Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Semester Ganjil Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
KELAS B
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan banyak
limpahan nikmatnya, nikmat sehat maupun nikmat kecerdasan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kedua kalinya tak lupa sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada sang pembawa kebenaran Nabi
Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita kejalan yang diridhoi oleh Allah.
Penyusun berterima kasih kepada Ibu Ririn Sri Kuntorini, DRA. M.HUM.
selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan serta
bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
2.1 Keterkaitan antara ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah .................. 5
2.2 Keterkaitan antara kata dalam penulisan karya tulis ilmiah .................. 11
2.3 Keterkaitan antara kalimat dalam penulisan karya tulis ilmiah ............ 12
2.4 Keterkaitan antara paragraf dalam penulisan karya tulis ilmiah ........... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah
tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yaitu menggunakan metode
ilmiah di dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan
menggunakan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip
keilmuan yang meliputi: bersifat obejktif, logis, empiris, sistematik, lugas, jelas,
dan konsisten (Jajah Koswara dalam Prayitno, dkk, 2000:12).
Menulis sebuah karya ilmiah tidak hanya memerlukan teknik tetapi juga
keberanian dalam mengungkapkan gagasan yang kita miliki. Keberanian tersebut
akan muncul jika dalam diri seorang penulis terdapat motivasi yang sangat kuat.
Motivasi tersebut dapat berbeda antara satu individu dengan yang lain. Akan tetapi,
motivasi yang sangat berpengaruuh biasanya didasari oleh adanya kemampuan atau
penguasaan teknik penulisan yang dimiliki oleh seorang penulis. Penguasaan teknik
penulisan meliputi penguasaan teknik mengorganisasi gagasan menjadi satu tulisan
yang dipahami, meyakinkan, dan sekaligus menarik serta penguasaan pengolahan
bahasa yang memadai untuk mengantar gagasan tersebut agar sampai pada
pembaca dengan baik pula.
Dalam penulisan karya ilmiah, memang ada ketentuan atau aturan khusus yang
harus diikuti oleh seorang penulis dalam menggunakan bahasanya. Bahasa dalam
karya ilmiah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan bahasa dalam karya-karya
fiksi atau tulisan di media massa. Bahasa dalam karya ilmiah adalah ragam bahasa
tulis yang termasuk dalam ragam bahasa baku yaitu ragam yang mempunyai
kaidah-kaidah paling lengkap dibanding ragam lainnya, ragam yang mempunyai
4
gengsi dan wibawa yang tinggi dan yang menjadi tolok bandingan bagi pemakaian
bahasa yang benar (Alwi, dkk, 2003:13). Secara khusus bahasa baku yang dipakai
dalam karya tulis ilmiah ini disebut dengan bahasa Indonesia ragam ilmiah atau
ragam pengetahuan.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
5
sebelumnya telah disinggung bahwa pokok-pokok ejaan bahasa Indonesia meliputi
pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Kelima hal itu dibahas secara
ringkas berikut ini.
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis
ilmiah sering mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian baris.
Misalnya penulisan kata berikut.
Penulisan gabungan vokal yang disebut diftong: ai, au, dan oi dalam kata
pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah antargabungan vokal itu, tetapi gabungan
vokal itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan kata-kata itu
menjadi pan-tai, ha-ri-mau, dan a-soi. Demikian pula pemenggalan gabungan
konsonan yang juga merupakan satu kesatuan yang melambangkan satu fonem,
seperti kh, ng, ny, dan sy tidak pernah dipisahkan sehingga pemenggalan kata yang
mengandung gabungan konsonan itu tidak dipisah di antara gabungan konsonan itu,
seperti kata makhluk, lengah, renyah, dan masyarakat pemenggalannya makh-luk,
le-ngah, re-nyah, dan ma-sya-ra-kat.
Pemakaian huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah
sering menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan. Pengapitalan dan pemiringan huruf
sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan kata yang dicetak miring
dianggap penting. Misalnya:
(b) Sebagai calon terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur mereka ...
6
(c) Dalam pandangan Hukum Adat seseorang wajib menaati Awig-Awig ...
(d) Mereka berlayar ke Teluk dan menyeberangi Selat sehingga perjalanan ...
(e) Para ibu membeli garam Inggris, gula Jawa, dan pisang Ambon ...
(g) ... dalam bukunya ”Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang”...
Pengapitalan huruf pada beberapa kata di atas, seperti kata Program Studi,
Universitas, Gubernur, Wakil Gubernur, Hukum Adat, Awig-Awig, Teluk, Selat,
Inggris, Jawa, dan Ambon jelas menunjukkan bahwa kata-kata itu dianggap
penting. Demikian pula pencetakmiringan kata-kata tertentu tidak dilakukan
sebagaimana aturan yang ada, tetapi malah diganti dengan pemakaian tanda petik
ganda, seperti kata “ngayahang” dan “Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang
Pandang”. Cara penulisan kata-kata semacam itu jelas tidak sesuai dengan aturan
ejaan bahasa Indonesia.
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan sang,
Partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan.
7
aturan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, seharusnya ditulis ramah-
tamah, sayur-mayur, bolakbalik, dan tunggang-langgang.
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan kata
yang lazim disebut kata majemuk; gabungan kata yang dianggap sebagai satu
kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi;
gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan gabungan kata
yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian. Gabungan kata yang lazim
disebut kata majemuk ditulis terpisah atas unsurunsurnya, misalnya: kambing
hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang tua. Gabungan kata yang dianggap
sebagai satu kesatuan ditulis serangkai, misalnya: kacamata, saputangan, beasiswa,
dukacita, sukacita, olahraga, peribahasa, sukarela, dan sukaria. Gabungan kata
yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi ditulis serangkai, misalnya:
multimedia, mahasiswa, mancanegara, saptamarga, semiprofesional, praduga,
pascasarjana, purnawirawan, antarkota, tunanetra, pramusiwi, narasumber,
swasembada, ultramodern, ekstrakurikuler, biogas, polisemi. Gabungan kata yang
mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai, misalnya:
dipertanggungjawabkan, pemberitahuan, ketidaktahuan, menyebarluaskan,
ketidakadilan. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan, misalnya: buku-sejarah baru
berbeda dengan buku sejarah-baru; anak-istri saya berbeda dengan anak istri-saya;
ibu-bapak kami berbeda dengan ibu bapak-kami.
Penulisan kata depan yang sering dipersoalkan dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan kata depan di yang dipertukarkan penulisannya dengan
disebagai prefiks, misalnya: di sebelah sering ditulis disebelah, sedangkan
dikontrakkan sering ditulis di kontrakkan; penulisan kata depan ke dengan bentuk
dasar yang mengandung ke, misalnya: ke luar dengan keluar, dan penulisan kata
depan dari yang perlu dan tidak, misalnya: datang dari sana dan tujuan dari
penelitian ini.
Ejaan bahasa Indonesia memilah pemakaian partikel –pun menjadi dua, yakni
(1) partikel –pun yang dianggap padu dengan kata yang mendahuluinya, seperti
8
adapun, biarpun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, kalaupun, maupun,
meskipun, sungguhpun, walaupun, sekalipun; (2) bentuk pun yang berfungsi
sebagai kata penuh yang bersinonim dengan kata juga, misalnya: sekali pun, kami
pun, sepeda pun, harga mahal pun dalam kalimat:
- Jangan dua kali, sekali pun dia tidak pernah datang ke rumah.
Dengan demikian, -pun ditulis serangkai apabila unsur itu sudah padu dengan kata
yang mendahuluinya, sedangkan bentuk pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahuluinya apabila unsur itu (pun) didahului oleh kata kerja, kata ganti, kata
benda, dan kata sifat. Senada dengan partikel –pun atau pun, bentukan per harus
dibedakan dengan per-, misalnya: satu per satu, per 1 Oktober, per helai dan
pertama, tiga perempat, seperenam belas. Partikel per yang berarti `demi, setiap,
dan mulai` harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, sedangkan per- yang
merupakan satu kesatuan ditulis dirangkaikan.
9
ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Unud, Akabri, Bappenas,
Kowani; akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya dengan huruf
kecil, misalnya: pemilu, rapim, tilang.
Ada dua belas kaidah atau aturan tentang penulisan angka dan lambang
bilangan, tetapi penulisan angka dan lambang bilangan yang sering dipersoalkan
penulisannya adalah Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang,
satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas; Angka yang menunjukkan bilangan utuh
yang besar; penulisan bilangan tingkat; penulisan lambang bilangan yang mendapat
akhiran -an; lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata;
serta lambang bilangan pada awal kalimat (Putra, 2017: 13).
Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian
itu yang memiliki keterkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah. Hanya beberapa
kaidah atau aturan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, di
antaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma; tanda titik koma, tanda titik dua;
tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”; dan tanda petik tunggal
`...`.
10
2.2 Keterkaitan antara kata dalam penulisan karya tulis ilmiah
Dalam menulis karya ilmiah, kata-kata yang dipakai adalah kata-kata yang baku
yaitu kata-kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang sudah ditetapkan.
Sebagai pedoman yang dipakai untuk menentukan mana kata yang baku dan mana
kata yang tidak baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta bukubuku pedoman lain yang
menunjang yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa. Dalam memilih kata baku dan kata
tidak baku, tidak boleh berdasar pada kata-kata yang sering dijumpai karena belum
tentu kata-kata tersebut merupakan kata yang benar menurut kaidah. Berikut ini
sedikit contoh kata-kata yang sering dikacaukan penggunaanya:
Selain harus baku, pemilihan kata juga harus lazim, hemat, dan cermat (Arifin,
1998:82). Kata yang lazim adalah kata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Adapun kata yang hemat adalah kata-kata yang tidak disertai penjelasan yang
panjang karena mempunyai bentuk gabungan kata yang lebih hemat. Kecermatan
pemilihan kata berkaitan dengan ketepatan antara ide dengan bentuk yang dipilih
oleh penulis. Kata-kata yang terlalu spesifik akan susah dipahami oleh pembaca di
11
kalangan yang lebih luas. Oleh karena itu, jika terdapat kata-kata asing atau kata-
kata dalam bahasa daerah tertentu sebaiknya harus dicantumkan padanannya dalam
bahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia “kimia” dapat diartikan
sebagai “ilmu urai”, tetapi penggunaan kata “ilmu urai” sangat tidak lazim dan yang
lazim adalah penggunaan kata “kimia” (Nurhidayah, 2006: 3).
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang
tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca
(Arifin, 1998:84). Secara lebih rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan
beberapa ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. Keutuhan
Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan
makna kalimat. Kesepadanan yang dimaksud adalah adanya keseimbangan pikiran
atau gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Ciri kesepadanan ini di antaranya
sebuah kalimat harus mengandung gagasan pokok, terdiri S (subjek) dan P
(predikat), penggunaan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat secara tepat.
Contoh:
Jika Anda tidak membayar pajak, akan dikenakan denda. Kalimat tersebut tidak
sepadan karena Subjeknya tidak ada. Seharusnya kalimat yang baku adalah “Jika
tidak membayar pajak, Anda akan didenda”.
12
b. Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten atau
penggunaan bentuk-bentuk yang sama untuk menyatakan gagasan yang sederajat.
Contoh:
Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak serta cukup
waktu (tidak sejajar).
Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak, serta waktu
yang cukup (sejajar).
c. Kefokusan
Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk hortikultura ini (tidak efektif).
d. Kehematan
Prinsip kehematan ini seperti yang sudah disinggung di atas tentang kehematan
menggunakan kata dalam mengungkapkan gagasan. Contoh:
13
Kalimat yang baik adalah kalimat yang singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.
Dalam kaitannya dengan kesantunan ini, sebuah karya tulis ilmiah di Indonesia
pada umumnya mengikuti kaidah bahwa penulis harus menghindari subjektivitas,
contohnya penggunaan ungkapan “ menurut pendapat saya.... adalah ungkapan
yang kurang tepat, seharusnya data menunjukkan bahwa atau penelitian
membuktikan bahwa...
f. Kevariasian
Ketepatan diksi adalah ketepatan memilih kata yang tepat, seperti yang sudah
dibahas sebelumnya. Adapun tentang penggunaan ejaan yang tepat adalah
penggunaan ejaan yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, unsur serapan, dan penulisan
tanda baca dalam kalimat. Contoh penulisan dengan prinsip EYD:
Agar lebih memahami kaidah-kaidah dalam EYD ini hendaknya seorang penulis
selalu mempelajari sekaligus mempraktikkan prinsip-prinsip EYD tersebut ketika
menulis.
14
2.4 Keterkaitan antara paragraf dalam penulisan karya tulis ilmiah
Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut sudah baik, hal
berikutnya yang perlu dicermati adalah apakah paragraf yang disajikan sudah
merupakan paragraf yang baik atau belum. Menurut Wibowo (2005:112) syarat
paragraf yang baik yaitu meliputi: kesatuan, kepaduan dan kelengkapan. Paragraf
yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya
terdiri dari satu gagasan pokok. Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam
paragraf tersebut hanya merujuk pada satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu,
pastikan bahwa semua kalimat yang masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar
selaras antara satu dengan yang lain dalam mengantarkan gagsan tersebut.
Prinsip yang lain adalah kepaduan yaitu kekompakan hubungan atau kohesi dan
koherensi antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam sebuah
paragraf. Untuk menciptakan hubungan yang serasi dan selaras ini tentunya
diperlukan alat bantu yaitu dengan konjungsi (kata penghubung), paralelisme, kata
ganti, atau repetisi pada kata kunci atau menggunakan rincian peristiwa. Adapun
yang dimaksud dengan kelengkapan dalam paragraf adalah terpenuhinya kebutuhan
akan kalimat penjelas yang mengantar kalimat utama. Jika kalimat-kalimat yang
menopang kalimat utama dikembangkan secara jelas dan lengkap sehingga tidak
menyisakan pertanyaan yang terkait dengan kalimat utama maka dapat dikatakan
bahwa paragraf tersebut merupakan paragraf yang lengkap (Nurhidayah, 2006: 10).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
sederhana prinsip yang berkaitan dengan kebahasaan dalam penulisan karya ilmiah
adalah prinsip pemilihan kata, istilah, pembentukan kalimat serta paragraf yang
baik. Sekilas memang prinsip-prinsip tersebut tampak tidak rumit. Akan tetapi,
ketika sudah sampai pada praktiknya tentunya kepekaan bahasa (sense of language)
dan kecermatan, serta keterampilan seorang penulis dalam mengolah bahasa sangat
diperlukan (Nurhidayah, 2006: 10).
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai mahasiswa,
harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat
dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amin.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Bahasa Indonesia. 2017. Buku Ajar Bahasa Indonesia..
Bandung: Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK)
Universitas Islam Bandung.
Nurhidayah. 2006. Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah. Dalam
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304799/pengabdian/bhs-ind-dlm-
karya-ilmiah.pdf diakses pada tanggal 6 November 2020 pukul 10.50 WIB.
Anak Agung Putu Putra. 2017. Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Dalam
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/65b8cd37a2de62c
47bfc849c8dd5074a.pdf diakses pada tanggal 6 November pukul 11.27
WIB.
17