Disusun Oleh :
i
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pengantar Bisnis dan Hukum Bisnis, dengan judul: "Manajemen
Produksi".
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Hormat Kami,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
Latar Belakang.........................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. ASAL USUL DARI BAHASA MELAYU......................................................................................4
B. BUKTI PENINGGALAN BERSEJARAH......................................................................................7
C. KONGRES PEMUDA.....................................................................................................................8
D. SUMPAH PEMUDA.....................................................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
KESIMPULAN.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia. Ini merupakan
bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan untuk disiarkan di media
elektronik dan digital. Sebagai negara dengan tingkat multilingual (terutama trilingual) teratas di
dunia, mayoritas orang Indonesia juga mampu bertutur dalam bahasa daerah atau bahasa suku
mereka sendiri, dengan yang paling banyak dituturkan adalah bahasa Jawa dan Sunda yang juga
memberikan pengaruh besar ke dalam elemen bahasa Indonesia itu sendiri.
Dengan penutur bahasa yang besar di seantero negeri beserta dengan diaspora yang
tinggal di luar negeri, bahasa Indonesia masuk sebagai salah satu bahasa yang paling banyak
digunakan atau dituturkan di seluruh dunia. Selain dalam skala nasional, bahasa Indonesia juga
diakui sebagai salah satu bahasa resmi di negara lain seperti Timor Leste. Bahasa Indonesia juga
secara resmi diajarkan dan digunakan di sekolah, universitas maupun institusi di seluruh dunia,
terutama di Australia, Belanda, Jepang, Korea Selatan, dll.
1
yang terpengaruh karena adanya faktor-faktor seperti aktivitas perdagangan maupun religius
yang telah berlangsung sejak zaman kuno di wilayah kepulauan Indonesia.
Dasar bahasa Indonesia baku adalah bahasa Melayu Riau. Dalam perkembangannya,
bahasa ini mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan
administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "bahasa
Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses
ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
digunakan di Riau dan kepulauan maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Istilah
"bahasa Indonesia" paling umum dikaitkan dengan bentuk baku yang digunakan dalam situasi
resmi. Ragam bahasa baku tersebut berhubungan diglosik dengan bentuk-bentuk bahasa Melayu
vernakular yang digunakan sebagai peranti komunikasi sehari-hari. Artinya, penutur bahasa
Indonesia kerap kali menggunakan ragam sehari-hari dan/atau mencampuradukkan dengan
dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan
sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia
digunakan oleh semua warga Indonesia. Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap
relatif mudah. Menurut sebagian peneliti, dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar
dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
BAB II
PEMBAHASAN
2
bahasa penghubung di beberapa negara Asia Tenggara. Sudah sejak dulu kala, bahasa Indonesia
atau bahasa Melayu itu dikenal oleh penduduk daerah yang bahasa sehari-harinya bukan bahasa
Indonesia atau Melayu. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya beberapa prasasti yang ditemukan di
daerah-daerah yang bahasa sehari-hari penduduknya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Tentu
saja ada juga ditemukan di daerah yang bahasa sehari-hari penduduknya sudah menggunakan
bahasa Indonesia atau Melayu.
Sejarah perkembangan bahasa ini dapat dibuktikan dengan adanya prasasti Kedukan Bukit
(683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur (686 M), Karah Barahi (686 M). Ketika bangsa Eropa
pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa
di tengah-tengah bahasabahasa daerah di Nusantara ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan
Magelhaen mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada tahun 1521 menuliskan
kata-kata Melayu. Itu merupakan bukti yang jelas bahwa bahasa Melayu yang berasal dari bagian
barat Indonesia pada zaman itu pun sudah menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada
jauh di sebelah timur.
Demikian juga menurut Jan Huygen van Lischoten, pelaut Belanda yang 60 tahun kemudian
berlayar ke Indonesia, mengatakan bahwa bahasa Melayu bukan saja sangat harum namanya
tetapi juga dianggap bahasa yang terhormat di antara bahasa-bahasa negeri timur. Hal tersebut
dapat dibandingkan dengan orang yang tidak dapat atau tidak tahu bahasa Indonesia, seperti
orang yang tidak tahu dan tidak dapat berbahasa Prancis di Negeri Belanda pada zaman itu.
Berarti hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sudah demikian terkenal dan
terhormat pada masa itu. Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah politis, karena
setujuan dengan nama negara yang diidam-idamkan yaitu Bangsa Indonesia.
Sifat politik ditimbulkan karena keinginan agar bangsa Indonesia mempunyai semangat
juang bersama-sama dalam memperoleh kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu
ikatan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diikrarkan melalui butir-butir Sumpah pemuda
sebagai berikut :
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar ketiga dengan ikrar pertama
dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar pertama dan kedua menyatakan
”mengaku bertumpah darah yang satu dan mengaku berbangsa yang satu”. Artinya, tanah air dan
bangsa kami hanya satu yaitu Indonesia. Berbeda dengan ”menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan
3
dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak berarti bahwa, bahasa daerah dihapuskan.
Bahasa daerah tetap harus dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Jadi,
sangatlah keliru jika ada warga daerah yang malu menggunakan bahasa daerahnya dalam
berkomunikasi. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan diartikan sebagai bahasa yang
digunakan di dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak tokoh atau masyarakat
yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Itulah sebabnya bahasa Indonesia memiliki
fungsi dan kedudukan sebagai bahasa persatuan.
Apa sebab justru bahasa melayu yang dijadikan bahasa nasional? Mengapa bukan bahasa
Jawa atau bahasa Sunda yang jumlah pemakaiannya meliputi hampir seluruh penduduk
Indonesia. Juga bahasa yang kesusastraannya sudah maju dibandingkan dengan bahasa Melayu
dan bahasa-bahasa daerah lainnya?
Prof. Dr. Slametmulyana mengemukakan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, sebagai
berikut :
1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan para
pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota
pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antara individu.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak dikenal
tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau perbedaan pemakaian bahasa
kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.
3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sematamata didasarkan pada keinsafan akan
manfaatnya ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan
perlunya kesatuan dan persatuan.
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa itu
tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang
luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna.
Pada kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat
dipakai untuk merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas. Prof.
Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan mengapa bahasa Melayu yang dijadikan landasan
lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut :
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama
berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak
terjadi pada bahasa Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas
wilayah bahasa lain meskipun penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda,
Madura, ataupun bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak
dianggap sebagai bahasa asing.
4
4. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga mudah
dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.
5. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antarpenutur yang berasal
dari berbagai daerah.
Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan kalah
terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa daerah. Sehubungan
dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas kerelaan mereka membelakangkan bahasa
ibunya demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni cita-cita nasional. Tiga bulan menjelang Sumpah
Pemuda, tepatnya 15 Agustus 1926, Soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa perbedaan
bahasa di antara suku bangsa Indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tetapi makin luas
bahasa Melayu (bahasa Indonesia) itu tersebar, makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud.
Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918 bahasa Melayu
memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda yang
berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di dalam sidang Dewan rakyat. Sayangnya, anggota
bumiputra tidak banyak yang memanfaatkannya.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo pada
tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hal hasil keputusan penting yaitu bahasa Indonesia
menjadi, (1) bahasa resmi dan (2) bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan dan
perundangundangan. Demikianlah ”lahir”nya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-
tiba jatuh dari langit, tetapi melalui perjuangan panjang disertai keinsafan, kebulatan tekad, dan
semangat untuk bersatu. Api perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka
yang sebelum itu harus berjuang melawan penjajah. Pada tahun 1942 Jepang menduduki
Indonesia dan Jepang tidak dapat menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa
Belanda jatuh dari kedudukannya sebagai bahasa resmi.
Bahkan, dilarang untuk digunakan. Jepang mengajarkan bahasa Jepang kepada orang
Indonesia dan bermaksud menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk
digunakan oleh orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat seperti
waktu dia menduduki Indonesia. Karena itu, untuk sementara Jepang memilih jalan yang praktis
yaitu memakai Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Satu hal yang
perlu dicatat bahwa selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai
sebagai bahasa pengantar di semua tingkat pendidikan.
C. KONGRES PEMUDA
Kongres Pemuda (ejaan van Ophuysen: Congres Pemoeda) adalah kongres nasional yang
pernah diadakan 2 kali di Jakarta (Batavia). Kongres Pemuda I diadakan tahun 1926 dan
menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan
budaya. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong
Sumatra, Jong Betawi, dan organisasi pemuda lainnya. Selanjutnya juga disepakati untuk
mengadakan kongres yang kedua.
Kongres Pemuda II, yang diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dipimpin
oleh Soegondo Djojopoespito dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), menghasilkan
keputusan penting yang disebut sebagai Sumpah Pemuda. Selain itu pada kongres
tersebut Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman juga ditetapkan sebagai lagu
kebangsaan.
Kongres Pemuda I (30 April - 2 Mei 1926)
6
Kongres Pemuda yang pertama ini dilaksanakan di Batavia (Jakarta). Kongres Pemuda I
dilaksanakan dari tanggal 30 April - 2 Mei 1926. Kongres Pemuda I diketuai oleh Muhammad
Tabrani.
Kongres Pemuda II (27 - 28 Oktober 1928)
Kongres kedua ini diselenggarakan selama dua hari. Ketua Kongres Pemuda II dipimpin
oleh Sugondo Joyopuspito (PPPI) dan wakilnya Joko Marsaid (Jong Java). Kongres pemuda hari
pertama diselenggarakan di gedung Katholikee Jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik).
Hari kedua di gedung Oost Java (sekarang di Medan Merdeka Utara Nomor 14).
Ada pun tujuan kongres pemuda II (yang kemudian dikenal dengan tujuan Sumpah Pemuda)
sebagai berikut
Jauh sebelum kemerdekaan, suatu bangsa yang besar telah sepakat untuk bersatu dalam satu
bahasa, bahasa Indonesia. Kongres yang dihadiri oleh segenap generasi muda bangsa Indonesia,
dinamakan Kongres Pemuda. "Melalui Kongres Pemuda yang melahirkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo, bahasa Indonesia resmi menjadi alat perjuangan," tulis Sudaryanto. Ia
menulis dalam jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, berjudul Dari Sumpah Pemuda (1928)
Sampai Kongres Bahasa Indonesia I (1938): Kajian Linguistik Historis Sekitar Masa-Masa
Prakemerdekaan, publikasi tahun 2018.
Berkat ikrar Sumpah Pemuda, lahirlah bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi negara
Indonesia, berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945. "Berkat ikrar itu pula, bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa,
kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi
antardaerah dan antarbudaya daerah," tambahnya. Sebelum berikrar, para pemuda Indonesia dari
berbagai daerah melakukan Kongres Pemuda ke-II di Jakarta, pada tanggal 27—28 Oktober
1928. "Para pemuda itu, antara lain, berasal dari Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda
Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Batakbond, Jong Celebes,
Pemoeda Kaoem Betawi, dan Perhimpoenan Peladjar Indonesia," imbuhnya. "Para pemuda itu
7
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia," tulis Sugono. Dendy Sugono menuliskan dalam
bukunya berjudul Buku Praktis Bahasa Indonesia: Jilid 2, diterbitkan pada tahun 2008.
Dengan kata lain, para pemuda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda itu, telah mengubah
pola pikir kedaerahan (dengan penggunaan bahasa daerah) menuju pola pikir nasional
(menggunakan bahasa Indonesia). Peristiwa Sumpah Pemuda itu menjadi dasar atas
penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, tepatnya pada tanggal 25-27 Juni
1938. Melalui kongres tersebut, sejumlah cendekiawan Indonesia terlibat di dalamnya. "Nama-
nama seperti Mr. Amir Sjarifoeddin, St. Takdir Alisjahbana, Mr.Muh. Yamin, K. St. Pamoentjak,
Ki Hadjar Dewantara, Adi Negoro, Soekardjo Wirjopranoto, R.M. Ng. dr. Poerbotjaroko, dan
Sanoesi Pane menyampaikan gagasan-gagasan yang brilian tentang bahasa Indonesia,"
tambahnya.
Salah satu gagasannya ialah supaya diangkat suatu komisi untuk memeriksa persoalan dalam
mendirikan Institut Bahasa Indonesia. Nama institut tersebut berganti nama hingga akhirnya
menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, sejak tahun 2010 sampai sekarang. Ikrar Sumpah Pemuda menyatakan
"menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" merupakan pengakuan terhadap banyak
bahasa di Indonesia yang terdapat sekitar 746 bahasa daerah. "Memang benar, ikrar tersebut
menempatkan keutamaan bahasa Indonesia di atas bahasa-bahasa lain dalam konteks
kenasionalan," tulis Marsudi. Ia menulis dalam Jurnal Sosial Humaniora, berjudul Eksistensi
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan, publikasi tahun 2008. "Kesamaan bahasa menjadi
semangat dalam menegakkan persatuan hingga perjuangan melawan Belanda. Setidaknya bangsa
Indonesia telah memiliki tujuan untuk merdeka dengan gaung persatuan dalam bahasa," tulisnya.
"Hidup dalam perbedaan bukanlah sebagai halangan untuk berkreasi bersama. Justru dengan
keberagaman inilah, bangsa Indonesia bisa belajar untuk saling menghargai dan saling
menghormati, utamanya melalui satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia," imbuhnya.
"Melalui bahasa Indonesia, memudahkan kita dalam pergaulan. Bahasa Indonesia sebagai alat
perjuangan, membuat pemuda kala itu, merasa satu saudara dengan pemuda lainnya yang berasal
dari daerah lain," lanjutnya. "Selain itu, ketika bahasa daerah terkadang menjadi kendala dalam
komunikasi, bahasa Indonesia inilah yang dapat menjadi pemersatu komunikasi masyarakat
tanah air," pungkas Marsudi.
D. SUMPAH PEMUDA
8
Gedung Museum memperingati Kongres Pemuda II
Lukisan di Jakarta pada tahun 1985 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda
9
tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Naskah orisinil diabadikan
menggunakan ejaan Van Ophuijsen.
1. Ketua: Soegondo Djojopoespito
2. Wakil Ketua: R. M. Joko Marsaid
3. Sekretaris: Mohammad Yamin (menulis rumusan kongres pemuda kedua)
4. Bendahara: Amir Sjarifoeddin
5. Pembantu I: Johan Mohammad Cai
6. Pembantu II: R. Katja Soengkana
10
7. Pembantu III: Rumondor Cornelis Lefrand Senduk
8. Pembantu IV: Johannes Leimena
9. Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud
Peserta :
11
Soekamto
Soekmono
Joesoepadi
Soekowati (Volksraad)
Johanna Masdani
Paul Pinontoan
Soemanang
Kadir
Soemarto
Karto Menggolo
Soenario (PAPI & INPO)
Kasman Singodimedjo
Soerjadi
Koentjoro Poerbopranoto
Soewadji Prawirohardjo
Martakusuma
Soewirjo
Masmoen Rasid
Soeworo
Mohammad Ali Hanafiah
Suhara
Mohammad Nazif
Sujono (Volksraad)
Mohammad Roem
Sulaeman
Mohammad Tabrani
Suwarni
Mohammad Tamzil
Tjahija
Muhidin (Pasundan)
Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
Mukarno
Wilopo
Muwardi
Wage Rudolf Soepratman
Nona Tumbel
Aitai Baitawi Karubaba
Poreu Abner Ohee
Pouw Orpa Pallo
Sejak tahun 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu
hari nasional bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No.
316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.
12
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa Melayu yang telah berada di Indonesia sejak
tahun 680 membuat Indonesia menjadi lebih kokoh. Dengan berkembangnya zaman dan proses
akulturasi, bahasa Indonesia tetap menjaga keutuhannya. Diawali dengan bahasa pemersatu yang
menyatukan setiap suku. Kemudian menjadi bahasa negara yang berpuluh tahun berlangsung dan
kini, di era moderen, bahasa Indonesia mulai dikenal di belahan bumi lain. Dengan identitas
yang berbeda, warga asing mulai mengucapkan bahasa Indoenesia. Bahasa Indonesia
menyatukan, menjadi identitas, dan menjadi kebanggan Indonesia. Bahasa Indonesia diharapkan
terus merekatkan setiap suku bangsa.
14
DAFTAR PUSAKA
15