Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KETERKAITAN ANTARA EJAAN, KATA, KALIMAT, DAN

PARAGRAF DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Semester Ganjil Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Semester I Tahun Akademik 2020/2021

Disusun Oleh :

Ullya Andani – 10070320055

KELAS B

PROGRAM STUDI PERENCAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2020 M/1441 H

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan banyak
limpahan nikmatnya, nikmat sehat maupun nikmat kecerdasan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kedua kalinya tak lupa sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada sang pembawa kebenaran Nabi
Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita kejalan yang diridhoi oleh Allah.

Makalah ini dapat terselesaikan tentunya melewati banyak proses, tidak


terlepas dari usaha kami guna memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia.
Makalah ini mengangkat tentang keterkaitan antara ejaan, kata, kalimat, dan
paragraf dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Penyusun berterima kasih kepada Ibu Ririn Sri Kuntorini, DRA. M.HUM.
selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan serta
bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung
maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.

Makalah ini merupakan latihan dalam proses pembelajaran mahasiswa


untuk membiasakan menyusun makalah yang baik dan benar. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semuanya khususnya bagi generasi muda yang peduli
terhadap bahasa nasionalnya sendiri dan saran tetap kami harapkan guna perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini, karena kami yakin makalah ini masih jauh dari
kata sempurna.

Bandung, 6 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4


1.2 Rumusan masalah.................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5

2.1 Keterkaitan antara ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah .................. 5

2.1.1 Pemakaian Huruf ................................................................................... 6

2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring ........................................ 6

2.1.3 Penulisan Kata ....................................................................................... 7

2.1.4 Penulisan Unsur Serapan..................................................................... 10

2.1.5 Pemakaian Tanda Baca ....................................................................... 10

2.2 Keterkaitan antara kata dalam penulisan karya tulis ilmiah .................. 11

2.3 Keterkaitan antara kalimat dalam penulisan karya tulis ilmiah ............ 12

2.4 Keterkaitan antara paragraf dalam penulisan karya tulis ilmiah ........... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15

3.2 Saran ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah
tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yaitu menggunakan metode
ilmiah di dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan
menggunakan bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip
keilmuan yang meliputi: bersifat obejktif, logis, empiris, sistematik, lugas, jelas,
dan konsisten (Jajah Koswara dalam Prayitno, dkk, 2000:12).

Menulis sebuah karya ilmiah tidak hanya memerlukan teknik tetapi juga
keberanian dalam mengungkapkan gagasan yang kita miliki. Keberanian tersebut
akan muncul jika dalam diri seorang penulis terdapat motivasi yang sangat kuat.
Motivasi tersebut dapat berbeda antara satu individu dengan yang lain. Akan tetapi,
motivasi yang sangat berpengaruuh biasanya didasari oleh adanya kemampuan atau
penguasaan teknik penulisan yang dimiliki oleh seorang penulis. Penguasaan teknik
penulisan meliputi penguasaan teknik mengorganisasi gagasan menjadi satu tulisan
yang dipahami, meyakinkan, dan sekaligus menarik serta penguasaan pengolahan
bahasa yang memadai untuk mengantar gagasan tersebut agar sampai pada
pembaca dengan baik pula.

Teknik-teknik seperti itu tentunya berkaitan dengan pemakaian ejaan, kata,


kalimat, dan paragraf yang dipilih oleh seorang penulis. Oleh karena itu, bahasa
merupakan salah satu faktor yang perlu dipersiapkan dalam ragka membekali
penulis agar percaya diri dalam mengungkapkan ide-idenya lewat tulisan
(Nurhidayah, 2006:1).

Dalam penulisan karya ilmiah, memang ada ketentuan atau aturan khusus yang
harus diikuti oleh seorang penulis dalam menggunakan bahasanya. Bahasa dalam
karya ilmiah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan bahasa dalam karya-karya
fiksi atau tulisan di media massa. Bahasa dalam karya ilmiah adalah ragam bahasa
tulis yang termasuk dalam ragam bahasa baku yaitu ragam yang mempunyai
kaidah-kaidah paling lengkap dibanding ragam lainnya, ragam yang mempunyai

4
gengsi dan wibawa yang tinggi dan yang menjadi tolok bandingan bagi pemakaian
bahasa yang benar (Alwi, dkk, 2003:13). Secara khusus bahasa baku yang dipakai
dalam karya tulis ilmiah ini disebut dengan bahasa Indonesia ragam ilmiah atau
ragam pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Bagaimana keterkaitan antara ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah?


2. Bagaimana keterkaitan antara kata dalam penulisan karya tulis ilmiah?
3. Bagaimana keterkaitan antara kalimat dalam penulisan karya tulis ilmiah?
4. Bagaimana keterkaitan antara paragraf dalam penulisan karya tulis ilmiah?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembahasan makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana antara keterkaitan ejaan dalam penulisan


karya tulis ilmiah.
2. Untuk mengetahui bagaimana antara keterkaitan kata dalam penulisan karya
tulis ilmiah.
3. Untuk mengetahui bagaimana antara keterkaitan kalimat dalam penulisan
karya tulis ilmiah.
4. Untuk mengetahui bagaimana antara keterkaitan paragraf dalam penulisan
karya tulis ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan antara ejaan dalam penulisan karya tulis ilmiah

Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi


bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk pemakaian huruf, penulisan huruf kapital dan
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca(Tim
Dosen Bahasa Indonesia Universitas Islam Bandung, 2017: 22). Di kalimat

5
sebelumnya telah disinggung bahwa pokok-pokok ejaan bahasa Indonesia meliputi
pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Kelima hal itu dibahas secara
ringkas berikut ini.

2.1.1 Pemakaian huruf

Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya tulis
ilmiah sering mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian baris.
Misalnya penulisan kata berikut.

saudara: sau-da-ra mutakhir: mu-ta-khir

menaati: me-na-at-i instrumental: in-stru-men-tal

introspeksi: in-tro-spek-si bangkrut: bang-krut

Penulisan gabungan vokal yang disebut diftong: ai, au, dan oi dalam kata
pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah antargabungan vokal itu, tetapi gabungan
vokal itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan kata-kata itu
menjadi pan-tai, ha-ri-mau, dan a-soi. Demikian pula pemenggalan gabungan
konsonan yang juga merupakan satu kesatuan yang melambangkan satu fonem,
seperti kh, ng, ny, dan sy tidak pernah dipisahkan sehingga pemenggalan kata yang
mengandung gabungan konsonan itu tidak dipisah di antara gabungan konsonan itu,
seperti kata makhluk, lengah, renyah, dan masyarakat pemenggalannya makh-luk,
le-ngah, re-nyah, dan ma-sya-ra-kat.

2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

Pemakaian huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah
sering menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan. Pengapitalan dan pemiringan huruf
sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan kata yang dicetak miring
dianggap penting. Misalnya:

(a) Penambahan Program Studi di Universitas dilakukan untuk ...

(b) Sebagai calon terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur mereka ...

6
(c) Dalam pandangan Hukum Adat seseorang wajib menaati Awig-Awig ...

(d) Mereka berlayar ke Teluk dan menyeberangi Selat sehingga perjalanan ...

(e) Para ibu membeli garam Inggris, gula Jawa, dan pisang Ambon ...

(f) ... adanya beban kewajiban dalam “ngayahang” ...

(g) ... dalam bukunya ”Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang”...

Pengapitalan huruf pada beberapa kata di atas, seperti kata Program Studi,
Universitas, Gubernur, Wakil Gubernur, Hukum Adat, Awig-Awig, Teluk, Selat,
Inggris, Jawa, dan Ambon jelas menunjukkan bahwa kata-kata itu dianggap
penting. Demikian pula pencetakmiringan kata-kata tertentu tidak dilakukan
sebagaimana aturan yang ada, tetapi malah diganti dengan pemakaian tanda petik
ganda, seperti kata “ngayahang” dan “Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang
Pandang”. Cara penulisan kata-kata semacam itu jelas tidak sesuai dengan aturan
ejaan bahasa Indonesia.

2.1.3 Penulisan Kata

Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan sang,
Partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan.

Pada bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk menyatakan


keanekaragaman, keserupaan, dan menyatakan jamak, misalnya: daundaunan,
bunga-bungaan, rumah-rumahan,anak-anak, dan buku-buku. Di samping itu, ada
bentuk ulang kupu-kupu, paru-paru,biri-biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru, dan
biri karena bentukan itu tidak memiliki makna, agak berbeda dengan mata-mata,
kuda-kuda, hati-hati yang memiliki kaitan dengan bentuk dasar mata, kuda, dan
hati. Penulisan bentu-bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan dengan
angka dua, seperti buku2, anak2, rumah2an, bunga2an, daun2an, kupu2, paru2,
biri2, mata2, kuda2, dan hati2. Ada pula penulisan bentuk ulang dengan tanpa
menggunakan tanda penghubung, seperti ramah tamah, sayur mayur, bolak balik,
tunggang langgang. Penulisan bentuk ulang semacam itu tentu tidak sesuai dengan

7
aturan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, seharusnya ditulis ramah-
tamah, sayur-mayur, bolakbalik, dan tunggang-langgang.

Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan kata
yang lazim disebut kata majemuk; gabungan kata yang dianggap sebagai satu
kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi;
gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan gabungan kata
yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian. Gabungan kata yang lazim
disebut kata majemuk ditulis terpisah atas unsurunsurnya, misalnya: kambing
hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang tua. Gabungan kata yang dianggap
sebagai satu kesatuan ditulis serangkai, misalnya: kacamata, saputangan, beasiswa,
dukacita, sukacita, olahraga, peribahasa, sukarela, dan sukaria. Gabungan kata
yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi ditulis serangkai, misalnya:
multimedia, mahasiswa, mancanegara, saptamarga, semiprofesional, praduga,
pascasarjana, purnawirawan, antarkota, tunanetra, pramusiwi, narasumber,
swasembada, ultramodern, ekstrakurikuler, biogas, polisemi. Gabungan kata yang
mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai, misalnya:
dipertanggungjawabkan, pemberitahuan, ketidaktahuan, menyebarluaskan,
ketidakadilan. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan, misalnya: buku-sejarah baru
berbeda dengan buku sejarah-baru; anak-istri saya berbeda dengan anak istri-saya;
ibu-bapak kami berbeda dengan ibu bapak-kami.

Penulisan kata depan yang sering dipersoalkan dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan kata depan di yang dipertukarkan penulisannya dengan
disebagai prefiks, misalnya: di sebelah sering ditulis disebelah, sedangkan
dikontrakkan sering ditulis di kontrakkan; penulisan kata depan ke dengan bentuk
dasar yang mengandung ke, misalnya: ke luar dengan keluar, dan penulisan kata
depan dari yang perlu dan tidak, misalnya: datang dari sana dan tujuan dari
penelitian ini.

Ejaan bahasa Indonesia memilah pemakaian partikel –pun menjadi dua, yakni
(1) partikel –pun yang dianggap padu dengan kata yang mendahuluinya, seperti

8
adapun, biarpun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, kalaupun, maupun,
meskipun, sungguhpun, walaupun, sekalipun; (2) bentuk pun yang berfungsi
sebagai kata penuh yang bersinonim dengan kata juga, misalnya: sekali pun, kami
pun, sepeda pun, harga mahal pun dalam kalimat:

- Jangan dua kali, sekali pun dia tidak pernah datang ke rumah.

- Kami pun turut serta dalam perlombaan itu.

- Jangankan rumah, sepeda pun dia tidak punya.

- Dengan harga mahal pun, sembako tetap diserbu pelanggan.

Dengan demikian, -pun ditulis serangkai apabila unsur itu sudah padu dengan kata
yang mendahuluinya, sedangkan bentuk pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahuluinya apabila unsur itu (pun) didahului oleh kata kerja, kata ganti, kata
benda, dan kata sifat. Senada dengan partikel –pun atau pun, bentukan per harus
dibedakan dengan per-, misalnya: satu per satu, per 1 Oktober, per helai dan
pertama, tiga perempat, seperenam belas. Partikel per yang berarti `demi, setiap,
dan mulai` harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, sedangkan per- yang
merupakan satu kesatuan ditulis dirangkaikan.

Kaidah penulisan singkatan meliputi singkatan nama orang, nama gelar,


jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik, misalnya: A. A. P. Putra, Moh.
Yamin, Dr. A. A. Putu Putra, M.Hum, Kol. Soeharto, Sdr. I Made Buda, Bpk. I
Wayan Subawa; Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: DPR,
SMUN, PT, KTP; singkatan umum yang terdir atas tiga huruf atau lebih diikuti oleh
satu titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda., tetapi apabila terdiri atas dua huruf ditulis
dengan dua titik, misalnya, a.n., s.d., u.b. Akronim adalah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Kaidah penulisan akronim meliputi:
akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital, misalnya: ABRI, IKIP, PASI; akronim nama diri
yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata

9
ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Unud, Akabri, Bappenas,
Kowani; akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya dengan huruf
kecil, misalnya: pemilu, rapim, tilang.

Ada dua belas kaidah atau aturan tentang penulisan angka dan lambang
bilangan, tetapi penulisan angka dan lambang bilangan yang sering dipersoalkan
penulisannya adalah Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang,
satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas; Angka yang menunjukkan bilangan utuh
yang besar; penulisan bilangan tingkat; penulisan lambang bilangan yang mendapat
akhiran -an; lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata;
serta lambang bilangan pada awal kalimat (Putra, 2017: 13).

2.1.4 Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat


dipilah menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia dan unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, misalnya: reshuffle [rie`syafel] dan shuttle cock [syatel`kak],
sedangkan unsur serapan serapan yang pelafalan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asingnya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya (Putra, 2017: 14).

2.1.5 Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua bagian
itu yang memiliki keterkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah. Hanya beberapa
kaidah atau aturan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, di
antaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma; tanda titik koma, tanda titik dua;
tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”; dan tanda petik tunggal
`...`.

10
2.2 Keterkaitan antara kata dalam penulisan karya tulis ilmiah

Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada pembaca, pemilihan kata


atau istilah yang tepat sangat penting dalam menulis. Karena konteksnya adalah
penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta pemilihan istilahharus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku. Selain itu pemilihan kata atau istilah juga
menyangkut pemilihan berdasarkan ketepatannya dalam mengantarkan gagasan
yang dimaksud oleh penulis (Nurhidayah, 2006: 3). Berkaitan dengan pemilihan
kata atau istilah yang tepat ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
menulis karya ilmiah yaitu:

a. Menggunakan Kata-kata dan Istilah yang Baku

Dalam menulis karya ilmiah, kata-kata yang dipakai adalah kata-kata yang baku
yaitu kata-kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang sudah ditetapkan.
Sebagai pedoman yang dipakai untuk menentukan mana kata yang baku dan mana
kata yang tidak baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta bukubuku pedoman lain yang
menunjang yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa. Dalam memilih kata baku dan kata
tidak baku, tidak boleh berdasar pada kata-kata yang sering dijumpai karena belum
tentu kata-kata tersebut merupakan kata yang benar menurut kaidah. Berikut ini
sedikit contoh kata-kata yang sering dikacaukan penggunaanya:

- Tidak Baku: sistim, ekstrim, enggauta, hipotesa, metoda, tehnik, analisa,


hakekat, managemen, prosentase.
- Baku: sistem, ekstrem, anggota, hipotesis, metode, teknik, analisis, hakikat,
manajemen, persentase.

b. Penggunaan kata dan Istilah yang Tepat, Cermat dan Hemat

Selain harus baku, pemilihan kata juga harus lazim, hemat, dan cermat (Arifin,
1998:82). Kata yang lazim adalah kata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Adapun kata yang hemat adalah kata-kata yang tidak disertai penjelasan yang
panjang karena mempunyai bentuk gabungan kata yang lebih hemat. Kecermatan
pemilihan kata berkaitan dengan ketepatan antara ide dengan bentuk yang dipilih
oleh penulis. Kata-kata yang terlalu spesifik akan susah dipahami oleh pembaca di

11
kalangan yang lebih luas. Oleh karena itu, jika terdapat kata-kata asing atau kata-
kata dalam bahasa daerah tertentu sebaiknya harus dicantumkan padanannya dalam
bahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia “kimia” dapat diartikan
sebagai “ilmu urai”, tetapi penggunaan kata “ilmu urai” sangat tidak lazim dan yang
lazim adalah penggunaan kata “kimia” (Nurhidayah, 2006: 3).

2.3 Keterkaitan antara kalimat dengan penulisan karya tulis ilmiah

Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang
tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca
(Arifin, 1998:84). Secara lebih rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan
beberapa ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut:

a. keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur,

b. kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,

c. kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,

d. kehematan pengunaan unsur kalimat,

e. kecermatan dan kesantunan, dan

f. kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

a. Keutuhan

Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan
makna kalimat. Kesepadanan yang dimaksud adalah adanya keseimbangan pikiran
atau gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Ciri kesepadanan ini di antaranya
sebuah kalimat harus mengandung gagasan pokok, terdiri S (subjek) dan P
(predikat), penggunaan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat secara tepat.

Contoh:

Jika Anda tidak membayar pajak, akan dikenakan denda. Kalimat tersebut tidak
sepadan karena Subjeknya tidak ada. Seharusnya kalimat yang baku adalah “Jika
tidak membayar pajak, Anda akan didenda”.

12
b. Kesejajaran

Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten atau
penggunaan bentuk-bentuk yang sama untuk menyatakan gagasan yang sederajat.

Contoh:

Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak serta cukup
waktu (tidak sejajar).

Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak, serta waktu
yang cukup (sejajar).

c. Kefokusan

Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami


maksudnya. Contoh:

Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk hortikultura ini (tidak efektif).

Produk hortikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya (efektif).

d. Kehematan

Prinsip kehematan ini seperti yang sudah disinggung di atas tentang kehematan
menggunakan kata dalam mengungkapkan gagasan. Contoh:

1) Kita harus saling hormat-menghormati.


(seharusnya tidak menggunakan ‘saling’ karena sudah berarti saling
menghormati).
2) Makalah ini akan membicarakan tentang faktor motivasi siswa dalam
belajar.
(seharusnya tidak menggunakan ‘tentang’ karena “membicarakan” sudah
berarti “berbicara tentang’).

e. Kecermatan dan Kesantunan

Kecermatan dam kesantunan meliputi ketepatan memilih kata sehingga


menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa gangguan emosional pembaca atau
pendengar. Kecermatan dalam hal ini sama dengan kecermatan memilih kata.

13
Kalimat yang baik adalah kalimat yang singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.
Dalam kaitannya dengan kesantunan ini, sebuah karya tulis ilmiah di Indonesia
pada umumnya mengikuti kaidah bahwa penulis harus menghindari subjektivitas,
contohnya penggunaan ungkapan “ menurut pendapat saya.... adalah ungkapan
yang kurang tepat, seharusnya data menunjukkan bahwa atau penelitian
membuktikan bahwa...

f. Kevariasian

Untuk membentuk kevariasian kalimat dapat ditempuh dengan cara membuat


variasi struktur, diksi, dan gaya, atau bahkan jenis kalimat asalkan jangan sampai
mengubah isinya atau gagasan asli yang akan disampaikan kepada pembaca.

g. Ketepatan Diksi dan Ejaan

Ketepatan diksi adalah ketepatan memilih kata yang tepat, seperti yang sudah
dibahas sebelumnya. Adapun tentang penggunaan ejaan yang tepat adalah
penggunaan ejaan yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, unsur serapan, dan penulisan
tanda baca dalam kalimat. Contoh penulisan dengan prinsip EYD:

1) Untuk menjadi atlet profesional, ia harus memiliki konduite baik dan

track record yang kuar biasa.

2) Meskipun usahanya belum berhasil, ia tidak pernah mengeluh.

3) Buku itu mahal tetapi dibelinya juga.

4) Buku ini berharga Rp50.000,00.

5) Ujian akan dilaksanakan dari tanggal 5 s.d. 10 Agustus 2006.

6) Tuhan memang Maha Esa, Mahakuasa, dan Maha Pengasih. Oleh

karena itu, kita harus selalu berdoa kepada-Nya.

Agar lebih memahami kaidah-kaidah dalam EYD ini hendaknya seorang penulis
selalu mempelajari sekaligus mempraktikkan prinsip-prinsip EYD tersebut ketika
menulis.

14
2.4 Keterkaitan antara paragraf dalam penulisan karya tulis ilmiah

Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut sudah baik, hal
berikutnya yang perlu dicermati adalah apakah paragraf yang disajikan sudah
merupakan paragraf yang baik atau belum. Menurut Wibowo (2005:112) syarat
paragraf yang baik yaitu meliputi: kesatuan, kepaduan dan kelengkapan. Paragraf
yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya
terdiri dari satu gagasan pokok. Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam
paragraf tersebut hanya merujuk pada satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu,
pastikan bahwa semua kalimat yang masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar
selaras antara satu dengan yang lain dalam mengantarkan gagsan tersebut.

Prinsip yang lain adalah kepaduan yaitu kekompakan hubungan atau kohesi dan
koherensi antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam sebuah
paragraf. Untuk menciptakan hubungan yang serasi dan selaras ini tentunya
diperlukan alat bantu yaitu dengan konjungsi (kata penghubung), paralelisme, kata
ganti, atau repetisi pada kata kunci atau menggunakan rincian peristiwa. Adapun
yang dimaksud dengan kelengkapan dalam paragraf adalah terpenuhinya kebutuhan
akan kalimat penjelas yang mengantar kalimat utama. Jika kalimat-kalimat yang
menopang kalimat utama dikembangkan secara jelas dan lengkap sehingga tidak
menyisakan pertanyaan yang terkait dengan kalimat utama maka dapat dikatakan
bahwa paragraf tersebut merupakan paragraf yang lengkap (Nurhidayah, 2006: 10).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemampuan menulis karya ilmiah di samping memerlukan bekal keilmuan


yang cukup juga memerlukan bekal kemampuan kebahasaan yang memadai.
Mengingat adanya prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah tersendiri tentang ragam
bahasa ilmiah maka hendaknya prinsip-prinsip tersebut betul-betul dipahami dan
dipraktikkan. Hal ini karena faktor kebahasaan ini mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam mengantarkan gagasan kepada pembaca secara baik. Secara

15
sederhana prinsip yang berkaitan dengan kebahasaan dalam penulisan karya ilmiah
adalah prinsip pemilihan kata, istilah, pembentukan kalimat serta paragraf yang
baik. Sekilas memang prinsip-prinsip tersebut tampak tidak rumit. Akan tetapi,
ketika sudah sampai pada praktiknya tentunya kepekaan bahasa (sense of language)
dan kecermatan, serta keterampilan seorang penulis dalam mengolah bahasa sangat
diperlukan (Nurhidayah, 2006: 10).

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai mahasiswa,
harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat
dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amin.

16
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Bahasa Indonesia. 2017. Buku Ajar Bahasa Indonesia..
Bandung: Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK)
Universitas Islam Bandung.
Nurhidayah. 2006. Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah. Dalam
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304799/pengabdian/bhs-ind-dlm-
karya-ilmiah.pdf diakses pada tanggal 6 November 2020 pukul 10.50 WIB.
Anak Agung Putu Putra. 2017. Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Dalam
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/65b8cd37a2de62c
47bfc849c8dd5074a.pdf diakses pada tanggal 6 November pukul 11.27
WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai