TULISAN ILMIAH
Disusun Oleh :
Segala puji bagi Tuhan limpahan nikmat sehat-Nya, baik berupa sehat fisik
maupun akal pikiran. Dengan pertolongan-Nya kami mampu menuntaskan
penyusunan makalah ini.
Makalah ini membahas ciri ciri dan kaidah penulisan ilmiah. Lingkup
pembahasan makalah terbatas pada persyaratan dan prinsip yang harus
diperhatikan dalam tulisan ilmiah.
Makalah ini diharapkan memberikan dasar pemahaman tulisan ilmiah bahasa
indonesia. Segala bentuk koreksi kami butuhkan untuk meluruskan kesalahan dan
kekeliruan konten makalah.
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi penting karena
bahasa Indonesia adalah identitas nasional Indonesia. Penulisan dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dengan orang lain. Karena itu,
pemahaman tentang tulisan ilmiah diperlukan agar penggunaan bahasa Indonesia
bisa mengkomunikasikan konteks dengan tepat dan akurat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sifat objektif, logis, sitematik, lugas, dan jelas dalam tulisan ilmiah dapat
dicapai dengan bahasa yang tepat. Gagasan yang baik jika disampaikan dengan
bahasa yang kurang tepat berakibat kurangnya pemahaman pembaca terhadap
gagasan yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, faktor bahasa dalam karya
ilmiah menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk dipersiapkan.
3
a. Nalar (Logis), artinya mampu membentuk pernyataan yang dapat diterima
akal, terutama mengenai isi yang diungkapkan, seperti logisnya hubungan
kausal intrakalimat (hubungan subyek dan predikat) dan logisnya hubungan
antar kalimat dalam suatu paragraf.
b. Lugas, artinya paparan langsung mengenai pokok persoalan, tidak
mengandung kata atau kalimat yang menambah penjelasan, sehingga
terhindar dari kesalahpahaman pembaca tentang substansi yang
dikomunikasikan.
c. Jelas, tulisan dapat segera dipahami karena dituangkan dalam kalimat-kalimat
yang singkat namun padat makna.
d. Berorientasi gagasan, artinya penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-
hal yang diungkapkan, bukan penulis.
e. Formal, artinya secara selektif menggunakan kata, bentukan kata, dan istilah
teknis yang baku, sesuai aturan yang berlaku.
f. Objektif, yakni tidak menggunakan kata-kata yang mengungkapkan
pandangan subjektif dan emosional penulis.
g. Ringkas dan padat, artinya tulisan (kata, kalimat, paragraf) tidak mengandung
unsur-unsur yang mubazir. Apabila suatu unsur dihilangkan dan ternyata tak
mengubah makna, hal itu berarti bahwa unsur tadi tak berguna. Agar tidak
boros, kata-kata yang keberadaannya tidak memberikan tambahan makna
yang berarti dapat dihilangkan.
h. Konsisten, artinya unsur bahasa dan ejaan digunakan secara taat azas. Sekali
sebuah unsur bahasa, tanda baca, atau istilah digunakan, selanjutnya
digunakan secara taat azas.
4
a. Menggunakan Kata-Kata dan Istilah yang Baku
Pedoman yang dipakai untuk menentukan kata yang baku dan kata yang tidak
baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah serta buku-buku pedoman lain dikeluarkan oleh Pusat
Bahasa.
Pemilihan kata baku tidak berdasar kata-kata yang sering dijumpai karena
belum tentu kata-kata tersebut merupakan kata yang benar menurut kaidah.
Berikut ini sedikit contoh kata-kata yang sering dikacaukan penggunaanya:
Selain kata baku, pemilihan kata juga harus lazim, hemat, dan cermat. Kata
lazim adalah kata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Adapun kata yang
hemat adalah kata-kata yang tidak disertai penjelasan yang panjang karena
mempunyai bentuk gabungan kata yang lebih hemat. Kecermatan pemilihan kata
berkaitan dengan ketepatan antara ide dengan bentuk yang dipilih penulis.
Kata-kata yang terlalu spesifik akan susah dipahami pembaca di kalangan yang
lebih luas. Oleh karena itu, jika terdapat kata-kata asing atau kata-kata dalam
bahasa daerah tertentu, dicantumkan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia “kimia” dapat diartikan sebagai “ilmu
5
urai”, tetapi penggunaan kata “ilmu urai” sangat tidak lazim dan yang lazim adalah
penggunaan kata “kimia”.
Syarat lain dalam hal pemilihan kata yaitu kata yang dipilih adalah kata-kata
yang mengandung prinsip kehematan. Jika ada ungkapan yang lebih pendek maka
tidak perlu menggunakan ungkapan yang panjang. Berikut beberapa ungkapan
yang dapat disampaikan dalam bentuk yang lebih padat dan berisi:
Persyaratan penting yang lain yang harus dipenuhi dalam pemilihan kata adalah
memilih kata secara cermat. Kecermatan berkaitan dengan kebakuannya,
kehematannya, serta ketepatan maknanya. Dalam hal kecermatan pemilihan kata
, ini biasanya berhubungan dengan pemilihan kata-kata yang bersinonim. Kata-
kata yang bersinonim ini, meskipun maknanya hampir sama tetapi mempunyai
nuansa makna yang berbeda. Contoh kata-kata seperti menguraikan,
menganalisis, membagi-bagi, memilah-milah, menggolongkan, dan
mengelompokkan mempunyai makna yang mirip tetapi pemakaiannya berbeda
dalam kalimat .
6
Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan istilah harus memenuhi syarat
seperti:
1) Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau
sifat yang dimaksudkan;
2) Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang berujukan sama seperti
”gulma” dibandingkan dengan “tanaman pengganggu” atau “suaka politik”
dibandingkan dengan “perlindungan politik”;
3) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap didengar
(eufonik), seperti “tunakarya” dibandingkan dengan “penganggur”. Demikian
juga jika sumber istilah berasal dari bahasa serumpun, pembentukan istilah
harus memenuhi persyaratan tersebut contoh kata-kata seperti: gambut
(Banjar), nyeri (Sunda).
Jika sumber istilah dari bahasa asing, pembentukan istilah dapat dilakukan
dengan cara
7
a. Keutuhan
Kalimat tersebut tidak sepadan karena Subjeknya tidak ada. Kalimat yang tepat
adalah
b. Kesejajaran
“Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil serta cukup waktu” (tidak
sejajar).
“Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil serta waktu yang cukup”
(sejajar).
c. Kefokusan
“Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk hortikultura ini” (tidak fokus).
8
“Produk hortikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya” (fokus).
d. Kehematan
Prinsip kehematan ini seperti yang sudah disinggung di atas tentang kehematan
menggunakan kata dalam mengungkapkan gagasan, contoh:
“Makalah ini akan membicarakan tentang faktor motivasi siswa dalam belajar”
f. Kevariasian
Ketepatan diksi adalah ketepatan memilih kata yang tepat, seperti yang sudah
dibahas sebelumnya. Adapun tentang penggunaan ejaan yang tepat adalah
penggunaan ejaan yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, unsur serapan, dan penulisan tanda
baca dalam kalimat.
9
2.5. Paragraf dalam Tulisan Ilmiah
Menurut Wibowo (2005:112) syarat paragraf yang baik yaitu meliputi:
kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.
Prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya terdiri dari satu gagasan
pokok. Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut
merujuk pada satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu, semua kalimat yang
masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar selaras antara satu dengan yang
lain dalam mengantarkan gagasan tersebut.
10
a. Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa apa yang ditulis
bukanlah murni hasil pemikiran penulis sendiri, namun ada pemikiran atau ide
orang lain yang diambil dan ditulis di dalam naskah;
b. Untuk mendukung kebenaran materi yang ditulis dalam naskah;
c. Untuk memberikan informasi kepada pembaca lebih lanjut tentang hal-hal
yang telah ditulis dalam naskahnya sehingga pembaca yang tertarik dengan
topik itu dapat menelaah lebih lanjut dengan cara membaca sumber rujukan
yang dipakai;
d. Untuk memberikan apresiasi dan pengakuan kepada penulis buku yang
dijadikan sumber rujukan.
2.6.1. Kutipan
Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian, dan
kejujuran dalam menggunakan sumber tulisan atau rujukan. Kutipan adalah
pengambilalihan kalimat, paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau
orang yang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal,
baik yang melalui media cetak maupun elektronik untuk tujuan ilustrasi atau
memperkokoh argumen dalam tulisan.
a. Jenis Kutipan
Kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung
(kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil
secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli atau
Salinan yang sama persis dengan sumbernya. Sebaliknya, kutipan tidak langsung
adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari
atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dengan kata lain. Kutipan tidak langsung
ialah menyadur, mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri
dengan kalimat atau bahasa sendiri.
11
b. Prinsip-Prinsip Membuat Kutipan
12
3) Menghilangkan bagian kutipan
Menurut Tarigan & Tarigan (2011: 16), “pemerolehan bahasa pertama adalah
segala kegiatan seseorang dalam rangka menguasai Bahasa ibu…”
2.6.2. Bibliografi
Bibliografi atau daftar Pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai
pertalian dengan sebuah karangan atau Sebagian dari karangan yang tengah
digarap. Melalui bibliografi yang disertakan di akhir tulisan, kita dapat melihat
Kembali kepada sumber aslinya. Kita dapat menetapkan apakah sumber itu
sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah
bahan itu dikutip dengan benar atau tidak.
13
c) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa,
nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) terbitan tersebut.
d) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan,
nama majalah, jilid, nomor, dan tahun.
Sumalyo, Yulianto., 2003. Arsitektur Modern Akhir Abad IX dan Abad XX,
Gadjahmada University Press, Yogyakarta
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, penulisan ilmiah membutuhkan kemampuan khusus
dalam merumuskan gagasan, menganalisis data, dan mengembangkan argument
yang kuat. Tulisan ilmiah harus memenuhi kriteria tertentu dalam pemilihan diksi,
perangkaian kalimat, penyusunan paragraf, serta etika dalam menyadur. Dengan
memahami kriteria-kriteria yang ditentukan, penulis dapat meingkatkan kualitas
tulisan ilmiah yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang tulisan ilmiah
sangat penting bagi penulis dan pembaca dalam lingkungan akademik.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap tulisan ilmiah, beberapa hal yang
dapat dilakukan yaitu: (1) membaca dengan fokus dan konsentrasi yang tinggi, (2)
mencari arti kata yang tidak diketahui dan melakukan riset tambahan untuk
memperkaya pemahaman, (3) identifikasi struktur kata, kalimat dan paragraf dan
bagaimana argument atau gagasan dibangun dalam tulisan, dengan melakukan
beberapa saran yang diberikan, pembaca diharapkan dapat mengambil apa yang
dicari dalam membaca tulisan ilmiah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Firman, Harry., 2014. Kaidah Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah,
FPMIPA UPI, Bandung
16