Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF PADA


MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
SEMARANG

Oleh :

Nama : Niken Ayu Sri Antoro

NIM : A.131.21.0063

Dosen : Dra. Rati Riana, M.Pd.

FAKULTAS HUKUM

SORE A

UNIVERSITAS SEMARANG

OKTOBER 2021

i
PRAKATA

Keefektifan bahasa hanya dapat terjadi bila seseorang mampu menyusun idenya
dalam kalimat yang efektif pula. Dengan kalimat efektif, seseorang lebih mudah
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, dan pengalamannya, baik secara
lisan maupun tertulis. Pendengar atau penerima informasi pun dengan mudah
memahami pesan yang disampaikan penutur. Kalimat yang efektif ditandai oleh
struktur yang mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan, mempunyai pertautan
antara satu kalimat dengan kalimat yang lainya, kata-kata yang dipakai merupakan
kata yang baku, menggunakan diksi (pilihan kata) secara jelas, serta isi pikiran
tampak jelas dalam kalimat tersebut. Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika
pesan yang ditangkap oleh pendengar atau penerima informasi sama dengan yang
dimaksudkan oleh pembicara

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat
waktu. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada :

1. Rektor Universitas Semarang yang memberikan kepercayaan kepada tim


peneliti untuk melaksanakan penelitian.
2. Dekan Fakultas Hukum, Universitas Semarang yang telah mendukung dan
memberikan kepercayaan kepada tim peneliti untuk melakukan penelitian.
3. Dosen Fakultas Hukum, Universitas Semarang yang telah mendukung serta
membimbing dalam proses penelitian

Harapan penulis, semoga makalah penguasaan kalimat efektif pada Mahasiswa


Fakultas Hukum Universitas Semarang ini bisa membantu mahasiswa mampu
membantu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang untuk menguasai
kalimat efektif dalam komunikasi sehari-hari.

Semarang, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL .......................................................................................................... i


PRAKATA........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................7
1.3 Tujuan ...............................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................8
2.1 Pengertian Kalimat ..........................................................................................8
2.2 Unsur Kalimat ................................................................................................12
2.3 Penguasaan Kalimat Efektif ..........................................................................14
2.4 Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif ....................................................................15
2.5 Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat ................................................16
2.5 Penguasaaan Kalimat Efektif pada Mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas
Semarang ....................................................................................................................17
2.5.1 Penguasaan Kalimat Efektif ..................................................................17
2.5.2 Analisis Hasil Kuesioner ........................................................................19
2.5.3 Analisis Hasil Observasi................................................................................23
BAB III PENUTUP ........................................................................................................27
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................27
3.2 Saran ...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa merupakan orang yang berada dalam lingkungan masyarakat
ilmiah di perguruan tinggi. Masyarakat ilmiah tersebut dituntut untuk melakukan
suatu kegiatan ilmiah, salah satunya adalah menulis. Hal ini disebabkan karena
keterampilan menulis sangat penting untuk dimiliki mahasiswa sebagai alat dalam
mengomunikasikan gagasan dan pendapatnya ke dalam suatu tulisan yang
bermakna dan bisa dibaca oleh orang lain. Oleh karena itu, kemampuan menulis
dengan baik dan benar merupakan modal penting bagi mahasiswa, baik untuk tugas
akademis maupun di lingkungan masyarakat. Mahasiswa yang mampu menulis
dengan rapi, cermat, runtut, dan mengikuti kaidah bahasa akan lebih mudah dalam
mengerjakan tugas karya ilmiahnya.

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat
dalam berkomunikasi. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia merupakan salah
satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari dalam bidang akademik. Bahasa
Indonesia yang baik adalah penggunaan bahasa yang memperhatikan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia sebagai acuan atau pedoman dalam berbicara, maupun
dalam menulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain


membaca, berbicara, dan menyimak. Sebagai sebuah keterampilan, menulis tidak
bisa didapat secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih.
Kegiatan menulis bukan sekadar menulis, melainkan sebuah kegiatan yang
menggabungkan pengetahuan intelektual dan berpikir logis yang dilanjutkan
dengan pemilihan bahasa yang efektif dan komunikatif untuk diungkapkan dalam
bentuk tulisan. Doyin dan Warigan1 menyatakan bahwa dalam kegiatan menulis,

1
Doyin dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang :
Universitas Negeri Semarang Press.

4
penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosakata, struktur kalimat,
pengembangan paragraf, dan logika berbahasa. Karena itulah, menulis dianggap
sulit daripada keterampilan berbahasa lainnya.

Dewasa ini menulis belum menjadi minat dan kegemaran anak Indonesia.
Padahal, keterampilan menulis sangat penting dikuasai terutama bagi kaum
intelektual. Keterampilan menulis merupakan suatu kepandaian yang sangat
berguna bagi setiap orang. Dengan memiliki kepandaian menulis, seseorang dapat
mengungkapkan berbagai gagasannya untuk dibaca oleh peminat yang luas. Salah
satu kemampuan menulis yang harus dikuasai oleh kaum intelektual adalah menulis
karya ilmiah. Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh
mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas berupa karya ilmiah,
seperti makalah, laporan kegiatan, dan lain-lain. Pemberian tugas karya ilmiah
diberikan oleh semua jurusan di perguruan tinggi.

Berkaitan dengan kaidah penyusunan karya ilmiah khususnya dalam


menulis makalah, bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan menulis lebih
rendah, tentu akan berpengaruh pada kualitas karya ilmiahnya karena sebuah karya
ilmiah harus ditulis dalam bahasa Indonesia dengan ragam tulis baku. Seorang
mahasiswa ketika menulis karya ilmiah seharusnya memiliki kemampuan untuk
mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam karya ilmiah yang dihasilkannya sehingga
karya ilmiah itu tidak hanya benar dari sisi isinya, namun juga benar dari sisi tata
tulisnya. Mahasiswa memiliki peranan penting dalam menghasilkan dan
meningkatkan kualitas karya ilmiah. Atas dasar itulah peneliti ingin mengetahui
sejauh mana mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang telah
menggunakan kalimat efektif dalam menulis makalah khususnya pada bentuk
penggunaan kalimat efektif ditinjau dari kesatuan gagasan, kelengkapan, kepaduan,
kehematan, dan penekanan.

Pada hakikatnya karya ilmiah merupakan produk manusia atas dasar


pengetahuan, sikap dan cara berpikir ilmiah pendapat tersebut sesuai dengan

5
pernyataan Dewanto2 yang mengungkapkan karya ilmiah adalah suatu karangan
yang mengandung ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta
dan disusun secara sistematis menurut metode penulisan dengan menggunakan
bahasa ragam ilmiah.

Pada dasarnya, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mutlak
diperlukan dalam menulis karya ilmiah. Hal ini diperlukan agar informasi yang
disampaikan dalam karya ilmiah dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Oleh
karena itu, dalam menulis karya ilmiah harus meminimal kesalahan dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Menurut Arifin3, ada beberapa jenis karya ilmiah yaitu: (1) makalah, (2)
skripsi, (3) kertas kerja, (4) laporan penelitian, (5) tesis, dan (6) disertasi. Dalam
penelitian ini, pengambilan data analisis kesalahan penulisan kata dan kesalahan
penggunaan kalimat, difokuskan pada mahasiswa Program Studi Fakultas Hukum
Universitas Semarang dalam bentuk makalah maupun percakapan sehari-hari.
Makalah adalah salah satu karya tulis ilmiah yang sering digunakan dalam dunia
pendidikan. Mahasiswa biasanya diberikan tugas untuk menulis makalah.

Keberadaan pedoman tersebut, diharapkan mahasiswa Fakultas Hukum


Universitas Semarang menggunakan kalimat yang baik dan benar, khusus pada
bentuk penggunaan kalimat efektif ditinjau dari kesatuan gagasan/ide, kelengkapan
unsur, kepaduan, kehematan, dan penekanan. Namun, pada kenyataannya tidak
demikian karena dalam beberapa hal mahasiswa masih terbiasa mengabaikan
kaidah. Hal seperti ini merupakan suatu gejala atau fenomena yang tidak boleh
dibiarkan berlarut-larut. Untuk mengatasi fenomena ini, segera para penutur bahasa
Indonesia terutama di kalangan terpelajar dan para birokrat, seyogyanya mengikuti
pedoman yang telah disebutkan. Khusus di kalangan terpelajar; terutama para
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang yang menulis makalah,
ditemukan kesalahan dalam penulisan kalimat efektif . Temuan ini diperoleh setelah

2
Dewanto, dkk. 2007. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang : Unnes Press.
3
Arifin, Zaenal. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Lentera Cendikia.

6
penulis mengadakan pengamatan pendahuluan pada beberapa contoh makalah
mahasiswa serta percakapan sehari-hari.

Kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif terjadi karena mahasiswa kurang


memperhatikan kaidah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dan penggunaan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sehingga mereka tidak menggunakannya
secara baik dan benar. Fenomena seperti ini perlu diatasi dengan segera. Melihat
betapa pentingnya penggunaan kalimat efektif yang tepat bagi mahasiswa dalam
membuat sebuah makalah yang merupakan karya ilmiah, sangat penting untuk
menguasai kalimat efektif, agar isi dari makalah tersebut mencerminkan karya
ilmiah yang sempurna. Namun, kenyataannya masih banyak mahasiswa yang tidak
memperhatikan penggunaan kalimat yang efektif khususnya pada makalah bagian
pendahuluan yang merupakan hasil pemikiran sendiri. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk mengangkat judul tersebut dengan objek kajiannya adalah makalah
yang merupakan karya ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan fokus permasalahan yang telah dideskripsikan
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana Penguasaan Kalimat Efektif pada Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Semarang?”

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis
penguasaan kalimat efektif pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Semarang.

7
BAB II
PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini mencakupi survei pendahuluan, pengambilan data


kuesioner, dan dilengkapi dengan wawancara kepada mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
menyimak percakapan serta observasi dalam berkomunikasi dengan mahasiswa
lain diperoleh data sebagai beriku. Data diperoleh dari hasil tuturan mahasiswa pada
saat berdiskusi maupun saat berkumpul dan berkomunikasi.

Pengumpulan data, selain dengan cara menyimak langsung komunikasi


mahasiswa pada saat berdiskusi, juga dengan cara mendistribusikan kuesioner yang
diisi oleh 25 responden yang terdiri atas 10 responden laki-laki dan 15 responden
perempuan dengan usia 19-22 tahun. Selain itu, juga dilakukan wawancara terhadap
dua responden. Berikut ini adalah analisis atas hasil penelitian penguasaan kalimat
efektif pada Mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Semarang.

2.1 Pengertian Kalimat


Putrayasa4 mengatakan setiap gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki
seseorang pada praktiknya akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang
benar dan baik harus memenuhi persyaratan gramatikal. Artinya kalimat itu harus
disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang
harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat), memperhatikan ejaan yang
disempurnakan, serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kosasih 5
mengatakan, kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
yang mengungkapkan pikiran yang utuh berupa kolompok kata. Menurut Alwi6
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Berdasarkan pendapat di atas maka kalimat

4
Putrayasa, Made. 2014. Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Belajar . Mimbar PGSD.
5
Kosasih, E. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Yrama Widya.
6
Alwi, Hasa. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

8
dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulisan yang mengungkapkan buah pikiran, perasaan atau hasrat secara utuh.

Akhadiah, dkk.7 memliki pendapat bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
jelas dan benar akan mudah dipahami orang lain secara tepat, kalimat efektif
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis
terhadap pembacanya. Sedangkan menurut Arifin dan Tasai8 mengatakan bahwa
kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan
keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Menurut
Putrayasa (2014:2) kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan
logika. Finoza9 juga memberikan batasan tentang kalimat efektif yaitu kalimat
yang dapat mengungkapkan gagasan penulis secara tepat sehingga dapat dipahamai
oleh pendengar atau pembaca. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang
memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pembaca.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif


adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara sehingga
pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap. Kesanggupan atau kecapakan seseorang dalam membuat kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulisnya secara tepat dengan susunan kalimat teratur
sehingga mudah untuk diketahui mana kalimat yang diterangkan dan mana kalimat
yang menerangkan.

Menurut Waridah10 kalimat efektif adalah kalimat yang mampu


menyampaikan pesan, gagasan, dan perasaan secara tepat kepada orang lain sesuai
dengan maksud penuturnya. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu:

7
Akhadiah, Sabarti. 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
8
Arifin dan Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Akademika Pressindo.
9
Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia
10
Waridah dan Wahya. 2016. Buku Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bmedia.

9
1. Minimal memiliki unsur subjek dan predikat
2. Menggunakan ejaan yang disempurnakan
3. Menggunakan pemilihan kata yang tepat
4. Mengandung kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang
logis dan sistematis
5. Mengandung kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai
6. Penekanan ide pokok
7. Menggunakan kata secara hemat.
Sebuah kalimat disebut sebagai kalimat efektif apabila memenuhui syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Kesatuan Gagasan
Kalimat efektif mengandung unsur-unsur yang saling mendukung satu
sama lain membentuk kesatuan ide yang padu. Jadi tidak masalah jika
dalam satu kalimat terdiri atas lebih dari satu gagasan, seperti dalam
kalimat mejemuk, asalkan masing-masing gagasan saling berkaitan.
Berikut ini bentuk-bentuk kesalahan yang menjadikan gagasan kalimat
tidak padu.
a. Penempatan subjek atau predikat tidak jelas
Contoh:
- Tentang permasalahn itu saya sudah diskusikan dengan bagian
kepegawaian
- Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan
Kedua kalimat di atas masing-masing mengadung dua subjek
sehingga kalimatnya menjadi tidak jelas. Kedua kalimat di atas
sebaiknya diubah menjadi :
- Saya sudah mendiskusikan permasalahn itu dengan bagian
kepegawaian.
- Kami akan mempertimbangkan saran yang dikemukakannya.
b. Gagasan yang bertumpuk-tumpuk

10
2. Kepaduan
Unsur-unsur dalam kalimat harus terpadu dan saling berhubungan satu sama
lain. Bentuk-bentuk kesalahan yang menjadikan kalimat tidak padu sebagai
berikut.
a. Penggunaan kata ganti yang salah
b. Penempatan kata depan yang kurang tepat

3. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya jika, bentuk pertama menggunakan kata benda, bentuk
berikutnya juga menggunakan kata benda. Jika bentuk pertama
menggunakan kata kerja, bentuk kedua juga menggunakan kata kerja.
4. Kelogisan
Kalimat efektif mengandung makna yang logis atau dapat diterima akal
sehat. Kalimat efektif harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
secara umum.
5. Kehematan
Kalimat efektif menggunakan pilihan kata yang tepat dan tidak berlebihan.
6. Penekanan
Cara lain untuk membentuk kalimat efektif adalah dengan memberi
penekanan pada unsur-unsur penting di dalam kalimat. Penekanan itu dapat
dilakukan melalui:
a. Menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
b. Mengulang-ulang bagian kalimat yang dianggap penting.
c. Memindahkan unsur-unsur penting dalam kalimat ke bagian awal
kalimat.
d. Menggunakan kata yang maknanya berlawanan atau bertentangan pada
unsur yang ingin ditekankan.
e. Menggunakan ejaan yang tepat.

11
2.2 Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis dalam buku tata bahasa lama biasa disebut
jabatan kata dalam kalimat, yaitu subyek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap
(Pel) dan Keterangan (K). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni subyek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (obyek,
pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat tidak wajib hadir.

1. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaiamana subyek (pelaku). Selain menyatakan tindakan
atau perbuatan subyek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai
sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S (subyek). Predikat dapat berupa kata atau
frasa, sebagian besar berkelas verba atau Adjektiva, tetapi dapat juga nomina
atau frasa nomina, perhatikan contoh berikut :
1) Ibu sedang tidur siang.
2) Putrinya cantik jelita.
3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
4) Kucingku belang tiga
5) Ardi mahasiswa baru.
Kata-kata yang dicetak miring, tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman,
belang tiga dan mahasiswa baru adalah predikat yang memberitahukan atau
menjelaskan bagaimana atau apa yang dilakukan masing-masing pelaku atau
subyek setiap kalimat tersebut.
2. Subyek
Subyek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda),
sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subyek
biasanya diisi oleh jenis kata/frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh berikut:
1) Meja direktur besar.
2) Ayahku sedang melukis.
3) Yang berbaju batik dosen saya.
4) Berjalan kaki menyehatkan badan.

12
5) Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak miring pada contoh di atas adalah subyek. Bagian yang
menunjukkan pelaku diisi oleh kata dan frasa, Meja direktur dan ayahku, yang
diisi klausa, yang berbaju batik, dan yang diisi frase verbal, berjalan kaki dan
membangun jalan layang.
3. Obyek
Obyek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Obyek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak (O) selalu di belakang yang
berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya (O) seperti
pada contoh di bawah ini.
1) Nani menimang….
2) Arsitek merancang….
3) Juru masak menggoreng….
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh kalimat di
atas adalah (P) yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang melengkapi (P)
bagi ketiga kalimat itulah yang dinamakan Obyek.
Contoh:
1) Nani menimang bayi.
2) Arsitek merancang bangunan.
3) Juru masak menggoreng ayam
4. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S,
P, O, dan (Pel). Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di
akhir kalimat. Pengisi (Ket) Adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia,
atau klausa. Dalam contoh di bawah, bagian yang dicetak miring adalah (Ket).
1) Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (Ket. Penyebaban)
2) Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.(Ket. Cara)
3) Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya (Ket. Tujuan)
5. Pelengkap

13
Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian yang melengkapi (P). letak (Pel)
umumnya di belakang berupa verba. Posisi itu juga ditempati O, dan jenis kata
yang mengisi (Pel) dan (O) terdapat perbedaan. Perhatiakan contoh berikut,
1) Indonesia berasaskan Pancasila
2) Gamelan merupakan kesenian tradisional
Kalimat di atas adalah kalimat aktif dengan pelengkap kata pancasila dan
kesenian tradisional. Posisi kata Pancasila dilandasi Indonesia dan kesenian
tradisional dirupakan gamelan adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Hal lain yang membedakan (Pel) dan (O) adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pel tidak selalu persis dibelakang (P). kalau
dalam kalimatnya terdapat (O), letak (Pel) adalah di belakang sehingga urutan
penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah contoh pelengkap
dalam kalimat.
1) Sutarji membacakan penggemarnya puisi kontemporer.
2) Ayah membelikan adik rumah baru.
3) Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

2.3 Penguasaan Kalimat Efektif


Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan,
pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Kata
penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal 11.
Nurgiyantoro12 menyatakan bahwa penguasaan merupakan kemampuan seseorang
yang dapat diwujudkan baik dari teori maupun praktik. Seseorang dapat dikatakan
menguasai sesuatu apabila orang tersebut mengerti dan memahami materi atau
konsep tersebut sehingga dapat menerapkannya pada situasi atau konsep baru.
Berdesarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan
adalah kemampuan seseorang dalam memahami materi atau konsep yang dapat
diwujudkan baik teori maupun praktik.

11
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
12
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE.

14
Sebagai mahasiswa, sering kali dosen memberikan tugas membuat karya tulis
ilmiah atau makalah. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah atau makalah erat
hubungannya dengan kegiatan menulis. Dalam menulis diperlukan penguasaan
terhadap kalimat efektif. Sehingga tulisan dapat dibaca dengan jelas dan tidak
menimbulkan bias pengertian.

2.4 Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif


Pembentukan sebuah kalimat efektif tidak hanya dibentuk secara acak tanpa
menggunakan prinsip pembentukan kalimat efektif sebagai pedoman. Dalam
prinsip pembentukan kalimat efektif ini, Chaer13 membagi empat prinsip kalimat
efektif, yaitu prinsip ide pokok pada induk kalimat, tanpa penumpukan ide, bentuk
yang sejajar, dan penekanan atau penegasan. Prinsip-prinsip kalimat tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut :

1. Ide pokok pada induk kalimat


Ide pokok atau gagasan pokok harus ditempatkan pada induk kalimat, bukan
pada anak kalimat. Anak kalimat biasanya hanya memberikan keterangan
waktu, keterangan sebab, atau keterangan lainnya.
2. Tanpa penumpukan ide
Hindari penumpukan ide atau pikiran pada sebuah kalimat yang panjang dan
penuh dengan anak kalimat atau berbagai keterangan. Penumpukan ide
menyebabkan kalimat sukar dipahami karena dalam kalimat terdapat banyak
ide atau pokok pikiran.
3. Bentuk yang sejajar
Bentuk yang sejajar merupakan bentuk-bentuk bahasa yang sama dalam
susunan kalimat. Bila suatu ide (gagasan) dalam kalimat dinyatakan dengan
kata benda (misalnya bentuk pe-an atau ke-an), maka ide atau gagasan lain
yang sederajat harus dengan kata benda juga yang pe-an atau ke-an. Demikian
ide (gagasa) yang dinyatakan dengan kata kerja misalnya dalam bentuk me-,

13
Chaer, Adbul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

15
bentuk di- maka ide lain yang sederajat juga harus dinyatakan dalam kata kerja
me- atau di-. Kesejajaran dapat memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.
4. Penekanan atau penegasan
Setiap kalimat mengandung ide (gagasan) pokok. Lalu inti dari ide itu ingin
ditekankan atau ditonjolkan. Penekanan atau penegasan dalam tulisan dapat
dilakukan dengan cara antara lain :
a. Menempatkan pada awal kalimat bagian yang ingin ditekankan atau
ditonjilkan.
b. Penekanan atau penegasan untuk mencapai kalimat yang efektif dapat pula
dilakukan dengan membuat urutan yang logis. Maksudnya membuat urutan
ide atau gagasan yang makin lama makin penting.
c. Penegasan kalimat yang dapat dilakukan dengan mengulangi kata atau frase
yang dianggap penting.

2.5 Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat


Untuk menyusun kalimat efektif hendak menggunakan kata yang tepat
memenuhi isoformisme, yaitu kesamaan makna. Menurut Putrayasa
ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Kontaminasi atau kerancuan


Kontaminasi adalah gejala bahasa yang rancu atau bahasa yang kacau. Dua yang
masing-masing berdiri sendiri disatukan dalam satu rangkaian baru yang tidak
berpasangan atau berpadanan bahasa. Gejala kontaminasi bahasa dibedakan
menjadi tiga yaitu: kontaminasi kalimat, kontaminasi susunan kata, kontaminasi
bentukan kata.
2. Pleonasme
Pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, penggunaan unsur
pleonasme karena ketidakketahuan pemakai bahasa itu sendiri. Gejala
pleonasme timbul karena adanya pembicara tidak sadar terhadap yang diucapkan
memiliki sifat yang berlebih-lebih, dibuat bukan karena tidak sengaja melainkan
karena tidak tahu kata yang digunakan berlebihan, dibuat dengan sengaja
sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk memberikan tekanan arti.

16
3. Ambiguitas atau Keambiguan
Kalimat yang memenuhi ketentuan tatabahasa, tetapi masih menimbulkan
tafsiran ganda.
4. Ketidakjelasan Unsur Inti Kalimat
Unsur kalimat harus memiliki dua hal yaitu subjek dan predikat
5. Kemubaziran Preposisi dan Kata
Penggunaan preposisi sering mengakibatkan ketidakefektifan kalimat, kata yang
kehadiranya tidak diperlukan.
6. Kesalahan Nalar
Nalar adalah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis, masuk akal
dan dapat diterima oleh orang lain
7. Ketidaktepatan Bentuk Kata
Ketidaktepatan bentuk kata mengakibatkan salah pembuatan arti, atau bunyi
bahasa yang berbeda menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
8. Ketidaktepatan Makna Kata
Ketidaktepatan makna kata penyebab ketidakefektifan kalimat, hubungan kata
dengan maknanya.
9. Pengaruh Bahasa Daerah
Kata-kata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia, hal ini tidak
masalah melainkan bahasa daerah yang tidak berterima dengan bahasa Indonesia
sehingga informasi yang disampaikan menjadi tidak efektif.
10. Pengaruh Bahasa Asing
Pengaruh bahasa asing memperkaya khasanah bahasa Indonesia, tetapi dapat
mengganggu kaidah tata bahasa Indonesia sehingga menimbulkan
ketidakefektifan kalimat.

2.5 Penguasaaan Kalimat Efektif pada Mahasiswa Fakultas Hukum


Univeristas Semarang
2.5.1 Penguasaan Kalimat Efektif
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dengan mendeskripsikan
penemuan kesalahan penggunaan kalimat efektif pada mahasiswa Fakultas Hukum

17
Universitas Semarang. Adapun bentuk kesalahan penggunaan kalimat efektif yang
akan diteliti berdasarkan teori Setyawati karena teori ini lebih jelas mengenai
bentuk kesalahaan penggunaa kalimat efektif. Adapun bentuk kesalahan yang
diteiti yaitu :

1. Penggunaan konjungsi yang berlebihan


Kekurangcermatan pemakai bahasa dapat mengkibatkan penggunaan
konjungsi yang berlebihan. Hal ini terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Namun, berdasarkan hasil
penelitian, peneliti menemukan masih ada kalimat yang yang memiliki dua
kaidah bahasa bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Berikut ini
contoh kalimat tidak efektif yang sering di gunakan mahasiswa :
“Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di
atas….”
Salah satu penyebab ketidakbakuan kalimat adalah penggunaan kata
hubung (konjungsi yang tidak tepat. seperti halnya pada kalimat di atas,
kalimat di atas tidak efektif karena terdapat konjungsi yang tidak tepat di
dalam kalimat yaitu kata pada yang terdapat pada di belakang Subjek (latar
beakang) agar kalimat di atas menjadi efektif kata pada seharusnya
dihilangkan saja. Bentuk efektif dari kalimat di atas adalah sebagai berikut
ini.
“Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas”
2. Penghilangan konjungsi
Penghilangan konjungsi menjadikan kalimat tidak efektif. Konjungsi jika,
apabila, setelah, sesudah, ketika, karena, dan sebagainya. Sebagai penanda
anak kalimat sering ditanggalkan. Hal tesebut dikarenakan penulisnya
terpengaruh oleh bentuk partisif bahasa Inggris. Karena sudah merata gejala
tersebut digunakan di berbagai kalangan, maka mereka tidak sadar kalau
bentuk itu salah.
3. Ambiguitas
4. Kelogisan kalimat
5. Penggunaan istilah asing

18
6. Penggandaan subjek
7. Urutan yang tidak paralel.

2.5.2 Analisis Hasil Kuesioner


Responden penelitian ini adalah para mahasiswa yang berada di Fakultas
Hukum Universitas Semarang yang berjumlah 25 orang yang terdiri atas mahasiswa
laki-laki 10 orang dan mahasiswa perempuan 15 orang dengan profil responden
sebagai berikut :

Tabel 1 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan

Sangat
Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
No Pernyataan Setuju
Σ % Σ % Σ % Σ %
Saya selalu menggunakan
1 kalimat efektif untuk 0 0% 5 20% 12 48% 8 32%
berkommunikasi sehari-hari
Saya menggunakan kalimat
2 efektif untuk menulis karya 0 0% 0 0% 15 60% 10 40%
tulis ilmiah
Saya jarang melakukan
kesalahan pada saat menulis
3 yang menimbulkan makna 0 0% 7 28% 9 36% 9 36%
ganda pada tulisan yang saya
buat
Saya menyisipkan bahasa
daerah dalam penulisan karya
4 0 0% 5 20% 6 24% 14 56%
tulis maupun percakapan
sehari-hari
Saya sering menyisipkan
bahasa asing dalam
5 0 0% 4 16% 18 72% 3 12%
berkomunikasi maupun
membuat karya tulis
Mudah bagi saya untuk
menggunakan kalimat efektif
6 0 0% 5 20% 15 60% 5 20%
dalam percakapan maupun
dalam pembuatan karya tulis
Saya sering menggunakan
7 0 0% 8 32% 12 48% 5 20%
kalimat baku

19
Sangat
Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
No Pernyataan Setuju
Σ % Σ % Σ % Σ %
Saya sering menggunakan
pengulangan kata yang tidak
8 0 0% 9 36% 11 44% 5 20%
perlu dalam percakapan
maupun karya tulis
Saya secara tidak sadar
menggunakan kata-kata yang
9 0 0% 4 16% 10 40% 11 44%
tidak tepat sehingga merubah
makna dari kalimat
Saya sering menyisipkan
10 bahasa gaul dalan percakapan 0 0% 9 36% 9 36% 7 28%
sehari-hari

Berdasarkan tabel 1, yaitu tanggapan responden terhadap 10 butir pertanyaan


tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Tanggapan responden terhadap pertanyaan pertama “Saya selalu


menggunakan kalimat efektif untuk berkommunikasi sehari-hari” diperoleh
jawaban, yaitu sangat setuju sebanyak 32%. diikuti dengan setuju sebanyak
48%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa setuju bahwa mahasiswa
menggunakan kalimat efektif untuk berkomunikasi sehari-hari.
2. Tanggapan responden terhadap pernyataan kedua “Saya menggunakan
kalimat efektif untuk menulis karya tulis ilmiah” diperoleh jawaban paling besar
persentasenya, yaitu setuju sebanyak 60%. diikuti dengan setuju sebanyak
40%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa sangat setuju bahwa mereka
menggunakan menggunakan kalimat efektif untuk membuat karya tulis
ilmiah.
3. Tanggapan responden terhadap pernyataan ketiga “Saya jarang melakukan
kesalahan pada saat menulis yang menimbulkan makna ganda pada tulisan yang
saya buat” diperoleh jawaban paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju
sebanyak 36%. diikuti dengan setuju sebanyak 36% dan terdapat jawaban

20
tidak setuju sebanyak 28%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa setuju
bahwa mereka melakukan kesalahan membuat kalimat efektif.
4. Tanggapan responden terhadap pernyataan keempat “Saya sering
menyisipkan bahasa asing dalam berkomunikasi maupun membuat karya tulis ”
diperoleh jawaban paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju sebanyak
56%. diikuti dengan setuju sebanyak 24%. Artinya bahwa hanya sedikit
mahasiswa yang menyisipkan bahasa asing kedalam kalimat yang
menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif.
5. Tanggapan responden terhadap pernyataan kelima “Saya menyisipkan bahasa
daerah dalam penulisan karya tulis maupun percakapan sehari-hari” diperoleh
jawaban paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju sebanyak 24%.
diikuti dengan setuju sebanyak 56%. Artinya bahwa masih banyak
mahasiswa yang menyisipkan bahasa daerah kedalam kalimat sehingga
menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif..
6. Tanggapan responden terhadap pernyataan keenam “Mudah bagi saya untuk
menggunakan kalimat efektif dalam percakapan maupun dalam pembuatan karya
tulis” diperoleh jawaban paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju
sebanyak 20%. diikuti dengan setuju sebanyak 60%. Artinya bahwa
sebagian besar mahasiswa setuju bahwa mereka dapat membuat kalimat
efektif untuk percakapan sehari-hari.
7. Tanggapan responden terhadap pernyataan ketujuh “Saya sering
menggunakan kalimat baku” diperoleh jawaban paling besar persentasenya,
yaitu sangat setuju sebanyak 20%. diikuti dengan setuju sebanyak 48% dan
terdapat mahasiswa yang tidak setuju yaitu sebanyak 48%. Artinya bahwa
sebagian besar mahasiswa setuju bahwa sering menggunakan kalimat baku.
Namun kalimat baku digunakan pada saat membuat karya tulis, untuk
berkomunikasi sehari-hari mahasiswa masih banyak menggunakan kalimat
yang tidak baku.
8. Tanggapan responden terhadap pernyataan kedelapan “Saya sering
menggunakan pengulangan kata yang tidak perlu dalam percakapan maupun karya
tulis” diperoleh jawaban paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju

21
sebanyak 20%. diikuti dengan setuju sebanyak 44% dan terdapat mahasiswa
yang tidak setuju yaitu sebanyak 36%. Artinya bahwa terdapat mahasiswa
yang masih melakukan kesalahan pada saat membuat kalimat efektif yaitu
pengulangan kata yang tidak diperlukan.
9. Tanggapan responden terhadap pernyataan kesembilan “Saya secara tidak
sadar menggunakan kata-kata yang tidak tepat sehingga merubah makna dari
kalimat” diperoleh jawaban paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju
sebanyak 44%. diikuti dengan setuju sebanyak 40%. Artinya bahwa
sebagian besar mahasiswa setuju bahwa mereka secara tidak langsung
menggunakan kata yang tidak tepat yang dapat merubah makna dari
kalimat.
10. Tanggapan responden terhadap pernyataan kesepuluh “Saya sering
menyisipkan bahasa gaul dalan percakapan sehari-hari” diperoleh jawaban
paling besar persentasenya, yaitu sangat setuju sebanyak 28%. diikuti
dengan setuju sebanyak 36%. Artinya bahwa sebagian besar mahasiswa
masih menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi sehari-hari daripada
menggunakan kalimat efektif.
Tabel 2 Simpulan Jawaban dari Responden

Presentase Jawaban
No Pernyataan Simpulan
Sangat
Setuju
Setuju
Saya selalu menggunakan
Mahasiswa dapat
kalimat efektif untuk
1 48% 32% menjelaskan jenis tulisan
berkommunikasi sehari- dengan membaca
hari
Mahasiswa mampu
Saya menggunakan kalimat
mengidentifikasi jenis
2 efektif untuk menulis karya 60% 40%
tulisa berdasarkan fungsi
tulis ilmiah nya
Saya jarang melakukan Mahasiswa
kesalahan pada saat menggunakan jenis
3 menulis yang 36% 36% tulisan narasi untuk
menimbulkan makna ganda menceritakan sebuah
pada tulisan yang saya buat kejadian

22
Presentase Jawaban
No Pernyataan Simpulan
Sangat
Setuju
Setuju
Saya menyisipkan bahasa
Mahasiswa dapat
daerah dalam penulisan
4 24% 56% mengutarakan pendapat
karya tulis maupun dengan tepat
percakapan sehari-hari
Saya sering menyisipkan Mahasiswa dapat
bahasa asing dalam membuat tulisan
5 72% 12%
berkomunikasi maupun eksposisi dalam bentuk
membuat karya tulis makalah atau esai
Mudah bagi saya untuk
menggunakan kalimat Mahasiswa sering
6 efektif dalam percakapan 60% 20% membuat tulisan pada
maupun dalam pembuatan saat mengerjakan tugas
karya tulis
Mahasiswa telah
Saya sering menggunakan memahami jenis tulisan
7 48% 20%
kalimat baku untuk mempermudah
dalam menulis
Saya sering menggunakan Mahsiswa
pengulangan kata yang menyampaikan perasaan
8 tidak perlu dalam 44% 20% yang tidak dapat
percakapan maupun karya dikatakan dengan
tulis menulis
Saya secara tidak sadar
Mahasiswa dapat
menggunakan kata-kata
membuat jenus-jenis
9 yang tidak tepat sehingga 40% 44%
tulisan sesuai dengan
merubah makna dari tujuan dan fungsi tulisan
kalimat
Saya sering menyisipkan
Mahasiswa mampu
10 bahasa gaul dalan 36% 28%
membuat tulisan ilmiah
percakapan sehari-hari

Berdasarkan hasil analisis atas kuesioner dari responden disimpulkan bahwa


mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang masih melakukan kesalahan
dalam penggunaan kalimat efektif pada karya tulis maupun pada percakapan sehari-
hari.

2.5.3 Analisis Hasil Observasi


Berikut adalah hasil dari observasi peneliti terhadap beberapa karya tulis
yang dibuat oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Semarang dan

23
percakapan yang dilakukan oleh Mahasiswa selama melaksanakan pembelajaran
secara virtual.

Tabel 3 Kesalahan Kalimat Efektif

NO Kesalahan Analisis
Kata memberhahi dalam kalimat tersebut
tidak logis karena di dalam kalimat
Akhir kata, semoga Allah swt. tersebut yang diharapkan mendapatkan
memberkahi makalah ini berkah adalah makalah. Bagaimana
sehingga makalah ini dapat mungkin makalah mengharap berkah,
1
memberi manfaat bagi kita seharusnya yang mendapat berkah adalah
sebagai mahasiswa fakultas pembaca atau penulis makalah.
hukum Perbaikan: Semoga makalah ini
memberikan manfaat bagi kita sebagai
mahasiswa fakultas hukum.
Penggunaan kata akan menyelinap di
antara subjek dan predikat pada kalimat
Segala usulan yang disampaikan, pertama sehingga kalimat tersebut kurang
2
kami akan pertimbangkan padu. Perbaikan: Segala usulan yang
disampaikan, kami pertimbangkan
(padu)
Penggunaan bertujuan untuk mengandung
Makalah ini bertujuan untuk makna yang sama yaitu menyatakan
mengetahui batasan dan kajian tujuan seharusnya pilih salah satunya.
3
serta pembahasan sebuah kasus Perbaikan: Makalah ini bertujuan
penipuan. mengetahui batasan, kajian serta
pembahasan sebuah kasus penipuan.

Kalimat tersebut tidak padu. Terjadi


pengulangan penyebutan subjek sehingga
Bahasa merupakan alat
membuat kalimat tersebut tidak jelas
komunikasi verbal yang bersifat
maknanya dan terdapat penggunaan dua
arbitrer, bahasa juga merupakan
kata yang memiliki makna sama dalam
alat penghubung berupa simbol
4 sebuah kalimat. Perbaikan: Bahasa
tertentu yang telah disepakati
merupakan alat komunikasi verbal dan
sehingga dalam bahasa terjadi
alat penghubung berupa simbol yang
interaksi yang saling merespon
telah disepakati sehingga terjadi
satu dengan yang lain.
interaksi dan saling respons di dalam
penggunaannya.

Kalimat tersebut tidak efektif karena ada


Saya melihat informasi pengulangan kata di yang menunjukkan
5 lowongan kerja di perusahan ini keterangan secara berurutan. Perbaikan:
di Koran Saya melihat informasi lowongan kerja
perusahaan ini di Koran.

24
NO Kesalahan Analisis

Jumlah konjungsi harus lebih sedikit dari


Oleh karena itu, maka perlu jumlah predikat. Oleh karena itu, kalimat
adanya fonemisasi yang tersebut haruslah dihilangkan konjungsi
ditujukan untuk menemukan “maka”. Perbaikan: Oleh karena itu,
6
bunyi yang berfungsi dalam perlu adanya fonemisasi yang
rangka pembedaan makna ditujukan untuk menemukan bunyi
tersebut. yang berfungsi dalam rangka
pembedaan makna tersebut.

Terdapat lebih banyak fungsi Kalimat tersebut tidak utuh karena tidak
yang dapat dilakukan untuk lengkap subjek dan predikatnya. Ini
7 menginterpretasikan suatu merupakan kesalahan struktur kalimat.
tuturan yang dapat ditemukan Perbaikan: Banyak fungsi yang dapat
dalam ujaran. dilakukan untuk menginterpretasikan
suatu tuturan dalam sebuah ujaran.
Penggunaan tanda koma pada kata oleh
Oleh karena, itu majas perlu juga
karena tidak tepat. Perbaikan: Oleh
dipelajari lebih lanjut dan
karena itu, majas perlu dipelajari lebih
8 dipahami sebelum
lanjut dan dipahami sebelum
menggunakannya ke dalam gaya
menggunakannya ke dalam gaya
bahasa suatu kalimat.
bahasa suatu kalimat.
Kalimat tersebut tidak tepat dan tidak
Aku sudah melihat berita banjir sesuai dengan Panduan Umum Ejaan
9 Sidorjo di televise dan surat bahasa Indonesia (PUEBI). Perbaikan:
kabar Aku sudah melihat beritanya di televisi
dan surat kabar
Kalimat tersebut bisa menjadi kalimat
Pak Sutadi menjelaskan kajian efektif dengan menghilangkan salah satu
kepada masyarakat mengenai kata yang artinya sama yaitu dampak dan
10 berbagai dampak yang dapat timbul, serta memperbaiki struktur
timbul dari perkembangan kalimatnya. Perbaikan: Pak Sutadi
teknologi informasi. menjelaskan dampak perkembangan
teknologi informasi bagi masyarakat.

Kalimat tersebut pemborosan kata.


Supaya menjadi kalimat efektif,
Selain memberikan dampak-
sebaiknya dihilangkan kata dampak-
dampak positif yang sangat
11 dampak dan yang sangat banyak.
banyak, teknologi informasi juga
Perbaikan: Selain memberikan
memberikan dampak- dampak
dampak positif, teknologi informasi
juga memberikan dampak negatif.

25
NO Kesalahan Analisis
Kalimat tersebut tidak bersubjek karena
pada awal kalimat terdapat kata depan
yang mengakibatkan kata di belakangnya
Dengan membangun pembangkit
berubah menjadi keterangan tempat. Kata
tenaga listrik baru dapat
12 depan yang mendahului subjek harus
mengatasi pemadaman bergilir
dibuang. Perbaikan: Pembangunan
di wilayah Citarum.
pembangkit listrik dapat mengatasi
pemadaman bergilir di wilayah
Citarum
Kalimatnya tidak sepadan atau tidak
serasi karena dua kaidah bahasa bersilang
Karena modal koperasi terbatas
dan bergabung dalam sebuah kalimat.
13 sehingga tidak semua nasabah
Perbaikan: Modal di koperasi terbatas
memperoleh kredit
sehingga tidak semua nasabah
memperoleh kredit.
Kata terima kasih,termasuk jenis kata
dasar dengan label nomina yang artinya
Kami mengucapkan terimakasih kata benda. Penulisan kata tersebut diberi
kepada semua pihak yang sudah spasi antara kata pertama dan kata kedua.
14
membantu dalam penyusunan Perbaikan Kami mengucapkan terima
makalah ini kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam penyusunan
makalah ini

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggunaan kalimat efektif pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Semarang masih rendah. Hal itu terbukti masih banyak mahasiswa yang melakukan
kesalahan pada penulisan karya tulis maupun pada percakapan sehari-hari. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam. menggunakan
kalimat efektif pada aspek struktur kalimat, ejaan, dan diksi sangat rendah.

Banyaknya kesalahan penggunaan kalimat efektif pada mahasiswa Fakultas


Hukum Universitas Semarang menunjukkan bahwa tingkat penguasaan kaidah
berbahasa Indonesia tulis mahasiswa masih rendah. Hal itu bisa disebabkan
mahasiswa belum mendalami materi perkuliahan umum Bahasa Indonesia yang
diberikan salama ini belum menghasilkan kualifikasi mahasiswa yang memadai
dalam menyusun karya tulis dalam bahasa Indonesia.

3.2 Saran
Berikut beberapa saran yang dapat diberikan :

1. Mahasiswa hendaknya banyak bertanya kepada dosen atau teman sejawat


terkait kesalahan yang dilakukan agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi.
2. Mahasiswa harus mengaplikasikan ilmu yang diperoleh khususnya dalam
menulis makalah yang merupakan karya ilmiah.
3. Peserta didik khususnya mahasiswa harus banyak membaca buku, maupun
karya ilmiah agar memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang baru,
sehingga dalam menulis karya ilmiah tidak ditemukan kesalahan bahkan
menghampiri kesempurnaan.
4. Makalah yang dibuat sekiranya diperlihatkan kepada teman sejawat, agar
memperoleh kritikan yang bersifat membangun, sebelum makalah dikumpul.

27
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. (2012). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:


Erlangga.
Alwi, H. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Z. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendikia.
Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewanto. (2007). Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Unnes Press.
Finoza, L. (2010). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Kosasih, E. (2003). Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Putrayasa, M. (2014). Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar. Mimbar PGSD.
Tasai, A. d. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Akademika Pressindo.
Wagiran, D. d. (2009). Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Waridah. (2016). Buku Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bmedia.

28

Anda mungkin juga menyukai