Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI TIPOLOGI HIPOCRATES GALENUS

DISUSUN OLEH :
YULITA SIRINTI P.

K11112001

SARTIKA KALEMBEN

K11112016

USWATUN KHASANAH

K11112104

ADIATMA

K11112298

GABRIELA ANGGELINA S.

K11112302

RETNO BUDIATI

K11112333

DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Teori Tipologi Hipocrates Galenus sebagai tugas mata kuliah Pendidkan dan
pelatihan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai tipologi Hipocrate Galenus. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga

makalah

sederhana

ini

dapat

dipahami

bagi

siapapun

yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Makassar, Maret 2015

Kelompok 1

ii

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................

Kata Pengantar ..................................................................................................

ii

Daftar Isi .............................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................

1
2
2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Psikologi Pendidikan ...............................................................................

2.2 Tipologi Hipocrates Galenus ...................................................................

2.3 Hubungan Tipologi kepribadian Dengan Proses Belajar .........................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................................

14

3.2 Saran ......................................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

15

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dan pelatihan adalah aspek yang sangat penting dalam upaya
promosi kesehatan masyarakat. Sesuai dengan salah satu kompetensi inti
seorang ahli kesehatan masyarakat yaitu pemberdayaan masyarakat. Artinya
masyarakat diberdayakan agar mampu menyelesaikan masalah kesehatannya
sendiri. Salah satu cara yang efektif dalam memberdayakan masyarakat adalah
pendidikan dan pelatihan (diklat). Melalui pendidikan dan pelatihan para kader
kesehatan serta masyarakat diberikan pahaman serta kemampuan atau skill
sehingga jika mereka menemukan sebuah masalah kesehatan, mereka mampu
mengatasi masalah tersebut tanpa harus selalu berpangku tangan kepada
pemerintah.
Dalam melakukan diklat tentunya sangat penting memperhatikan aspek
psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan
pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakantindakan belajar. Adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan
dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli
psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi
pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan
memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Oleh karena itu,
agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap
orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami
tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Prilaku tentunya tidak lepas dari kepribadian seseorang. Dalam penelitian yang
berjudul Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa
Semester VIII Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana oleh Kumala Dkk. menyatakan bahwa ada hubungan antara tipe
kepribadian dengan proses belajar.
Teori tipologi kepribadian yang

cukup

terkenal

adalah

teori

yang

dikemukakan oleh Hipocrates Galenus. Menurut teori ini kepribadian seseorang


dibagi atas 4 macam yaitu sanguinis, kholeris, plegmatis, dan melankolis. Dalam

makalah ini kita akan menjabarkan hubungan antara proses belajar seseorang
dengan keempat tipologi kepribadian tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang kami
angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan ?
b. Bagaimana konsep kepribadian menurut tipologi Hipocrates Galenus ?
c. Bagaimana hubungan antara tipe kepribadian menurut Hipocrates Galenus
dengan proses belajar ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan
b. Memahami konsep kepribadian menurut tipologi Hipocrates Galenus
c. Memahami bagaimana hubungan antara tipe kepribadian menurut Hipocrates
Galenus dengan proses belajar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Psikologi Pendidikan
2.1.1 Definisi
a. Pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991): proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
b. Pendidikan (Poerbakawatja & Harahap): Usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan
sebagai kemampuan untuk bertangung jawab terhadap segala
perbuatannya. Pendidikan tergantung dari masing-masing individu,
meski begitu bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kesamaan tujuan dari
pendidikan, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari suatu tahapan
perkembangan ke tahapan perkembangan yang lebih maju, atau
mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh individu agar
menjadi maksimal. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai usaha yang
sadar, sengaja, dan bertanggung jawab yang dilakukan pendidik ke
anak didik agar meningkat ke taraf yang lebih maju. Pendidikan sebagai
suatu produk meliputi semua perubahan yang berlangsung sebagai
hasil partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman belajar.
c. Psikologi Pendidikan: Psikologi yang mempelajari penggunaan
psikologi dalam masalah pendidikan.
d. Witherington: studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
e. Crow & Crow: memberikan gambaran dan penerapan tentang
pengalaman-pengalaman belajar seorang individu sejak dilahirkan s/d
usia tua. Pokok persoalannya adalah keadaan-keadaan yang dapat
f.

digunakan untuk mempelajari belajar.


Sumadi Suryabrata: pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam

situasi pendidikan.
g. Sri Partini Suardiman: ilmu pengetahuan yang memnyelidiki gejalagejala kejiwaan individu dalam situasi pendidikan.

2.1.2

Peran Dan Sumbangan Psikologi Pendidikan


Menurut Crow&Crow, pendidikan terdiri dari:

a. Pendidikan Informal
Didapat dari belajar yang secara relative kurang atau tanpa disadari,
yang berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari.
b. Pendidikan Formal
Didapat dari belajar yang mempergunakan program terencana, biasanya
disebut pendidikan sekolah.
Psikologi Pendidikan di sekolah berusaha memecahkan masalahmasalah sbb:
a. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar;
b. Teori dan proses belajar;
c. Hubungan antara taraf kematangan dan taraf kesiapan belajar;
d. Individual differences dan pengaruhnya terhadap hasil pendidikan;
e. Perubahan batiniah yang terjadi selama belajar;
f. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar;
g. Teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang dicapai anak didik;
h. Perbandingan hasil pendidikan formal dan informal atas individu;
i. Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas
j.

pendidikan (guru); dan


pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima.
(Suryabrata,1988)

2.1.3

Objek kajian Psikologi Pendidikan


Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan
psikologi guru terletak pada peserta didik. Karena

akikat pendidikan

adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu
objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan
sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik,
khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Glover dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan
mencakup topik-topik tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik, potensi
dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil
pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta
disiplin lain yang relean.
Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala
mengatakan bahwa objek kajian psikologi pendidikan adalah interaksi
antara pendidik dengan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang
berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis
yang tepat dalam interaksi antar setiap factor pendidikan. Pengetahuan

psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam
pendidikan.

Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan

seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang
yang menyadari dirinya sebagai pendidik.
Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi
pendidikan menjadi tiga macam:
1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri
khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya;
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik;
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik
bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan
belajar peserta didik.
2.1.4

Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan,
maksudnya bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi
pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan
diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup
yang luas, sedangkan buku-uku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih
sempit atau terbatas.
Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses
belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan,
kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang
lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar
mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis
dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan
pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas,
akan

tetapi

kurang

mendalam.

Sebaliknya

ada

yang

lingkup

pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi
pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada
dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi
yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan
membahas hal-hal sebagai berikut
a) Hereditas dan Lingkungan
b) Pertumbuhan dan Perkembangan
c) Potensial dan Karakteristik Tingkah laku
d) Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang
Bersifat Personal dan Sosial
e) Higiene Mental dan Pendidikan dan
5

f)

Evaluasi Hasil Pendidikan


Disamping itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan

yang tidak member judul buku dengan kata-kata psikologi pendidikan,


padahal buku itu benar-benar buku psikologi pendidikan, dalam arti buku
itu membahas serta mendalami pokok-pokok bahasan tertentu dari
psikologi pendidikan. Maka untuk mendalami psikologi pendidikan tidak
senantisa harusmempelajari buku yang berjudul psikologi pendidikan.
2.2 Konsep Kepribadian Tipologi Hipocrates-Galenus
2.2.1 Defenisi Kepribadian
Dalam keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar merupakan
aktivitas yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan
pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik.
Dalam proses belajar tentu akan dipengaruhi oleh kepribadian. Kepribadian
manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan setiap
komponen merupakan variabel. Setiap orang memiliki kepribadian yang
susunan komponennya berbeda dengan orang lain.
Kepribadian sebagai fungsi pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya kepribadian dan
kepribadian yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Selain itu, kepribadian merupakan sesuatu yang berasal dari dalam diri
manusia, yang berfungsi sebagai pendorong dalam melakukan aktivitas,
sehingga dalam belajar akan menjadi optimal kalau ada kepribadian dan
perlu ditegaskan bahwa kepribadian bertalian suatu tujuan, dengan
demikian kepribadian itu mempengaruhi adanya kegiatan. Adanya usaha
yang tekun yang didasari adanya kepribadian maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan interpretasi yang
baik. Intensitas kepribadian seseorang akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajar.
Berikut ini adalah beberapa defenisi dari kepribadian oleh para ahli,
yaitu:
1) George Kelly menyatakan bahwa kepribadian adalah cara unik dari
individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
2) Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
tingkahlaku dan pemikiran individu secara khas.
3) Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu
struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan super ego,

sedangkan tingkahlaku lain merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi


ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut.
4) Menurut Browner kepribadian adalah corak tingkahlaku sosial, corak
ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap
seseorang. Perilaku ada yang bersifat tampak dan ada pula yang tidak
tampak.
5) Kepribadian merupakan gambaran perilaku seseorang tanpa bisa
diberikan suatu penilaian benar atau salah, terpuji atau tercela, dan
positif atau negatif (Pieter & Lubis, 2010).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah cara unik setiap individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya berdasarkan kegnitif, emosional, dorongan dan kebutuhan
sosialnya yang diwujudkan dalam bentuk pola-pola perilaku yang tampak
maupun yang tidak tampak.

2.2.2

Kepribadian menurut Tipologi Hipocrates Galenus


Banyak teori kepribadian yang dijabarkan oleh banyak ahli psikologi
yang sebagian teori memiliki kemiripan dengan teori yang lain. Salah satu
teori yang sering digunakan dan terus dikembangkan adalah teori
kepribadian Tipologi Hippocrates-Galenus. Teori kepribadian ini diteorikan
oleh Galen, seorang ahli fisiolog Romawi. Galen menyatakan bahwa
kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat kelompok besar: sanguin
(populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai).
Meski teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang
mengakui, teori kepribadian ini banyak benarnya.
Pembagian tempramen manusia menjadi Sanguin-Melankolis-KolerisPlegmatis sebenarnya dicetuskan pertama kali oleh Hippocrates. Teori ini
disebut Hippocrates-Galenus karena dua orang inilah yang menyebarkan
teori empat tempramen. Mereka sama-sama dokter dan filusuf, bedanya
kehidupan mereka dipisahkan oleh rentang waktu yang sangat jauh, sekitar
500 tahun. Hippocrates hidup pada 460 SM sementara Galen hidup di tahun
160 M.
Menurut

Tipologi

Hippocrates-Galenus,

kepribadian

digolongkan

menjadi empat yaitu: choleris, sanguinis, melancholis, dan phlegmatis.


Penggolongan tipe kepribadian ini berdasarkan cairan tubuh yang dominan.

Berdasarkan pemikirannya, ia mengatakan bahwa keempat tipe temperamen


dasar itu adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting
di dalam tubuh manusia : sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), sifat dingin terdapat
dalam phlegma (lendir), sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai keempat tipe
kepribadian tersebut:
a) Koleris
Koleris adalah tipe kepribadian yang selalu bersemangat dalam segala
hal, mudah marah, sering memaksakan kehendaknya kepada orang
lain, serius, optimis, serta memiliki sifat tegang dan daya juang yang
besar. Orang dengan tipe kepribadian Koleris memiliki tindakan-tindakan
yang cepat, tetapi tidak konstan.
b) Melankolis
Melankolis adalah tipe kepribadian yang mudah kecewa, dingin, kurang
semangat, daya juang kurang, pesimistis, perfeksionis, pemikir, dan
kaku. Orang dengan tipe kepribadian ini, perhatiannya terutama tertuju
kepada segi kesukaran-kesukarannya.
c) Phlegmatis
Plegmatis adalah tipe kepribadian yang tidak suka terburu-buru, tidak
mudah marah, tidak mudah dipengaruhi (teguh), setia, tidak peduli,
santai dan sabar.
Pribadi phlegmatis dalam pekerjaan, cakap dan mantap, damai dan
mudah sepakat, punya kemampuan administratif, menjadi penengah
masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara
yang mudah.
Pribadi phlegmatis

sebagai

teman,

mudah

diajak

bergaul,

menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar yang baik, selera


humor yang menggigit, suka mengawasi orang, punya banyak teman,
punya belas kasihan dan perhatian. Pribadi phlegmatis sebagai orang
tua akan menjadi orang tua yang baik, menyediakan watku bagi anakanak, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil yang baik dari yang buruk,
tidak mudah marah.
d) Sanguinis
Sanguinis adalah tipe kepribadian yang supel, mudah bergaul, lincah,
periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa. Orang dengan tipe
kepribadian ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat menerima kesan
(pengaruh kejiwaan), tetapi tidak mendalam dan tidak tahan lama,

Keempat tipe kepribadian ini terdapat pada setiap manusia, hanya saja
ada satu tipe kepribadian yang menonjol/ dominan dibandingkan tipe
kepribadian lain sehingga tipe kepribadian yang dominan itulah yang menjadi
tipe kepribadian seseorang. Masing-masing tipe kepribadian tersebut
memiliki ciri khas tersendiri.
2.3 Hubungan Tipe Kepribadian Hipocrates Galenus dengan Proses Belajar
Belajar merupakan proses yang mutlak dialami oleh seseorang dalam hidupnya
baik itu berupa pembelajaran secara langsung maupun secara tidak langsung.
Baik pembelajaran yang terjadi di keluarga, di sekolah mapun di mayarakat.
Adapun proses pembelajaran harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk
mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Tentunya proses pembelajaran mutlak memiliki hasil pembelajaran. Adapun
hasil pembelajaran tersebut harus memiliki

efektivitas dan efisiensi. Hasil

pembelajaran tersebut dapat menjadi bahan evaluasi bagi pengajar untuk


memahami sistem yang lebih baik dalam mengajar. Tidak hanya itu saja, hasil
pembelajaran dapat menjadi penilaian kualitas dari suatu system pendidikan. Oleh
karena itu, hasil pembelajaran dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dari suatu
system pengajaran.
Menurut Reigeluth (1983) hasil pembelajaran harus memiliki efektivitas,
efisiensi dan daya tarik. Efektifitas diukur dari tingkat pencapaian hasil belajar
yang diperoleh peserta didik, baik secara kualitas maupun kuantitas. Efisiensi
diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan pelajar untuk belajar dalam arti
semakin sedikit waktu dibutuhkan pebelajar untuk memahami isi materi pelajaran,
maka semakin efisien hasil belajar yang diperoleh. Sedangkan daya tarik diukur
dari ada tidaknya kecenderungan pebelajar termotivasi untuk belajar lebih lanjut
dalam arti mengembangkan wawasan berdasarkan hasil belajar yang telah
diperoleh.
Proses belajar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi proses belajar terdiri dari
pengetahuan, motivasi, serta kepribadian seseorang. Faktor eksternal yang
mempengaruhi proses belajar terdiri dari lingkungan sekitar mulai dari lingkup
keluarga, lingkup sekolah hingga lingkup masyarakat. Kedua faktor ini memiliki
peran yang begitu besar, akan tetapi kita akan lebih jauh membahas tentang
kepribadian yang merupakan salah satu komponen dari faktor internal yang
mempengaruhi proses belajar itu sendiri.

Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan


berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian
juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan
berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi
kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller,
2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri
seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu.
Menurut Purwanto (2006) dalam Fatningsaliska (2015), kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh oleh faktor biologis, sosial, dan kebudayaan. Faktor biologis
merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali
pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan,
peredaran darah, kelenjar-kelenjar,

saraf, tinggi badan, berat badan, dan

sebagainya. Faktor sosial merujuk kepada masyarakat ; yakni manusia-manusia


lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial
adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya
yang berlaku dimasyarakat itu. Faktor Budaya merujuk kepada perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing- masing orang yang tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan.
Kepribadian merupakan kecenderungan bawaan yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar seperti pendidikan (edukasi) yang dapat membentuk kondisi
kejiwaan seseorang dan mempengaruhi perilakunya saat berinteraksi dalam
kehidupan sehari hari. Ada empat tipe kepribadian menurut Hipocrates kemudian
disempurnakan oleh Galenus. Tipe kepribadian tersebut yakni sangguinis,
plegmatis, melankolis, dan koleris. Tentunya masing masing kepribadian
memiliki proses belajar tersendiri yang sesuai dengan kepribadian tersebut.
Pembahasan perihal proses pembelajaran yang digunakan untuk masing-masing
kepribadian akan dibahas lebih lanjut.
Hasil belajar seseorang tidak hanya di pengaruhi oleh metode-metode yang
digunakan dalam setiap proses pembelajaran, namun faktor kepribadian juga
memegang peran penting akan peningkatan hasil belajar seseorang. Setiap
peserta

belajar

memiliki

kepribadian

yang

berbeda-beda

yang

menjadi

penghambat dalam proses pembelajaran sebab akan dibutuhkan perlakuan yang


berbeda pula dalam metode pembelajaran.

10

Tiap-tiap peserta didik memiliki kepribadian unik. Setiap orang memiliki sifatsifat khas yang dimiliki dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh orang lain (aku bukan
dia, aku adalah aku).

Keunikan yang demikian ini sudah barang tentu hams

diperhatikan oleh pengajar , sehingga pembelajaran dapat efektif dan efisien.


Dengan memahami kepribadian masing-masing peserta didik akan dapat
diketahui seperti apa sesungguhnya diri masing-masing peserta didik.
Adapun gaya belajar menurut Bobby DePorter dalam buku Quantum
Teaching yaitu belajar dengan melihat (Visual Learning), belajar dengan
mendengarkan (Auditory Learning), dan belajar dengan melakukan (Kinestethetic
Learning).
Visiual learning (Gaya Belajar Visual) adalah gaya belajar dengan cara melihat
sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan
seseorang untuk memperoleh informasi dengan melihat gambar, diagram, peta,
poster, grafik, data teks seperti tulisan, dan sebagainya.
Ciri-ciri dari seseorang yang memiliki gaya belajar visual antara lain; (a)
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, (b) suka mencoret-coret
sesuatu, (c) pembaca cepat dan tekun, (d) lebih suka membaca dari pada
dibacakan, (e) rapi dan teratur, (f) mementingkan penampilan, (g) teliti terhadap
detil, (h) pengeja yang baik, (i) lebih memahami gambar dan bagan daripada
instruksi tertulis, (j) tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak terpikir kata yang
tepat, (k) biasanya tidak terganggu oleh keributan, (l) mengingat dengan asosiasi
visual.
Untuk gaya belajar visual lebih cocok bagi orang-orang yang memiliki tipe
kepribadian sanguins dan orang-orang dengan tipe kepribadian Kolerik. Orangorang sanguins adalah orang-orang yang cepat bosan dan memiliki pemikiran
yang kreatif sehingga dengan gaya belajar yang berupa gambar-gambar akan
membuat orang dengan tipe kepribadian sanguins lebih antusias, dengan gaya
belajar visual juga akan meningkatkan pemikiran kreatif dari orang-orang
sanguins, sedangkan untuk orang-orang kolerik cocok dengan gaya belajar ini
karena orang kolerik adalah orang yang memiliki jiwa yang praktis sehingga
belajar dengan gaya visual akan mempermudah orang-orang kolerik.
Auditory learning (Gaya Belajar Auditori) adalah gaya belajar yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh informasi dengan memanfaatkan indra telinga. Oleh
karena itu mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan
belajar, seperti mendengarkan ceramah, radio, berdialog, berdiskusi dan
sebagainya.
Adapun ciri-ciri pembelajar auditori antara lain; (a) lebih cepat menyerap
dengan mendengarkan, (b) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan
11

di buku ketika membaca, (c) senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
(d) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara, (e)
bagus dalam berbicara dan bercerita, (f) berbicara dengan irama yang terpola, (g)
mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (h) suka berbicara,
berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (i) lebih pandai mengeja
dengan keras daripada menuliskannya, (j) suka musik dan bernyanyi, (k) tidak bisa
diam dalam waktu lama, (l) suka mengerjakan tugas kelompok.
Untuk gaya belajar auditory lebih cocok bagi orang-orang kolerik dan orangorang dengan tipe kepribadian melankolis. Orang-orang kolerik adalah orangorang berfikir praktis sehingga kombinasi belajar visual dan auditif akan cocok
untuk orang dengan tipe kepribadian kolerik, sedangkan untuk tipe kepribadian
melankolis sangat menyukai gaya belajar dengan adanya iringan musik sehingga
gaya belajar ini cocok untuk orang melankolis.
Kinesthetic learning (Gaya Belajar Kinestetik) adalah cara belajar yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan melakukan gerakan,
sentuhan, praktik atau pengalaman belajar secara langsung. Ciri-ciri yang nampak
pada pembelajar kinestetik antara lain; (a) selalu berorientasi fisik dan banyak
bergerak, (b) berbicara dengan perlahan, (c) suka menggunakan berbagai
peralatan dan media, (d) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka,
(e) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, (f) belajar melalui praktek, (g)
menghapal dengan cara berjalan dan melihat, (h) menggunakan jari sebagai
penunjuk ketika membaca, (i) banyak menggunakan isyarat tubuh, (j) tidak dapat
duduk diam dalam waktu lama, (k) ingin melakukan segala sesuatu, (l) menyukai
permainan dan olahraga.
Gaya belajar kinestetik lebih cocok untuk orang-orang plegmatis, karena orangorang dengan tipe kepribadian plegmatis kurang suka berbicara sehingga gaya
belajar yang penuh dengan gerakan akan lebih cocok untuk orang-orang dengan
tipe kepribadian plegmatis.
Untuk setiap gaya belajar agar lebih optimal bagi setiap tipe kepribadian,
sebaiknya ketiga gaya belajar dikombinasikan agar proses belajar lebih efektif,
karena setiap kepribadian memiliki kelemahan masing-masing.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka kesimpulan yang dapat kita tarik
adalah sebagai berikut :
a.
Sri Partini Suardiman: ilmu pengetahuan yang memnyelidiki gejala-gejala
b.

kejiwaan individu dalam situasi pendidikan.


Kepribadian merupakan gambaran perilaku seseorang tanpa bisa diberikan

c.

suatu penilaian benar atau salah, terpuji atau tercela, dan positif atau negatif
Tipologi Hipocrates Galen menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi
menjadi empat kelompok besar: sanguin (populer), koleris (kuat), melankolis

d.

(sempurna), dan phlegmatis (damai).


Hasil belajar seseorang tidak hanya di pengaruhi oleh metode-metode yang
digunakan dalam setiap proses pembelajaran, namun faktor kepribadian juga
memegang peran penting akan peningkatan hasil belajar seseorang. Setiap
peserta belajar memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang menjadi
penghambat dalam proses pembelajaran sebab akan dibutuhkan perlakuan
yang berbeda pula dalam metode pembelajaran.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan dalam makalah ini adalah :
a. Dalam melakukan diklat sebaiknya kita memperhatikan psikologi dari peserta
b.

didik
Sebaiknya membaca referensi lain agar pengetahuan mengenai tipologi
Hipocrates Galenus menjadi lebih luas

13

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Andriana. 2013. Analisa Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Gaya Komunikasi
Public Relations Manager Hotel X Surabaya Dalam Membangun Hubungan
Baik Dengan Media Dan Meningkatkan Publisitas. Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Petra.
Bidjuni, Hendro. 2015. Perbandingan Tingkat Stres Berdasarkan Tipe Kepribadian
Hippocrates-Galenus Pada Mahasiswa Yang Terlibat Organisasi Tim Kerohanian
Kristen Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat. Ejournal Keperawatan (eKp) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015
Chairil, Syah. 2012. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini.
EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012
Hidayat, Taufik. 2014. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode
Ceramah Plus Dan Think-Pair-Share (Tps) Ditinjau Dari Kepribadian Siswa.
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p49 p57 Pendidikan
Masalah Aplikasi Turunan Fungsi Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Tipologi HippocratesGalenus
Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Kepribadian. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Wiena. 2008. Melankolis. IMAJI Vol. 4 - No. 1/Agustus 2008
Yunita, Sri. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Kepribadian Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Dan Afektif Pendidikan Kewarganegaraan Mahasiswa Jurusan
Ppkn Fis Unimed. Jupiis Volume 5 Nomor I Juni 2013

14

Anda mungkin juga menyukai