Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENALARAN DALAM PENULISAN

OLEH:

KELOMPOK 5

Salisa Putri Fathica (H031211011)

Sherina (H031211014)

Ivana Bolu Warani (H031211022)

Silvana Maryanne Chandra (H031211034)

Rifka Uliani (H031211040)

Sinta Renalia Rusli (H031211044)

Rihla Aulia Halik (H031211052)

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan hidayahnya maka dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul
Penalaran dalam Penulisan dengan waktu yang telah ditetapkan. Tugas ini kami susun
dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Sebagai manusia biasa, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena keterbatasan serta pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dimasa yang akan
datang.

Akhirnya melalui sebuah doa dan harapan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi kami dan para pembaca.

Hormat kami,

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Penalaran .............................................................................. 3


B. Jenis-Jenis Penalaran .............................................................................. 4
C. Urutan Menulis Penalaran ...................................................................... 12
D. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran .............................. 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis merupakan suatu proses bernalar. Untuk menulis
mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan
berbagai fakta, membandingkan, dan lain sebagainya. Di zaman ini
kalimat-kalimat di Indonesia semakin berkembang, oleh karena itu kita
diharuskan mampu mengaplikasikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
di dalam sebuah kalimat.
Penalaran merupakan sebuah proses berpikir yang sistematis untuk
memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran juga merupakan
aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Berdasarkan paparan tersebut jelas bahwa bentuk pemikiran
manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada proposisi
tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama-
sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk
pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai dasar pemikiran
bagi penalaran.
Penalaran itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif
dan penalaran deduktif. Dengan penalaran yang tepat, hal yang akan
dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan
sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap
pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang
tidak tepat tidak masuk dalam karangan

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran?
2. Apa saja jenis-jenis dalam penalaran?

1
3. Bagaimana urutan penulisan karangan?
4. Apa hubungan menulis karya ilmiah dengan penalaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran
2. Mengetahui apa itu penalaran induktif dan deduktif.
3. Mengetahui urutan penulisan karangan.
4. Mengetahui hubungan penalaran dalam penulisan karya ilmiah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penalaran
Selama kita sadar maka kita selalu berfikir. Pada waktu kita berfikir,
dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir
secara nyata. Kegiatan ini dapat tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya,
tanpa kesadaran penuh, misalnya saat kita melamun. Kegiatan berfikir yang
lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan dan bertujuan untuk sampai kepada kesimpulan atau disebut
dengan bernalar.
Proses penalaran/bernalar merupakan proses berfikir yang sistematis
untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran merupakan
proses berpikir secara logis dengan menghubungkan fakta untuk memperoleh
kesimpulan. Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat menjadi subjek
atau predikat dalam kalimat proposisi. Misalnya, semua tebu manis. Semua
tebu adalah term, manis juga term karena unsur-unsur tersebut menjadi subjek
atau predikat kalimat bersangkutan. Proposisi adalah pernyataan yang
lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau kesatuan term-term yang
membentuk kalimat. Kalimat yang tergolong proposisi hanyalah kalimat
berita yang netral, sedangkan kalinat lain, seperti kalimat perintah atau
kalimat inversi tidak dapat digolongkan sebagai proposisi karena kalimat-
kalimat tersebut umumnya tidak lengkap. Contoh proposisi, antara lain
sebagai berikut:
a. Ayam adalah kelas burung.
b. Adik tidak sakit.
c. Dia berdiri di pinggir pantai.

3
B. Jenis-Jenis Penalaran
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan,
yakni penalaran induktif dan deduktif.
1. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari
sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum. Penalaran Induktif
dapat dilakukan dengan tiga cara:
a) Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik
kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau
peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang
diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi
dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik,
kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial
ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus
itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau
perasaan tertentu.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi
adalah sebagai berikut:
 Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau
menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa
lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
 Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan
bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah,
rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu
menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya
itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui
mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

4
b) Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau
gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk
menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini
adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka
kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu
hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar
kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial
dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi
adalah sebagai berikut:
 Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek
dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti
tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki
kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian
itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji
coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada
manusia.
 Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari
University of California tertarik untuk meneliti pengaruh
pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex
wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan.
Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah
hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-
tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah
dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon
itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan
bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan
otak penggunanya. Dalam contoh penelitian tersebut, Dr.
Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia.

5
Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada
manusia.

c) Hubungan Kausal (Sebab Akibat)


Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab
akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas
bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam
rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun
yang muncul tanpa penyebab. Cara berpikir seperti itu sebenarnya
lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya
dalam dunia ilmu pengetahuan. Contoh:
 Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia
segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya.
Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa
mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan
(akibat).
 Seorang petani menanam berbagai jenis pohon
dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat
dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya
semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman
yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya
rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu,
petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi
rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).

2. Penalaran Deduktif dan Coraknya


Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik
suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum
untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Kesimpulan deduktif
dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum,
menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.

6
Contoh: Al- musaddadiyah adalah sebuah yayasan yang menyediakan
berbagai jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, MTS, SMA, MA,
SMK, Perguruan Tinggi dan Pesantren.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan
secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung atau entimen, adalah suatu
proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
1) Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2) Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)

2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung


Penarikan simpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah
suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data
sebagai data utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah
simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum
dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus. Untuk
menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu
premis (pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis
yang kedua bersifat khusus (PK). Sebagai umpama:
PU : Setiap manusia akan mati
PK : Pak ujang adalah manusia

7
K : Pak ujang akan mati

Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan


suatu silogisme adalah sebagai berikut:
1. Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.
2. Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.
3. Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus
4. Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.
5. Apabila salah satu premisnya negatif, maka kesimpulannya pasti
negatif.
6. Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
7. Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan

Pola penarikan kesimpulan tidak langsung atau silogisme, dapat


dikelompokan kedalam beberapa jenis:
a. Silogisme Kategorial, adalah silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi (pernyataan). Dua proposisi merupakan premis dan
satu proposisi, merupakan simpulan. Premis yang bersifat
umum, disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus
disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan
predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat
simpulan disebut term mayor. Contoh :
PU : Semua manusia bijaksana.
PK : Semua polisi adalah bijaksana.
K : Jadi, semua polisi bijaksana.

Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah


sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor.
Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia. Term
penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada

8
simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak
dapat diambil. Contoh:
PU : Semua manusia tidak bijaksana.
PK : Semua kera bukan manusia.
K : Jadi, (tidak ada kesimpulan).

Aturan umum mengenai silogisme kategorial adalah sebsgai


berikut:
a. Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor,
term minor dan term penengah. Contoh:
PU : Semua atlet harus giat berlatih.
PK : Xantipe adalah seorang atlet.
K : Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus giat berlatih.
Term penengah = atlet.

Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.


Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.

Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang


menempel di dinding dan dinding menempel di tiang.
Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.

b. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor,


premis minor dan simpulan.
c. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
Contoh: Semua semut bukan ulat.

9
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
PU :Tidak seekor gajah pun adalah singa.
PK : Semua gajah berbelalai.
K : Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang
positif.
Contoh:
PU ; Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
PK : Ujang adalah mahasiswa
K : Ujang adalah lulusan SMA
f. Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh:
PU : Sebagian orang jujur adalah petani.
PK : Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g. Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat
khusus. Contoh:
PU : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
PK : Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
K : Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang
negatif tidak dapat ditarik satu simpulan. Contoh:
PU : Beberapa manusia adalah bijaksana.
PK : Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)

Silogisme, dibedakan menjadi dua, yaitu:


a. Silogisme Hipotesis

10
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas
pernyataan umum, pernyataan khusus, dan kesimpulan. Akan
tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai
adanya penggunaan konjungsi jika dalam pernyataannya.
Dengan demikian, pernyataan umumnya dibentuk oleh dua
bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan bagian keduanya
disebut konsekuensi. Sementara itu, pernyataan khususnya
menyatakan kenyataan yang terjadi, yang kemungkinannya
hanya dua: sesuai atau tidak sesuai dengan yang diandaikannya
itu. Contoh :
PU : jika saya lulus ujian, saya akan melanjutkan kuliah ke
perguruan tinggi.
(anteseden) (konsekuensi)

b. Silogisme Alternatif
Silogisme ini menggunakan pernyataan umum yang
memiliki dua alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut
pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah. Contoh:
PU ; Lampu temple ini akan mati apabila minyaknya habis atau
sumbunya pendek.
PK ; Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
K : Lampu ini mati karena sumbunya pendek.

c. Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan.
Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara
umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
PU ; Semua sarjana adalah orang cerdas.

11
PK ; Ali adalah seorang sarjana.
K : Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah
orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”. Beberapa
contoh entimen yaitu Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu. Dengan demikian,
silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen
juga dapat diubah menjadi silogisme

C. Penalaran dalam Karangan


Dalam praktiknya proses induktif dan deduktif ini diwujudkan dalam
satuan-satuan tulisan yang merupakan paragraf. Proses induktif dan deduktif
juga diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan. Karya ilmiah
merupakan sintesis antara proses induktif dan deduktif. Yang diuraikan diatas
adalah arah atau alur penalaran dan bagaimana perwujudannya di dalam
tulisan atau karangan.
a. Urutan Logis
Suatu karangan harus merupakan suatu kesatuan, sehingga harus
dikembangkan dalam urutan yang sistematis, jelas, dan tegas. Urutan
dapat disusun berdasarkan waktu, ruang, alur nalar, kepentingan dan
sebagainya.
a) Urutan Waktu (kronologis)
Perhatikan paragraf berikut :
Dahulu sebelum cara immunisasi ditemukan selama puluhan
abad, puluhan ribu penduduk dunia mati akibat berbagai penyakit. Di
Inggris saja sebelum ditemukan vaksin cacar, kurang lebih 80.000
ribu orang mati karena penyakit itu. Penemuan vaksin sejak abad ke-
18 sangat memperkecil angka kematian tersebut.

Tulisan di atas dikembangkan secara kronologis, artinya


berdasarkan urutan waktu. Perhatikan kata-kata yang menunjukkan

12
hubungan kronologis tersebut. Urutan kronologis di dalam tulisan
secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan
seperti : dewasa ini, sekarang, bila, sebelum, sementara, selanjutnya
dan sebagainya. Pengembangan tulisan dengan urutan kronologis
biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses, asal-usul,
dan riwayat hidup (biografi).
b) Urutan Ruang (Spasial)
Urutan ini dipergunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan
dengan ruang.
Contoh :
Jika anda memasuki pekarangan bangunan kuno itu, setelah anda
melalui pintu gerbang kayu penuh ukiran indah, Anda akan berada
pada jalan berlantai batu hitam yang membelah suatu lapangan rumput
yang dihiasi petak bunga-bungaan dan pohon-pohonan peneduh. Di
kiri kanan jalan itu agak ke tengah terdapat lumbung padi, puncaknya
berbentuk seperti tanduk dan beratap ijuk. Ungkapan yang tercetak
miring adalah menyatakan urutan ruang.
c) Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat
dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan
ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Urutan umum –
khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang
paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara
menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-
kalimat pertama pada paragraf, maka pembaca dapat mengetahui garis
besar isi seluruh karangan.
Contoh :
Semua mahasiswa selalu memperingati HUT Proklamasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus sebagai wujud
dari nasionalisme. Beberapa hal yang bisa mereka tunjukkan adalah

13
dengan mengadakan berbagai acara seperti lomba pidato, mengarang,
debat dll.
d) Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan
kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah
pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai kepada yang paling
tidak penting atau sebaliknya.

D. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran


Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan,
peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Atas dasar itu, sebuah karya tulis
ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
a. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
b. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
c. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu
sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian
penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud
adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi
atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah
metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran
induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan. Metode berpikir
keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empiric
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan
fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penalaran merupakan proses berpikir secara logis dengan
menghubungkan fakta untuk memperoleh kesimpulan. Kegiatan berfikir
yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan dan bertujuan untuk sampai kepada kesimpulan atau
disebut dengan bernalar. Secara umum, ada dua jenis penalaran atau
pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari
sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum. Penalaran Induktif dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu generalisasi, analogi dan hubungan
kausal. Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik
suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk
kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Penarikan simpulan (konklusi)
secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan
secara tak langsung.
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan,
peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Penalaran dimaksud adalah
penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi
atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah
metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran
induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.

15
DAFTAR PUSTAKA.

Hadi . PENALARAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH .


https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah//.
Diakses pada tanggal 22 September 2021 pukul 01.30 WITA

Panjieko, 2016 . Penalaran Dalam Penulisan Karya Ilmiah.


https://panjieko.wordpress.com/2016/03/18/penalaran-dalam-penulisan-
karya-ilmiah/. Diakses pada tanggal 23 September 2021 pukul 08.27
WITA

iii

Anda mungkin juga menyukai