatitis
- “ Peradangan sel hati baik akut maupun kronik”
- Akut : radang hati akut karena infeksi oleh virus hepatotropik.
- Kronik : radang hati yg histologiknya sebagai nekrosis, inflamasi &
fibrosis hepatosit dlm berbagai tingkat (berat, ringan) yang berlangsung
lebih dari 6 bulan.
5. PENYAKIT
Hepatitis Akut
- Virus A, B, Non A/B, Delta, Epsten-Barr, Sitomegalo dg gejala Klinis :
- Masa Inkubasi : tergantung macam virus
- Masa Prodromal /preikterik : 3-10 hari ; rasa lesu/lemah, badan panas,
mual s/d muntah, anoreksia, perut kanan nyeri.
- Masa Ikterik : urin warna coklat, sklera mata kuning, kemudian seluruh
badan , puncak ikterus dalam 1-2 minggu , hepatomegali ringan, nyeri
tekan.
- Masa Penyembuhan : Ikterus berangsur-angsur kurang dan hilang
dalam 2-6 minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan &
hepatomegali, sembuh sempurna 3 - 4 bulan.
Pemeriksaan Laboratorium
- Prodromal :leukosyt menurun, transaminase serum 10-100 x lipat
sebelum ikterus, akhir tahap ini bilirubinuria.
- Ikterik :Ikterus nampak bila bilirubin serum > 2.5 mg/dl, alkaline
fosphatase naik 3 kali lipat.
- Penanda diagnosis virus :
Hepatitis A : IgM anti HAV
Hepatitis B : IgM anti HBC + HBsAg
Hep. NANB : tidak ditemeukan penanda virus
Hepatitis D : IgM anti HD
5. PENYAKIT
Hepatitis Kronis
Etiology :
Autoimune (hepatitis. Lupoid), infeksi virus B, NANB, Obat (Oksifenisatin,
Izoniasid, metildopa), alkohol, virus sitomegali, rubella, dsb.
Etiology/penyebab
- Hepatitis virus B , C dan NANB
- Alkohol
- Obstruksi intra/ekstrahepatik lama
- Bendungan aliran vena hepatika pada pasien Venoo oklusif
- Gangguan autoimune (Hep. Lupoid)
- Toksis Obat (metotresak)
- Operasi usus pada obesitas
- Malnutrisi
- Infeksi kronis parasit (sistosomisiasis)
- Dsb.
Di Indonesia penderita sirosis hepatic ; 30-40% HBsAg (+), 10-20%
tanda infeksi anti HB core (+)
Gejala Klinis
Gejala Klinis ada dua tahap :
- Sirosis Kompensata : Asympstomatik
- Lemah, mual, muntah, sebah, malaise
5. PENYAKIT
Penanda Laboratorium
- Laboratorium : hiperbilirubinemia, hipoalbumin, g globulin, waktu
protrombin yang memanjang, bila timbul hipersplenisme maka dijumpai
; anemia normokrom normositer, trombositopenia dan leukopenia.
- Jika terjadi perdarahan : anemia hipokrom mikrositer dan makrositer
karena defisiensi asam folat
- Diagnosis penunjang : USG abdomen bagian atas, endoscopy.
Terapi Diet
Tujuan
Tujuan terapi pada CH : mencegah penyulit yg timbul dengan membatasi
kerja fisik, hindari alkohol, hindari obat hepatotoksis dan diet yang tepat.
Diet :
- Tinggi energi tinggi protein pada fase tertentu
- Pembatasan cairan pada kasus edema dan asites
- Rendah Natrium
- Secara umum diberikan 40-45 kkal/kg BBI/hari
- Protein 0.8-2 g/kg BB/hari (mula-mula dicoba 0.5 – 0.79 g/kg BB/hari ,
sampai didapatkan imbang nitrogen (+) dan komposisinya 60-70% nilai
5. PENYAKIT
biologi tinggi.
b.Syarat Diet :
1.Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
2.Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya
3.Lemak rendah, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4.Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
5.Cairan cukup, terutama bila ada muntah
6.Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
7.Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak
8.Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang
9.Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24 – 48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Catatan :
- Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu
dilakukan penyesuaian
- Frekuensi makan yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan
- Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan dispepsia, misalnya porsi
makan terlalu besar, makan terlalu cepat, atau berbaring/tidur segera
5. PENYAKIT
setelah makan.
220 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
- Hindari Makanan yang merangsang agar tidak memberatkan kondisi
peradangan pada lambung. Aspek makanan merangsang itu terdiri
dari:
- Rangsang Fisik : adalah makanan yang merangsang pengeluaran
asam lambung berlebihan karena terlalu kasar bentuknya seperti ;
makanan yang digoreng.
- Rangsang Thermik : adalah makanan yang merangsang lambung
karena terlalu panas atau dingin.
- Rangsang Chemist/Kimia : adalah makanan yang merangsang
lambung karena aspek rasa terlalu tajam karena bumbu, terlalu
pedas dsb.
5. PENYAKIT
CATATAN
5. PENYAKIT
DAFTAR
Alberti KZ, Zimmet PZ, 1998, Definition, diagnosis and classification of diabetes
mellitus and its complications. Part 1: Diagnosis and classification of
diabetes mellitus provisional report of a WHO consultation. Diabet
Med, 1998; 15: 539-53, diakses tanggal 9-2-2007 dari www.ajcn.org/
contents-by-date.0.shtml · 2/9/2007.
Almatsier Sunita, 2002, Prinsip Ilmu Gizi Dasar, Pustaka Gramedia, Jakarta
Ashwell Margaret, Lejeune Sonya , 1996, Ratio Of Waist Circumference To
Height May Be Better Indicator Of Need For Weight Management,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;312:377
(10 February), www. BMJ.com
Ashwell Margaret, Cole Timothy J, Dixon Adrian K, 1996, Ratio Of Waist
Circumference To Height Is Strong Predictor Of Intra-Abdominal Fat,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;313:559-560
(31 August), www. BMJ.com
Borghi E, de Onis M, Garza C, Van den Broeck J, Frongillo EA, Grummer-
Strawn L, Van Buuren S, Pan H, Molinari L, Martorell R, Onyango AW,
Martines JC, for the WHO. Multicentre Growth Reference Study
Group. Construction of the World Health Organization child growth
standards: selection of methods for attained growth curves. Statistics
in Medicine 2006;25(2):247-65
Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot
Company, Philadelphia.
Committee on Nutrition. Ch olesterol in Childhood. Pediatrics 1998;101;141-147.
Committee on Nutrition, American Academy of Pediatrics. Statement on
cholesterol. Pediatrics 1992;90;469-73.
Daniels SR, Greer FR, and the Committee on Nutrition. Lipid Screening and
Cardiovascular Health in Childhood. Pediatrics 2008;122;198-208.
Depkes RI, 2007. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Depkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta.
DAFTAR
Kemenkes, 2013 Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Direktorat Bina Gizi, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku I dan II.Jakarta.
National Cholesterol Education program, expert panel on detection evaluation
and treatment of high blood cholesterol. US Department of Health and
Human Service. 1992
National Obesity Forum (NOF), 2006, Waist Circumference, diakses tanggal 9
Pebruari, 2007 dari www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity.
Neal AW. Disorders of lipoporotein metabolism and transport. In: Kliegman,
Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. p. Philadelphia: Saunders. 2007. p. 580-92.
NHLBI, 1998, Obessity Classification for Adult, diakses tanggal 14 Maret 2007,
www.nhlbi.nih.gov.
NHLBI, 2006, Imformation for Patient & Public, diakses tanggal 7 Pebruari
2007, dari http://www.nhlbi.nih.gov/
NOF, 2006, At Risk Obesity, diakses tanggal 14 Maret 2007, www.
nationalobesityforum.org.
Paath EF, dkk, 2004. Gizi dalam kesehan reproduksi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksanan Penyakit Diabetes Mellitus,
Jakarta.
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, 2000, Pegangan Penatalaksanaan
Nutrisi Pasien, Jakarta.
Sanjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Steinberger J, Kelly AS. Challenges of Existing Pediatric Dyslipidemia
Guidelines: Call for Reappraisal. Circulation 2008;117;9-10.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Rendah Kalori.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Hipertensi
Puskesmas Perawatan
Penyakit ringan / berat Obati penyakit
Datang sendiri
Diet gizi buruk PUSKESMAS
Dirujuk : MTBS Non MTBS
10 tata laksana gizi buruk
RAWAT INAP
YANKES RUJUKAN Penyakit berat Obati penyakit
Gizi kurang Penambahan energi dan protein 20 – 50 % diatas AKG
RAWAT JALAN
Obati penyakit
Penambahan energi dan protein 20 – 50 % diatas AKG
Penyakit ringan
Gizi kurang
Lampiran 2
LAMPIRAN
- Susu skim 80 g 90 g
- Gula 50 g 65 g
- Minyak sayur 60 g 75 g
- Larutan suplementasi mineral 20 ml
- Tambahkan air menjadi 1000 ml
- Kandungan Kalori 100 Kkal /dl 135 Kkal /dl
Catatan Gula dapat diganti dengan tepung beras yang sudah dimasak .
Keuntungannya: Osmolaritas lebih rendah.
PMT pemulihan diberikan dengan cara :
- Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan
setiap hari
- Pemberian makanan pada balita gizi kurang di rumah, dianjurkan mengikuti
pedoman pemberian makan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak
MgCl2.6H2O : 76 gram
Zn acetat 2 H2O : 8,2 gram
CuSO4.5H2O : 1,4 gram
Ditambah air sampai : 2.5 liter
Atau 1 sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml air matang untuk
bahan pembuatan 1 ltr F-75 atau F- 100 / Resomal
Modifikasi ReSoMal:
BAHAN UNTUK 2000 ml
Bubuk WHO-ORS 1 pak @ 1000 ml
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCl 4 gr
Ditambah air sampai 2 liter
Atau
Larutan WHO-ORS siap pakai : 1 liter
Gula pasir : 50 gr
Bubuk KCL : 4 gr
Ditambah air sampai : 2 liter
Apabila tidak tersedia mineral mix digunakan bubuk KCl dengan bahan-bahan
sebagai berikut:
Bubuk Oralit : 1 sachet
Gula pasir : 10 gr
KCl : 0,8 gr
Ditambah air sampai : 400 ml
LAMPIRAN
Karena modifikasinya tidak mengandung Mg, Zn dan Cu, maka diberikan
bahan makanan yang mengandung sumber mineral tersebut. Dapat pula
diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maksimum 2 ml.
Minyak sayur g 30 60
Larutan elektrolit Ml 20 20
Protein g 9 29
Lactosa g 13 42
LAMPIRAN
Potasium Mmol 36 59
Sodium Mmol 6 19
Seng Mg 20 23
% energi protein - 5 12
% energi lemak - 36 53
LAMPIRAN
Larutan ini bisa langsung diminum.
Tepung beras 25
Susu 120
Gula 15
Kacang-kacangan 20
Labu 25
LAMPIRAN
Sayuran hijau 25
Minyak/ margarin 10
air 250
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari V Bubur manado 2 sdk sayur (270 gr)
Tempe goreng 2 sdm (50 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VI Dadar gulung 2 bj (200 gr)
Pisang susu 2 bh sedang (150 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VII Pallu butung 3 sdk sayur (360 gr)
Telur ayam rebus 1 btr (40 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Telur 50 g
Minyak 5 g (1/2 sdm)
Sayur bening daun
katuk Daun katuk 75 g
Jus Jambu biji Jambu biji 100 gr
Gula pasir 1 sdm
Jam 16.00 Bubur kacang hijau Kacang hijau 25 g
Ketan 25 g
Susu 50 g
Gula merah 25 g
Malam Mi ayam Mi basah 100 g
Ayam 75 g
Telur 100 g
Cay Sim 50 g
Buah Pepaya 100 g
Sebelum tidur Susu Cokelat Susu segar 200 g/ 1 gelas
Gula pasir 1 sdm
LAMPIRAN
NILAI GIZI :
EnergiI = 2128 KALORI
Protein = 80 g
Lemak = 63 g
Karbohidrat = 305 g
Fe = 24.2 mg
Na = 403 mg
LAMPIRAN
Lanjutan Bagan
Diet ini harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, beri susu sebagai sumbar protein
Susu bubuk lemak penuh (atau susu cair: 85 ml) 11 g
Nasi 15 g
Minyak sayur 3,5 g Gula tebu
Air matang 3g
200 ml
Jenis diet kedua untuk diare persisten: Tanpa susu (bebas laktosa) diet
dengan rendah pati (strarch)
Diet yang kedua harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, dan menyediakan seti
LAMPIRAN
Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri
dengan cara sebagai berikut;
Bahan:
Beras 40 g (½ gelas)
Tempe 50g (2 potong)
Wortel 50 g (½ gelas)
Cara membuat:
-Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel
-Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus.
- Bubur tempe siap disajikan
LAMPIRAN
LAMPIRAN
protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok :
1.Rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
2.Lemak sedang
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 g Lemak;75 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bakso 10 bj sdg 170
Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35
Daging Domba 1 ptg sdg 40
Daging Kambing 1 ptg sdg 40
Daging Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+
Ginjal Sapi 1 ptg bsr 45 Ko+, Pr+
Hati Ayam 1 bh sdg 30 Pr+
Hati Babi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+
LAMPIRAN
Bebek 1 ptg sdg 45 Pr+
Belut 3 ekor kcl 45
Corned beef 3 sdm 45 Na+
Daging Ayam Dengan
Kulit 1 ptg sdg 40 Ko+
Daging Babi 1 ptg sdg 50 Ko+
Na++, Ko+,
Ham 1 1/2 ptg kcl 40 Pr+
Sardencis 1/2 ptg sdg 35 Pr+
Sosis 1/2 ptg sdg 50 Na+
Kuning Telur Ayam 4 btr 45 Ko+
Telur Bebek 1 btr 55 Ko+
Telur Ikan 1 ptg sdg 40
Keterangan :
Na+ Natrium 200-400 mg Na++ Natrium > 400 mg
Ko+ Tinggi Kolesterol Pr+ Tinggi Purin
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
Sayuran A
Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan Energi nya
Baligo
Gambas (oyong) S+
Jamur Kuping Segar S++
LAMPIRAN
Ketimun S+ K+
Labu Air
Lettuce S+
Lobak S++
Slada S+ K+
Slada Air S+
Tomat
Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein;
25 Kalori
LAMPIRAN
Nangka Muda S+
Taoge Kacang Kedele
Lychee 10 bh 75
Mangga 3/4 bh bsr 90
Manggis 2 bh sdg 80 S++
Merkisa 3/4 bh sdg 35 S++
Melon 1 ptg bsr 190 S+
LAMPIRAN
Salak 1 bh sdg 65 S+
Semangka 2 bh sdg 180
Sirsak 1/2 gls 60 S+
Srikaya 2 bh bsr 50 S+
Strabery 4 bh bsr 215 S++
Gula 1 sdm 13
Madu 1 sdm 15
LAMPIRAN
1. LEMAK TIDAK JENUH
LAMPIRAN
Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
K+ Tinggi Kalium
Pr+ Tinggi Purin
Tempe bumbu
rujak Tempe 50 g /2 ptg sdg
Tumis kangkung Kangkung 75 g/ 3/4 gls
Minyak 10 g / 1 sdm
Buah Mangga 100 g / 1 bh sdg
Malam Nasi Nasi 140 g / 2 gls
Ayam panggang Ayam 50 g / 1 ptg sdg
Sup tahu sayur Tahu 50 g / 1 ptg sdg
Wortel 25 g / 1/4 gls
Kol 25 g / 1/4 gls
Buncis 25 g / 1/4 gls
LAMPIRAN
2
Vitamin A Banyak terdapat di dalam ikan, susu, hati
Lampiran
Kelompok TB BB Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Air
Umur (cm) (kg) (kkal) (g) (g) (g) (g) (mL)
Bayi/Anak
0 -< 6 bl 61 6 550 12 30 58 0
6 -<12 bl 71 9 700 16 35 80 10 800
1-3 th 91 13 1050 20 40 145 15 1200
4-6 th 112 19 1550 28 60 210 22 1500
7-9 th 130 27 1800 38 70 250 25 1900
Laki laki
10-12 th 142 34 2100 50 70 290 29 1800
Perempuan
10-12 th 145 36 600 15 11 35
13-15 th 155 46 600 15 15 55
16-18 th 157 50 600 15 15 55
19-29 th 159 54 500 15 15 65
30-49 th 159 55 500 15 15 65
50-64 th 159 55 500 15 15 65
65-79 th 159 54 500 20 15 65
80+ th 159 53 500 20 15 65
Hamil
Trimester 1 +300 +0 +0 +0
Trimester 2 +300 +0 +0 +0
Trimester 3 +350 +0 +0 +0
Menyusui
6 bl pertama +350 +0 +4 +0
6 bl kedua +350 +0 +4 +0
Lampiran
Kelompok TB BB Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Vitamin B12 Folat Pantotenat Biotin Choline Vitamin C
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (mg) (µg) (µg) (mg) (µg) (mg) (mg)
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 0.3 0.3 3 0.1 0.4 65 1.7 5 125 40
6-<12 bl 71 9 0.4 0.4 4 0.3 0.5 80 1.8 6 150 50
1-3 th 91 13 0.6 0.7 6 0.5 0.9 160 2 8 200 40
4-6 th 112 19 0.8 1.0 9 0.6 1.2 200 2 12 250 45
7-9 th 130 27 0.9 1.1 10 1.0 1.2 300 3 12 375 45
Laki laki
10-12 th 142 34 1.1 1.3 12 1.3 1.8 400 4 20 375 50
13-15 th 158 46 1.2 1.5 14 1.3 2.4 400 5 25 550 75
16-18 th 166 56 1.3 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
19-29 th 168 60 1.4 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
30-49 th 168 62 1.3 1.6 14 1.3 2.4 400 5 30 550 90
50-64 th 168 62 1.2 1.4 13 1.7 2.4 400 5 30 550 90
65-79 th 168 60 1.0 1.1 10 1.7 2.4 400 5 30 550 90
Buku Saku ASUHAN GIZI DI
Lampiran
2
TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Ca P Mg Cu Cr Fe I Zn Se Mn F Na K
Buku Saku ASUHAN GIZI DI
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (ug) (ug) (mg) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg) (mg) (mg)
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 200 100 30 200 0,2 0,5 90 1,3 5 0,003 0,01 120 400
6-<12 bl 71 9 250 250 55 220 5,5 7 120 3,0 10 0,6 0,4 200 700
1-3 th 91 13 650 500 60 340 11.0 8 120 4.0 17 1,2 0,6 1000 3000
4-6 th 112 19 1000 500 95 440 15.0 9 120 5.0 20 1,5 0,9 1200 3800
7-9 th 130 27 1000 500 135 570 20.0 10 120 11,3 20 1,7 1,2 1200 3800
Laki laki
10-12 th 142 34 1200 1250 153 700 25.0 13 120 14,0 20 1,9 1,7 1500 4500
13-15 th 158 46 1200 1250 207 795 30.0 19 150 18,2 30 2,2 2,4 1500 4700
16-18 th 166 56 1100 1250 252 890 35.0 15 150 16,9 30 2,3 2,7 1500 4700
19-29 th 168 60 1000 700 350 900 36,5 13 150 13,0 30 2,3 3,0 1500 4700
30-49 th 168 62 1000 700 350 900 35,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1500 4700
50-64 th 168 62 1000 700 350 900 31,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1300 4700
65-79 th 168 60 1000 700 350 900 25,5 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1200 4700
80+ th 168 58 1000 700 350 900 20,4 13 150 13,3 30 2,3 3,1 1200 4700
Perempuan
10-12 th 145 36 1200 1250 162 700 21.0 20 120 12,9 20 1,6 1,9 1500 4500
13-15 th 155 46 1200 1250 207 795 22,5 26 150 15,8 30 1,6 2,4 1500 4700
16-18 th 157 50 1200 1250 225 890 24.0 26 150 14 30 1,6 2,5 1500 4700
19-29 th 159 54 1100 700 324 900 30,5 26 150 9,3 30 1,8 2,5 1500 4700
30-49 th 159 55 1000 700 330 900 28,8 26 150 9,8 30 1,8 2,7 1500 4700
50-64 th 159 55 1000 700 330 900 25,5 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1300 4700
65-79 th 159 54 1000 700 324 900 20,8 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1200 4700
80+ th 159 53 1000 700 318 900 19,1 12 150 9,8 30 1,8 2,7 1200 4700
Hamil
Trimester 1 +200 +0 +0 +100 +3,5 +0 +100 +1,2 +5 +0,2 +0 +0 +0
Trimester 2 +200 +0 +0 +100 +3.5 +9 +100 +4,2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Trimester 3 +200 +0 +0 +100 +3.5 +13 +100 +10,2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Menyusui
6 bl pertama +200 +0 +20 +400 +20 +6 +100 +4,5 +10 +0,8 +0 +0 +400
6 bl kedua +200 +0 +20 +400 +20 +8 +100 +4.5 +10 +0.8 +0 +0 +400
Lampiran
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
6.6 7.1 7.7 8.3 69.5 8.1 7.4 6.8 6.2
6.6 7.2 7.8 8.4 70.0 8.2 7.5 6.9 6.3
6.7 7.3 7.9 8.5 70.5 8.3 7.6 6.9 6.4
6.8 7.4 8.0 8.6 71.0 8.4 7.7 7.0 6.5
6.9 7.5 8.1 8.8 71.5 8.5 7.7 7.1 6.5
7.0 7.6 8.2 8.9 72.0 8.6 7.8 7.2 6.6
7.1 7.6 8.3 9.0 72.5 8.7 7.9 7.3 6.7
7.2 7.7 8.4 9.1 73.0 8.8 8.0 7.4 6.8
7.2 7.8 8.5 9.2 73.5 8.9 8.1 7.4 6.9
7.3 7.9 8.6 9.3 74.0 9.0 8.2 7.5 6.9
7.4 8.0 8.7 9.4 74.5 9.1 8.3 7.6 7.0
7.5 8.1 8.8 9.5 75.0 9.1 8.4 7.7 7.1
7.6 8.2 8.8 9.6 75.5 9.2 8.5 7.8 7.1
7.6 8.3 8.9 9.7 76.0 9.3 8.5 7.8 7.2
7.7 8.3 9.0 9.8 76.5 9.4 8.6 7.9 7.3
7.8 8.4 9.1 9.9 77.0 9.5 8.7 8.0 7.4
7.9 8.5 9.2 10.0 77.5 9.6 8.8 8.1 7.4
7.9 8.6 9.3 10.1 78.0 9.7 8.9 8.2 7.5
8.0 8.7 9.4 10.2 78.5 9.8 9.0 8.2 7.6
LAMPIRAN
Berat badan Anak laki-laki (kg) Berat badan Anak Perempuan (kg)
TB
-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD -3 SD
5.9 6.3 6.9 7.4 65.0 7.2 6.6 6.1 5.6
6.0 6.4 7.0 7.6 65.5 7.4 6.7 6.2 5.7
6.1 6.5 7.1 7.7 66.0 7.5 6.8 6.3 5.8
6.1 6.6 7.2 7.8 66.5 7.6 6.9 6.4 5.8
6.2 6.7 7.3 7.9 67.0 7.7 7.0 6.4 5.9
6.3 6.8 7.4 8.0 67.5 7.8 7.1 6.5 6.0
6.4 6.9 7.5 8.1 68.0 7.9 7.2 6.6 6.1
6.5 7.0 7.6 8.2 68.5 8.0 7.3 6.7 6.2
6.6 7.1 7.7 8.4 69.0 8.1 7.4 6.8 6.3
6.7 7.2 7.8 8.5 69.5 8.2 7.5 6.9 6.3
6.8 7.3 7.9 8.6 70.0 8.3 7.6 7.0 6.4
6.9 7.4 8.0 8.7 70.5 8.4 7.7 7.1 6.5
6.9 7.5 8.1 8.8 71.0 8.5 7.8 7.1 6.6
LAMPIRAN
LAMPIRAN
10.1 10.9 11.8 12.8 89.5 12.5 11.5 10.5 9.7
10.2 11.0 11.9 12.9 90.0 12.6 11.6 10.6 9.8
10.3 11.1 12.0 13.0 90.5 12.8 11.7 10.7 9.9
10.4 11.2 12.1 13.1 91.0 12.9 11.8 10.9 10.0
10.5 11.3 12.2 13.2 91.5 13.0 11.9 11.0 10.1
10.6 11.4 12.3 13.4 92.0 13.1 12.0 11.1 10.2
10.7 11.5 12.4 13.5 92.5 13.3 12.1 11.2 10.3
10.8 11.6 12.6 13.6 93.0 13.4 12.3 11.3 10.4
10.9 11.7 12.7 13.7 93.5 13.5 12.4 11.4 10.5
11.0 11.8 12.8 13.8 94.0 13.6 12.5 11.5 10.6
11.1 11.9 12.9 13.9 94.5 13.8 12.6 11.6 10.7
11.1 12.0 13.0 14.1 95.0 13.9 12.7 11.7 10.8
11.2 12.1 13.1 14.2 95.5 14.0 12.8 11.8 10.8
11.3 12.2 13.2 14.3 96.0 14.1 12.9 11.9 10.9
11.4 12.3 13.3 14.4 96.5 14.3 13.1 12.0 11.0
11.5 12.4 13.4 14.6 97.0 14.4 13.2 12.1 11.1
11.6 12.5 13.6 14.7 97.5 14.5 13.3 12.2 11.2
11.7 12.6 13.7 14.8 98.0 14.7 13.4 12.3 11.3
11.8 12.8 13.8 14.9 98.5 14.8 13.5 12.4 11.4
LAMPIRAN
HEMATOLOGI
1. Lengkap :
Hemoglobin Laki-laki : 13-16 g/dl
Perempuan : 12-14 g/dll
Hematokrit 40-48 %
Eritrosit 4,5-5,5 juta/ml
Trombosit 150-400 ribu/ml
Laju Endap Darah (LED) < 15 mm
Leukosit 5-10 ribu/ml
2. Hitung Jenis :
Basofil <1 %
Eosinofil 1–3 %
Batang 2–6 %
Segment 50 – 70 %
Limfosit 20 – 40 %
Monosit 2–8 %
LAMPIRAN
KIMIA
1. Fungsi hati
Protein Elektroforesa :
Protein Total 6,6 – 8,7 g/dl
Albumin 45 – 67 %
Alfa 1 Globulin 2 – 6,5 %
7 – 13,5 %
Alfa 2 Globulin
5 – 12 %
Beta Globulin
13,5 – 28 %
Gamma Globulin
2. Protein : 6 – 7,8 g/dl
Protein Total 4 – 5,2 g/dl
Albumin 1,3 – 2,7 g/dl
Globulin
3. Bilirubin : 0,3 – 1 mg/dl
Total < 0,4 mg/dl
Direk < 0,6 mg/dl
Indirek
8.Fungsi Ginjal :
Ureum 10 – 50 mg/dl
Kreatinin < 1,5 mg/dl
Asam Urat 3,4 – 7 mg/dl
LAMPIRAN
Trigliserida 40 – 155 mg/dl
Kolesterol Total < 200 mg/dl
HDL 35 – 55 mg/dl
LDL < 130 mg/dl
12. Elektrolit :
Natrium 135 – 147 mmol/ l
Kalium 3,5 – 5 mmol/l
Klorida 100 – 106 mmol/ l
Kalsium Total 8,4 – 11 mg / dl
URIN
1. Lengkap :
Berat Jenis 1005 – 1030
pH 5–8
Urobilinogen 0,1 – 1 EU / dl
2. Sedimen :
Leukosit < 5 /LPB
Eritrosit < 1/LPB
LAMPIRAN
Hypoglikemia 161
185, 187, 192, 193, 195, 196,
indeks antropometri 46, 134, 190
197, 203, 204, 205, 206, 211,
indeks massa tubuh 163
214, 216
infeksi 1, 10, 46, 49, 51, 52, 57, 61,
pertumbuhan 10, 21, 45, 46, 49, 50, 63,
62, 64, 83, 87, 88, 94, 132,
77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84,
139, 140, 142, 145, 151, 153,
85, 97, 134, 235, 236
156, 162, 165, 207, 214, 216,
posyandu 45, 46, 55, 81, 228
217
protein 17, 18, 31, 32, 33, 46, 47, 48,
jaringan lemak 52, 133, 185, 189
49, 55, 63, 64, 65, 67, 82, 87,
klinis 4, 9, 13, 15, 24, 29, 30, 31, 34,
90, 93, 95, 96, 100, 101, 102,
39, 43, 45, 51, 52, 53, 54, 55,
106, 107, 108, 109, 110, 114,
56, 62, 69, 109, 122, 139, 147,
116, 133, 134, 135, 136, 137,
151, 154, 179, 185, 189, 195,
138, 139, 141, 142, 148, 149,
199, 207, 215, 216, 217, 219,
152, 153, 154, 155, 157, 163,
228
167, 168, 170, 172, 173,180,
kwashiorkor 52
190, 193, 194, 198, 201, 204,
laktasi 111, 128, 165, 166, 172
206, 209, 211, 214, 216, 218,
Laserasi 189
219, 220
lingkar kepala, 30, 53
stres 10, 20, 24, 105, 106, 107, 111,
lingkar lengan atas 53, 87, 89, 118,
121, 137, 141, 157, 165, 166,
271
174, 176, 184, 189, 192, 212,
lingkungan 12, 15, 24, 36, 37, 90,
309,
105, 106, 140, 220, 224
tanda klinis 15, 199
tinggi badan 2, 30, 165, 199, 278, 279,
malnutrition 60, 61, 132
280, 281, 286, 289, 292, 296
marasmus 52
tumbuh kembang 56, 57, 68, 81, 146,
mineral 18, 19, 24, 47, 49, 60, 61, 62,
147, 192, 229
66, 87, 93, 100, 101, 107, 114,
vitamin 18, 19, 32, 33, 34, 47, 49, 62,
117, 131, 132, 136, 137, 138,
63, 87, 89, 93, 94, 95, 96, 99,
139, 141, 143, 155, 173, 181,
100, 101, 102, 100, 101, 105,
183, 190, 191, 229, 230, 231,
113, 116, 128, 131133, 134,
233, 253, 255, 258, 268
135, 136, 138, 141, 145, 146,
Nutrisi Parenteral 196
153, 170, 171, 180, 182, 188,
penyakit 1, 2, 4, 9, 10, 13, 24, 28,
200, 201, 210, 211, 213, 216,
IN