MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibimbing oleh Habib Wakidatul Ihtiyar, M.H..
Oleh
Kelompok 6
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang maksud dari penalaran ?
1.2.2 Jenis-jenis penalaran selain deduktif dan induktif?
1.2.3 Seperti apa penalaran deduktif itu?
1.2.4 Apakah semua penalaran dikatakan ilmiah?
1.2.5 Contoh dari penalaran deduktif dan induktif yang benar seperti apa?
1.2.6 Adakah salah penalaran, jika ada tolong sebutkan kesalaahan dalam
bernalar?
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa dan pemikiran tidak dapat dipisahkan dari hasil bernalar seseorang.
Penggunaan bahasa diyakini dapat memanisfestasikan pemikiran abstrak kita yang
dapat tertuang dalam karya ilmiah. Bisa atau tidaknya pemikiran yang tertuang
dalam bahasa tergantung orang tersebut. Penalaran yang baik mampu membuat
rangkaian kata-kata yang mudah pembaca pahami. Penalaran disini mampu
berfikir kritis, logis, serta anjeg.
2
Menurut piaget, beliau telah melakukan peneliti mengenai hubungan
pikiran dan bahas. Menurutnya ada dua macan modus pikirian terarah (directed)
atau pikiran intelegen (intelligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran austitik
(austitic).
Peneliti lain dari abad 18 dan abad 19 oleh seorang Jermanis yang
akhirnya dikembangkan lagi oleh Franz Boas dkk di Amerika. Boas melihat
bahwa cara berfikir seseorang dipengaruhi oleh struktur bahasa yang menereka
pakai (Dardjowidjojo 2003:284)
Tidak semua penalaran itu bersifat ilmiah. Hal ini dikarenakan pikiran
manusia tidak harus selalu dapat dibutikan kebenarannya. Hal ini biasannya
dikarenakan dari pengalaman yang tidak bisa dibuktikan benar atau salah. Lebih
kepada budaya yang dianggap benar atau salah sehingga tidak memungkinkan
dilakukan uji kebenaran.
1
Generalisasi dibuktikan dengan fakta
3
Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai dengan fakta (data).
Fakta atau data dapat diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Jumlah data atau fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa
yang khusus kemudian menuju peristiwaperistiwa yang umum. Contohnya adalah:
Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah
terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah
terbakar. Solar pun demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis
bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar.
Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya tidak akan menjalani
hidupnya dengan baik, ia akan selalu dalam keraguan, sama seperti seseorang
yang hidup di dalam rumah tanpa penerangan. Ia akan berjalan tak tahu arah, tak
jelas kemana ia berjalan sehingga ia akan mudah tertabrak benda yang ada
disekitarnya.
Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan
dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih
dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi
dididik dengan baik maka akan seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang baik
dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk kepribadian
baik seseorang anak ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.
4
2.2.3 Penalaran Sebab Akibat
Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian
disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan
mengemukakan peristiwa peristiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu
merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi hubungan sebab akibat
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Hubungan Sebab Akibat
Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab,
sampai kemudian pada kesimpulan yang menjadi akibat. Contohnya adalah :
Karena Surya jarang mandi , maka dia sering sakit kulit.
Karena kemarin Surya mandi dua kali sehari, maka hari ini Surya tidak sakit kulit.
b. Hubungan Akibat Sebab
Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang menjadi akibat selanjutnya
dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya adalah :
Mang Kodir adalah seorang perokok berat, karena dia sering merokok
tanpa henti akhirnya dia menagalami radang paru-paru, tidak lama kemudian dia
dinyatakan radang paru-paru kronis oleh pihak rumah sakit. Andi keponakan
mang Kodir tiba-tiba batuk serta mengeluarkan darah padahal andi tidak merokok,
setelah diperiksa ternyata Andi menjadi seorang perokok pasif akibat mamangnya
si Kodir.
5
Jalur pendakian Gunung Arjuno untuk sementara ditutup karena ada
seorang bocak SMA hilang dan belum ditemukan jasadnya hingga 21 Maret 2019,
para tim SAR sudah berjuang semaksimal mungkin melakukan pencarian hampir
satu bulan penuh. MAPALA HIMALAYA organisasi pencinta alam dari kampus
IAIN Tulungagung yang akan berencana melakukan pendakian bersama harus
merubah jadwal pendakian ke gunung lainnya setelah mendengar kabar tersebut.
6
Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yang disebabkan oleh
kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan).
Kerancuan analogi merupakan salah nalar yang terjadi karena penggunaan analogi
yang tidak tepat.Dua hal yang dibandingkan tidak memiliki kesamaan karakter
yang esensial (pokok).Kesamaan yang terjadi hanya sebagian kecil.
Kesalahan relevansi merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika
bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak
menunjang sebuah kesimpulan.
7
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Penguraian masalah dalam karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengen berbagai
cara, misalnya dengan jelas, atau lengkap, abstrak, objektif , bernalar, konseptual.
Dengan berbagai cara ini pembahasan diuraikan ke dalam bagian bagian yang
lebih spesifik .
Masalah yang diuraikan dalam karangan ilmiah biasanya jelas dan lengkap untuk
membantu pembaca memahami titik permasalahn secara menyeluruh dari suatu
masalah yang diangakt dalam karangan ilmiah.
Demikian juga dengan penalaran dan kelogisan masalah dalam karya tulis ilmiah
mengikuiti kerangka berfikir yang runtun dan bernalar. Pola penalaran yang
dilakukan pengarang dalam menguraikan masalah dapat menggunakan pola
hubungan sebab-akibat dari suatu permasalahan (Suherli Kusmana 2010:38).
Penguraian masalah di dalam karya tulis ilmiah dapat pula dibuat dari konsep-
konsep keilmuan atau sudut pandang tertentu tentang suatu hal. Konsep sebgai
titik tolak penguraian masalah. Comtohnya karangan Prof. Dr. Engkus Kusmana,
M. Pd yang menguraiakan masalah berdasarkan konsep tujuan pendidikan tahun
1989.
3.2 SARAN
Agar terhindar dari salah bernalar mahasiswa harus banyak membaca buku karena
dari membaca isi buku secara keseluruhan dapat terhindar dari salah menafsirkan,
mengetahui sudut pandang penulis juga sangat diperlukan untuk melatih diri agar
terbiasa membuat karya ilmiah yang berlandaskan objektifitas atau kesesuian data
dengan penalaran yang telah dilakukan seperti pengarang dalam menulis bukunya.
8
Daftar Pustaka
Kusmana, Suherli (2010) Menulis karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.