Oleh :
NIM : A.131.21.0064
FAKULTAS HUKUM
SORE A
UNIVERSITAS SEMARANG
OKTOBER 2021
PRAKATA
Salah satu standar kompetensi mata kuliah bahasa Indonesia adalah mahasiswa
dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan
sikap ilmiahnya dalam bentuk karya ilmiah tertulis dan lisan. Agar karya ilmiah
yang baik dapat mencapai penulisan paragraf, perlu memperhatikan penulisan
paragraf seperti kohesi, koherensi dan kelengkapan paragraf, serta memahami
penggunaan jenis paragraf. Secara umum, kesulitan pertama dalam menulis karya
ilmiah adalah mengungkapkan pikiran ke dalam kalimat dalam bahasa ilmiah.
Orang sering melupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Kalimat tertulis
tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan penghubung ke suatu paragraf yang tersusun
dari kalimat-kalimat lain. Paragraf adalah penyajian kecil dari sebuah artikel, yang
membangun sebuah unit pemikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis
dalam artikel tersebut.
Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat
waktu. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada :
Penulis
DAFTAR ISI
Aktivitas menulis dapat menghasilkan suatu karya tulis. Karya tulis dapat
disebut juga dengan karangan. Karangan merupakan hasil mengarang yang
sepadan dengan menulis atau menyusun. Oleh sebab itu, karangan sering
1
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Grasindo.
2
Arifin. M, 1993, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
disebut juga tulisan, yang keduanya mengandung arti hasil. Karya tulis ilmiah
atau karangan ilmiah adalah karangan yang bersifat keilmuan, yaitu karangan
yang menyajikan fakta keilmuan dan ditulis dengan cara dan aturan tertentu,
baik dari segi karangan maupun bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa karangan
ilmiah berbeda dengan karangan bukan ilmiah atau karangan bebas. Karangan
atau teknik mengarang dikenal juga dengan istilah komposisi.
Penulisan paragraf dalam karya ilmiah terdiri atas bererapa kalimat, yang
saling berkaitan secara bentuk dan isi atau makna dan hanya memuat satu
gagasan pokok atau topik. Paragraf adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya
merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun
beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan
dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan
satu gagasan (gagasan tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Paragraf adalah rangkaian kalimat yang diikat oleh satu kesatuan gagasan.
Syarat dalam paragraf yaitu kesatuan gagasan dan kepaduan antar kalimat
paragraf terdiri dari paragraf pembuka, paragraf isi , dan paragraf penutup.
Paragraf pembuka yang baik akan menjadi tolak ukur pengembangan tulisan
berikutnya. Paragraf pembuka adalah paragraf yang mengawali dari mana
seorang penulis akan mengembangkan gagasannya.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut
pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki
kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya
terdiri dari satu paragraf.Jadi, tanpa kemampuan Menyusun paragraf, tidak
mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Membuat sebuah karya ilmiah tidak semudah membuat suatu karya yang
berbentuk sastra. Ada banyak kriteria dalam komponen sebuah karya ilmiah
yang perlu dipenuhi, seperti teknik-teknik penulisan, penggunaan bahasa yang
baku dan benar, materi karya ilmiah yang objektif sesuai dengan fakta dan data
yang ada, membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dan banyak hal lain yang
tentunya menjadi perhatian penting dalam sebuah penulisan suatu karya ilmiah.
Karena itulah, mengerti dan memahami pola penulisan sebuah karya ilmiah
merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh seorang penulis yang hendak
membuat suatu karya ilmiah.
Penulisan sebuah karya ilmiah memerlukan banyak hal yang harus diketahui
oleh seorang penulis yang akan membuat sebuah karya ilmiah. Dalam
perencanaan diperlukan sebuah data yang akurat yang sesuai di lapangan
dengan merujuk konsep dan teori-teori yang telah diakui. Pada proses
penyusunannya, karya ilmiah memerlukan adanya sebuah fakta dan data yang
telah didapat di lapangan pada proses observasi dan disesuaikan dengan kajian
3
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan. 2003. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
teori yang relevan dan mendukung proses pelaksanaan ada. Sehingga proses
penulisan karya ilmiah dapat dilakukan dan diselesaikan.
Kadangkala tidak sedikit kita temukan dalam sebuah paragraf pada karya
ilmiah yang terdapat di banyak media seperti internet bila dicermati masih
banyak dan belum memenuhi kriteria sebuah paragraf dalam karya ilmiah. Hal
inilah yang perlu dicermati, walaupun terlihat sepele namun dengan
memperhatikan satu aspek yaitu paragraf akan memudahkan penulis dalam
membuat dan menyusun serta menulis sebuah karya ilmiah yang harus
diselesaikan.
Sebuah paragraf yang baik merupakan suatu satuan yang tersusun secara
terperinci dan terpadu di mana pemaparan materi yang dituangkan dalam
sebuah paragraf terdapat inti permasalahan yang dibicarakan. Keterkaitan antar
kalimat dalam paragraf juga perlu diperhatikan sehingga penggunaan dan
pemilihan bahasa dan kata maupun kalimat tidak sia-sia yang akhirnya tidak
keluar atau melebar dari pokok permasalahan yang menjadi bahan pembicaraan
pada suatu paragraf yang konsisten dan terpadu.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, paragraf adalah bagian bab dalam
suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai
dengan garis baru ).
4
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa
Indonesia. Bandung: Angkasa.
5
Kusmana, Suheli. 2012. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Rosda
“Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan
atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik
tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin
terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat.
Bahkan, sering kita temukan bahwa satua paragraf berisi lebih dari lima
buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak
satupun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya
memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat
dengan masalah itu.”6
Dari pemaparan Zainal Arifin dan Amran Tasai di atas dapat disarikan
bahwa paragraf merupakan kumpulan kalimat, terdapat satu pokok fokus
pembicaraan yang dipaparkan dalam beberapa kalimat yang mana dalam sebuah
paragraf tidak mengikat terdiri atas berapa kalimat, dapat satu kalimat, dua kalimat,
bahkan lebih dari lima kalimat. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah sebuah
paragraf hanya terdapat satu pokok pembicaraan fokus yang dikembangkan dalam
satu, dua, tiga, bahkan lebih dari kalimat yang mana jumlah kalimat tergantung dari
unsur pokok fokus pembicaraan dan tidak ada istilah dalam satu paragraf
membicarakan topik yang berlainan dengan topik yang dibicarakan dalam paragraf
tersebut.
6
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Akademika Presindo.
(Umum-Khusus) dan Pola Induktif(Khusus-Umum). Pola deduktif adalah pola
yang menempatkan pola pikirannya diawal paragraf sedangkan pola induktif adalah
pola yang menempatkan pola pikirannya diakhir paragraf.
(1) Transisi
Transisi adalah penanda hubungan yang menghubungkan antara paragraf
dengan paragraf lain berdekatan. Transisi merupakan petunjuk bagi
pembaca kearah mana ia bergerak atau mengingatkan pembaca apakah
suatu paragraf baru bergerak searah dengan gagasan paragraf sebelumnya.
Transisi ada dua macam yaitu transisi berupa kalimat dan transisi berupa
kata. Transisi berupa kalimat memiliki fungsi ganda yaitu sebagai transisi
dan sebagai pengantar topik utama yang di bicarakan. Letaknya selalu
mendahului kalimat topik. Bila suatu paragraf memiliki transisi kalimat,
maka kaliamat topik terletak setelah transisi tersebut.
Contoh :
7
http://ilhamaulia.blogspot.com/2009/11/jenis-jenis-paragraf-eksposisi.html
8
Akhadiah, Sabarti.1993. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka
berdasarkan bentuknya yaitu paragraf narasi, paragraf deskripsi, paragraf
argumentasi, paragraf persuasi, dan paragraf eksposisi
Kalimat topik paragraf tersebut adalah tenaga kerja yang diperlukan dalam
persaingan bebas tenaga kerja adalah tenaga kerja yang mempunyai etos
kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian.
Kalimat topik itu kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat
penjelas.
b. Paragraf Induktif
Paragraf Induktif adalah Paragraf Induktif adalah paragraf dengan gagasan
utamanya terletak di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta ataupun
uraian-uraian. Kemudian, dari fakta itu penulis menggenerelisasikanya ke
dalam sebuah kalimat.
Contoh :
Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah untuk
bumi. Beberapa kota disulap dengan nuansa putih, menghasilkan
pemandangan cantik dan memikat bagi penikmat keindahan. Hawa
dinginnya semakin hari menggigit kawasan-kawasan yang beriklim
subtropis dan sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri
matahari terbit.
Contoh :
9
Abdulah, Arif Tio Buqi. Jenis dan Contoh Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat
Utama: Deduktif, Induktif, Campuran dan Ineratif. 2021. Tribunnews.com
Paragraf diatas berjenis paragraf campuran. Hal ini karena kalimat topiknya
yang terdapat pada awal dan akhir paragraf. Kalimat pertama merupakan
kalimat topik yang menyebutkan Ibu masih menuntut ilmu walau sudah
berumur. Lalu, kalimat-kalimat selanjutnya menjelaskan alasan ibu untuk
tetap menimba ilmu yang mana kalimat tersebut merupakan kalimat
pengembang. Paragraf ini diakhiri dengan kalimat penegas yang
menegaskan kembali kalimat topiknya.
d. Paragraf Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun alinea sama pentingnya sehingga tidak
satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi demikian itu
biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang
satu dan yang lainnya sama-sama penting.
Alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian- uraian bersifat deskriptif
dan naratif terutama dalam karangan fiksi. Inilah contoh
alineanya.
Contoh :
Pagi hari itu aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang
rumah. Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar
matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga
beraneka warna. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku
10
Akhaidah, Sabarti dkk. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indoneisa.
Jakarta:Erlangga.
kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari
topiknya atau selalu relevan dengan topiknya.
2. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antar kalimat
dengan kalimat. Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan
kalimat secara logis dan melalui ungkapan pengait antar kalimat. Urutan
yang logis akan terlihat pada pola susunan antar kalimat yang terdapat pada
paragraf tersebut. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan
memperhatikantiga hal, unsur kebahasaan yang digambarkan antara lain:
1. repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti
2. kata transisi atau ungkapan penghubung
3. paralelisme
4. pemerincian dan urutan isi paragraf.
Perincian dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara
logis (sebab–akibat , akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut
urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan
yang satu ke sudut pandangan yang lain.
3. Kelengkapan
Paragraf dapat dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang
cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama dan
suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya
diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
1. Kohesi
Contoh :
Menurut KBBI, elektronik merupakan alat yang dibuat berdasarkan prinsip
kerja elektronika. Dalam hal ini pembelajaran yang dirancang adalah model
yang berbentuk elektronik yaitu komik elektronik. Biasanya komik yang
ada menggunakan media berupa kertas, berbeda dengan elektronik komik
yang dirancang dengan menggunakan media elektronik.
Dari contoh paragraf di atas terlihat bahwa paragraph tersebut terdiri dari
dua ide pokok. Ide pokok pertama membicarakan definisi elektronik
menurut KBBI. Sedangkan paragraf kedua ide pokoknya membicarakan
tentang komik.
2. Koherensi
Dari beberapa skripsi yang penulis teliti didapatkan data-data tentang
paragraf yang tidak koheren, baik antar paragraf maupun inter paragraf. Ini
dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini :
Contoh :
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memberikan dampak tersendiri terhadap berbagai kehidupan, salah satu
diantaranya bidang pendidikan. Di dalam agama Islam kita dituntut untuk
menjadi orang-orang yang berilmu dan berpengetahuan, ditegaskan oleh
Allah SWT dalam firmannya.
Berdasarkan contoh paragraph di atas dapat dilihat bahwa antara kalimat
pertama dengan kalimat kedua tidak koheren. Pada kalimat pertama
berbicara mengenai pengetahuan dan teknologi, sedangkan kalimat kedua
berbicara tentang ilmu dan penngetahuan dilihat dari segi agama.
Dari contoh paragraph di atas dapat dilihat bahwa paragraf tersebut terdiri
dari dua ide pokok. Ide pokok pertama menjelaskan tentang definisi
elektronika secara umumn. Sedangkan ide pokok kedua membicarakan
tentang definisi story. Tiga contoh paragraph tersebut memperlihat bahwa
paragraph skripsi mahasiswa tidak kohesif.
3. Koherensi antar paragraf
Dalam menggapai ilmu pengetahuan suatu teknologi salah satunya adalah
dengan menempuh jalan pendidikan formal. Pendidikan saat ini sudah
merupakan kebutuhan setiap insani, dengan pengetahuan seseorang akan
memiliki kemampuan. Pembaharuan di dalam pendidikan membawa
pengaruh sikap, prilaku nilai-nilai individu dan masyarakat.
Dari contoh paragraph di atas dapat dicermati bahwa antara paragraf
pertama dengan paragraf kedua tidak koheren. Paragraf pertama berbicara
tentang pendidikan formal merupakan salah satu jalan untuk menggapai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pada paragraf kedua berbicara
tentang pembaharuan di dalam pendidikan. Seharusnya pada paragraf
pertama dijelaskan dulu tentang bidang-bidang pembaharuan yang salah
satunya berkaitan dengan pembaharuan dalam bidang pendidikan.
4. Ketuntasan Pengembangan
Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik, dan
berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset,
pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.
Dari contoh paragraf di atas dapat dilihat bahwa paragraph tersebut tidak
tuntas karena belum menjelaskan aspek-aspek di atas.
5. Keruntutan penyusunan
Menurut Ilham Moleong, model pembelajaran mempunyai tiga kedudukan
yaitu motivasi ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar, strategi
pembelajaran, dan menyesiati perbedaan individual anak didik, dan model
pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran
dapat meningkatkan daya serap bagi siswa dan berdampak langsung
terhadap pencapaian tujuan.
Model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Skripsi
Sangat
Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
No Pernyataan Setuju
Σ % Σ % Σ % Σ %
Presentase Jawaban
No Pernyataan Simpulan
Sangat
Setuju
Setuju
Terkadang saya tidak Mahasiswa mampu
mengetahui ide pkok
mengetahui antara ide
1 60% 32% paragraf dan anak
pokok paragraf dan anak paragraf dalam karya
paragraf tulis
Mahasiswa menulis
Saya menulis paragraf
paragraf dengan
2 memperhatikan ide dan 64% 36%
memperhatikan ide dan
anak paragraf nya anak paragraf nya
Mahasiswa mampu
Saya dapat memngidentifikasi
3 mengidentifikasi paragraf 72% 28% paragraf induktif
induktif dan deduktif maupun deduktif pada
karya tulis
Presentase Jawaban
No Pernyataan Simpulan
Sangat
Setuju
Setuju
Saya dengan mudah
Mahasiswa dapat
mencari kalimat atau
4 32% 60% mengutarakan pendapat
gagasan pokok sebuah dengan tepat
paragraf
Saya dapat membedakan Mahasiswa mampu
5 paragraf berdasarkan 72% 24% membedakan paragraf
sifatnya berdasarkan sifatnya
Saya memperhatikan Mahasiswa
memperhatikan syarat-
syarat-syarat dalam
6 56% 16% syarat membuat paragraf
membuat paragraf untuk dalam menulis karya
menulis karya tulis ilmiah tulis
Mahasiswa mampu
Saya mampu mengidentifikasi kalimat
7 mengidentifikasi kalimat 48% 44% utama dan kalimat
utama dan kalimat penjelas penjelas dalam karya
tulis
Saya dapat Mahasiswa mampu
mengembangkan kalimat
mengembangkan kalimat
8 44% 48% dengan efektif untuk
dengan efektif sehingga menciptakan paragraf
tercipta paragraf yang baik. yang baik
Saya merasa kesulitan Mahasiswa tidak merasa
untuk memilih kata-kata kesulitan dalam memilih
9 40% 44%
yang tepat dalam membuat kata yang tepat untuk
paragraf membuat paragraf
Mahasiswa mampu
Saya mampu membuat
membuat paragraf
10 paragraf dengan ejaan dan 36% 56%
dengan ejaan dan tata
tata tulis yang benar tulis yang benar
Namun masih masih ada pula mahasiswa yang terlihat kebingungan dalam
mengidentifikasi gagasan atau ide pokok dalam sebuah paragraf ilmiah. Karena
terkadang dalam paragraf memiliki beberapa tema sehingga mereka merasa
kesulitan dalam memutuskan ide/gagasan pokok dalam sebuah paragraf.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Membuat sebuah karya ilmiah tidak semudah membuat suatu karya yang
berbentuk sastra. Ada banyak kriteria dalam komponen sebuah karya ilmiah yang
perlu dipenuhi, seperti teknik-teknik penulisan, penggunaan bahasa yang baku dan
benar, materi karya ilmiah yang objektif sesuai dengan fakta dan data yang ada,
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dan banyak hal lain yang tentunya
menjadi perhatian penting dalam sebuah penulisan suatu karya ilmiah. Karena
itulah, mengerti dan memahami pola penulisan sebuah karya ilmiah merupakan hal
pokok yang harus dilakukan oleh seorang penulis yang hendak membuat suatu
karya ilmiah.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan yaitu pembuatan paragraf dalam sebuah
karya tulis. Jika tidak memiliki kemampuan dalam membuat sebuah paragraf maka
karya tulis tidak akan fokus pada pembahasan sehingga pembaca akan mengalami
kesulitan untuk memahami isi dari paragraf tersebut. kebanyakan mahasiswa telah
mampu membuat paragraf dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ada. Mahasiswa pun mampu mengidentifikasi jenis-jenis paragraf pada karya tulis
beradasarkan sifatnya yaitu narasi, deskriptif, persuasif, argumentasi, serta
eksposisi.
Namun masih masih ada pula mahasiswa yang terlihat kebingungan dalam
mengidentifikasi gagasan atau ide pokok dalam sebuah paragraf ilmiah. Karena
terkadang dalam paragraf memiliki beberapa tema sehingga mereka merasa
kesulitan dalam memutuskan ide/gagasan pokok dalam sebuah paragraf
3.2 Saran
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang perlu berlatih untuk
membuat paragraf yang tidak membuat pembaca mengalami kesulitan dalam
memahami isi bacaan. Serta perlu adanya pemahamana yang lebih dalam mengenai
paragraf untuk membuat sebuah karya tulis. Selain itu perlu banyak membaca agar
perbendaharaan kata yang dimiliki para mahasiswa bertambah, sehingga paragraf
menjadi lebih mudah untuk dibaca.
DAFTAR PUSTAKA