BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan tentang
luas, nyata dan bertanggung jawab yang mana pemerintah juga dituntut untuk
transparan dan akuntabel dalam upaya mewujudkan tujuan pemerintah daerah yang
bersih, sehingga konsep tata kelola pemerintahan yang baik benar dapat terwujud.
reformasi birokrasi yang ditandai dengan lahirnya Manajemen Publik yang Baru
pemerintah menjadi lebih baik melalui pelaksanaan yang tepat, terukur dan
termonitor serta fokus utama pada pencapaian kinerja, efektivitas dan akuntabilitas
publik (Hood,1991).
1
organisasi terbentuk merupakan hasil dari suatu proses yang mana satu unit dalam
organisasi didorong menjadi lebih mirip satu dengan unit yang lain dalam
menghadapi kondisi lingkungan yang sama tanpa harus membuat mereka menjadi
tekanan mimetik yaitu meniru orang/organisasi lain yang dirasa telah berhasil, seperti
PEMDA suatu daerah meniru daerah lain yang berhasil maju. BPKAD sebagai suatu
dari luar.
Papua sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang berhak memperoleh status
Otonomi Khusus selain Nanggro Aceh Darusalam dan Papua Barat. Undang-undang
No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi dasar
pemberian status otonomi khusus bagi Provinsi Papua. Tujuan dana otonomi khusus
Dalam tahun 2011, 2012, 2013 laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
Provinsi Papua sangat tidak memuaskan yaitu tidak dapat memberikan pendapat.
2
Serta berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja oleh KEMENPAN-RB atas LAKIP
pada tahun 2012-2013 mendapatkan penilaian dengan kategori “C” yang mana perlu
Keputusan Mentri Dalam Negeri–RI Nomor 120-2818 Tahun 2013 tentang Penentuan
sebagai instansi pemerintah daerah sesuai dengan perannya membantu Kepala Daerah
dengan sistem pelaporan kinerja dan sistem pengukuran kinerja. Dengan sistem
pelaporan kinerja dan sistem pengukuran kinerja yang baik akan memotivasi instansi
tentang tingkat penyelesaian yang berhasil dicapai oleh unit kerja organisasi dan
(Bastian,2006:303)
BPKAD Papua dari hasil evaluasi LAKIP tahun 2012-2014 mendapatkan nilai C
kinerja hingga proses pelaporan kinerja lebih untuk memenuhi persyaratan peraturan
pusat daripada untuk membuat organisasi mereka untuk menjadi lebih efektif dan
3
efisien, berdampak pada hasil yang sifatnya sebatas formalitas dan serimonial rutin
kinerja pada BPKAD Papua dengan mencoba melihat apakah sistem pengukuran dan
logika (logic model) melalui pengelolaan dan pengukuran kinerja yang berkelanjutan
logika ini dipandang sebagai metode yang efektif dalam merencanakan dan
model logika menarik untuk di kaji dan akan memberikan wawasan pribadi bagi para
Provinsi Papua khususnya pada BPKAD dan diikuti dengan belum maksimalnya
proses pengukuran kinerja di BPKAD, serta model logika sendiri masih merupakan
suatu isu yang relevan saat ini karena pengukuran kinerja di organisasi pemerintahan
implementasi sistem pengukuran kinerja. BPKAD tidak hanya sebatas sebagai badan
4
kinerja layanan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem pengukuran
kinerja dan sistem pelaporan kinerja yang ada. Evaluasi penerapan sistem
pengukuran dan pelaporan kinerja dalam penelitian ini dilihat dari teori institusional
Desain sistem pengukuran kinerja dan sistem pelaporan kinerja yang sesuai
kinerja sasaran berdasarkan sumber dana, dan pemerintah melakukan pelaporan hasil
kinerjanya secara komprehensif, objektif, jujur, akurat, dan transparan sesuai dengan
lingkup tanggung jawab, prioritas dan manfaat melalui penyusunan LAKIP sesuai
Hasil atas penilaian kinerja melalui evaluasi LAKIP Papua mendapat nilai C
diikuti juga oleh SKPD BPKAD Papua. Berpijak dari hal tersebut menunjukan
rendahnya kinerja dari BPKAD Papua dalam pengelolaan keuangan daerah Provinsi
5
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam
pengukuran dan pelaporan kinerja dengan pendekatan model logika yang dipandang
Evaluasi sistem pengukuran dan pelaporan kinerja dalam penelitian ini akan dilihat
Provinsi Papua.
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan
penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Bagaimana pendekatan model logika melalui OPM&M dengan model cetak biru
3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam tahap penerapan
6
2. Menguji pendekatan model logika melalui OPM&M dengan model cetak biru
publik.
7
Agar penelitian lebih fokus dan terarah, diperlukan batasan penelitian berikut:
1. Penelitian ini membahas sistem pengukuran dan pelaporan kinerja pada satu
BAB I: Pendahuluan
Bab ini menguraikan rencana penelitian yang dijabarkan dalam latar belakang,
Bab ini membahas mengenai teori-teori utama yang digunakan, serta yang
pembahasan kasus.
8
Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian dan aplikasi
terkait dari teori dan konsep yang digunakan di bab tinjauan pustaka.
Bab ini berisi metode dan alasan menggunakan penelitian kualitatif, subjek
data.
Bagian ini berisi simpulan dari analisis permasalahan yang ada. Bab ini juga
dan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang melandasi pembahasan terkait dengan pengukuran
pendekatan model logika guna melihat kesesuaian sistem pengukuran dan pelaporan
kinerja pada setiap dokumen kinerja yang ada, pendekatan pengelolaan dan
rancangan/cetak biru dari kinerja digunakan untuk melihat apakah indikator kinerja
BPKAD Provinsi Papua telah berorientasi pada hasil yang memberikan manfaat
Teori Institusional atau teori kelembagaan memiliki ide dasar yaitu organisasi
terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar mereka. Ide-ide yang
berpengaruh kemudian di institusionalkan dan dianggap sah dan diterima sebagai cara
10
mirip dengan organisasi lain dibidang yang sama sebagai hasil dari kekuatan
DiMaggio dan Powell (1983) melihat ada tiga isomorfisma yaitu, pertama;
organisasi lain karena tekanan negara atau masyarakat yang lebih luas, dengan kata
lain diartikan sebagai tekanan perubahan yang diharuskan oleh pemerintah. Proses
politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan dari peraturan pemerintah agar bisa
diakui. Kedua; isomorfisma mimetik, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi
yang lain sehingga organisasi menjadi mengikuti atau meniru organisasi lain yang
lebih sukses. Biasanya proses peniruan ini muncul di lingkungan yang tidak pasti.
Contohnya adalah LAKIP dari pemerintah daerah di Jawa yang banyak ditiru oleh
adalah kesamaan dari tindakan yang mereka ambil terjadi dikarenakan adanya
lingkungan karena adanya tuntutan profesional. Norma atau sesuatu yang tepat bagi
organiasi berasal dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di
bidang tertentu yang menyokong dan menyebarkan kepercayaan normatif itu. Ketika
11
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi daerah yang tertuang dalam
informasi utama. EKPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara
12
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
jumlah sumber daya seperti anggaran/biaya, sumber daya manusia, material dan
ukuran kegiatan, baik dari sisi kesepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi
pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal yang paling dominan dalam proses adalah
13
dicapai dari sebuah kegiatan baik berupa fisik maupun non fisik. Indikator
pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mencakup kepentingan banyak
pihak.
berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan
14
Anggaran, Penetapan Kinerja, dan LAKIP. Berikut ini adalah gambaran sistem
Perencanaan Strategis
Penyusunan Program
Penyusunan Anggaran
Semakin bersifat kualitatif
Implementasi
Pengukuran Kinerja
fedback
15
sejak penentuan tujuan, antara kegiatan satu dan kegiatan lainnya dalam sistem
RPJM
RENSTRA
RKT
Kinerja Aktual
diharapkan dapat sesuai dengan perencanaan sehingga dalam tahap pelaporan kinerja
terhadap LAKIP BPKAD Papua yang mana terdapat permasalahan adanya perbedaan
dalam dokumen pelaporan dengan dokumen pada proses perencanaan, menjadi sangat
16
pencapaian tujuan dan sasaran strategis dari organisasinya kepada para pemangku
LAKIP berperan sebagai alat kendali, alat penilai kualitas kinerja, dan
pendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. LAKIP juga berfungsi
17
tingkat kinerja yang dicapainya. LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin,
berkepentingan setiap tahun sekali. Pada dasarnya, LAKIP memuat informasi kinerja
yakni hasil pengolahan data capaian kinerja yang membandingkan antara realisasi
capaian kinerja dengan rencana kinerja yang ada sehingga diperoleh pengetahuan
prinsip-prinsip pelaporan demikian: harus disusun secara jujur, objektif, akurat dan
transparan. LAKIP tidak berdiri sendiri tetapi merupkan suatu kesatuan dalam sistem
Model logika (LM) adalah alat bantu berfikir yang disusun secara sederhana
guna membantu menerangkan sebuah gagasan dalam mencapai sebuah hasil yang
2013). LM adalah gambaran visual logis dari sebuah program yang menunjukkan
yang diharapkan sebagai respon terhadap sebuah situasi yang dihadapi organisasi,
18
dapat menunjukkan hubungan logis antara sumber daya atau investasi yang
• Jk Jk Jk
SDM Kegiatan yang Sesuatu yang
Pendek Menengah Panjang
• Keuangan dilakukan dihasilkan langsung
P • Waktu untuk dari aktivitas suatu
Perubahan Perubahan Perubahan
• Penelitian menghasilkan program yang telah
S R • Teknologi produk yang ditentukan yang
pengetahuan tindakan keadaan
(1-3 tahun) (4-6 tahun) (7-10 thn)
I I • Staff dibutuhkan diharapkan akan
oleh publik berkontribusi.
T O (aktivitas
Ket:
U R untuk
Sumberdaya
A I apa saja yang
menghasilkan 19
output) Konsumen
S T dibutuhkan
Kelompok tertentu KONDISI
untuk SIKAP SOSIAL
yang menjadi target PERILAKU
melaksanaka program
n proses
sosiopolitik, dan ekonomi. Situasi dapat menjadi isu yang dijadikan sebagai dasar
Setelah masalah dipetakan dan dianalisis, selanjutnya tentukan mana yang menjadi
dipertimbangkan dalam menentukan prioritas adalah visi dan misi; nilai-nilai; sumber
daya; keahlian dan pengalaman; dan data historis. Penentuan prioritas mendorong
2. Masukan
Masukan merupakan semua sumber daya yang dikuasai organisasi dan masih
material dan nonmaterial. Masukan material dapat berupa personil, relawan, peralatan
20
1. Aktivitas
2. Keluaran
Keluaran merupakan produk langsung dari sebuah kegiatan dalam suatu program
3. Hasil
kemunduran terhadap misi dan tujuan dari program. Hasil diklasifikasikan kedalam
hasil jangka pendek menunjukkan hasil perubahan pembelajaran yang dicapai dalam
perubahan tindakan yang dicapai dalam waktu 4 sampai dengan 6 tahun, hasil jangka
panjang menunjukkan hasil perubahan kondis yang dicapai dalam waktu 7 sampai
dengan 10 tahun, dari suatu organisasi, partisipan, atau sistem secara lebih general.
4. Faktor Eksternal
lingkungan politik, latar belakang dan pengalaman peserta program, pengaruh media,
perubahan kebijakan dan prioritas. Faktor eksternal tidak dapat diabaikan sebab
21
(Performance Blueprint)
Pendekatan dalam model pengukuran kinerja dalam penelitian ini meluas dalam
perencanaan dan evaluasi model yang komprehensif yang disebut dengan pendekatan
menggunakan LM yang inovatif dan luas sebagai alat dalam melakukan evaluasi dan
perencanaan yang dikenal dengan rancangan/cetak biru dari kinerja, model ini dapat
indikator kinerja dengan membagi kualitas indikator kinerja ke dalam empat bagian
yakni upaya (effort) dan dampak (effect) serta terbagi atas kuantitas dan kualitas,
22
OUTPUTS
Quantity Quality Quantity ₄ Quality ₂
§ %
EFORT EFORT
EFECT EFECT
Quantity ₃ Quality ₁
23
pendekatan OPM&M dan pendekatan empat kuadran yang dikenal dengan model
Kuantitas Kualitas
U “Seberapa banyak “Seberapa baik
p pelayanan yang pelayanan tersebut
a dapat diberikan?” dilakukan?”
y 4 2
a
D
a # %
m “Apakah keadaan
p menjadi lebih baik?
a 3 1
k
Sumber:Friedman (2005)
24
dengan cara ukuran/indikator kuantitas dan kualitas dari upaya dan dampak.
Friedman menggabungkan dua perspektif ukuran kinerja yang berbeda tersebut untuk
diberikan?
baik?
4. Kualitas dampak (quality) of effect): berapa persen pelanggan menjadi lebih baik
Enam tahap penggunaan model cetak biru kinerja sebagai sarana perencanaan
• Meninjau hasil dari atas ke bawah (pemerintah pusat & bagian yang diharapkan,
25
• Populasi yang dijadikan target meliputi tidak hanya penerima manfaat yang dituju
pengkuran kinerja
• Hasil yang dijelaskan dan "dampak yang diharapkan" ditetapkan dan diberikan,
strategi harus dilakukan, dan seberapa baik kegiatan yang harus dijalankan
dibutuhkan
• Kenyataan yang sering terjadi dana yang tersedia datang dengan “syarat”,
“syarat” ini biasanya terikat dengan tujuan dan standar kinerja yang memaksa
sebuah pendekatan yang ideal dan nyata. Namun, lembaga tersebut dapat
26
mengontrol dengan cara menentukan terlebih dahulu siapa yang perlu dilayani,
dengan hasil bahwa laporan LAKIP masih bias. Bias tersebut muncul akibat
dengan usaha sendiri dan kinerja yang tidak baik dikaitkan dengan faktor
eksternal.
mungkin dilakukan karena melalui peta strategi tergambar dengan jelas alur
strategi organisasi dalam mencapai visi dan misi secara menyeluruh, baik dari
27
Kabupaten Bantul
28
BAB III
Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti secara
deskriptif seperti gambaran umum, visi dan misi dari BPKAD Provinsi Papua untuk
mendapat pemahaman yang lebih spesifik tentang karakteristik dari objek penelitian.
yang terdapat di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua. Provinsi Papua saat ini
Provinsi Papua memiliki Visi dan Misi yaitu membangun Papua Baru dengan
baik, bersih dan berwibawa guna menerapkan Tata Pemerintahan yang baik pada
Tugas dan Fungsi BPKAD dinyatakan bahwa BPKAD Provinsi Papua merupakan
unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Visi dari BPKAD
29
Provinsi Papua yang Profesional dan Bertanggung jawab. Berdasarkan Visi BPKAD
tersebut maka Misi yang diterapkan adalah mewujudkan koordinasi internal ekternal,
mewujudkan pelayanan keuangan secara tepat waktu dan prima yang berkualitas.
3.3 Tujuan
Tujuan yang adalah penjabaran atau implementasi dari visi dan misi BPKAD
3.4 Sasaran
Sasaran adalah target spesifik dan terukur dari tiap tujuan perencanaan BPKAD
30
KEPALA
BADAN
KEPALA
BADAN
31
BAB IV
Bab ini menguraikan mengenai metode pengambilan data dan analisis data
penelitian, pemilihan objek penelitian, jenis sumber dan teknik pengumpulan data
No.33/2004 serta PP No.38/2007 telah diterapkan oleh BPKAD Papua dalam hal
pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja sampai saat ini sebatas untuk memenuhi
menjadi lebih efektif dan efisien, berdampak pada hasil yang sifatnya sebatas
formalitas dan serimonial rutin melakukan pelaporan kinerja tahunan. Selain itu
hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi terkait bagaimana sistem
pengukuran dan pelaporan kinerja yang ada untuk menunjukkan kualitas kinerja dari
32
BPKAD dan apakah setiap program yang telah ditetapkan benar-benar telah sesuai
sebatas dari keberhasilan mencapai tujuan pemerintah yang terangkum dalam visi,
misi, dan tujuan organisasi saja, dan tidak sekedar melihat dari keberhasilan
memperoleh predikat baik pada LAKIP, namun kinerja organisasi seharusnya dapat
diukur dengan melihat dari kesesusian informasi indikator kinerja yang tertuang
kasus pada BPKAD Provinsi Papua. Moleong (2012) menyebutkan bahwa penelitian
perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan lainnya dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada sebuah konteks khusus yang ilmiah dengan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder,
1. Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan dari obyek penelitian
33
pengambilan sampel dengan teknik ini terbatas pada jenis orang tertentu yang
dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti seperti orang tersebut
dianggap seseorang yang paling memahami mengenai apa yang akan peneliti teliti
(Sugiyo,2013). Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memilih responden yang
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah, dapat
berupa data publikasi. Pegumpulan data sekunder dilakukan melalui arsip dan
data secara simultan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
yang banyak seperti dokumen, arsip, dan hasil wawancara; penggunaan beberapa
akan mendapatkan hasil yang sama; penggunaan berbagai teori yang berlaianan
penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara
34
dan metode observasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data adalah dengan
instansi yang menjadi objek penelitian yakni BPKAD Provinsi Papua. Metode riset
berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi data dilakukan dengan cara mempelajari data dan informasi yang
2. Wawancara
melakukan sesi tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak yang memiliki hubungan
akan diwawancarai yaitu kepala BPKAD, kepala bagian bina program, kepala bagian
35
Riset kepustakaan adalah riset pengumpulan data dengan membaca segala hal
yang dibutuhkan. Riset ini dilakukan untuk menunjang penelitian mengenai sistem
pengukuran kinerja.
Dalam penelitian kualitatif, dikatakan valid suatu temuan atau data apabila tidak
ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Aspek kesahihan (validitas) pada penelitian ini ditentukan
melalui triangulasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi model penelitian, alat analisis
Model penelitian ini diawali dengan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
36
Akuntabilitas Kinerja BPKAD Provinsi Papua tertuang dalam LAKIP. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model logika untuk mengevaluasi hasil kinerja
Provinsi Papua telah sesuai dengan perencanaan strategis yang dibuat dengan
berbasis pada hasil. Skema model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
RENSTRA BPKAD
Model Logika Analisis Empat Kuadran
(Braun and Clarke, 2006). Diharapkan melalui analisis tematik akan diperoleh
teori melalui tema yang telah mendeskripsikan dan menyempurnakan data secara
37
1. Mentranskripkan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dikumpulkan terlebih, diubah
bentuknya dari yang semula bentuk lisan menjadi bentuk tulisan/tranksrip data.
Selanjutnya adalah membuat kode data awal yang mana dibuat dengan terlebih
dahulu membaca data transkrip untuk menemukan data-data yang sering muncul
di dalam transkrip data awal yang relevan dengan topik penelitian. Selanjutnya
3. Mencari Tema
Tema yang ditemukan harus dilakukan evaluasi dengan meninjau kembali dan
Setelah tema relevan dengan topik penelitian terbentuk, tahap akhir yang
38
aspek data pada tiap tema. Masing-masing tema yang ada terdiri dari data yang
beragam dan kompleks untuk itu perlu dilakukan penamaan dan pendefinisian
tema sehingga data-data yang terdapat di dalam tema menjadi tidak terlalu
banyak/beragam/kompleks.
6. Menghasilkan laporan
Laporan analisis disajikan ringkas, koheren, logis, tidak berulang dan menarik,
menjelaskan tentang data peneliti dan membuat sebuah argumen dalam kaitannya
yakni menganalisis data penelitian untuk memecahkan masalah yang ada, dengan
rencana kerja tahunan dan penetapan kinerja BPKAD Provinsi Papua. Analisis
dilakukan dengan melihat aspek-aspek yang terdapat dalam alur model logika.
Tahap ini menganalisis tahapan proses yang dilakukan sebelumnya dengan data
dan informasi yang mendukung dalam pengukuran kinerja dengan alat analisis
yaitu cetak biru kinerja. Untuk hal-hal yang belum dapat diketahui maka akan
39
diperlukan.
d. Pengambilan Keputusan
Dalam tahap ini akan ditarik sebuah kesimpulan atas proses yang telah dilakukan
dari mulai perencanaan strategis, penetapan indikator kinerja, hasil kinerja yang
diharapkan dan proses evaluasi pada BPKAD Provinsi Papua. Kemudian akan
40
BAB V
Pembahasan tentang hasil penelitian yang dilakukan pada BPKAD Papua beserta
analisisnya untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini terdiri dari kesesuaian
dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua, serta analisis hasil penelitian.
Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2011 dengan tetap mengacu kepada Permendagri
54 tahun 2010 menjelaskan bahwa Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah adalah
dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
program. Tahun 2013 hingga 2018 BPKAD Provinsi Papua telah merencanakan
pencapaian visi dan misi melalui tujuan dan sasaran yang tertuang dalam dokumen
Tabel 5.1 Struktur Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua Selama 5 Tahun
41
Tujuan 4 2 Sasaran
2 Misi Kedua Tujuan 1 4 Sasaran
3 Misi Ketiga Tujuan 1 4 Sasaran
Tujuan 2 2 Sasaran
4 Misi Keempat Tujuan 1 5 Sasaran
5 Misi Kelima Tujuan 1 2 Sasaran
Jumlah Sasaran Strategis 24 Sasaran
Dari penjabaran tabel RENSTRA diatas misi, tujuan, dan sasaran kinerja yang
digunakan dalam penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang disertai
dengan indikator kinerja melalui tindakan operasional dalam kurun waktu lima
tahun. Sasaran kinerja diatas merupakan sasaran yang akan dicapai oleh BPKAD
Papua yang dijabarkan dan dilaporkan dalam TAPKIN dan LAKIP setiap tahunnya.
Papua selama dua tahun anggaran dengan menggunakan model logika. Pengujian
42
hingga dokumen pelaporan kinerja yang disajikan dalam LAKIP BPKAD Papua.
dan sasaran kinerja pada dokumen perencanaan terhadap dokumen pelaporan kinerja
Tabel 5.2 Struktur Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua Tahun 2013& 2014
Untuk setiap sasaran kinerja yang telah ditetapkan mulai dari dokumen
digunakan untuk mengukur sejauh mana sasaran kinerja telah dicapai. Adanya
perubahan pada misi keempat, kelima, dan keenam. Tujuan dua pada misi ketiga
dihapus, dan tujuan satu pada misi keempat hingga keenam diubah sesuai perubahan
misi. Sasaran untuk misi kedua mengalami penambahan, dan misi ketiga dihapus dan
43
juga ditambahkan. Sehingga total sasaran berubah menjadi 36 sasaran dari yang
sasaran kinerja disebabkan adanya perubahan misi dan tujuan dari BPKAD Papua
misi dalam RENSTRA menjadi 1 (satu) misi dengan menjadikan Perda Papua
No.11/2008 dan Pergub Papua No.10/2011 sebagai pedoman dengan tetap mengacu
pada Permendagri No.54 Tahun 2010. Penambahan berkaitan misi tersebut dianggap
dapat memantapkan sistem perbendaharaan dan kas daerah dalam SIMDA sehingga
Keterangan: - Tidak ada perubahan apapun pada misi, tujuan, dan sasaran kinerja.
44
berkualitas)
Keterangan:
(point b)
Keterangan:
(point b)
Keterangan:
45
Sebelum perubahan:
seprovinsi Papua
Sesudah perubahan:
46
5) Misi 5 (Mewujudkan manajemen aset daerah yang efisien dan efektif serta
bertanggungjawab)
Keterangan:
Sebelum perubahan:
aset daerah
Sesudah perubahan:
47
dan akuntabel)
Keterangan:
- Misi 6 (enam) adalah misi 4 (empat) yang direvisi dengan adanya penghapusan
Dokumen Pelaporan
Dalam menguji lebih jauh mengenai keselarasan indikator kinerja yang telah
ditetapkan BPKAD Papua didokumen TAPKIN dan juga evaluasi yang ada dalam
LAKIP dilakukan dengan menggunakan analisis model logika. Dari hasil analisis
Dari beberapa indikator kinerja yang tidak dicantumkan pada LAKIP, telah
48
dapat diukur dan dievaluasi suatu hasil capaiannya, sebagaimana dicantumkan pada
tabel 5.3.
INDIKATOR KINERJA
TA SASARAN STRATEGIS
TAPKIN
1 2 3
Meningkatkan kapasitas SDM - Terselenggaranya peningkatan
aparatur dalam menjalankan kapasitas aparatur pengelolaan
tugas dan fungsi pengelolaan keuangan dan aset daerah, melalui
2013 keuangan dan aset daerah diklat, pelatihan, dan sertifikasi.
- Jumlah program peningkatan
pengembangan sistem pelaporan
pencapaian kinerja dan keuangan
2013 Tersusunnya laporan Tersusunnya laporan pemeliharaan
2014 pemeliharaan barang dan penghapusan aset daerah
2013 Tersusunnya laporan Tersusunnya laporan pemeliharaan
2014 penghapusan barang dan penghapusan aset daerah
2013 Terlaksananya bimbingan Meningkatnya kompetensi dan
2014 teknis manajemen aset dan kemampuan pegawai dibidang
inventarisasi aset pengurus perencanaan anggaran
barang dilingkungan
pemerintah provinsi Papua
2014 Meningkatkan kapasitas SDM Meningkatnya kemampuan dan
aparatur dalam menjalankan kompetensi pegawai BPKAD dalam
tugas dan fungsi pengelolaan melaksanakan tugas dan fungsi
keuangan dan aset daerah BPKAD
Sumber: diolah dari hasil analisis model logika
TAPKIN
Selanjutnya persoalan lainnya yang ditemukan dalam analisis logic model yaitu
49
INDIKATOR KINERJA
TA SASARAN STRATEGIS
LAKIP
1 2 3
2013 Meningkatnya ketersediaan dan Terlaksananya pengadaan kendaraan
kualitas sarana prasarana dinas operasional BPKAD
perkantoran Terlaksananya pemeliharaan
rutin/berkala peralatan gedung kantor
2013 Meningkatkan kapasitas SDM - Jumlah program peningkatan kapasitas
aparatur dalam menjalankan sumber daya aparatur
tugas dan fungsi pengelolaan - Pelatihan akuntansi keuangan daerah
keuangan dan aset daerah
2013 Tersusun serta di Tersusunnya perencanaan, pelaksanaan
implementasikannya dokumen dan pelaporan keuangan daerah
perencanaan BPKAD
2013 Tersusunnya prognosir realisasi - Tersusunnya rancangan peraturan
anggaran daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD (2014)
- Prosentase penggunaan dana anggaran
pada kabupaten/kota
2013 Tersusunnya laporan keuangan Tersusunnya perhitungan persediaan
2014 semesteran akhir tahun
2013 Tersusunnya laporan capaian Terlaksananya berbagai upaya dalam
2014 kinerja dan ikhtisar realisasi peningkatan kinerja pengelolaan
kinerja SKPD keuangan dan aset daerah
2013 Tersusunnya sistem dan Terlaksananya rapat kerja teknis untuk
2014 prosedur pelaksanaan mencari pemahaman dan kesepakatan
pengelolaan keuangan daerah bagi peningkatan kinerja pengelolaan
keuangan dan aset daerah
50
51
penelitian ini menggunakan model cetak biru kinerja dengan kolaborasi analisis
empat kuadran akan melihat kondisi indikator kinerja BPKAD Provinsi Papua dalam
suatu peta indikator sehingga akan menunjukkan priotitas dari indikator kinerja yang
outcomes).
Indikator kinerja keluaran dalam analisis ini diambil dari data LAKIP tahun
oleh Friedman akan diidentifikasi dalam salah satu dari empat kolom yang
kuantitas dari upaya, kualitas dari upaya, kuantitas dari dampak dan kualitas dari
dampak.
Pada tahun 2013, secara keseluruhan terdapat 75 indikator kinerja kegiatan yang
73 indikator kinerja. Hasil identifikasi indikator kinerja dalam empat kolom disajikan
secara rinci pada lampiran. Keseluruhan hasil identifikasi indikator kinerja disajikan
52
Berikut adalah tabel identifikasi indikator kinerja output menurut aspek upaya dan
Tabel 5.2.1 Rekap Kategori Indikator Kinerja Aspek Upaya & Dampak Tahun 2013
OUTPUT
NO Sasaran Kinerja Setiap Misi EFFORT EFFECT
QTY QLTY QTY QLTY
1 2 7 8 9 10
1 1.1.1 Meningkatnya kualitas pelayanan
administrasi perkantoran 4 6 1 0
53
54
Tabel 5.2.2 Rekap Kategori Indikator Kinerja Aspek Upaya& Dampak Tahun 2014
OUTPUT
NO SASARAN EFFORT EFFECT
QTY QLTY QTY QLTY
1 2 7 8 9 10
1.1.1 Meningkatnya kualitas pelayanan 6 4 1 0
1 administrasi perkantoran
1.1.2. Meningkatnya kedisiplinan pegawai BPKAD 0 2 1 0
2 Papua
1.1.3 Meningkatnya kualitas penataan arsip 0 1 1 0
3 BPKAD
1.2.1 Meningkatnya ketersediaan dan kualitas 0 9 0 1
4 sarana prasarana perkantoran
1.3.1 Meningkatkan kapasitas SDM aparatur 1 0 2 1
5 dalam menjalankan tugas dan fungsi pengelolaan
keuangan dan aset daerah
1.4.1 Tersusun serta di Implementasikannya 0 3 0 0
6 dokumen perencanaan BPKAD
2.1.1 Tersusunnya instrumen perencanaan APBD 0 1 0 0
7 secara tepat guna
2.1.2 Tersusunnya Perda APBD dan perubahan 0 2 0 1
8 APBD secara tepat waktu
2.1.3 Terselengaranya fasilitas penyusunan RKA 1 0 0 0
9 SKPD bagi seluruh SKPD
2.1.4 Tersusunnya peraturan kepala daerah 1 0 0 0
10 tentang penjabaran APBD dan Perubahan APBD
3.1.1 Terselengaranya sistem akuntansi keuangan 1 3 0 0
11 daerah
3.1.2 Tersusunnya laporan pertanggungjawaban 2 0 0 0
12 keuangan daerah
13 3.1.3 Tersusunnya prognosir realisasi anggaran 1 0 0 0
14 3.1.4 Tersusunnya laporan keuangan semesteran 0 2 0 0
3.1.5 Tersusunnya laporan capaian kinerja dan 0 1 1 0
15 ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
55
56
Data pada kedua tabel rekap kategori indikator kinerja aspek upaya dan hasil
anggaran 2013 dan keluaran tahun anggaran 2014. Hasil identifikasi indikator kinerja
57
BAB VI
cetak biru kinerja. Analisis yang digunakan adalah analisis empat kuadran.
indikator kinerja akan mendukung pencapaian sasaran dari instansi tersebut dalam
hal mencapai visi dan misinya. Pencapaian sasaran juga akan dapat terlaksana jika
mulai dari tujuan, sasaran kinerja, serta indikator kinerja yang terdapat dalam
58
Tabel 6.1
Ringkasan permasalahan hasil analisis dokumen perencanaan
Kelompok Masalah Permasalahan Dok.Penelitian
Berdasarkan analisis data pada Tabel 6.1 tentang ringkasan permasalahan diatas,
kinerja dan indikator kinerja, beberapa sasaran menjadi dihilangkan, dan ada pula
sasaran kinerja yang berubah dikarenakan urutan misi yang diubah, dengan demikian
59
dari misi yang bertambah dan berubah sehingga dilakukan penyesuaian terhadap
“Kendala yang biasa terjadi, sasaran kinerja dan indikator kinerja dokumen
perencanaan tidak sama dengan dokumen penetapan kinerja dan LAKIP.
RENSTRA merupakan aspirasi pimpinan atas berserta jajaran yang diharapkan
mampu kita capai selama 5 tahun, tapi seiring berjalan kenyataan sering
ditemukan perbedaan setiap tahun itu karena sasaran dan indikator kinerja
disesuaikan dengan hal-hal yang jadi prioritas pembangunan yang dilaksanakan
ditahun itu. Namun, kalau ditinjau dari internal biasanya juga disebabkan
kurangnya koordinasi antar unit untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan
dalam proses penyusunan sehingga saat penyetoran pada bagian program
menghasilkan banyak data yang tidak valid dan indikator yang dibuat jadi asal
sekenanya saja, sekedar stor data saja. Sampai akhirnya diperlukan perbaikan
dan penyesuaian sehingga menjadi tidak sama antara yang direncanakan sama
yang dilaporkan. Yang terpenting laporan kinerja telah diselesaikan sebisa
mungkin dengan mengacu ke PERGUB sama peraturan mentri Permenpan
tahun 2008 No.20. (Kasubbag Program)
60
lama terhadap mereka yang baru yang tidak memiliki pengetahuan yang
61
Jawaban lain serupa juga diungkapkan oleh salah satu nara sumber personil
“Kendala disini soal ukuran kinerja ni banyak macam, makannya kenapa apa
yang ada diawal tidak sama dengan apa yang nanti di tuangkan pada LAKIP.
Bicara soal indikator saja disini bukanlah masing-masing bidang yang
menyusun tapi bagian program yang melakukan penyusunan, kita bidang-
bidang ini yang penting itu masing-masing bagian menyelesaikan
program/kegiatan baru dilaporkan ke bagian program nanti bagian program
yang buat LAKIP, macam target indikator kinerja ni kita tidak pake itu sebagai
ukuran kita buat ya malah biasa sama seperti yang kita telah buat di tahun
sebelumnya. Sebab ketika ada pergantian personil diatas sana yang bagian
program sudah ganti karena ada mutasi nah kalau kita handalkan dari sana kan
kita yang kesulitan jalankan program, karena mereka saja bingung, bagaimana
mau jelaskan ke kita. Jadi kita biasanya pake yang sudah ada aja.” (Kabid
Pengelolaan Aset Daerah)
Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai nara sumber, hasil wawancara
diatas dapat disimpulkan bahwa ketidaksesuaian yang terjadi pada sasaran kinerja
dan indikator kinerja pada SAKIP, antara lain adalah keterbatasan personil/SDM
yang kompeten dan memahami proses pengukuran kinerja hingga pelaporan kinerja
saat penyusunan dokumen LAKIP serta belum disadari secara mendalam bahwa
pentingnya penetapan indikator kinerja dalam capaian kinerja di BPKAD Papua pada
Dari hasil temuan yang dijabarkan pada Bab 5 sebelumnya, ditemukan bahwa
pada dokumen TAPKIN BPKAD Papua yang berisikan program utama dan indikator
kinerja serta target kinerja setelah dilakukan proses analisis model logika terdapat
62
beberapa ketidaksesuaian, yang mana indikator kinerja tersebut ada pada TAPKIN
namun tidak dilakukan pengukuran dan tidak dilaporkan didalam LAKIP sehingga
pelaporan kinerja LAKIP, sehingga indikator kinerja yang semula tidak direncanakan
menjadi tidak dapat diketahui. Dampak yang terjadi adalah pada proses penyusunan
rencana atau target kinerja umumnya baru dilakukan pada saat LAKIP akan disusun
63
pentingnya manfaat dari penetapan indikator kinerja utama pada awal perencanaan
terjadi yaitu indikator kinerja yang telah direncanakan dalam dokumen TAPKIN
tidak dapat dilakukan pengukuran dan evaluasi dalam analisis model logika
Model cetak biru kinerja digunakan dalam melakukan evaluasi dan menganalisis
indikator kinerja dengan melihat aspek upaya dan dampak tiap-tiap kuadran apakah
64
4. Kualitas hasil: berapa persen konsumen yang menjadi lebih baik dan bagaimana
Papua yang dipaparkan sebelumnya, menghasilkan peta indikator kinerja berikut ini.
Kuantitas Kualitas
12 UPAYA
43
7 DAMPAK
13
Gambar 6.2 Peta Indikator Kinerja BPKAD Papua Tahun 2013
Kuantitas Kualitas
15 UPAYA
40
8 DAMPAK
10
Gambar 6.3 Peta Indikator Kinerja BPKAD Papua Tahun 2014
65
Berdasarkan pada hasil pemetaan indikator kinerja BPKAD Papua selama tahun
2013 dan tahun 2014 diatas menunjukkan bahwa indikator kinerja selama dua
periode berjalan terletak pada kuadran II yaitu pada kualitas upaya. Indikator kinerja
yang terletak di kuadran II ini menjelaskan bahwa indikator kinerja BPKAD selama
kualitas dari hasil untuk memberikan manfaat pelayanan kepada publik. Hal tersebut
sesuai sebagaimana yang dinyatakan Friedman (2005) bahwa indikator kinerja yang
baik menunjukkan target indikator kinerja dalam kualitas menjadi urutan prioritas
menganggap semua indikator yang ada telah memenuhi kriteria indikator yang baik,
kinerja berbasis upaya atau aktivitas internal diatas yang menduduki lebih dari 50%
untuk dua tahun periode tahun 2013-2014 dari indikator kinerja program/kegiatan,
namun sebaliknya untuk indikator kinerja yang berorientasi pada aktivitas eksternal
berbasis dampak sudah dapat menjawab manfaat kegiatan yang dirasakan publik
maupun BPKAD Papua dengan proporsi diatas 15% untuk periode tahun 2013-2014.
66
Secara urutan prioritas indikator kinerja menuurut Friedman (2005) yang lebih
menunjukkan urutan prioritas untuk menuju kearah yang lebih baik. Dilihat dari
model cetak biru kinerja, maka indikator kinerja keluaran ini akan menghasilkan
indikator kinerja berorintasi pada manfaat layanan yang diberikan kepada publik.
Dari kondisi indikator kinerja BPKAD Papua yang mayoritas berada pada
kuadran II yang baru sebatas pada kualitas dalam upaya memberikan layanan kepada
Papua yang bertugas untuk penyusunan dan pengembangan indikator kinerja serta
pemahaman akibat dari mutasi yang tidak bisa dihindari saat berjalannya proses
kelengkapan dan validitas data yang diperlukan saat proses pengembangan dan
penyusunan indikator kinerja masih sangat kurang, setiap unit/bidang masih sebatas
BPKAD Papua menjadi sulit untuk diukur sehingga indikator kinerja menjadi tidak
67
dalam Perda Papua No.11/2008, Pergub Papua No.10/2011, dan mengikuti juga
bahwa pejabat ataupun staf masih memiliki kesulitan teknis dalam mengembangkan
”Persoalan tentang arah indikator kinerja baik tiap bidang ataupun keseluruhan
di BPKAD ini yang kami rasakan contohnya saja bidang kami bidang anggaran
, secara teknis dalam pelaksanaan masih banyak staf bahkan beberapa kasub
yang masih kurang dalam pengetahuan teknisnya. Jadi kalau mereka akan
mengerjakan tugas untuk program/kegiatan biasanya harus berproses dari awal.
Yah jadi bisa dibayangkan bagaimana setiap bidang sering merasa keteteran
dalam proses pengembangan indikator kinerja bidangnya, sekalipun kita
memiliki petunjuk teknis dan pedoman, tapi personil tiap unit kurang mendapat
pelatihan, kita hanya disodorkan tanpa diberikan pengarahan optimal akibatnya
seperti hanya sekedar setor data bagian atas lalu bagian program yang
melakukan pemilahan. Kami sangat berharap, paling tidak kita memiliki satu
pegawai/staf dengan kemampuan teknis yang cukup tinggi supaya bisa ada
peningkatan sesuai dengan kualitas yang diharapkan untuk dicapai, apalagi
kalau sedikit-sedikit terjadi mutasi sangat menjadi persoalan.” (Kabid
Anggaran)
Nara sumber dari bidang lain yang dengan jawaban wawancara yang juga
diberikan oleh bidang lain yang bertanggung jawab dalam pengembangan indikator
kinerja:
“Seperti yang tadi saya jelaskan, pedoman ya kita punya pedoman dari
peraturan gubernur sama Peraturan mentri no.20 tahun 2008 tentang pedoman
68
penyusunan indikator kinerja, nanti dari situ kita jadikan acuan. Cuma sama
saja non pada saat proses pengerjaan tu kita sering mengalami kesulitan,
dengan waktu yang sangat mepet kita dituntut untuk segera menyelesaikan
tugas sementara kita juga dituntut untuk mengerti konsep-konsep yang
dinyatakan dalam pedoman yah itu yang akhirnya menjadikan kita jadi frustasi
karena kayak semua harus beres sekaligus dampaknya yah ke hasil yang jadi
tidak maksimal, sebenarnya kita juga membutuhkan pelatihan yang lebih dalam
perancangan, penerapan dan penggunaan tidak sekedar disodori pedoman
supaya kita juga bisa menjadi pegawai yang punya kemampuan baik dalam
proses perencanaan hingga pelaporan kinerja. Lalu kalau sudah ada
pegawai/tenaga ahli yang sudah dibentuk tu bisa dipertahankan, jangan di
pindah-pindah lagi, supaya tidak mulai dari nol lagi. Itu sih harapannya.”
(Kasubbag Pelaporan&Pertanggung jawaban)
dalam proses penyusunan segala dokumen kinerja mulai dari dokumen perencanaan
kinerja, tujuan, hingga indikator kinerja didalamnya maka BPKAD Provinsi Papua
dapat dikatakan berada dalam situasi isomorfisma koersif karena adanya persyaratan
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Serta isomorfisme mimetik, terlihat dalam
proses penyusunan laporan kinerja BPKAD Papua masih sering mengacu pada atau
bahkan meniru dari laporan kinerja dari pemerintahan daerah lain yang lebih maju
dan dianggap sukses, hal tersebut dirasa merupakan cara tercepat dan termudah
69
BPKAD Provinsi Papua. Tujuan utama wawancara ini adalah untuk menentukan
apakah hasil temuan empiris yang disajikan dalam bab sebelumnya didukung oleh
persepsi para pejabat di BPKAD Provinsi Papua yang bertanggung jawab dalam
Analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan dengan tiga tahap
diteliti. Informasi yang ingin diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan
berkaitan dengan evaluasi atas sistem pengukuran dan pelaporan kinerja BPKAD
publik dan belum berorientasi pada manfaat yang diterima oleh publik. Reduksi data
70
6.3.2 Kategorisasi
mengarah pada apa yang menjadi penyebab untuk menemukan fakto-faktor yang
jawaban wawancara:
pengukuran dan pelaporan kinerja maka harus melihat apa yang menjadi faktor
penghambat proses pelaksanaan teknis pada BPKAD Provinsi Papua. Berikut adalah
menjadi banyak data yang tidak valid sama indikator yang dibuat asal sekenanya
71
saja sehingga terkesan hanya sekedar stor data, jadi diperlukan perbaikan dan
penyesuaian makannya jadi tidak sama antara yang direncanakan sama yang
dilaporkan. Yang penting sudah buat laporan kinerja sebisa mungkin, paling tidak
acuan untuk penyusunan program/kegiatan, sudah begitu kadang kalau kita mau
cari data-data informasi tahun tahun yang su lewat ni su tidak ada, padahal kita
mau lihat untuk buat program/kegiatan, mau tanya sama orang-orang lama yang
dulu susun dan tau data-data tapi dong su pindah ke SATPOLPP sama ada yang
su pindah ke Merauke. Kita Cuma dikasih indikator terus harus buat tapi tidak
dokumen kinerja terhadap ukuran kinerja dan indikator kinerja yang harus dibuat
untuk dicapai, hanya sekedar tau indikator kinerja saja. Mutasi staf yang paham ni
ke bagian lain bahkan ke instansi lain dan digantikan orang baru yang kurang
kompeten, dan tidak adanya transfer ilmu antar mereka yang lama dengan staf
Umum&Kepegawaian)
4. Mutasi pejabat/staf ahli kebagian lainnya dan digantikan dengan pejabat/staf yang
tidak memiliki cukup ilmu pengetahuan tentang pengukuran kinerja. Nah mereka
tu biasanya kalau su dikasih pindah dan tidak menjabat lagi apalagi kalau mereka
72
hanya jadi staf biasa tu mereka tidak akan sukarela alias tra rela bagi ilmu sama
aparat yang baru. Jadi mereka ni yang baru ya belajar lagi dari nol, jadi makan
waktu to mau belajar kah mau kerjakan tugas kah, sementara kan tetap harus
susun laporan tepat waktu akhirnya kan dong buat yang penting asal capaian
kinerja tercapai saja. Atau mereka jadinya copy paste dari dokumen tahun
sebelumnya, bahkan hehehe kita juga kan ada beberapa daerah di jawa yang
LAKIPnya su bagus tu biasanya kita jadikan contoh untuk acuan bikin LAKIP
sini, supaya yang penting selesai dulu. Habis kadang mau liat dokumen tahun-
tahun lalu tu su tidak tau lagi dimana dong arsipkan dokumen-dokumen itu
5. Kita secara teknis pelaksanaan masih banyak staf bahkan beberapa kasub yang
kurang dalam pengetahuan teknisnya. Jadi kalau mereka akan mengerjakan tugas
untuk program/kegiatan biasanya harus berproses dari awal. Yah jadi bisa
teknis dan pedoman, tapi personil tiap unit kurang mendapat pelatihan, kita hanya
disodorkan aja tanpa diberikan pengarahan optimal akibatnya ya jadi kita seperti
hanya sekedar setor data aja keatas nanti bagian program yang melakukan
kemampuan teknis yang cukup tinggi supaya bisa ada peningkatan sesuai dengan
73
1. Sejauh ini kami SKPD BPKAD seperti yang saya katakan tadi, dalam proses
seperti PP No.29/2014, Inpres No.7/1999, dan juga itu tadi sama Permenpan
No.20/2008, cuma yah terus terang saja dalam pelaksanaan memang tidak
semudah seperti mencontoh biasa, kita sering mengalami kesulitan untuk paham
pusat itu ya mau tidak mau kita harus berupaya untuk memenuhi pesyaratan
peraturan pusat. Yang penting laporan sudah dibuat tepat waktu. (Kasubbag
Program)
2. Pedoman dan petunjuk jelas ada, ada Inpres, PP, Pergub, sama Permen. Tapi
karena pedoman dan juknis tu terlalu banyak bahkan kerap kali ditambah dan
diperbaharui sementara kita harus segera menyusun laporan kinerja tepat waktu,
hasilnya ya kita yang penting asal jadi laporan aja dulu, yang penting tepat waktu
sesuai ketentuan dari pusat, daripada kita nanti kena sanksi. Nanti sambil jalan
baru kita belajar pelan-pelan. Bisa dengan pelatihan kadang kita kerja sama ke
kampus UGM untuk pelatihan waktu tu pernah di hotel di Malioboro, trus nanti
study banding ke instansi di jawa yang dong punya hasil laporan kinerjanya bagus
dan bisa dicontoh kayak jawa tengah. Nanti ada dari pihak kampus UGM bantu
74
3. Berdasarkan pengalaman saya selama ini SAKIP sendiri ada pedomannnya, itu
kalau tidak salah di PP No.29/2014. Tapi jujur saja, disini tu masih banyak staf
bahkan pejabat yang menjabat di beberapa bidang yang tidak paham secara
mendalam soal itu. Semua tu soal budaya kerja sebenarnya dek.., kami soalnya
terbiasa yang penting setiap bidang buat laporan sesuai waktu untuk terus kita
laporkan ke bagian program untuk selanjutnya bagian program olah jadi LAKIP,
semua semata hanya demi untuk menghasilkan laporan kinerja tepat waktu yang
mana adalah hal wajib untuk mengikuti peraturan dari pusat, daripada telat malah
nanti kita bisa kena masalah, bisa hasil pemeriksaan jadi disclemer lah terus
Umum&Kepegawaian)
4. Ada peran serta dari pihak eksternal untuk membantu kami BPKAD dalam proses
pengukuran dan pelaporan kinerja, seperti peran dari universitas dalam membantu
merancang dokumen perencanaan yaitu dari UGM. Kami tiap bidang nanti
yang mau kita capai selama 5 tahun kedepan terus nanti mereka yang akan susun
bantu kita dalam buat Renstra kita punya SKPD. Setelah itu mereka buat
pelatihan untuk kita para staf/pejabat yang terlibat soal laporan kinerja. Biasanya
sih pelatihan dilakukan rutin tiap tahun dengan kerjasama sama UGM. (Kabid
Anggaran)
dengan ini pedoman-pedoman sama petunjuk ni. Satu belum selesai kita belajar
75
sampai paham begini su muncul lagi yang lain atau diperbaharui lagi. Akhirnya
kita paling hanya sekedar berjuang berusaha buat menghasilkan laporan aja. Kita
pernah juga akhirnya mengacu buat mencontoh laporan kinerja dari daerah lain,
kita mengacu dari pemerintahan di jawa tengah di solo kalau tidak salah karena
mereka dalam hal susun laporan kinerja su bagus, soalnya cara begitu lebih mudah
baru paling cepat dilakukan, baru nanti sambil jalan nanti kita perbaikin pelan-
pelan, daripada kita sudah tidak dapat arahan dan tidak ada pendampingan masih
mau belajar dari nol lagi semua peraturan-peraturan tu, lama-lama kita nanti dapat
disclemer terus karena tidak bisa tepat waktu buat susun laporan kinerja, akhirnya
6.3.3 Sintesisasi
Pada tahap sisntesisasi ini, antara satu kategori dengan kategori dari hasil
wawancara akan dikaitkan dari satu responden dengan responde lainnya yang
memilki kesamaan ide/pokok pikiran untuk dapat ditarik suatu kesimpulan. Berikut
Tabel 6.2 Hasil Sintesisasi Faktor Penghambat atas Pengukuran & Pelaporan Kinerja
76
kinerja yang sesuai adalah persoalan utama yang terjadi. Data pendukung yang
kurang lengkap dan kurang valid, dan disertai pimpinan yang kurang dalam
dan belum memiliki pengetahuan yang memadai dan kompeten terhadap sistem
pengukuran kinerja, berkibat kepada hasil dari pelaksanaan sistem yang yang sekedar
2. Institusional Isomorfisma
Dari hasil wawancara yang dilakukan sebagian besar pejabat BPKAD menunjuk
bahwa acuan utama dalam pengembangan dan penggunaan indikator kinerja dan
77
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Laporan pemerintah dari daerah lain juga
dirujuk sebagai acuan dalam proses penyusunan laporan kinerja. Beberapa dari
mereka menerima bantuan dan arahan dari pihak universitas, dari BAPEDA dan
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa pejabat
yang efektif dan maksimal dari atasan. Peran pimpinan SKPD dalam memberikan
78
pemahaman yang rinci dan memadai kurang dilakukan oleh para pimpinan, sehingga
gambaran yang jelas tentang penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja
yang harus dibuat sesuia dengan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
bidang/unit.
memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan dan memahami sistem terkait
kinerja serta kurangnya pemahaman akan indikator kinerja yang sesuai untuk
rendahnya kualitas pengetahuan dan kemampuan teknis dari pegawai dan pejabat
akibat terjadinya mutasi pegawai yang berkompeten serta diikuti dengan kurangnya
penggunaan sistem terkait kinerja dan indikator kinerja, hal tersebut merupakan
konsekuensi logis bahwa BPKAD Provinsi Papua wajib memiliki paling tidak
79
seorang pegawai dengan kompetensi teknis yang relatif tinggi, selain mengadakan
Pelaksanaan sistem terkait kinerja pada BPKAD Provinsi Papua diawali dengan
penyusunan indikator kinerja dari tiap-tiap bidang/unit kerja sesuai dengan tupoksi
sering terhambat oleh kurangnya data dan kurangnya validitas data-data yang
dikumpulkan oleh tiap-tiap bidang/unit. Hal ini terjadi karena lambatnya proses
data kinerja yang baik dan belum adanya mekanisme yang baku seperti SOP dalam
menyusun dan menata guna melengkapi data dan bahan yang digunakan untuk
80
4. Formalitas
berdasarkan dari hasil wawancara dari sebagian besar narasumber maka dapat
kepatuhan yang sifatnya sebatas formalitas, atau dengan kata lain perilaku organisasi
didominasi oleh isomorfisma koersif. Dalam hal ini pelaksana teknis belum
publik sebagai bagian akuntabilitas kinerja kepada publik dan pemangku kepentingan
sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua, maka perlu
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akbar et al
81