Anda di halaman 1dari 12

Penalaran Deduktif dan Induktif

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibimbing oleh Habib Wakidatul Ihtiyar, M.H..

Oleh
Kelompok 6

Ahlisna Fuadah (12103183136)


Eta Anggara (12103183017)
Fredi Kiki Andiano (12103183093)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH dan ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
April 2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan terima kasih kepada kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karuniannya sehingga terwujudnya makalah berjudul "Penalaran
Deduktif dan Induktif". Makalah ini dibuat untuk menambah kazanah ilmu
pengetahuan sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dengan
dosen pengajar Habib Wakidatul Ihtiyar. Serta bentuk tanggungjawab kami
terhadap kedua orang tua, kakak yang selalu mendukung kami. Saya ucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar yang selalu membimbing dan memberikan
arahan serta ilmu yang telah beliau sampaikan. Terima kasih juga kepada pihak-
pihak yang mendukung pembuatan makalah yang sederhana ini.

Makalah ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan penalaran atau


logika deduktif dan induktif. Sesuai perolehan materi yang akan penulis
sampaikan ke dalam ruang kelas untuk itu makalah ini dibuat untuk bahan materi
yang akan penulis jabarkan ke dalam kelas mengajar.

Penulis memperhatikan pentingnya penalaran dalam membuat sebuah


simpulan. Dari hal-hal umum menjadi lebih khusus atau sebaliknya, membuat
sebuah kesimpulan dari premis-premis, peryataan-peryataan, dan sebab-akibat.
Harapan dari penulis pembaca dapat mampu berfikir objektif sesuai perolehan
data yang didapat setelah melakukan penelitian ilmiah . Keobjektivitasan
seseorang dalam menilai sesuatu mampu memberikan data secara benar dengan
penyusunan kata-kata sesuai EYD. Untuk itu pentingnya memahami materi ini
ketika duduk dibangku perkuliahan khususnya jenjamg strata S1 dalam
pembuatan karya ilmiah yaitu skripsi.

Tugas makalah ini dibuat dengan penuh rasa tanggungjawab, perolehan


data diambil dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
validitasinya. Diharapkan. pembaca dapat berfikir lebih dalam lagi dalam
menyimpulkan atau mengeneralisasikan sesuatu berdasarkan hipotesa-hipotesa
ilmiah, rangkaian hubungan dalam bahasan masalah fakta yang diperoleh dengan
teori-teori membutuhkan cara yang dapat dilakukan salah satunya dengaan
deduktif dan induktif atau penggabungan dari keduannya.

Kami mengucapkan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam


penbuatan makalah ini, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik
membangun demi terciptannya kesempurnaan dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga bermafaat.

Tulungagung, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i


KATA PENGANTAR.............................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................. .................... 3
2.1 Pengertian Penalaran........................................................ ....... 3
2.2 Jenis Penalaran Induktif........................................................... 4
2.3 Pengertian Penalaran Deduktif ................................................ 6
2.4 Kesalahan Bernalar .................................................................. 7
BAB III PENUTUP……………………………………………….. 8
3.1 Kesimpulan............................................................................ . 8
3.2 Saran ...................................................................................... 8
DAFTAR PUTAKA........................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar masih sulit
untuk diterapkan. Terlebih lagi dalam penyusunan karya ilmiah berupa
penggunaan EYD. Penggunaan kata dalam karya ilmiah menetukan apakah
pembaca dapat memahami maksud atau sudut pandang penulis. Sehingga
setiap pemilihan kata (diksi) akan sangat mempengaruhi pola bahasa yang
digunakan. Paragraf tidak hanya sebuah kumpulan kalimat tetapi didalam
paragraf tersebut memiliki pola ketatabahasaan kalimat deduktif atau kalimat
induktif.
Sering kali mahasiswa kesulitan dalam menulis karya ilmiah.
Keterbatasan kemampuan menulis karya ilmiah membuat mahasiswa sering
kali mengkopi karya milik orang lain. Dengan demikian pengetahuaan
ketatabahasaan sangat diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa
adalah sarana bernalar.Bagaimana seseorang berbahasa,termasuk
menulis,akan mencerminkan pula bagaimana orang itu menata jalan
pikirannya (Akhadiah 2001). Karena bahasa sangat penting maka dari itu
pembahasan kali ini memuat tentang permasalahan menentukan logika
deduktif dan induktif, seseorang dapat membedakan kedua jenis logika ini
menentukan alur pemikiran penulisnya. Mengetahui perbedaan kedua logika
ini agar penulis juga lebih objektif terhadap fenomena yang ada dan
menyimpulkan sesuatu berdasarkan nalar bukan hanya deskrip karangan
semata tetapi karangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kajian ini sangat berarti untuk para mahasiswa yang akan membuat
karya ilmiah seperti makalah, skripsi, jurnal ilmiah dll. Kemampuan dalam
menalar informasi dan pengolahan kalimat memudahkan mahasiswa menulis
karya ilmiah sesuai prosedur ketatabahasaan yang berlaku di Indonesia.
Logika yang demikian rumit perlu dikelola dengan bahasa yang baik, lugas,
dan jelas. Tidak membuat keambiguan pembaca, mudah dicerna oleh akal
sehat manusia. Maka dari itu pembuatan karya ilmiah dirasa masih sangat sulit
dilakukan mahasiswa terlebih lagi di zaman yang serba instan ini membuat
mahasiswa malas menulis karangan yang membutuhkan kemampuan bernalar
ilmiah tinggi.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang maksud dari penalaran ?
1.2.2 Jenis-jenis penalaran selain deduktif dan induktif?
1.2.3 Seperti apa penalaran deduktif itu?
1.2.4 Apakah semua penalaran dikatakan ilmiah?
1.2.5 Contoh dari penalaran deduktif dan induktif yang benar seperti apa?
1.2.6 Adakah salah penalaran, jika ada tolong sebutkan kesalaahan dalam
bernalar?

1.3 Tujuan Kajian


Sebagai ilmu pengetahuan dalam kajian pembuatan paragraf sesuai kaidah dan
aturan yang berlaku. Mahasiswa dapat memahami apa yang akan ditulis
sebagai karya ilmiah dengan melakukan analisa data dan pemilihan kata yang
tepat sebagai bahan kajian yang berkualitas demi meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Serta makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENALARAN

Bahasa dan pemikiran tidak dapat dipisahkan dari hasil bernalar seseorang.
Penggunaan bahasa diyakini dapat memanisfestasikan pemikiran abstrak kita yang
dapat tertuang dalam karya ilmiah. Bisa atau tidaknya pemikiran yang tertuang
dalam bahasa tergantung orang tersebut. Penalaran yang baik mampu membuat
rangkaian kata-kata yang mudah pembaca pahami. Penalaran disini mampu
berfikir kritis, logis, serta anjeg.

Hubungan pikiran dengan bahasa dikenal dengan inner speech dan


external speech. Inner speech merupakan suatu ujaran, yakni pikiran yang
berkaitan dengan kata. Kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk,
sedangkan external speech menerangkan bahwa pikiran itu terwujud dalam kaa-
kata. (Dardjowidjojo 2003:284).

2
Menurut piaget, beliau telah melakukan peneliti mengenai hubungan
pikiran dan bahas. Menurutnya ada dua macan modus pikirian terarah (directed)
atau pikiran intelegen (intelligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran austitik
(austitic).

Peneliti lain dari abad 18 dan abad 19 oleh seorang Jermanis yang
akhirnya dikembangkan lagi oleh Franz Boas dkk di Amerika. Boas melihat
bahwa cara berfikir seseorang dipengaruhi oleh struktur bahasa yang menereka
pakai (Dardjowidjojo 2003:284)

Berdasarkan peryataan diatas bahwa jalan pikiran seseorang dapat dilihat


dari bagaimana seseorang menggunakan bahasannya. Bahasa yang digunakan
juga menunjukkan bagaiamana seseorang bernalar.

Bahasa adalah sarana bernalar. Bagaimana seseorang berbahasan,


termasuk menulis, akan mencerminkan jalan pikirannya(Akhidah 2001).
Sehubungan dengan pembahasa bernalar, keraf (1982) dan Moeliono(1989)
menegaskan bahwa penalaran adalah proses berfikir dengan menghubung-
hubungkan bukti, fakta, petunjuk, eviden, atau hal lainnya yang bisa dapat
dijadikan bahan bukti untuk menarik kesimpulan. Umumnya, penalaran bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu induktif dan dedektif

Tidak semua penalaran itu bersifat ilmiah. Hal ini dikarenakan pikiran
manusia tidak harus selalu dapat dibutikan kebenarannya. Hal ini biasannya
dikarenakan dari pengalaman yang tidak bisa dibuktikan benar atau salah. Lebih
kepada budaya yang dianggap benar atau salah sehingga tidak memungkinkan
dilakukan uji kebenaran.

2.2 JENIS PENALARAN INDUKTIF


2.2.1 Penalaran Induksi
Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa peristiwa
yang khusus kemudian beranjak ke peristiwa yang sifatnya umum. Secara umum
penalaran induksi dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Penalaran 1Generalisasi

1
Generalisasi dibuktikan dengan fakta

3
Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai dengan fakta (data).
Fakta atau data dapat diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Jumlah data atau fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa
yang khusus kemudian menuju peristiwaperistiwa yang umum. Contohnya adalah:

Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah
terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah
terbakar. Solar pun demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis
bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar.

Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir Jalan Jendral Sudirman.


Seminggu kemudian, seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah.
Sehari kemudian, polisi menemukan bercak-bercak darah dikursi belakang mobil
Anwar. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di Jalan
Jenderal Sudirman dalam kantung celana Anwar. Dengan demikian, Anwar
adalah orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban tentang hilangnya tiga
anak itu.

2.2.2 Penalaran Analogi


Berdasarkan banyaknya kesamaan tersebut ditariklah suatu kesimpulan.
Penalaran jenis ini berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai
kesamaan satu dengan yang lain untuk diambil kesimpulan : Apakah apa yang
berlaku pada satu hal itu berlaku pada sesuatu hal lainnya. Contohnya adalah :

Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya tidak akan menjalani
hidupnya dengan baik, ia akan selalu dalam keraguan, sama seperti seseorang
yang hidup di dalam rumah tanpa penerangan. Ia akan berjalan tak tahu arah, tak
jelas kemana ia berjalan sehingga ia akan mudah tertabrak benda yang ada
disekitarnya.

Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan
dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih
dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi
dididik dengan baik maka akan seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang baik
dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk kepribadian
baik seseorang anak ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.

4
2.2.3 Penalaran Sebab Akibat
Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian
disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan
mengemukakan peristiwa peristiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu
merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi hubungan sebab akibat
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Hubungan Sebab Akibat
Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab,
sampai kemudian pada kesimpulan yang menjadi akibat. Contohnya adalah :
Karena Surya jarang mandi , maka dia sering sakit kulit.
Karena kemarin Surya mandi dua kali sehari, maka hari ini Surya tidak sakit kulit.
b. Hubungan Akibat Sebab
Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang menjadi akibat selanjutnya
dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya adalah :

Tulungagung termasuk daerah yang sering banjir, hal itu disebabkan


warganya sering buang sampah sembarangan dan drainase yang kurang baik.

Fredo mendapat IPK 3.87, karena Fredo rajin membaca buku.

c. Hubungan Sebab Akibat 1 – Akibat 2


Dalam hubungan ini dikemukakan sebab dapat menimbulkan lebih dari satu
akibat. Akibat yang pertama dapat menjadikan sebab yang akan menimbulkan
akibat yang kedua dan seluruhnya. Contohnya adalah :

Mang Kodir adalah seorang perokok berat, karena dia sering merokok
tanpa henti akhirnya dia menagalami radang paru-paru, tidak lama kemudian dia
dinyatakan radang paru-paru kronis oleh pihak rumah sakit. Andi keponakan
mang Kodir tiba-tiba batuk serta mengeluarkan darah padahal andi tidak merokok,
setelah diperiksa ternyata Andi menjadi seorang perokok pasif akibat mamangnya
si Kodir.

5
Jalur pendakian Gunung Arjuno untuk sementara ditutup karena ada
seorang bocak SMA hilang dan belum ditemukan jasadnya hingga 21 Maret 2019,
para tim SAR sudah berjuang semaksimal mungkin melakukan pencarian hampir
satu bulan penuh. MAPALA HIMALAYA organisasi pencinta alam dari kampus
IAIN Tulungagung yang akan berencana melakukan pendakian bersama harus
merubah jadwal pendakian ke gunung lainnya setelah mendengar kabar tersebut.

2.3 PENGERTIAN PENALARAN DEDUKTIF


Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwaperistiwa
yang umum mengarah pada kesimpulan yang khusus. Pada dasarnya merupakan
penguraian atau pembuktian sebuah kesimpulan kedalam data-data khusus. Pola
penalaran ini diterapkan dalam penulisan paragraf deduktif, yaitu pada paragraf
yang kesimpulannya ditulis pada awal. Contoh:

Keberhasilan dunia pertanian membawa dampak pada peningkatan


kesejahteraan rakyat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pemuliaan
tanaman. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi
tanaman pangan. Usaha tersebut diterapkan pada hampir semua jenis tanaman,
misalnya: padi, palawija, buah, sayur dan tanaman hias. Padi yang ditemukan
sekarang mempunyai umur singkat, batang pendek, dan butir gabah banyak.
Buah-buahan yang dijual di pasar selalu berkualitas tinggi begitu juga dengan
sayur dan tanaman hias, semua menunjukkan kondisi baik.

2.4 KESALAHAN BERNALAR


Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik simpulan.Kekeliruan ini dapat terjadi
karena factor emosional,kecerobohan,atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus
2003:1.47).

Secara garis besar,salah nalar dapat dikelompokkan menjadi lima,yakni


generalisasi yang terlalu luas,kerancuan analogi,kekeliruan kausalitas,kesalahan
relevansi,dan penyandaran terhadap prestise seseorang.

6
Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yang disebabkan oleh
kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan).

Kerancuan analogi merupakan salah nalar yang terjadi karena penggunaan analogi
yang tidak tepat.Dua hal yang dibandingkan tidak memiliki kesamaan karakter
yang esensial (pokok).Kesamaan yang terjadi hanya sebagian kecil.

Kekeliruan kausalitas merupakan salah nalar yang terjadi sebagai akibat


kekeliruan menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat.

Kesalahan relevansi merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika
bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak
menunjang sebuah kesimpulan.

Penyandaran pada prestise seseorang tanpa memperhatikan keahlian


seseorang,jenis pernyataan,serta kebenaran pernyataan yang menjadi
sandaran.Bila kita akan mengutip pernyataan seseorang tentang kondisi ekonomi
sebagai sebuah sandaran kesimpulan perlu memperhatikan apakah orang tersebut
memang ahli ekonomi, yang dibicarakan tentang ekonomi yang berasal dari
pemikiran yang telah teruji kebenarannya. Contohnya adalah :
a. Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
b. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

7
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Penguraian masalah dalam karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengen berbagai
cara, misalnya dengan jelas, atau lengkap, abstrak, objektif , bernalar, konseptual.
Dengan berbagai cara ini pembahasan diuraikan ke dalam bagian bagian yang
lebih spesifik .

Masalah yang diuraikan dalam karangan ilmiah biasanya jelas dan lengkap untuk
membantu pembaca memahami titik permasalahn secara menyeluruh dari suatu
masalah yang diangakt dalam karangan ilmiah.

Objektifitas penguraian masalah dalam karya ilmiah sangat diperlukan untuk


menghindari tafsir ganda atau kesalahan penafsiran. Karya ilmiah didasarkan pada
kondisi nyata dari objek yang diteliti sehingga tergambar permasalahan yang perlu
pembuktian dan jawaban operasional.

Demikian juga dengan penalaran dan kelogisan masalah dalam karya tulis ilmiah
mengikuiti kerangka berfikir yang runtun dan bernalar. Pola penalaran yang
dilakukan pengarang dalam menguraikan masalah dapat menggunakan pola
hubungan sebab-akibat dari suatu permasalahan (Suherli Kusmana 2010:38).

Penguraian masalah di dalam karya tulis ilmiah dapat pula dibuat dari konsep-
konsep keilmuan atau sudut pandang tertentu tentang suatu hal. Konsep sebgai
titik tolak penguraian masalah. Comtohnya karangan Prof. Dr. Engkus Kusmana,
M. Pd yang menguraiakan masalah berdasarkan konsep tujuan pendidikan tahun
1989.

3.2 SARAN

Agar terhindar dari salah bernalar mahasiswa harus banyak membaca buku karena
dari membaca isi buku secara keseluruhan dapat terhindar dari salah menafsirkan,
mengetahui sudut pandang penulis juga sangat diperlukan untuk melatih diri agar
terbiasa membuat karya ilmiah yang berlandaskan objektifitas atau kesesuian data
dengan penalaran yang telah dilakukan seperti pengarang dalam menulis bukunya.

8
Daftar Pustaka
Kusmana, Suherli (2010) Menulis karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Brotowidjojo, Mukkayat (1993) Penulisan Karangan Ilmiha. Jakarta: Akademika


Presindo.

Hernowo (2001) Mengikat Makna: Kiat-kiat Ampuh untuk Melejitkan


Kemampuan Menbaca dan Menulis Buku. Bandung: Penerbit Kaifa

Irsyat Wiyadi, Muhammad, dkk (2017) "Penalaran dan Pengembangan Paragraf".


Makalah Bahasa Indonesia. Semarang: Penerbit UNS

Anda mungkin juga menyukai