Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENALARAN DALAM

KARANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan


Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Adi Rexa 2019310028
Muhammad Yudistira 2019310085
Raja Tuan Daud 2019310015
Yulianto 2019310087

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA


STMIK BINA INSANI BEKASI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah Subahanahu Wata’ala, karena berkat


rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas “MAKALAH
PENALARAN DALAM KARANGAN”. Makalah ini disusun guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia serta agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang penalaran dalam suatu karangan yang disajikan
berdasarkan dari beberapa refrensi, sumber informasi dan berita.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah Subahanahu Wata’ala akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
perguruan tinggi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penyusun juga memohon maaf
apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan
sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penyusun. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini.

Bekasi, 20 Febuari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat.....................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penalaran Dalam Karangan.........................................................................6
2.2 Unsur-Unsur Penalaran Karangan..............................................................6
2.3 Penalaran Induktif........................................................................................8
2.4 Penalaran Deduktif.......................................................................................10
2.5 Salah Nalar.....................................................................................................12
2.6 Isi Karangan...................................................................................................12
2.7 Cara Menyimpulkan Karangan...................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menulis merupakan proses bernalar, untuk menulis suatu topik kita harus
berfikir dan menghubungkannya dengan berbagai fakta, dan membandingkan.
Selama hidup kita, terutama dalam keadaan tidak tidur, kita selalu
berfikir.Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam
benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran,
misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun
dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu
kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan
bernalar. Dapat dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran
merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa
pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari
prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.

Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan


penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau
fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam
karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang
tuangkan dalam bentuk tulisan. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan
dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai
dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus
dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam
karangan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini diantaranya :
1. Apa yang dimaksud penalaran dalam karangan ?
2. Apa saja unsur-unsur penalaran karangan ?
3. Apa yang dimaksud penalaran induktif ?

4
4. Apa yang dimaksud penalaran deduktif ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini :
1. Memahami penalaran dalam karangan.
2. Memahami unsur-unsur penalaran karangan.
3. Memahami penalaran induktif.
4. Memahami penalaran deduktif.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penalaran Dalam Karangan


Menurut Widjono, (2007:209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa
definisi yaitu :
1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling
berhubungan sampai dengan simpulan.
2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan
atau pengertian baru.
4. Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan
mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan
variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu
simpulan.
5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang
berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Dari beberapa pengertian mengenai penalaran karangan diatas jadi dapat
disimpulkan  Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji topik
berupa fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan
yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan
dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.

2.2 Unsur-Unsur Penalaran Karangan


Menurut Widjono,(2007:210), unsur penalaran penulisan ilmiah sebagai
berikut :
1. Topik
Topik adalah ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
adalah kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
kesalahannya.

6
3. Proposisi
Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a. Proposisi empirik
Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
contoh : Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak
Proposisi mutlak adalah pembenaran yang tidak memerlukan pengujian
untuk melakukan benar atau salahnya.
Contohnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik
Proposisi hipotetik adalah persyaratan hubungan subjek dan predikat
yang harus dipenuhi.
Contohnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d. Proposisi kategoris
Proposisi kategoris adalah tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan
predikat.
Contohnya: X akan menikahi Y.
e. Proposisi positif universal
Proposisi positif universal adalah pernyataan positif yang mempunyai
kebenaran mutlak.
Contonya: Semua hewan akan mati.
f. Proposisi positif persial
Proposisi positif persial adalah pernyataan bahwa sebagian unsur
pernyataan tersebut bersifat positif.
Contohnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negatif universal
Proposisi negatif universal adalah kebalikan dari proposisi positif
universal. Contohnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negatif persial
Proposisi negatif persial adalah kebalikan dari proposisi positif persial.
Contohnya: Sebagian orang hidup menderita.

7
4. Proses berpikir ilmiah
Proses berfikir ilmiah adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan
terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika
Logika adalah metode pengujian ketepatan penalaran,penggunaan(alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematika
Sistematika adalah seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur
proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan
Permasalahan adalah pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam
karangan.
8. Variabel  yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi
analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) adalah proses pembenaran bahwa proposisi itu
terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil adalah akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan
deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) adalah penafsiran atau hasil pembahasan, dapat
berupa implikasi atau inferensi.

2.3 Pengertian Penalaran Induktif


Menurut Minto Rahayu, (2007:41) proses bernalar  pada dasarnya ada dua
macam, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah
proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan
pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa
prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Ada tiga
macam penalaran induktif, diantaranya: Generalisasi, Analogi, dan Sebab-akibat.

8
1. Generalisasi  adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah
data yang bersifat khusus yang disusun secara logis dan diakhiri dengan
kesimpulan yang bersifat umum. 
2. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas data khusus
dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah
teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan
kesimpulan yang berlaku umum. 
3. Sebab-akibat  adalah proses penalaran berdasarka hubungan antardata yang
mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, sebab – akibat-akibat.

Contoh Penalaran Induktif :  


Seorang polisi lalu lintas mengidenfikasi proses terjadinya kecelakaan lalu lintas
di perempatan Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun Muka-Utan Kayu
dan Cililitan-Tanjung Priok, yang terjadi pada tanggal 11 April 2011 pukul 07.30
pagi tadi. Sebuah truk dari arah Cililitan menabrak bajaj sehingga terpental 100
meter, bagian depan truk penyok sedalam 15 cm, dan supir bajaj terpental keluar
dari kendaraannya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa bajaj tersebut terpental
berguling-guling di udara. Dalam pengamatannya, melalui proses penghitungan
waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat truk melintas dari arah Cililitan ke
Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi
juga menyatakan bahwa dalam keadaan lampu menyala merah sebuah bajaj
berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priok menerobos sehingga tertabrak oleh
truk yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka. 

Hasil pengamatan: supir bajaj terbukti bersalah. 


Kesimpulan: 
1. Supir bajaj menanggung biaya kerusakannya sendiri.
2. Supir bajaj mengganti biaya perbaikan truk yang menabraknya.
3. Supir bajaj membayar denda atas pelanggarannya.

9
Proses bernalar diawali dari topic sampai dengan simpulan:

Topik

(mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan


(mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis (menetapkan)
hasil analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).

2.4 Pengertian Penalaran Deduktif


Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan
penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri
simpulan khusus yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus.
Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan tehnik
pengembangannya maupun uraian isinya. Dalam paragraf sederhana jenis-jenis
tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh:
LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Siswa Muslim) pada bulan
Ramadhan sangat meriah. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa-siswi kota
Depok yang diadakan di sekolah SMAN 1 Depok yang dibimbing oleh
Mahasiswa UI Depok. Semua siswa-siswi yang mengikuti kegiatan tersebut
sangat semangat apalagi para panitia dan pembimbing sudah menyiapkan hadiah
dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
1. Paragraf di atas berupa karangan deduktif. Proses penalaran diawali dengan :
Pernyataan yang bersifat umum : Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan
Manajemen Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah.
2. Pembahasan kuantitas peserta.
3. Spesifikasi keadaan kegiatan.
4. Pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti
acara.
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit.
Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah.
Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang,

10
penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan
sebagainya.
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam
urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan
urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses,
kepentingan, dan sebagainya.
a. Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan
bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan
lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan
dengan pola sebagai berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback.
Peristiwa terakhir,
Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,
Kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerira.
b. Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang.
Untuk menyatakan urutan ruang itu, kita dapat menggunakan ungkapan-
ungkapan:di sana, di sini, di situ, di, pada, di bawah, di atas, di tengah, di
utara, di selatan, di depan, dimuka, dibelakang, dikiri, di kanan, di luar, di
dalam, berhadapan, bertolak belakang dengan, berseberangan, melalui, belok
kanan, belok kiri, ke depan, ke atas, ke samping, di sisi, di seberang, di
hadapan, di persimpangan.
c. Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam
urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf
deduktif dan induktif.  Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab
akan menghasilkan bab simpulan.

11
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang
paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh
lebih mudah dipahami isinya.
d. Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan
gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang
paling penting sampai  yang paling tidak penting atau sebaliknya.

2.5 Salah Nalar


Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang
keliru atau sesat. Ada 10 macam salah nalar yang sering terdapat didalam sebuah
karangan.
1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4. Salah nilai atas penyebab
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Non seguitur.    

2.6 Isi Karangan


Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri
sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan
sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas
permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-
hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi,
perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
1. Generalisasi dan Spesifikasi

12
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar
gejala yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi  perlu
ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan
sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus. Generalisasi yang
mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi
faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa
pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau
diuji.
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria
tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang
mengelompokkan objek menjadi dua kelompok.
Misalnya:
1) manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi
kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau
lebih.
2) usia manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu
anak balita, anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan
manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis
generalisasi.  Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi
biasa dan generalisasi klasifikasi.
3. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan
pertentangan  ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-
kalimat berikut merupakan dikator perbandingan dan pertentangan.
Contoh :
 Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
 Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda
dahulu.
 India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara
maritim.

13
 Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
4. Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah
serangkaian sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan
penalaran sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.
5. Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih
objek yang berlainan. Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1) Analogi sederhana  
2) Analogi yang berupa kiasan
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1. Analogi deklaratif
 Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan
persamaannya dengan objek yang sudah dikenal.
 Tidak menghasilkan simpulan.
 Tidak memberikan pengetahuan baru.
 Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan,
laksana, seperti, bagai.
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot
bagaikan Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol
dari tangan kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia
memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya
menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang
yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
2. Analogi induktif

14
 Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
 Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan
generalisasi).
 Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang
lain,  berdasarkan persamaan ciri.
 Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan
begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University
untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti
kuliah tersebut maka saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim
panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba saya
mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara,
sambil bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab
dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja, walaupun anda tampak seperti
orang philipin, jalan anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan
pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walaupun tidak secepat
orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang
berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya
harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
6. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang
saling berhubungan. Misalnya: tembok ditekan, akibatnya bel
berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita
temukan.
7. Ramalan / Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu
yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas
ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah
ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya,
sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil

15
penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian,
atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:
1) memperkirakan/diperkirakan,
2) ditaksir,
3) sangat mungkin,
4) boleh jadi,
5) anggapan,
6) dapat diproyeksikan,
7) mungkin,
8)  diduga akan.

2.7 Cara Menyimpulkan Karangan


Cara menyimpulkan karangan sangat lah mudah, untuk mengambil sebuah
kesimpulan harus menggunkan pola penalaran infuktif dan deduktif, barulah
mencari sebab akibat, sebab sebab, akibat akibat. Lalu, untuk mentimpulkan suatu
karangan diperlukan pemikiran yang logis agar dapat menarik kesimpulan secara
tepat.
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis
dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan,
implikasi, inferensi, atau tindakan.
1. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore
hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang
masih terlihat pada saat simpulan dibuat.
2. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau
rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang
mengalami kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah
Mada. Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang
masih diamati sebagai argumentasi.
3. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu
kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah
perusahaan hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan

16
sudah usang. Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga murah
atau meminjam uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu : 
1. Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-
hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau
simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.
2. Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang
nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
3. Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi
generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat,
analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku penyusun,
mendapatkan manfaatnya. Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan atau
penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi,Jakarta : Akapres.

Hs, Widjono, 2007, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo.
Rahayu, Minto, 2007, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo.

19

Anda mungkin juga menyukai