KELOMPOK 7
Dosen pengampuh:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan dari beberapa sumber yang telah
kami baca dan amati.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini ditulis dan di
rangkum agar lebih mudah dipahami dan dicermati.
Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Penulis
berharap, dengan membaca makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Penalaran dalam Karangan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Definisi penalaran berdasarkan KBBI :
Pertimbangan akal budi manusia, cara pemecahan masalah persoalan.
Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis;
jangkauan pemikiran; kepercayaan takhayul, serta yang tidak logis haruslah
dikikis habis.
Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan
dengan perasaan atau pengalaman.
Proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
4
2.2 Unsur Penalaran
1. Topik
Yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
Yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan
kesalahannya.
3. Proposisi
Adapun jenis-jenis proposisi yaitu :
a. Proposisi Empirik
Yaitu proposisi berdasarkan fakta.
Misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi Mutlak
Yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian.
c. Proposisi Hipotetik
Yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Misalnya: Jika dijemput, A akan ke rumah.
4. Proses Berpikir Ilmiah
Yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu
kesimpulan.
5. Logika
Yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan),
argumentasi (pembuktian). Fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematik
Yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses
berpikir kedalam suatu kesatuan
7. Permasalahan
Yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel
Yaitu unsur satuan pikiran dalam suatu topikyang akan dianalisis
5
9. Analisis (Pembahasan, Penguraian)
Dilakukan dengan mengidentifikasi analisis (pembahasan, penguraian),
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan
(korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (Argumentasi)
Yaitu proses pembenaranbahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau
kesalahannya.
11. Hasil
Yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan (Simpulan)
Yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau
inferensi.
6
1. Menarik Kesimpulan Secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu
premis.Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis) Sebagian
yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
1.) Silogisme:
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua
proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah
kesimpulan yang merupakan proposisi ketiga. (Suparno dan Yunus, 2007:
1.48).
A. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi
yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan.
7
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor dan
term simpulan.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor,
dan simpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan .
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak
dapat ditarik satu simpulan.
B. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis (pengandaian) terdiri atas mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan
aden, maka simpulannya membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
Contoh :
1. My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan
C. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif (pilihan) terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu alternatif,
maka simpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh :
1) My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
8
2) Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor
karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya
premis minor dan simpulan. Menurut Guinn dan Marder (dalam Suparno
dan Yunus, 2007: 1.50) “Dalam kenyataan sehari-hari, kita jarang
menggunakan bentuk silogisme secara lengkap, Demi kepraktisan, bagian
silogisme yang dianggap telah dipahami, dihilangkan”.
Contoh entimen:
Penalaran Induktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari sesuatu
yang umum menuju hal-hal yang khusus atau penerapan sesuatu yang umum
pada peristiwa yang khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan. Kesimpulan
ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atau fakta yang bersifat
khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam, yaitu :
Generalisasi, Analogi, dan Sebab-Akibat.
Generalisasi
Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.41) “Generalisasi atau
perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau
peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala atau peristiwa itu.”. Generalisasi juga diartikan oleh
Kosasih dan Mulyadi (2013:229) sebagai proses penalaran yang
menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
9
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a. Data itu harus memadai jumlahnya
b. Data itu harus mewakili keseluruhan
c. Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2.2.2 Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi
dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses
morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah
ada. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang dibandingkan dengan
pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi,
seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit
dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau
analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi
dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor
untuk dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau
penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang
pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran
10
2.2.3 Jenis-jenis Analogi:
Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang
ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif
merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau
dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau
kita percayai.
11
Hubungan Kausalitas
Hubungan kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip
sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap
kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu
manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
12
Induksi dalam metode eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan
yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan
pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.Karangan ini
berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas
uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan,
tidak jarang eksposisiditemukan hanya berisi uraian tentang
langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
13
BAB III
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16