Anda di halaman 1dari 33

JOY FEATHERSTONE

RIZKI HARDIYANTO
SAHLA SABIRA
SAUT TOGAR LUMBAN GAOL
1
YULIANTO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
NYA penyusun dapat menyelesaikan Laporan Project yang berjudul “ANALISA DAN
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGADAAN BARANG DENGAN METODE
PROTOTYPE PADA PT ORIFLAME” ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah analisa dan perancangan sistem informasi.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada dosen mata kuliah analisa dan perancangan sistem
informasi yaitu Bapak Didik Setiyadi, S. Kom., M. Kom., yang telah memberikan banyak
pengetahuan dan masukan mengenai laporan analisa dan perancangan sistem informasi kepada
penyusun. Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu secara materil dan juga moril serta memberikan
motivasi selama pengerjaan tugas laporan ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi dari laporan ini belum sempurna karena
keterbatasan pengetahuan pada penyusun. Penyusun juga memohon maaf apabila dalam
penulisan laporan ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan
pembaca dalam memahami maksud penyusun. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporanini, kerena penyusun masih dalam tahapan belajar dan masih
membutuhkan referensi.

Bekasi, 5 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3
BAB I KONSEP TEORI
1.1 Sistem............................................................................................................................ 5
1.2 Informasi ....................................................................................................................... 6
1.3 Sistem Informasi ........................................................................................................... 6
1.4 SDLC ............................................................................................................................ 7
1.4.1 Tahap Perencanaan / Invertigasi ........................................................................ 8
1.4.2 Tahap Analisa ..................................................................................................... 9
1.4.3 Tahap Perancangan .......................................................................................... 10
1.4.4 Tahap Penerapan .............................................................................................. 11
1.4.5 Tahap Pemeliharaan ......................................................................................... 11
1.5 Prototype ..................................................................................................................... 11
1.5.1 Prototype Evolusioner ...................................................................................... 13
1.5.2 Low Fidelity Prototyping ................................................................................. 15
1.5.3 High Fidelity Prototyping................................................................................. 16
1.6 Basis Data ................................................................................................................... 16
1.7 ERD ............................................................................................................................ 16
1.7.1 Entitas ............................................................................................................... 17
1.7.2 Atribut .............................................................................................................. 17
1.7.3 Relasi ................................................................................................................ 18
1.7.4 Derajat Relasi / Kardinalitas ............................................................................ 19
1.8 Normalisasi ................................................................................................................. 19
1.9 UML............................................................................................................................ 21
1.10 Use Case ..................................................................................................................... 21
1.11 Activity Diagram ........................................................................................................ 23
1.12 Sequence Diagram ...................................................................................................... 24
1.13 Class Diagram ............................................................................................................. 25
1.14 User Interface Design ................................................................................................. 26

3
BAB II PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah Perusahaan ...................................................................................................... 28
2.2 Struktur Organisasi ...................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

4
BAB I
KONSEP TEORI

1.1 Sistem
Menurut (Hutahaean, 2014) Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan
atau untuk melakukan sasaran tertentu. Pendekatan sistem yang merupakan jaringan
kerja dari prosedur lebih menekankan urutan-urutan operasi di dalam sistem.[1]
Menurut (Pratama, 2014) Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan prosedur yang
saling berkaitan dan saling terhubung untuk melakukan suatu tugas bersama-sama.
Secara garis besar, sebuah sistem informasi terdiri atas tiga komponen utama. Ketiga
komponen tersebut mencakup software, hardware, dan brainware. Ketiga komponen ini
saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan menurut Jogiyanto (2009:34) dalam bukunya
yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi bahwa sistem dapat juga
didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan komponen. Sistem dan prosedur adalah
suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Suatu sistem baru dapat
terbentuk jika di dalamnya ada beberapa prosedur yang mengikutinya.[2][3]
Menurut Mulyadi (2010:5) dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,
menjelaskan “bahwa sistem merupakan jaringan prosedur yang dibuat menurut pattern
atau pola yang terpadu untuk melakukan kegiatan utama dari perusahaan atau organisasi,
sedangkan prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, umumnya melibatkan orang dalam
satu departemen atau lebih yang dibuat sedemikian rupa untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang. Terdapat dua
kelompok dasar pendekatan dalam mendefinisikan sistem yaitu berdasarkan pendekatan
pada prosedurnya dan yang berdasarkan pendekatan komponennya.”[4]
1. Pendekatan sistem pada prosedurnya
Sebuah sistem adalah suatu jaringan dan prosedur yang saling berkaitan satu sama
lain, dan bekerja sama dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau menyelesaikan
suatu masalah.
2. Pendekatan sistem pada komponennya
Sebuah sistem adalah sekumpulan dari elemen-elemen yang melakukan interaksi satu
sama lain dengan pola teratur sehingga membentuk suatu totalitas untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu.

5
Berdasar dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan bagian atau beberapa subsistem yang
dirancang dan disatukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

1.2 Informasi
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi penerimanya. Sumber informasi adalah data. Data kenyataan yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.[1]
Secara umum telah diketahui bahwa informasi adalah hal yang sangat penting bagi
perusahaan ataupun organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa ahli juga
telah memberikan definisi atau pengertian informasi. Menurut Agus Mulyanto (2009 :
12) dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi: “Informasi
adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya, sedangkan data merupakan sumber informasi yang menggambarkan suatu
kejadian yang nyata.”[5]
Kemudian, Jogiyanto (2009 : 8) dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain
Sistem Informasi, mengemukakan pengertian informasi sebagai “Data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya“.
Sedangkan, secara Etimologi, kata informasi berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu
informacion (tahun 1387) yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti
“garis besar, konsep, ide”. Informasi juga dapat didefinisikan sebagai data yang telah
diolah sedemikian rupa menjadi sesuatu yang lebih memiliki kegunaan dan lebih
memiliki arti bagi yang akan menggunakan.[3]

1.3 Sistem Informasi


Menyangkut pemahaman tentang pengertian sistem informasi ini, dalam bukunya
yang berjudul Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi, Agus Mulyanto (2009:29)
mengutipkan beberapa pendapat dari para ahli, diantaranya:
1) Menurut James Alter, sistem informasi adalah “Kombinasi antar prosedur kerja,
informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan dalam sebuah organisasi.”
2) Menurut Bodnar dan Hopwood, sistem informasi adalah “Kumpulan perangkat keras
dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk
informasi yang berguna.”
6
3) Menurut Gelinas, Oram dan Wiggins, sistem informasi adalah “Suatu sistem buatan
manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer
dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta
menyediakan informasi keluaran kepada pemakai.”
4) Menurut Turban, McLean dan Waterbe, sistem informasi adalah “Sistem yang
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi
untuk tujuan spesifik.”
5) Menurut Joseph Wilkinson, sistem informasi adalah “Kerangka kerja yang
mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan
(input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.”

Dari beberapa definisi dari ahli yang telah dikutipkan di atas, “dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi adalah suatu sistem yang terdiri dari kumpulan komponen
sistem, yaitu software, hardware dan brainware yang memproses informasi menjadi
sebuah output atau keluaran yang berguna, untuk mencapai tujuan tertentu dari suatu
organisasi ataupun perusahaan.”[5]

1.4 SDLC
System Development Life Cycle (SDLC) merupakan gambaran dari suatu usaha
dalam merancang sistem yang akan selalu bergerak seperti roda, yang melewati beberapa
langkah atau tahapan antara lain tahap investigate, analyze, desain, implementasi dan
perawatan. Dan langkah selanjutnya akan kembali pada tahap investigate jika di rasakan
bahwa sistem yang ada sudah tidak efisien lagi untuk diterapkan (Reymond Mc Leod,
2010:184). Maka ada pepatah mengatakan bahwa suatu sistem tidak pernah dianggap
selesai dan selalu terbuka peluang untuk mengembangkan sesuai dengan perkembangan
jaman. Cepat atau lambat, sifat tersebut harus diperbaharui. Gambar 2.5. berikut,
menggambarkan tahap siklus kehidupan baru dimulai. Diawalai dengan tahap
perencanaan (Raymond Mc Leod, 2010:24).[6]

7
SDLC memiliki langkah-langkah, setiap langkah dalam SDLC mempunyai tujuan-tujuan
yang mendukung tujuan-tujuan penyusunan sistem, yaitu menyusun sistem informasi
secara efisien dan efektif. Langkah – langkah SDLC (Reymond Mc Leod, 2010:187),
menerangkan sebagai berikut :
1.4.1 Tahap Perencanaan / Investigation
Tahap Perencanaan berkenaan dengan studi awal untuk membangun system baru
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mendifinisikan masalah yang muncul dalam system
Setelah pihak manajemen menyadari adanya masalah, maka harus dipahami
dengan baik agar dapat mengatasi pmermasalahan itu. Pada langkah ini
manajer harus bekerja sama dengan analis sistem, untuk mengindentifikasi
dimana letak permasalahannya dan apa kemungkinan penyebabnya.
2. Mengidentifikasi kendala yang ada secara umum.
Manajer dan analis sistem membuat suatu daftar tujuan sistem yang harus
dipenuhi oleh sebuah sistem untuk memuaskan pengguna dan dinyatakan
secara umum.
3. Mengidentifikasi kendala yang ada secara umum.
Sistem baru tidak akan beroperasi bebas dari kendala dan harus diidentifikasi
sebelum sistem benar-benar mulai dikerjakan.
4. Membuat studi kelayakan.
Studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor utama yang
akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuantujuan. Ada
enam dimensi kelayakan

8
a) Teknis, tersediakah perangkat keras dan perangkat lunak untuk
melaksanakan pemrosesan yang diperlukan ?
b) Pengembalian ekonomis, dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara
keuangan dengan membandingkan kegunaan dan biayanya
c) Pengembalian non ekonomis, dapatkah sistem yang diajukan dinilai
berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak daoat diukur dengan
uang
d) Hukum dan etika, akankah sistem yang di ajukan beroperasi dalam
batasan hukum dan etika ?
e) Operasional, apakah rancangan sistem seperti itu akan didukung oleh
orang yang menggunakannya ?
f) Jadual, mungkinkah menerapkan sistem dalam kendala waktu yang
diterapkan?
Analis dan perancang sistem mengumpulkan informasi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melakukan wawancara terhadap
para pengguna.
5. Mempersiapkan usulan penelitian sistem.
Setalah proyek dianggap layak, maka diperlukan pemelitian sistem yang
menyeluruh. Analis sistem dan perancang mempersiapkan usulan penelitian
sistem yang memberikan dasar bagai manajer untuk menentukan perlu tidaknya
penelitian sistem.[6]

1.4.2 Tahap Analisis


Analisis sistem dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memahami system yang
ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui.
1. Mengumumkan penelitian sistem.
Saat diumumkan penelitian sistem maka pihak manajemen harus mengambil
langkah-langkah untuk memastikan kerjasama dari pihak karyawan. Dengan
memberikan pengertian tentang kegunaan pengembangan yang akan dicapai
akan menguntungkan karyawan dan pihak perusahaan.
2. Mendefinisikan kebutuhan informasi
Analis sistem mempelajari kebutuhan informasi dengan mempelajari
kebutuhan informasi pemakai yang terlibat dalam berbagai kegiatan
mengumpulkan informasi dengan melakukan wawancara, dengan terlebih
9
dahulu selain mengenal dehingga terjadi komunikasi yang baik serta dapat
meningkatkan antusiasme antara analis tidak hanya bergantung dari keahlian
teknis tetapi juga keahlian berkomunikasi antar personel untuk menciptakan
persahabatn antara analais dengan pengguna. Analis system juga menganalisa
lingkungan yang ada dengan menganalisa antara lain :
a) Analisa jabatan, bertujuan untuk mempelajari jabatan-jabatan yang
berkaitan dengan sistem yang akan dikembangkan.
b) Analisa proses pencatatan, pada dasarnya merupakan gambaran tahapan
kegiatan atau pekerjaan dalam suatu sistem.
c) Analisa laporan, untuk mengetahui apakah jenis atau bentuk laporan yang
ada telah sesuai dengan sistem informasi manajemen, yang mensyaratkan
informasi yang tepat untuk orang yang tepat dan waktu yang tepat.
Pada titik dalam siklus hidup sistem ini, analis membuat dokumentasi dari
sitem ada. Dokumentasi dapat berupa bagan arus (flowchart), diagram
arus dan DFD (Data Flow diagram).
3. Menyiapkan usulan rancangan
4. Definisikan usulan kinerja sistem.
Langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat apa yang harus di
capai oleh sistem, yaitu kriteria kinerja sistem.[6]

1.4.3 Tahap Perancangan / Desain sistem.


Pada tahap selanjutnya adalah mendesain sistem baru agar dapat berjalan lebih
baik, dan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang ada serta sedapat
mungkin dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan dari masa akan datang.
Manfaat desain sistem ialah memberikan gambaran rancang bangun (blueprint)
yang lengkap, sebagai penuntun bagi programmer dalam mengembangkan aplikasi.
Langkah-langkah dalah tahap ini antara lain :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci / logic sistem design.
Analis bekerja sama dengan pengguna mendokumentasikan rancangan sistem
baru dengan beberapa alat-alat antara lain DFD dan flowchart. Kemudian
spesifikasi umum tentang input, processing, output, dan storage yang di
butuhkan oleh sistem yang sudah dibahas pada tahap analisa.
2. Mengindentifikasi berbagai alternative konfigurasi sistem.

10
Membuat daftar spesifikasi secara lengkap tentang hardware dan software
untuk mendapat hasil yang terbaik bagi sistem.Desain motode teknis antara
sistem dengan pemakai (berupa bentuk laporan, display, dan formulir), dan
struktur data.[6]

1.4.4 Tahap Penerapan


Penerapan merupakan kegiatan memperoleh dan mengidentifikasi sumber daya
fisik dan konseptual untuk menghasilkan suatu sistem yang bekerja, dengan
melakukan beberapa hal yaitu : merencanakan penerapan, mengumumkan
penerapan, mendapatkan sumber daya perangkat keras, mendapatkan sumber daya
perangkat lunak, menyiapkan database, menyiapkan fasilitas fisik, training
pengguna, dan masuk sistem baru.[6]

1.4.5 Tahap Pemeliharaan


Dalam penggunan sistem dipandang perlu diadakan pemeliharaan sistem. Hal
tersebut di ketahui atas beberapa alasan, antara lain : bermaksud untuk
memperbaiki kesalahan, menjaga kemutakhiran sistem, dan meningkatkan
sistem.[6]

1.5 Prototype
Proses pengembangan perangkat lunak beberapa dekade terakhir ini mulai
mendapatkan perhatian yang serius akibat pentingnya peran sebuah perangkat lunak
dalam membantu pekerjaan manusia di berbagai bidang. Menurut Janner Simarmata,
proses pengembangan perangkat lunak dengan menerapkan teknologi dan praktik dari
disiplin ilmu komputer, manajemen proyek, dan bidang-bidang lainya. Dalam
membangun sebuah aplikasi perangkat lunak dibutuhkan sebuah prinsip atau metode
yang dapat membantu pekerjaan para pengembang perangkat lunak dan memenuhi
kepuasan pelanggan. Dari masa kemasa masalah mengenai pengembangan perangkat
lunak yang muncul berusaha untuk menyelesaikan masalah yang ada. model
pengembangan terus mengalami evaluasi unruk peningkatan proses pengembangan agar
tidak termasuk dalam kategori gagal. Kategori pengembangan yang bersifat gagal disini
maksudnya adalah waktu pengerjaan proyek yang melewati batas perjanjian, dana
pengerjaan yang melonjak jauh dari prediksi awal, pengerjaan aplikasi yang tidak sesuai,
dan lain-lain. Hal ini biasanya disebabkan oleh pelanggan yang hanya mendefinisikan
11
serangkaian sasaran umum perangkat lunak tanpa mengetahui kebutuhan output, proses,
dan input secara detail. Salah satu metode terbaik adalah metode dengan pendekatan
prototyping. Prototyping adalah bagian dari produk yang mengekspresikan logika
maupun fisik antarmuka eksternal yang ditampilkan.[7]
Dengan kata lain, prototype merupakan demonstrasi awal dari sebuah perangkat
lunak yang menjelaskan konsep dan tampilan. Pada umumnya dari proses demonstrasi
tersebut muncul lebih banyak mengenai masalah-masalah dan solusinya, sehingga
kebutuhan sistem yang sebelumnya tidak 9 dideskripsi secara detail dapat diketahui.
Selain itu prototype juga dapat digunakan sebagai teknik pengurangan resiko seperti
kemunculan error dan hal-hal yang terlewatkan dalam persyaratan. Adapun keuntungan
pengunaan prototype pada peroyek prangkat lunak adalah :
a. Kegunaan sistem yang lebih baik.
b. Kesesuaian sistem yang lebih dekat dengan kebutuhan user.
c. Kualitas desain yang lebih baik.
d. Keterpeliharaan yang lebih baik.
e. Usaha pengembangan yang lebih ringan.[8]

Pada gambar diatas menjelaskan model prototype dapat dibedakan menjadi beberapa
macam. Berdasarkan jenisnya, model yang paling mendasari semua model prototype
adalah prototype throw-away dan Protoype evolusioner. Perbedaan yang paling
mendasar dari kedua prototype tersebut adalah kegunaan prototype diakhir proyek

12
pengembangan sistem, seperti yang ditampilan pada gambar diatas. Pada prototype
evolusioner akan digunakan hingga akhir, bahkan hingga prototpe yang telah sesuai
dengan keinginan klien tersebut akan dijadikan sebagai sistem yang akan diserahkan
kepada klien. Berbeda dengan throw-away prototype akan dibuang dan sistem dengan
spesifikasi yang dibutuhkan akan dibangun.
Pendekatan prototype sangat sesuai untuk skala kecil atau subsistem. Mengembagkan
sebuah sistem dengan membangun protoype sempurna merupakan hal yang sulit.
Meskipun berbagai masalah dapat saja terjadi, metode prototype dapat menjadi metode
yang sangat efektif dalam merekayasa perangkat lunak. Menurut (Pressman, 2002)
kuncinya dalam pendekatan prototype adalah mendefinisikan aturan-aturan maindiawal.
Dengan katalain, antara pengembang dan klien setuju bahwa prototupe dibangun sebagai
pendefinisian spesifikasi kebutuhan sistem. Prototype yang dibuat dapat kemudian
dibuang kemudian dibangun sistem skala besar atau dapat pula prototype tersebur
dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan
pemeliharaan sistem tersebu.[9]

1.5.1 Prototype Evolusioner


Pada pendekatan evolusioner, prorotype dibangun berdasarkan kebutuhan dan
pemahaman umum. Prototype tersebut akan diubah dan dievolusikan daripada
dibuang. Prototype yang dibuang biasanya digunakan kembali dengan
pengembangan atau penambahan fitur-fitur yang sudah ada. Prototype ini juga
didasarkan atas kebutuhan prioritas.[7]

13
Secara umum tahapan awal dari pendekatan prototype seperti digambarkan
pada Gambar diatas adalah pengumpulan kebutuhan dan analisis. Pengumpulan
kebutuhan dan analisis ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku-buku
terkait atau langsung mewawancarai langsung klien tentang kebutuhan yang di
perlukan. Setelah mendapatkan data-data yang di butuhkan, kemudian data-data
tersebut di analisis menjadi sebuah informasi yang dapat menjadi sebuah
spesifikasi dalam pembangunan sebuah sistem. Apabila kebutuhan telah di dapat
dan tersusun maka masuk pada langkah perancangan secara cepat. Yang dimaksud
membangun perancangan cepat disini adalah membangun sebuah prototype
berdasarkan spesifikasi awal yang di butuhkan sesuai dengan analisis tadi.
Prototype ini dibangun secara cepat dengan tenggang waktu yang cepat sesuai
kesepatan dengan klien. Prototype yang sudah jadi kemudian di tunjukkan kepada
klien. Pada pendekatan prototype klien juga berperan aktif dalam pembangunan
sistem. Kali ini klien bertugas sebagai evaluator dan dan ada dua status kepuasan,
klien puas atau tidak. Kemungkinan pertama adalah prototype telah sesuai
keinginan klien. Selain klien puas, terdapaat kemungkinan klien tidak puas jika ini
terjadi maka perubahan itu dilakukan perubahan dengan perancangan cepat

14
kembali. Setelah membangun prototype hasil evaluasi, kemudian hasil prototype
tersebut ditujukan kepada klien kembali dan di lakukan evaluasi kembali, disinilah
pendekatan prototype evolusioner terlihat sangan tampak. Dalam pendekatan
prototype evolusioner terjadi iterasi proses pengembangan. Hasil dari evaluasi akan
sama seperti iterasi sebelumnya. Jika klien merasa puas maka pengembangan
sistem berhenti dan apabila klien tidak puas makan akan terjadi iterasi lagi seperti
sebelumnya. Metode pengembangan prototype evolusioner tidak terlepas dari
namanya iterasi proses pengembangan. Oleh karena itu, dalam sebuah pendekatan
dibutuhkan sebuah timeline atau jadwal pembangunan sistem. Jati iterasi yang
terjadi antara perancangan dengan evaluasi sistem oleh klien dapat berjalan lebih
teratur dan tepat waktu. Hal tersebut dibuat guna menghindari pembengkakan
waktu pengerjaan sistem. Faktor kritis untuk kesuksesan dari sebuah metode
prototype adalah perubahan cepat dalam perancangan dan pembangunan
prototype.[7] Berbagai teknik dan teknologi dapat digunakan untuk pembuatan
cepat prototype ada tiga pengembangan cepat yang praktis untuk mngembangkan
prototype:
a. Pengembangan bahasa tingkat tinggi dinamik.
b. Pemrograman basisdata.
c. Perakitan komponen dan aplikasi.[8]

1.5.2 Low Fidelity Prototyping


Low fidelity merupakan rancangan yang memiliki tingkat ketepatan rendah
yang berisikan tentang :
a. Gambaran cepat sistem yang akan di bangun.
b. Mempunyai fungsi dan interaksi yang terbatas.
c. Lebih menggambarkan konsep, perancangan, alternative, dan layout.
d. Mendemonstrasikan secara umum desain dari antarmuka.
e. Tidak untuk memperlihatkan secara rinci pengoperasian sistem pada aplikasi.
f. Digunakan pada awal siklus perancangan.
g. Memperlihatkan konsep pendekatan secara umum tanpa banyak tenaga, biaya
dan waktu.[10]

15
1.5.3 High Fidelity Prototyping
High Fidelity merupakan rancangan yang memiliki basis tingkat ketepatan
tinggi yang berisikan tentang :
a. Mempunyai interaksi penuh.
b. Pengguna dapat memasukkan data kedalam medan masukan, menangapi pesan,
memilih icon dan berinterasksi dengan UI.
c. Mewakili fungsi-fungsi inti dari antarmuka pengguna.
d. Pada umumnya dibuat dengan bahasa pemrograman.
e. Dapat mensimulasikan sebagian besar fungsi dari sistem akhir.
f. Tidak secepat dan semudah membuat prototype Low Fidelity
g. Mewakili antarmuka pengguna yang akan diimplementasikan dalam produk
akhir.[10]

1.6 Basis Data (Database)


Basis data adalah suatu kumpulan data terhubung yang disimpan secara bersama-
sama pada suatu media, tanpa adanya suatu kerangkapan data, sehinggga mudah untuk
digunakan kembali, dapat digunakan oleh satu atau Iebih program aplikasi secara
optimal, data disimpan tanpa mengalami ketergantungan pada program yang akan
menggunakannya, data disimpan sedemikian rupa sehingga apabila ada penambahan,
pengambilan dan modifikasj data dapat dilakukan dengan mudah dan terkontrol.[11]
Sistem Basis Data adalah "Sistem yang terdiri atas kumpulan tabel / file yang saling
berhubungan dalam sebuah basis data dan sekumpulan program berupa DBMS yang
memungkinkan beberapa pemakai atau program lain untuk mengakses dan memanipulasi
tabel-tabel tersebut. Sistem basis data mempunyai beberapa elemen penting, yaitu basis
data sebagai inti dari sistem basis data, perangkat lunak untuk mengelola basis data,
perangkat keras sebagai pendukung operasi pengolahan data, serta manusia yang
mempunyai peran penting dalam sistem tersebut.[11]

1.7 Entity Relationship Diagram (ERD)


Entity Relationship Diagram merupakan jaringan yang menggunakan susunan data
yang disimpan dari system secara abstrak. Entity Relationship Diagram ini ditemukan
oleh Chen tahun 1976. Tujuan dari Entity Relationship ini adalah untuk menunjukkan
objek data dan relationship yang adapoda objek tersebut. Disamping itu Model ER ini
merupakan salah satu alat untuk perancangan dalam basis data.[11]
16
Adapun istilah – istilah dalam ERD yaittu sebagai berikut:
1.7.1 Entitas
Adalah suatu objek yang dapat dibedakan atau dapat diidentifikasikar secara
unik dengan objek lainnya, dimana semua informasi yang berkaitan dengannya
dikumpulkan. Kumpuldn dari entity yang sejenis dinamakan Entity Set.

Simbol dari Entity adalah :

1.7.2 Atribut
Adalah karakteristik dari Entity atau Relationship yang menyediakan
penyelesaian detail tentang entity atau relationship tersebut.

Simbol dari Atribut adalah :

Adapun aturan untuk menggambarkan atribut yaitu sebagai berikut:


• Atribut dinyatakan dengan symbol ellipse
• Nama Atribut ditulis dalam symbol ellipse
• Nama atribut berupa kata benda tunggal
• Nama atribut sebisa mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan
padat menyatakan maknanya dengan jelas
• Atribut dihubungkan dengan entitas yang sesuai dengan menggunakan garis

Jenis – jenis atribut:


1. Key
Adalah atribut yang digunakan untuk menentukan suatu entity secara unik
2. Simple
Adalah atribut yang bernilai tunggal
3. Multivalue
Adalah atribut yang memiliki sekelompok nilai untuk setiap instan entity
4. Atribut Composite
Adalah suatu atribut yang terdiri dari beberapa atribut yang lebih kecil yang
mempunyai arti tertentu

17
5. Atribut Derivatif
Adalah atribut yang dihasilkan dai atribut yang lain

1.7.3 Relasi
Adalah hubungan yang terjadi antara satu entity dengan entity lainnya.
Relationship tidak mempunyai keberadaan fisik atau konseptual kecuali yang
diwarisi dari hubungan antara entity tersebut. Kumpulan Relationship yang sejenis
dinamakan dengan Relationship Diagram.

Simbol dari Relasi adalah :

Adapun aturan penggambaran relasi antar entity sebagai berikut:


• Relasi dinyatakan dengan symbol belah ketupat
• Nama relasi dituliskan didalam symbol belah ketupat
• Nama relasi dituliskan didalam symbol di belah ketupat
• Relasi menghubungkan dua entitas
• Nama relasi mengunakan kata kerja aktif tunggal
• Nama relasi sebisa mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan
dapat menyatakan makna dengan jelas

Jenis – jenis relasi:


1. Relasi Binery
Adalah relasi yang terjadi antara 2 himpunan entitas yang berbeda.

18
2. Relasi Unary
Adalah relasi yang terjadi dari sebuah himpunan entitas ke himpunan entitas
yang sama.

3. Relasi N-ary
Adalah relasi yang menghubungkan dari tiga entitas yang dimasuan ke relasi
multi-entitas.

1.7.4 Derajat Relasi/Kardinalitas


Adalah objek yang diidentifikasikan secara unik, dan objeknya dapat berbentuk
barang,orang dan sebagainya. Relasi ini menunjukkan maksumum entitas yang
dapat berelasi dengan entitas pada himpunan lainnya.Adapun jenis – jenis derajat
relasi atau kardinalitas sebagai berikut :
1. Satu ke satu (One to one)
Setiap himpunan entitas hanya boleh berhubungan dengan satu himpunan
entitas lainnya.

19
2. Satu ke banyak (One to many)
Setiap satu dari himpunan entitas boleh berhubungan dengan banyak himpunan
entitas lainnya.

3. Banyak ke banyak (Many to many)


Setiap himpunan entitas boleh berhubungan dengan banyak himpunan entitas
lainnya dan sebaliknya.

1.8 Normalisasi
Normalisasi Adalah proses pengelompokkan data ke dalam bentuk tabel atau relasi
atau file untuk menyatakan entitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu bentuk
database yang mudah untuk dimodifikasi. Pada proses Normalisasi selalu diuji par a
beberapa kondisi. Apakah ada kesulitan selama proses delete, insert atau update dalam
basis data yang disebut sebagai penyimpangan-penyimpangan atau dikenal dengan
Anomaly.[11] Adapun macam-macam bentuk dari normalisasi sebagai berikut :

20
1. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form)
Yaitu bentuk ini merupakan kumpulan data yang tidak ada keharusan mengikuti
format tertentu, dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi.[11]
2. Bentuk Normal satu / First Normal Form (1NF)
Yaitu bila relasi tersebut mempunyai nilai data yang atomik, artinya tidak ada lagi
kerangkapan data.[11]
3. Bentuk Normal Dua / Second Normal Form (2NF)
Yaitu bila reiasi tersebut merupakan 1 NF dan setiap atribut tergantung penuh pada
primary key.[11]
4. Bentuk Normal Tiga / Third Normal Form (3NF)
Yaitu bila relasi merupakan 2 NF dan tidak tergantung secara transitif pada primary
key.[11]
5. Bentuk Normal Boyce - Codd / Boyce - Codd Norm Form (BCNF)
Yaitu bila relasi merupakan 3NF dan semua determinatnya merupakan Candidate
key.[11]
6. Bentuk Normal Empat / Fourth Norm Form (4NF)
Yaitu bila relasi merupakan BCNF, yang mana rinci data yang ada didalamnya tidak
mengalami ketergantungan pada banyak nilai atau semua rinci data yang mengalami
ketergantungan pada banyak nilai adalah juga mengalami ketergantungan.[11]
7. Bentuk Normal Lima / Fifth Norm Form (5NF)
Yaitu Suatu relasi berada daiam bentuk normal kelima jika relasi data yang ada di
dalam struktur data tidak dapat direkonstruksikan dari struktur data yang memuat
rinci data lebih sedikit.[11]

21
1.9 Unified Modelling Language (UML)
Menurut Radiant Victor Imbar dan Yuliusman Kurniawan (Jurnal Sistem
Informasi,Vol.7.No.1,Maret 2012:56) UML (Unified Modelling Language) adalah salah
satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi
obyek. Hal ini disebabkan karena UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang
memungkinkan bagi pengembang sistem untuk membuat cetak biru (blueprint) atas visi
mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti, serta dilengkapi dengan mekanisme
yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan
yang lain.[12]

1.10 Use Case


Menurut Radiant Victor Imbar dan Yuliusman Kurniawan (Jurnal Sistem
Informasi,Vol.7.No.1,Maret2012:56) Use-case adalah konstruksi untuk mendeskripsikan
bagaimana sistem akan terlihat di mata pengguna potensial. Usecase terdiri dari
sekumpulan skenario yang dilakukan oleh seorang actor (orang,perangkat keras,urutan
waktu atau sistem yang lain). Sedangkan use-case diagram memfasilitasi komunikasi di
antara analis dan pengguna serta diantara analis dan klien. Diagram use case
menunjukkan 3 aspek dari sistem yaitu : actor, use-case, dan system boundary. Actor
adalah pengguna sistem, biasa nya mewakili peran orang, sistem yang lain atau alat yang
berkomunikasi dengan usecase. Use Case adalah tugas yg dilakukan oleh actor.
Sekumpulan use-case biasa nya dikelompokkan dalam suatu group yang disebut System
Boundary. Ilustrasi actor, use case dan system.[12]

22
Diagram use case menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang
yang berada diluar sistem (actor). Diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu system
atau kelas dan bagaimana system berinteraksi dengan dunia luar. Diagram use case dapat
digunakan selama proses analisis untuk menangkap requirements sistem dan untuk
memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja. Selama tahap desain, use case diagram
menetapkan perilaku (behavior) sistem saat diimplementasikan.[13]

23
Diagram yang menggambarkan actor, use case dan relasinya sebagai suatu urutan
tindakan yang memberikan nilai terukur untuk aktor. Sebuah use case digambarkan
sebagai elips horizontal dalam suatu diagram UML use case. [14]
Use Case memiliki dua istilah :
1. System use case; interaksi dengan sistem.
2. Business use case; interaksi bisnis dengan konsumen atau kejadian nyata

1.11 Activity Diagram


Activity Diagram yaitu memodelkan alur kerja (workflow) sebuah proses bisnis dan
urutan aktivitas dalam suatu proses. Diagram ini sangat mirip dengan sebuah flowchart
karena kita dapat memodelkan sebuah alur kerja dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya
atau dari satu aktivitas ke keadaan sesaat (state).[13]
Activity diagram menjelaskan aliran dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya dalam
suatu sistem. Sebuah aktivitas dapat menggambarkan satu use case atau lebih. Use case
menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivitas.

Activity diagram juga sangat berguna Ketika ingin menggambarkan perilaku paralel
atau menjelaskan bagaimana perilaku dalam berbagai use case berinteraksi. Dapat

24
digunakan statechart diagram untuk memodelkan perilaku dinamis satu kelas atau objek.
Statechart diagram memperlihatkan urutan keadaan sesaat (state) yang dilalui sebuah
objek, kejadian yang menyebabkan sebuah transisi dari satu state atau aktivitas ke state
atau aktivitas lainnya, dan aksi yang menyebabkan perubahan satu state lainnya, dan aksi
yang menyebabkan perubahan satu state atau aktivitas. Diagram aktivitas paling cocok
digunakan untuk memodelkan urutan aktivitas dalam suatu proses.[13]
Diagram ini bersifat dinamis. Diagram ini adalah tipe khusus dari diagram state yang
memperlihatkan aliran dari suatu aktifitas ke aktifitas lainnya dari suatu sistem. Diagram
ini terutama penting dalam pemodelan fungsi – fungsi dalam suatu sistem dan memberi
tekanan pada aliran kendali antar objek.[13]

1.12 Sequence Diagram


Sequence diagram menjelaskan interaksi objek yang disusun berdasarkan urutan
waktu. Secara mudahnya sequence diagram adalah gambaran tahap demi tahap, termasuk
kronologi (urutan) perubahan secara logis yang seharusnya dilakukan untuk
menghasilkan sesuatu sesuai dengan use case diagram.[14]
Menurut Hisyam Wahid Luthfi, Berliana Kusuma Riasti (Jurnal Sistem Sistem
Informasi Perawatan Dan Inventaris Laboratorium Pada SMK Negeri 1 Rembang
Berbasis Web Vol 10 No 1 – Februari 2012 - ijcss.unsa.ac.id : 2012:87) Didalam
sequence diagram, akan digambarkan mengenai keterkaitan antar komponen. Dimana
masing-masing komponen yang berelasi akan menghasilkan informasi sesuai aktifitas
didalam sistem.[15]

25
Diagram ini bersifat dinamis. Diagram sequence merupakan diagram interaksi yang
menekankan pada pengiriman pesan (message) dalam suatu waktu tertentu. Diagram
sequence menjelaskan interaksi objek yang disusun dalam suatu urutan waktu. Diagram
ini secara khusus berasosiasi dengan use case. Sequence diagram memperlihatkan tahap
demi tahap apa yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan sesuatu di dalam use case.
Diagram sequen sebaiknya digunakan diawal tahap desain atau analisis karena
kesederhanaannya dan mudah untuk dimengerti.[13]

1.13 Class Diagram


Menurut Prastuti Sulistyorini (Jurnal Teknologi Informasi Dinamik,Vol.XIV
No.1,Januari 2009:26) Class diagram membantu dalam visualisasi struktur kelas-kelas
dari suatu sistem dan merupakan tipe diagram yang palingbanyak. Class diagram
memperlihatkan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas di dalam
model desain(dalam logical view) dari suatu sistem. Selama proses analisis, class
diagram memperlihatkan aturan-aturan dan tanggung jawab entitas yang menentukan
perilaku sistem. Selama proses analisis, class diagram memperlihatkan aturan-aturan dan
tanggung jawab entitas yang menentukan perilaku sistem. Selama tahap decían, class
diagram berperan dalam menangkap struktur dari semua kelas yang membentuk
arsitektur system yang dibuat. Class diagram juga merupakan pondasi untuk component
diagram dan deployment diagram.[13]
Menurut Haviluddin (Jurnal Informatika Mulawarma Vol.VI.No.1 Februari 2012:3)
Class diagram menggambarkan struktur statis dari kelas dalam system anda dan
menggambarkan atribut, operasi dan hubungan antara kelas. Class diagram membantu
dalam memvisualisasikan struktur kelas-kelas dari suatu sistem dan merupakan tipe
diagram yang paling banyak dipakai. Selama tahap desain, class diagram berperan dalam
menangkap struktur dari semua kelas yang membentuk arsitektur sistem yang dibuat.[14]
Class memiliki tiga area pokok :
1. Nama (dan stereotype)
2. Atribut
3. Metode

26
1.14 User Interface Desain
Sebuah aplikasi atau program dikatakan mudah digunakan jika menggunakan
tampilan yang baik. Pengguna akan memberikan tanggapan yang positif berupa feedback
dari aplikasi yang dapat mempermudah proses yang dilakukan. Selain itu UI merupakan
sistem yang komplek karena dikendalikan oleh pengguna dan merupakan tahap persiapan
rancang bangun dari implementasi. Sedangkan tujuan dari antarmuka pengguna
membuat interaksi yang baik dan menyenangkan (Larasati 2010). [16]
Berdasarkan Susanto (2011), desain UI yang baik memiliki karakteristik standarisasi
terhadap sifat antarmuka yang berbeda, integrasi antara aplikasi dan perangkat lunak,
konsistensi terhadap suatu aplikasi dan portabilitas yang merupakan dimungkinkan data
dikonversi pada berbagai perangkat keras dan perangkat lunak. Antarmuka pengguna
sendiri selalu dikaitkan dengan tampilan layar, sebab desain yang baik menjadi indikator
terpenting untuk membuat pengguna merasa tertarik menggunakan website tersebut
(Larasati, 2010). Selain itu juga faktor estetika perangkat, waktu respon dan konten
menjadi bagian terpenting untuk terciptanya UI yang baik.[16]

27
BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Perusahaan


Oriflame didirikan di Swedia pada tahun 1967 oleh Bengt Hellsten sertadua
bersaudara Robert dan Jonas af Jochnick yang telah menjadi perusahaan kecantikan
internasional dengan sistem penjualan langsung di lebih dari 60 negara di seluruh dunia.
Portfolio yang luas dari produk-produk kecantikan Swedia yang alami, inovatif
dipasarkan melalui melalui tenaga penjualan sekitar 3.600.000 Konsultan Mandiri.
Oriflame berpengalaman lebih dari 42 tahun menciptakan produk berkualitas
internasional yang terinspirasi dari alam dan lebih dari 800 jenis produknya terbuat dari
sari pati tumbuhan yang tumbuh di Swedia.
Di Indonesia sendiri, Oriflame berdiri pada tanggal 11 Desember 1985oleh Insinyur
Setyadi Wibisono dan Nona Hedy Reny Pattipeilohy dengan badan hukum yang bernama
PT. Orindo Alam Ayu dan akte notaris No.15 oleh Notaris Arikanti Natakusumah S.H
mendirikan PT. Orindo Alam Ayu di Jakarta dan cabang-cabang lain yang ditentukan
oleh direksi. Dengan maksud dan tujuan menjalankan usaha di bidang industri terutama
tapi tidak terbatas pada industry kosmetik dan sejenisnya. Menjalankan usaha di bidang
perdagangan umum impor, ekspor, lokal maupun antar pulau baik atas perhitungan
sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi untuk menunjang usaha
industry kosmetik dan usaha-usaha industri sejenisnya.
Perubahan terakhir pada tanggal 8 April 2009, berubah status menjadi Perusahaan
Penanaman Modal Asing oleh notaris Mala Mukti S.H LL. M No. 14 mengenai Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa dan No. 15 mengenai Akta Pengambil Alihan
(akuisisi) dengan saham 60% Oksa 40% A. Fauzi Siddik.
PT. Orindo Alam Ayu (Oriflame) telah berjaya di Indonesia selama 23tahun.
Oriflame memilki 13 cabang dan ribuan consultant yang tersebar luas di seluruh
Indonesia. Untuk saat ini, Oriflame Indonesia merupakan perusahaankosmetika dengan
sistem penjualan mandiri No.1 di Indonesia. Meskipun berkembang dengan cepat,
Oriflame tidak pernah sekalipun melupakan konsep bisnis awalnya-Natural Swedish
Cosmetics yang dijual dari teman untuk teman. Perusahaan PT Orindo Alam Ayu
(Oriflame) merupakan salah satu perusahaan kosmetika dengan pertumbuhan tercepat di
dunia dan juga perusahaan kecantikan berbasis penjualan langsung terbesar di Eropa.
Saat ini saham Oriflame terdapat di bursa saham di New York. Oriflame Memulai

28
bisnisnya di Indonesia pada tahun 1986, dan Indonesia telah mencapai prestasi menjadi
nomor 1 di Asia. Meskipun berkembang dengan cepat, Oriflame tidak pernah sekalipun
melupakan konsep bisnis awalnya yaitu Natural Swedish Cosmetics yang dijual dari
teman untuk teman.
Oriflame adalah perusahaan dengan karakteristik semangat “saya-bisa”, manajemen
yang tersebar, dengan atmosfir muda dan kewirausahaan yang tinggi. Oriflame
Cosmetics saat ini adalah perusahaan kosmetik dengan perkembangan tercepat di dunia.
Oriflame memilki kantor penjualan di 63 negara dan merupakan pemimpin pasar di lebih
dari 30 negara. Jaringan penjualan yang terdiri dari 2,3 juta 57 Consultant mandiri yang
memasarkan rangkaian lengkap perawatan kulit, wewangian dan kosmetik berkualitas
tinggi. Portofolio yang luas dari produk produk kecantikan Swedia yang alami, inovatif
dipasarkan melalui melalui tenaga penjualan sekitar 3.300.000 Consultant mandiri , yang
bersama-sama membuat penjualan tahunan melebihi beberapa € 1,3 miliar.
Peluang bisnis kecantikan yang terbuka subur dan sangat luas di Indonesia dan
mungkin saja Anda adalah salah satu orang Sukses di bisnis ini. Bisnis ini sangat mudah
di jalani, sistim yang teruji dan mudah diduplikasi, produk yang berkualitas, serta harga
yang terjangkau. Oriflame adalah perusahaan kosmetika yang menawarkan produk
kosmetik dan perawatan kulit alami berkualitas tinggi melalui jaringan penjual mandiri
(independent salesforce), yang berbeda dengan sistem retail pada umumnya. Oriflame
mendirikan dan mendukung World Childhood Foundation dengan banyak cara. Selain
kontribusi Oriflame sebagai pendiri, Oriflame juga mensponsori dan aktif dalam berbagai
program untuk anak-anak. Saat ini Oriflame memberikan dukungan ekstra untuk
programprogram yang membantu anak-anak di Estonia, Lithuania, Latvia, Rusia dan
Polandia. Dengan memilih Oriflame, Anda membuat perbedaan dan Anda memberikan
kesempatan untuk memberikan kontribusi lebih banyak lagi.
Oriflame adalah anggota organisasi perdagangan Direct Selling Association (DSA)
yang sangat dihormati di negara-negara beroperasi dan juga merupakan anggota World
Federation of Direct Selling Associations (WFDSA). Sebagai anggota WFDSA, janji
Oriflame setiap tahun untuk mematuhi Kode Etik yang digariskan oleh Federasi. Kode
Etik adalah seperangkat pedoman yang memastikan bahwa perusahaan yang beroperasi
dalam industri penjualan langsung memperlakukan tenaga penjualan mereka dan
pelanggan secara etis dan adil. Oriflame memiliki etos etika yang kuat dan dibuktikan
melalui semua aspek operasinya. Produk Oriflame diformulasikan dan diproduksi sesuai
dengan standar industri tinggi dan pedoman etika. Saat ini, kami mengoperasikan lima
29
pabrik kosmetik di Polandia, Swedia, India, Cina dan Rusia. Semua fasilitas manufaktur
Oriflame dan sub-kontraktor mematuhi hukum lokal dan peraturan nasional yang
relevan. Undang-undang tersebut termasuk yang berkaitan dengan standar tenaga kerja,
manufaktur lingkungan dan praktik kesehatan dan keselamatan. Konservasi air
merupakan kunci utama dalam rencana manajemen.

2.2 Struktur Organisasi


Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda satu dengan yang
lainnya, semakin besar suatu perusahaan, semakin kompleks kegiatankegiatan yang
dilakukan perusahaan tersebut. Agar seluruh kegiatan yang ada dapat dikoordinasi
dengan baik, maka perusahaan harus didukung oleh struktur organisasi yang memadai.
Berikut ini merupakan gambaran struktur organisasi dari PT. Oriflame.

Dari struktur organisasi diatas secara garis besar dapat dijelaskan tugas dan tanggung
jawab masing-masing bagian dalam struktur organisasi Oriflame.
1. Branch Operasional
a. Mengkoordinasikan cabang-cabang operasional perusahaan.
b. Mengkoordinasikan kegiatan dengan Branch Coordinator.
c. Bertanggung jawab kepada head Office.
2. Customer Service
a. Melayani ID Card.
b. Menjual katalog, formulir peranan distributor (DOF), formular pendaftaran
menjadi distibutor (DAF).

30
3. Warehouse
a. Bertanggung jawab atas jumlah barang yang ada digudang.
b. Bertanggung jawab atas keluar masuk barang yang ada di gudang.
c. Bertanggung jawab atas kelancaran order dan distribusi.
4. Collector
a. Melakukan kunjungan penagihan pada distributor/pelanggan.
b. Bertanggung jawab atas penyetoran uang pada kasir.
c. Melakukan perhitungan faktur.
5. Delivery
a. Mengantarkan barang yang dipesan oleh distributor.
6. Cashier/Order Entry
a. Bertanggung jawab atas pemesanan barang kepusat.
b. Bertanggung jawab atas kredit dan pembayaran pesanan barang.
7. Branch Coordinator
a. Memotivasi dan melayani distributor dalam masalah pemasaran dan penjualan.
b. Mengkoordinasikan kegiatan dengan Branch Operasional.
c. Bertanggung jawab kepada manager pemasaran di head office.
8. Sales Coordinator
a. Memberikan pelatihan dan penarahan mengenai cara-cara penjualan yang efektif
kepada para distributor.

31
DAFTAR PUSTAKA

[1] J. Hutahaean, Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2014.


[2] I. P. A. E. Pratama, Sistem informasi dan implementasinya. Bandung: Informatika, 2014.
[3] Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi, 2009.
[4] Mulyadi, Sistem Akuntansi, 5th ed. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
[5] A. Mulyanto, Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
[6] D. Abdullah, MERANCANG APLIKASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN SDLC.
Medan: Sefa Bumi Persada, 2017.
[7] J. Simarmata, Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Andi, 2010.
[8] I. Sommervile, Software Egineering (Rekayasay Perangkat Lunak) Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2011.
[9] R. S. Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi. Yogyakarta: Andi,
2002.
[10] Pamungkazer, “PROTOTYPING,” 2011.
https://pamungkazer.wordpress.com/2011/05/26/prototyping/ (accessed Mar. 05,
2021).
[11] S. Widianti, Pengantar Basis Data. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2009.
[12] R. V. Imbar and Y. Kurniawan, “Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Medis Rawat
Jalan Poliklinik Kebidanan dan Kandungan pada RSUD Kota Batam,” J. Sist. Inf. Vol.
7, Nomor 1, vol. 7, no. 1, pp. 53–67, 2012.
[13] P. Sulistyorini, “Pemodelan Visual dengan Menggunakan UML dan Rational Rose,” J.
Teknol. Inf. Din. Vol., vol. XIV, no. 1, pp. 23–29, 2009.
[14] Haviluddin, “Memahami Penggunaan UML ( Unified Modelling Language ),”
Memahami Pengguna. UML (Unified Model. Lang., vol. 6, no. 1, pp. 1–15, 2011,
[Online]. Available: https://informatikamulawarman.files.wordpress.com/2011/10/01-
jurnal-informatika-mulawarman-feb-2011.pdf.
[15] H. W. Luthfi and B. K. Riasti, “Sistem Informasi Maintenance Dan Inventaris
Laboratorium Pada SMK Negeri 1 Rembang Berbasis Web,” J. Speed – Sentra Penelit.
Eng. dan Edukasi, vol. 3, no. 3, pp. 69–77, 2011, [Online]. Available:
https://ijns.org/journal/index.php/speed/article/view/1219.
[16] M. S. Hartawan, “Analisa user interface untuk meningkatkan user experience
menggunakan usability testing pada aplikasi android pemesanan test drive mobil,” J.
Teknol. Inf. ESIT, Univ. Krisnadwipayana, vol. 14, no. 2, pp. 46–52, 2019.

32
33

Anda mungkin juga menyukai