920 1
Ind
m
MANAJEMEN ASFIKSIA
BAYI BARU LAHIR
UNTUK BIDAN
ACUAN
618.920 1
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan RI
m Manajemen asfiksia bayi baru lahir untuk bidan :
buku panduan. - - Jakarta : Departemen Kesehatan, 2005.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2005 Kementerian Kesehatan RI dan
Unit Kerja Koordinasi Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK
Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi telah
mengembangkan pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, dan modul
pelatihan ini telah mengalami beberapa kali revisi sesuai perkembangan ilmu.
Kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan dan revisi buku ini,
kami ucapkan terima kasih. Harapan kami buku ini dapat digunakan dan
dimanfaatkan tidak hanya sebagai pedoman atau bahan belajar bagi
fasilitator dan peserta selama penyelenggaraan pelatihan, tetapi juga sebagai
bahan rujukan/kepustakaan ketika bertugas memberikan pelayanan
kesehatan terhadap bayi baru lahir.
i
BUKU INI DISUSUN OLEH :
Tim Editor
Ketua : dr. Ina Hernawati, MPH
Anggota : dr. Aris Primadi, SpA
dr. Eddy Fadlyana, SpA(K), MKes
dr. Betty Bursjah, SpA
dr. Wawan Hermawan S, SpA
dr. Kirana Pritasari, MQIH
dr. Nida Rohmawati
dr. Triyani Yudawinata
dr. Gayatri Suryaningsih, MPH
Mardayetti, SKM
Hasnerita, S.SiT, MKes
ii
DAFTAR ISI
iii
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
1. PENDAHULUAN.
Menurut WHO, setiap tahunnya, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38 % meninggal pada masa BBL
(IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas
(32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO,
2007).
Upaya-upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional. Untuk
menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada
BBL. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
Buku acuan ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi,
tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi dan pencegahan infeksi. Langkah-
langkah dalam Manajemen Asfiksia pada buku acuan ini ditujukan untuk bidan yang
pada umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Tujuan Umum:
Peserta mampu melakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir pada model.
Tujuan khusus:
6. Menjelaskan asuhan tindak lanjut bayi baru lahir pasca resusitasi pada kunjungan
neonatal.
Buku Acuan 1
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.
KEADAAN IBU
• Preeklampsia dan eklampsia
• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
• Partus lama atau partus macet
• Demam selama persalinan
• Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
• Kehamilan Post Matur (sesudah 42 minggu kehamilan)
Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke
bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:
Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului
tanda gawat janin:
KEADAAN BAYI
• Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
• Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep)
• Kelainan kongenital
• Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Pada pertolongan persalinan, Bidan perlu mengetahui sebelum dan sesudah bayi lahir:
apakah bayi ini mempunyai risiko asfiksia? Pada keadaan tersebut, bicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan diperlukan tindakan resusitasi. Akan tetapi,
pada keadaan tanpa faktor risiko pun beberapa bayi dapat mengalami asfiksia.
Buku Acuan 2
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Oleh karena itu bidan harus siap melakukan resusitasi bayi SETIAP menolong
persalinan.
2. 2. Gawat Janin
Banyak penyebab kenapa bayi mungkin tidak bernapas saat lahir. Sering kali hal ini
terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat gawat janin bayi tidak
menerima oksigen yang cukup.
GAWAT JANIN
APAKAH GAWAT
Reaksi ketika janin TIDAK memperoleh oksigen yang cukup.
JANIN?
Gawat janin dapat diketahui dengan :
Frekuensi bunyi jantung janin kurang 100 atau lebih
BAGAIMANA 180 X / menit
MENGETAHUI Berkurangnya gerakan janin. (Janin normal bergerak
GAWAT JANIN? lebih dari 10 X / hari).
Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna
kehijauan (jika bayi keluar dengan letak kepala).
Gunakan partograf untuk memantau persalinan.
BAGAIMANA
Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama
MENCEGAH GAWAT
persalinan, ibu hamil yang berbaring terlentang dapat
JANIN?
mengurangi aliran darah ke rahimnya.
BAGAIMANA Periksa frekuensi bunyi jantung janin setiap 30 menit
MENGIDENTIFIKASI pada Kala I dan setiap 15 menit sesudah pembukaan
GAWAT JANIN lengkap.
DALAM Periksa ada / tidaknya air ketuban bercampur mekonium
PERSALINAN? (warna kehijauan)
Jika terdapat tanda gawat janin :
Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara berikut:
o Mintalah si ibu merubah posisi tidurnya *
o Berikan cairan kepada ibu secara oral dan atau IV
o Berikan oksigen (bila tersedia)
BAGAIMANA
Periksa kembali denyut jantung janin setelah 10-15 menit
MENANGANI
tindakan di atas
GAWAT JANIN?
Jika frekuensi bunyi jantung masih tidak normal:
RUJUK.
Bila merujuk tidak mungkin, siaplah untuk menolong BBL
dengan asfiksia.
*Catatan:
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring ke sisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen ke
janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke
janin. Bila posisi miring ke kiri tidak membantu, coba posisi yang lain (miring ke kanan, posisi
“sujud”). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati gawat janin.
Buku Acuan 3
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Keterangan:
Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
Tempat resusitasi yang datar dan rata diperlukan untuk kemudahan
pengaturan posisi kepala bayi.
Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu
petromak dengan jarak 60 cm dari meja resusitasi. Nyalakan lampu
menjelang persalinan.
Keterangan:
• Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap
cairan misalnya handuk, kain flanel dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang
atau sarung.
• Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos,
selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk
mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.
Buku Acuan 4
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Gambar:
Buku Acuan 5
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
1 3 4
2 5
Keterangan :
Alat pengisap lendir De Lee adalah alat yang digunakan untuk mengisap lendir
khusus untuk BBL.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan
steril/DTT.
Alat pengisap lendir DeLee dan sungkup dalam keadaan steril/DTT disimpan dalam
kotak alat resusitasi.
Buku Acuan 6
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Cara Menyiapkan:
• Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir yang basah oleh
air ketuban segera setelah lahir.
Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut
ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
• Kain ke-2:
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat.
Kain ke-2 digelar di atas tempat resusitasi. Saat memulai resusitasi, bayi yang
diselimuti kain ke-1 akan diletakkan di tempat resusitasi, di atas gelaran kain ke-2.
• Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3
cm dan dapat disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit ekstensi
(posisi menghidu). Kain ini diletakkan di bawah kain ke-2 pada sisi dekat penolong.
• Alat Resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lendir De Lee atau bola karet dan
alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi.
Maksudnya agar sewaktu-waktu mudah diambil saat dilakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir.
• Sarung tangan.
Pastikan penolong sudah menggunakan alat pelindung diri untuk melindungi dari
kemungkinan infeksi:
• memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker, penutup
kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
• lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
• cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol
dan gliserin.
• Keringkan dengan kain / tisu bersih.
• Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
Buku Acuan 7
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah
lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum,
lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar
keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi
Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan
penilaian APGAR; tetapi cara APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi
BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.
Dalam Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir dapat dilihat alur penatalaksanaan bayi
baru lahir mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan apa
yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru lahir. Untuk bayi baru lahir yang
langsung menangis atau bernapas spontan dan teratur dilakukan asuhan neonatal
normal (lihat Buku APN Bab IV).
Buku Acuan 8
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
BAGAN ALUR:
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
PERSIAPAN
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
4. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
A B
Manajemen Manajemen
Bayi Baru Bayi Baru
Lahir Lahir
Normal Dengan Asfiksia
Buku Acuan 9
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Dalam setiap persalinan, penataksanaan bayi baru lahir menganut beberapa prinsip
yang penting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir diantaranya:
Rangsangan Taktil:
Mengeringkan tubuh bayi pada dasarnya adalah tindakan rangsangan. Untuk bayi
yang sehat, prosedur tersebut sudah cukup guna merangsang upaya napas. Akan
tetapi untuk bayi dengan Asfiksia, mungkin belum cukup sehingga perlu dilakukan
rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ada beberapa tindakan yang
membahayakan bayi dan perlu dihindari, misalnya menekuk lutut kearah perut,
menepuk bokong, meremas dan mengangkat dada, dilatasi spingter ani,
mengguyur air dingin dan hangat bergantian.
ASI:
Penting sekali untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah bayi
lahir. Bila bayi sudah bernapas normal, lakukan kontak kulit bayi dan kulit ibu
dengan cara meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi bayi tengkurap, kepala bayi
menghadap dada ibu, kepala bayi di tengah antara kedua payudara ibu, lalu
selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan. Ibu dianjurkan bersabar selama
sekitar 1 jam mengusap/membelai bayi sambil menunggu bayinya meraih puting
susu secara mandiri. Biasanya bayi berhasil menyusu pada menit ke 30-60.
Buku Acuan 10
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
BAGAN ALUR A :
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
* Pemotongan dan pengikatan tali pusat sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit setelah lahir (atau setelah bidan
menyuntikkan oksitosin kepada ibu), untuk memberi waktu tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga
zat besi) kepada bayi.
Buku Acuan 11
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Bila Bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan
atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai melakukan langkah awal:
Beritahukan ibu dan keluarga, bayi mengalami kesulitan bernafas dan bahwa Anda
akan menolongnya.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi Ibu untuk memberi dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
Buku Acuan 12
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Benar
Posisi kepala yang benar
dengan sedikit ekstensi.
Salah
Terlalu ekstensi
Kurang ekstensi
3) Isap lendir
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara sbb :
Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung.
Buku Acuan 13
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Langkah – langkah:
1) Pasang sungkup:
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2) Ventilasi 2 kali:
Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung dan sungkup atau remasan awal balon dan sungkup
penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi
mengembang,
Bila tidak mengembang:
Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
Lakukan tiupan 2 kali atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air,
bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
Buku Acuan 14
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali, dalam 30 detik,
dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan atau
menangis.
Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30
detik lakukan penilaian ulang napas.
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
Buku Acuan 15
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, lanjutkan ventilasi selama 10
menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan
kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.
Buku Acuan 16
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
BAGAN ALUR B:
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
BAYI LAHIR
PENILAIAN
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
4. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak Jika air ketuban tercampur mekonium
bernapas atau megap-megap dan atau lemas
NILAI NAPAS
NILAI NAPAS
Jika bayi bernapas normal Jika bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap
Jika bayi dirujuk Jika bayi tidak dirujuk dan atau tidak berhasil
* Jika saat dirujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1 dan salep/tetes
mata antibiotika. Jika tidak ada kontra indikasi, susui bayi.
Buku Acuan 17
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) ?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi dengan air ketuban bercampur mekonium.
Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur
mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium
hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: lakukan penilaian apakah bayi menangis /
bernapas normal / megap-megap / tidak bernapas?.
Jika Menangis / Bernapas Normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat,
tidak diikat dahulu dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah
Awal.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, usap dan isap
lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dahulu &
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal.
Buku Acuan 18
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi baru lahir setelah
menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan :
Resusitasi Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal
atau sesudah ventilasi.
Resusitasi Belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2
menit belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan
kondisinya memburuk.
Resusitasi Tidak Berhasil: sesudah resusitasi dilanjutkan 10 menit dari bayi tidak
bernapas dan tidak terdengar detak jantung.
Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum dirujuk
lakukan tindakan pra rujukan.
Bila napas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya
Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang
Buku Acuan 19
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Pencegahan hipotermi
Membaringkan bayi dalam ruangan > 250C bersama ibunya
Mendekap bayi (kontak kulit bayi ke kulit ibu) sesering mungkin
Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam dan bayi stabil.
Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut.
Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-
sebagian
Pencegahan infeksi
Memberikan salep mata antibiotika
Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular di paha kanan, 1 jam
setelah pemberian vitamin K1
Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.
Pemeriksaan fisik
Melihat dan meraba kepala bayi.
Melihat mata bayi.
Melihat mulut dan bibir bayi.
Melihat dan meraba tulang punggung bayi.
Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit, menghitung jumlah jari.
Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
Memastikan adakah lubang anus & uretra, adakah kelainan.
Memastikan adakah buang air besar & buang air kecil.
Pemeriksaan fisis bayi pasca resusitasi harus lebih hati-hati. Pemeriksaan awal
diutamakan pada pemeriksaan pernapasan dan jantung dilanjutkan dengan monitoring
tanda bahaya. Pemeriksaan lengkap sebaiknya dilakukan dalam 24 jam dan setelah
bayi stabil.
Buku Acuan 20
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Jika persalinan di rumah, sebaiknya Bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk
memantau bayi minimal dua jam pertama pasca lahir.
Pencatatan juga dilakukan pada Buku KIA sebagai sumber informasi bagi keluarga.
Contoh Pencatatan :
RESUSITASI BERHASIL.
Nama Ibu: Ny Siti Maryam, 23 tahun.
Bayi diserahkan kepada ibu dan dilakukan IMD, berhasil dalam 45 menit,
dilanjutkan menyusu sekitar 10 menit.
Selama 2 jam pertama bayi menetek 2 kali sekitar 10 menit, payudara kanan dan
kiri bergantian.
Konseling:
Menasihati ibu dan keluarga cara menilai bayi, pemantauan setelah resusitasi,
bagaimana mendapatkan pertolongan bila ada masalah, pencegahan hipotermi,
pencegahan infeksi, cara memberikan ASI yang baik dan benar.
Konseling:
o Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
o Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.
Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang keadaan
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja melahirkan.
Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama rujukan.
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup kepala bayi dan bila
mungkin lakukan perawatan bayi lekat.
Mencegah Infeksi yaitu memberikan salep mata antibiotika, jika tidak diresusitasi
Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali
pada keadaan gangguan napas dan kontraindikasi lainnya
Melakukan pencatatan pada formulir bayi baru lahir, dan buku KIA dan pelaporan
kasus
Buku Acuan 23
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Contoh Pencatatan:
Ny Khodijah, 42 tahun.
Setelah tali pusat dipotong dan diberikan penjelasan kepada ibu, dilakukan
langkah awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 2 kali,
dinilai dan ternyata dada tidak mengembang. Setelah diperiksa dan dibetulkan
posisi kepala dan lendir diisap lagi, diulangi ventilasi 2 kali. Dinilai, dada bayi
mengembang. Dilakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Bayi belum bernapas,
diulangi lagi ventilasi 20 kali dalam 30 detik lalu dihentikan dan dinilai, bayi mulai
bernapas megap-megap. Ventilasi dilanjutkan 30 detik kemudian nilai ulang
napas. Bayi mulai bernapas spontan dan makin teratur.
Buku Acuan 24
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
SURAT RUJUKAN
Kepada Yth.
Bagian Anak.
RS. Arjawinangun.
Bersama ini kami rujuk bayi Ny Khodijah lahir tanggal 7 Mei 2004 pukul
20.15 WIB di rumah, laki-laki.
Setelah tali pusat dipotong dan dijelaskan kepada ibu, dilakukan langkah
awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 2 kali,
dinilai dada tidak berkembang. Setelah diperiksa letak sungkup dan
dibetulkan posisi kepala dan lendir diisap lagi, diulangi ventilasi 2 kali. Dinilai,
dada bayi mengembang. Dilakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Bayi
belum bernapas, diulangi lagi ventilasi 20 kali dalam 30 detik lalu dihentikan
dan dinilai, bayi mulai bernapas megap-megap. Ventilasi dilanjutkan 30 detik
kemudian nilai ulang napas. Bayi mulai bernapas spontan dan makin teratur.
Buku Acuan 25
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Bila bayi tidak bernapas setelah resusitasi dilanjutkan selama 10 menit dari denyut
jantung 0, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Biasanya bayi tersebut tidak
tertolong dan meninggal. Ibu maupun keluarga memerlukan banyak dukungan moral.
Bicaralah dengan keluarga secara hati-hati/bijaksana dan berikan dukungan moral
sesuai budaya setempat.
Konseling:
Dukungan Moral:
• Bicaralah dengan ibu bayi dan keluarganya tentang tindakan resusitasi dan
kematian bayinya. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan. Berikan asuhan
terhadap ibu bayi dan keluarganya dengan tetap memperhatikan nilai
budaya/kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka.
Bicarakan apa yang mereka inginkan terhadap bayi yang telah meninggal.
• Ibu bayi mungkin merasa sedih bahkan menangis. Perubahan hormon setelah
kehamilan mungkin menyebabkan perasaan ibu sangat sensitif, terlebih karena
bayi meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, ajak bicara dengan
orang terdekat atau Bidan.
• Jelaskan kepada ibu dan keluarganya bahwa Ibu memerlukan istirahat, dukungan
moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu
terlalu cepat.
Asuhan Ibu:
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu juga mengalami demam
selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi masalah pembengkakan payudara dengan
melakukan hal berikut:
Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan dengan
menggunakan selendang/kemben/kain sehingga ASI tidak keluar.
Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
Pencatatan dan pelaporan:
Buku Acuan 26
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Contoh pencatatan
Nama Pencatatan:
Contoh Ibu: Ny Rukayah, 45 tahun.
RESUSITASI TIDAK BERHASIL.
Melahirkan di rumah, tanggal 18 Januari 2004, pukul 01.05
Ketika ketuban pecah, terdapat mekonium pada air ketuban berwarna
kehijauan.
Keadaan Bayi Waktu Lahir: Tidak bernapas, biru, lemas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : 01.06
Langkah resusitasi yang telah dilakukan :
Setelah tali pusat dipotong dan dijelaskan kepada ibu, dilakukan langkah awal
selama 1 menit. Bayi tidak bernapas dan dilanjutkan ventilasi 2 kali, dinilai dada
mengembang lalu dilanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik, dihentikan dan
dinilai bayi megap-megap. Diulangi ventilasi 20 kali dalam 30 detik, dinilai, bayi
tidak bernapas. (Resusitasi telah dilakukan 2 menit). Dilakukan penilaian denyut
jantung dan disiapkan rujukan. Frekuensi denyut jantung 0. Resusitasi
dilanjutkan sampai 10 menit. Denyut jantung tetap 0 dan bayi tetap tidak
bernapas. Resusitasi dihentikan.
Hasil Resusitasi: Resusitasi tidak berhasil.
Rujukan tidak dapat dilakukan. Keluarga tidak siap untuk rujukan, suami tidak
ada dirumah.
Bayi dinyatakan meninggal pada pukul 01.16.
Konseling:
Penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang tindakan resusitasi dan kematian
bayinya. Ibu dan keluarga dapat memahami bahwa kematian bayinya
kemungkinan akibat persalinan yang berlangsung lebih dari 20 jam. Bayi akan
dimakamkan besok siang pukul 11.00.
Ibu diberi penjelasan tentang perawatan payudara dan untuk kontrol ulang dan
sebaiknya ikut KB dulu.
Desa Rejoasri Kecamatan Sumber
Bidan Salaharti.
Pada contoh di atas, kemungkinan penyebab resusitasi tidak berhasil adalah karena
terlambat memulai resusitasi, langkah awal yang terlampau lama dan kelalaian
petugas dalam manajemen air ketuban bercampur mekonium yaitu tidak mengusap
mulut dan menghisap lendir dari mulut yang dibuka lebar terlebih dahulu saat langkah
awal. Mungkin saat bayi bernapas megap-megap atau saat dilakukan ventilasi masih
banyak lendir dan mekoneum di jalan napas, akibatnya bayi mengalami aspirasi
Buku Acuan 27
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai
pemantauan bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi
mengalami masalah.
Buku Acuan 28
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Konseling menyusui
Memberi konseling ASI eksklusif.
Melanjutkan menyusui.
Memastikan posisi menyusui yang benar.
Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu benar.
Lihat Lampiran 1:
Pada lampiran 1 Buku Acuan ini didapatkan lembar informasi yang perlu disampaikan
kepada ibu dan keluarga mengenai:
Buku Acuan 29
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
8. PENCEGAHAN INFEKSI
Tujuan pencegahan infeksi adalah melindungi bayi dan tenaga kesehatan dari infeksi.
Bayi baru lahir yang mengalami asfiksia sangat rentan terhadap infeksi. Dua hal yang
dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah:
1. Cuci tangan.
2. Pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai.
Ada dua cara cuci tangan dalam merawat bayi, yaitu: (lihat Lampiran 2.1.)
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2. Mencuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol dan propylene glikol
I. DEKONTAMINASI.
II. PENCUCIAN.
III. DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT).
IV. PENYIMPANAN.
Buku Acuan 30
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Tujuan Dekontaminasi:
Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV)
serta berbagai jenis kuman.
Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran
darah, cairan tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.
Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk
menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi
atau DTT.
Pencucian alat dan bahan habis pakai yang digunakan saat resusitasi dilakukan
setelah proses dekontaminasi. Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan
sikat, deterjen dan air.
Tujuan Pencucian:
Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel
pada alat dan bahan habis pakai.
Mengurangi jumlah kuman.
Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.
Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak
tersebut mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.
DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus (memanasi
dengan uap).
Tujuan DTT:
DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum penggunaan
alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali endospora.
Buku Acuan 31
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Endosprora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras, membungkus
kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk
endospora.
DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak dengan kulit maupun
mukosa membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan
satu-satunya pilihan.
DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.
1) Merebus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat
yang digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.
2) Mengukus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti
tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.
Tujuan Penyimpanan:
Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi
kontaminasi alat tersebut.
Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam
resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:
Meja resusitasi:
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.
Tabung resusitasi:
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekwensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3
Buku Acuan 32
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi.
Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan.
Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.
Sungkup silikon dan katup karet
- Sungkup silikon dapat direbus.
- Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
• Kain dan selimut:
Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/
udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.
• Bahan/alat habis pakai:
Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan,
pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke
tempat yang aman.
Buku Acuan 33
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
LAMPIRAN 1:
DIARE
• Bayi diare yang ditandai perubahan bentuk feses, lebih banyak dan lebih cair
• Gelisah/ rewel
• Letargis atau tidak sadar
• Mata cekung
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat
IKTERUS.
• Timbul kuning pada hari pertama setelah lahir ( < 24 jam )
• Kuning ditemukan pada umur ≥ 24 jam sampai < 14 hari.
• Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.
• Kuning sampai lutut atau siku.
• Tinja berwarna pucat
Buku Acuan 35
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
I.2. MENYUSUI
Menyusui/meneteki bayi adalah salah satu hal terpenting seorang ibu dapat
membantu bayinya. Hal ini akan membantu bayi sakit lebih sehat dan bayi sehat
tetap sehat. Agar dapat menyusui/meneteki bayi dengan berhasil seorang ibu perlu
mengetahui hal berikut:
Kolostrum sangat penting, akan keluar pada hari-hari pertama setelah lahir.
Posisi ibu dan bayi waktu menyusui/meneteki,
cara melekat yang baik, menghisap dengan
efektif
Biarkan bayi mengisap sampai kenyang (tidak
ada batas waktu)
Tetekan bayi kapan saja dia mau
Perlekatan yang benar
Minum dan makan lebih banyak dari biasanya Mulut bayi terbuka lebar, bibir
Berikan ASI saja selama 6 bulan bawah terbuka keluar , areola
Setelah 6 bulan bayi diberikan makanan lain bagian atas terlihat lebih
ditambah ASI banyak, dagu menyentuh
Minum kapsul vitamin A (200,000 IU) segera payudara.
sesudah melahirkan untuk membantu ibu dan bayi mencegah infeksi
Bagaimana caranya memeras ASI kalau ibu dan bayi terpisah atau bayi terlalu
sakit atau terlalu capai untuk menetek
Buku Acuan 36
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Buku Acuan 37
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
KONTROL ULANG:
• Bayi yang mengalami asfiksia (misalnya lebih dari 5 menit) mempunyai resiko tinggi
akan mengalami gangguan perkembangan. Kunjungi bidan / nakes sesuai dengan
anjuran.
• Gunakan pedoman atau acuan dari Depkes (Stimulasi Deteksi & Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak) atau acuan lainnya.
Buku Acuan 38
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Buku Acuan 39
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Campurkan:
100 ml alkohol (60 – 90 %) dan
2 ml gliserin, propylene glikol atau sorbitol
Tidak efektif untuk menghilangkan kotoran, darah, feses atau cairan tubuh lain.
Sesudah setiap 5-10 kali mencuci tangan dengan campuran alkohol dan
propylene glikol, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk membuang
cairan pelembut.
Buku Acuan 40
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
LANGKAH I : DEKONTAMINASI
Catatan:
• Jangan biarkan alat terendam lebih dari 10 menit. Perendaman terlalu
lama dalam larutan klorin dapat merusak alat atau barang lainnya.
• Selalu gunakan sarung tangan pelindung setiap kali mengangkat alat dari
larutan klorin.
Klorin biasanya murah, mudah diperoleh dan merupakah zat kimia yang paling cepat
untuk dibuat sebagai larutan dekontaminasi. Klorin dapat ditemukan dalam bentuk
larutan pemutih (bleach), bubuk atau tablet. Di Indonesia ada bleach dalam klorin aktif
5%. Untuk membuat 0,5% larutan dekontaminasi campur:
Larutan klorin 0,5% diperlukan untuk dekontaminasi. Bila kurang dari 0,5 % terlalu
lemah mungkin tidak membunuh kuman. Bila lebih dari 0,5% (terlalu kuat) akan
memerlukan klorin lebih banyak, menjadi tidak hemat dan dapat merusak alat.
Buku Acuan 41
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
LANGKAH 2: PENCUCIAN
Cara melakukan pencucian:
1. Gunakan sarung tangan (bila alat dan bahan habis pakai terkena
banyak darah atau cairan ketuban, gunakan juga masker dan
pelindung mata).
2. Gunakan sikat yang lembut atau sikat bekas, sabun dan air.
• Jangan gunakan pembersih abrasif misalnya Vim atau Comet. Materi ini dapat
merusak/menimbulkan goresan/celah pada logam atau stainless steel. Kuman
dapat bersembunyi pada celah ini. Hal tersebut juga dapat merusak alat atau
barang lain.
Buku Acuan 42
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Cara Merebus
2. Taruhlah semua alat atau barang lain dalam bak untuk merebus.
5. Angkatlah barang/alat dari bak dengan forsep atau tang pengambil yang
telah didisinfeksi
Catatan: Untuk forsep atau alat pengambil gantungkan forsep/alat
pengambil dengan tali pada bak agar mudah mengambil barang.
6. Letakkan alat atau barang dalam bak yang telah didisinfeksi tingkat tinggi.
Catatan: Untuk bak DTT
• Taruhlah bak di atas alat-alat lain yang akan direbus. Angkat terlebih
dahulu ATAU
• Isilah bak dengan larutan klorin 0,5% dan biarkan terendam selama 20
menit. Lalu tiriskan dari larutan klorin dan bilas dengan air matang.
Keringkan di udara sebelum dipakai.
Catatan:
• Butir keputihan dan keras tertinggal dan menempel pada alat/bahan yang telah
sering direbus. Ini merupakan endapan soda (lime) yang disebabkan oleh soda
garam dalam air. Untuk mengurangi endapan soda (lime), tambahkan cuka ke
dalam air.
• Rebus air selama 10 menit agar soda (lime) keluar dari air dan mengendap di
bawah atau di samping panci perebus (lebih baik dari pada menempel pada
alat/instrumen yang direbus) sebelum ditambahkan barang lainnya.
• Gunakan air yang sama sepanjang hari. Tambahkan air secukupnya hanya agar
alat terendam.
• Buang air dan bersihkan panci setiap hari berakhir.
• Membakar (memegang instrumen dalam nyala api) merupakan cara DTT yang
tidak efektif sebab tidak membunuh kuman secara efektif.
Buku Acuan 43
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Cara Mengukus
3. Letakkan semua barang dalam rak (pisahkan semua bagian tabung resusitasi
dan alat lain yang memiliki sambungan) dan tutuplah panci.
Buku Acuan 44
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
LANGKAH 4: PENYIMPANAN
Jangan menyimpan alat atau barang lain di dalam cairan. Selalu simpan
dalam keadaan kering. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak di dalam cairan antiseptik maupun cairan disinfeksi dan dapat
mencemari alat tersebut.
Beri tanggal dan rotasikan bahan habis pakai (masuk dulu - keluar dulu).
Buku Acuan 45
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
Formulir Pencatatan
FORMULIR BAYI BARU LAHIR
3. Suntikan vitamin K1
4. Imunisasi Hepatitis B1
6. Memandikan bayi
7. Konseling menyusui
Buku Acuan 46
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
MEMERIKSA IKTERUS.
Bayi kuning, timbul pada hari pertama setelah lahir ( < 24
jam )
Kuning ditemukan pada umur ≥ 24 jam sampai < 14 hari.
Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.
Kuning sampai lutut atau siku.
Tinja berwarna pucat
Buku Acuan 47
Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan
JIKA BAYI : ada kesulitan pemberian ASI, diberi ASI < 8 kali dalam 24
jam, diberi makanan/ minuman lain selain ASI, atau berat badan rendah
menurut umur DAN tidak ada indikasi di rujuk ke Rumah Sakit.
Buku Acuan 48