Anda di halaman 1dari 16

INDIKATOR

KINERJA UTAMA
(IKU)

BADAN PENDAPATAN DAERAH/PASEDAHAN AGUNG


KABUPATEN BADUNG
Tahun 2021
DAFTAR ISI

Halaman
Keputusan Kepala Dinas
Daftar Isi ................................................................................................................. i

BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 3
1.3. Landasan Hukum .............................................................................. 3

BAB II Indikator Kinerja Utama .................................................................... 5


2.1. Definisi Indikator Kinerja Utama .................................................... 5
2.2. Syarat Kriteria Indikator Kinerja Utama ......................................... 5
2.3. Penetapan Indikator Kinerja Utama ................................................. 6

BAB III Penutup ................................................................................................. 7

Lampiran IKU

i
PENDAHULUAN
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi sebagai
konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau
pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja
diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja Aparatur, diharapkan dapat
menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu
pelayanan publik secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak
akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder
lainnya tetap menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua
komponen tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal
utama untuk meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat
prestasi melalui indikator kinerjanya akan menyentuh langsung faktor-faktor yang
menunjukkan indikasi-indikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang
Aparatur, serta sejauh mana fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar
yang ditentukan.
Pembangunan yang dilaksanakan melalui pelaksanaan program dan
kegiatan diharapkan semaksimal mungkin dapat meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut lembaga pemerintah harus mampu
menerakan sistem yang kondusif bagi berlangsungnya pembangunan sejak dari
perencanaan hingga proses evaluasi. Prinsip Good Governance atau kepemerintahan
yang baik merupakan sebuah komitmen yang mutlak dalam penyelenggaraan
kepemerintahan dengan bercirikan profesionalisme, transparan, efektif, efisien
akuntabel, demokratis dengan tetap menjungjung supremasi hukum.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja


pemerintah, maka diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk menunjukan apakah
sasaran atau kegiatan telah berhasil dicapai, yang kemudian dituangkan dalam
Indikator Kinerja. Agar sasaran kegiatan dan program berjalan efektif, efisien dan
optimal maka ditetapkan suatu pengukuran Indikator Kinerja strategis yang menjadi
prioritas di setiap Instansi pemerintah sebagai suatu bentuk penajaman sasaran
sehingga diharapkan tujuan visi dan misi organisasi dapat tercapai sesuai dengan
perencanaan yang tertuang dalam RPJMD, RENSTRA maupun RENJA, yang telah
ditetapkan.

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 1


Penyusunan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators) atau
disebut juga sebagai Indikator Kinerja Kunci sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya
membangun system manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif,
akuntabel dan berorientasi pada hasil, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah.

Untuk mengetahui tingkat kemajuan kinerja organisasi diperlukan suatu


indikator atas keberhasilan yang diraih. Konsep-konsep pengukuran kinerja
organisasi telah berkembang sejalan dengan semangat perubahan untuk
memperbaiki kinerja organisasi, Semangat perubahan dimaksud adalah pola
orientasi manajemen dari pola yang berorientasi pada masukan (input) kepada pola
yang berorientasi hasil, manfaat dan dampak kegiatan (output, outcomes dan
benefit).

Kebijakan penyusunan IKU di lingkungan instansi pemerintah pada dasarnya


terintegrasi dengan berbagai dokumen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP), yang meliputi dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana
Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
indikator kinerja merupakan salah satu sub sistem yang tidak terpisah dalam rangka
meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Mengenai penyusunan IKU dalam SAKIP telah ditetapkan Peraturan Menteri


Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/09/M.PAN/5/2007, Tanggal
31 Mei 2007, tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah jo Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/20/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan
Indikator Kinerja Utama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; Setiap
Instansi pemerintah menurut peraturan ini wajib menetapkan Indikator Kinerja
Utama (IKU) secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing
tingkatan (level) secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama (IKU) instansi
pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja
keluaran (output) dan hasil (outcome).

Sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014


tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ditentukan bahwa Indikator
Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 2


merupakan ikhtisar Hasil berbagai Program dan Kegiatan sebagai penjabaran tugas
dan fungsi organisasi.

Dengan ditetapkannya lndikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators)


secara formal dalam suatu lembaga pemerintah, diharapkan akan diperoleh
informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen
kinerja secara baik serta diperolehnya ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu
tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikkan kinerja dan
peningkatan akuntabilitas kinerja.

Perlunya ditetapkan indikator-indikator kinerja pada Badan Pendapatan


Daerah/Pasedahan Agung kabupaten Badung adalah agar terdapat proses yang
wajar yang digunakan baik oleh para pelaksana dan pimpinan dalam mengelola
usaha-usaha organisasi instansi agar mencapai hasil atau berkinerja tinggi. Logika
pentingnya indikator kinerja ini dapat dijelaskan rnulai dari pentingnya pengukuran
kinerja sampai pada hal-hal yang rinci dahm mengelola organisasi secara umum agar
berjalan efektif dan efisien.

Dengan demikian Badan Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten


Badung menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan harapan dapat
memberikan informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam penyelenggaraan
manajemen kinerja secara baik, disamping juga sebagai dokumen tolak ukur kinerja
utama serta menunjukan target yang harus dicapai berdasarkan tolak ukur kinerja
yang telah ditetapkan.

Maksud dan Tujuan.


Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Pendapatan Daerah
/Pasedahan Agung kabupaten Badung dimaksudkan untuk dapat memperoleh
gambaran atau sebagai alat ukur mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan
Perangkat Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategis instansi
pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan, sesuai dengan program dan kebijakan yang telah ditetapakan.
Sedangkan tujuan ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) ini adalah :
1. untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam
penyelenggaraan manajemen kinerja secara baik.

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 3


2. untuk memperoleh ukuran keberhasilan dan pencapaian suatu tujuan dan
sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan
peningkatan akuntabilitas kinerja.
3. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok
setinggi tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan
mendorong kinerja staf.
4. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil
kerja melalui prestasi pribadi.
5. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya
tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan
dan staf.

Landasan Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia
Nomor 4406):
3. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576):
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 150, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4585)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang Tata cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663)

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 4


7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 97, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664)
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009
9. Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara sebagaimana telah beberapa
kali diubah terahir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia
10. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
11. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 5


Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key performance indicators (KPI) dapat diartikan sebagai ukuran atau Indikator
yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita
tetapkan.

Definisi Indikator Kinerja Utama


Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan
dan sasaran strategis operasional. Setiap lembaga atau Instansi pemerintah wajib
merumuskan Indikator Kinerja Utama sebagai suatu prioritas program dan kegiatan
yang mengacu pada sasaran strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategos (Renstra) Satuan Kerja Perangkat
Daerah. Indikator Kinerja Utama pada Unit Organisasi setingkat Eselon II/SKPD/Unit
kerja mandiri sekurang-kurangnya adalah Indikator keluaran (Out Put) untuk
mendukung pencapaian sasaran strategis.
Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key performance indicators (KPI)
dapat diartikan sebagai ukuran atau Indikator yang akan memberikan informasi
sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita
tetapkan. Dalam menyusun KPI kita harus sebaiknya menentapkan indikator kinerja
yang jelas, spesifik dan terukur (measurable). KPI juga sebaiknya harus dinyatakan
secara eksplisit dan rinci sehingga menjadi jelas apa yang diukur. Pada sisi lain, biaya
untuk mengidentifikasi dan memonitor KPI sebaiknya tidak melebihi nilai yang akan
diketahui dari pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan yang tidak
banyak memberi nilai tambah.
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
1. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.
Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi
tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
2. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu
kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(Green, 1992).
3. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung
maupun tidak langsung (WHO, 1981)
Ada dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah
pengukuran dan perubahan. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 6


"indikator" sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan
kegiatan. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada proses-proses kunci
serta spesifik. Indikator pelayanan adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas yang berdampak terhadap pelayanan. Indikator
tidak dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi
dapat dianalogikan sebagai "bendera" yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik
dan memerlukan monitoring dan evaluasi.
Dalam beberapa kegiatan, mungkin tidak relevan mengukurnya dengan
ukuran kuantitatif untuk mengambil suatu keputusan. Sebagai contoh dalam
komunikasi: bagaimana kualitas komunikasi interpersonal antara aparatur –
masyarakat, maka pengukurannya adalah melalui observasi langsung untuk
mengetahui bagaimana kualitas interaksinya. Monitoring dilakukan terhadap
indikator kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai.
Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self
assesment).

Syarat Kriteria Indikator Kinerja Utama


Penetapan Indikator Utama harus memenuhi karakteristik dan kriteria
Indikator Kinerja yang memadai untuk pengukuran kinerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yaitu :
1. Specific (S): target harus bersifat spesifik, detail dan terfokus. Contoh:
"Meningkatkan laba operasi menjadi Rp 100 milyar per tahun…”
2. Measurable (M): dapat dikur. Contoh: "…menurunkan jumlah keluhan
pelanggan dari 12 kali per tahun menjadi hanya 5 per tahun.
3. Achievable (A): target yang telah ditetapkan merupakan hal yang realistis dan
dapat dicapai (achievable) ada nilai atau hasil peningkatan
4. Relevant (R): target yang dipilih merupakan aspek-aspek yang relevan dan
berkaitan dengan tugas pokok
5. Time (T): waktu untuk mencapai target tersebut/deadline. Contoh: "… pada
akhir semester satu”

Di samping itu penetapan indikator-indikator kinerja hendaknya


memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek-aspek yang akan dinilai.

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 7


2. Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak.
4. Spesifik (Specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas dan tidak
tumpang tindih.
5. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh:
pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan
post-operasi

Sedapat mungkin Indikator Kinerja juga fleksibel apabila dikemudian hari


terjadi perubahan. Dalam penetapan dan pemilihan Indikator Kinerja Utama
hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya keselarasan dan mengacu pada Dokumen RPJMD, Renstra dan Kebijakan
Umum.
2. Bidang kewenangan, tugas dan fungsi SKPD.
3. Kebutuhan informasi kinerja untuk menyelenggarakan Akuntabilitas Kinerja.
4. Kebutuhan statistik pemerintah.
5. Perkembangan issue dan ilmu pengetahuan

Penetapan Indikator Kinerja Utama


Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih
meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU), karena
akan menjadi penanda dalam menentukan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian setiap tahunnya, suatu
instansi harus merencanakan program dan kegiatan sesuai dengan ukuran
keberhasilan yang telah ditetapkan.

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 8


GAMBARAN UMUM

Tugas Pokok dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 20 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Badung yang
dijabarkan kedalam Peraturan Bupati Badung Nomor 78 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Badung, maka tugas pokok Bapenda/Pasedahan Agung adalah :
melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan dan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung menyelenggarakan fungsi yaitu :
a. penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan dan peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD);


b. pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang perencanaan dan peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD);


c. pemantuan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis di

bidang perencanaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);


d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan
pemerintahan Daerah sesuai dengan program/rencana kerja Badan
Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya

Arah dan Kebijakan


Tujuan dan sasaran jangka menengah yang ingin diwujudkan oleh
Bapenda adalah sebagai berikut :

Tujuan :
"Meningkatnya Kemandirian Fiskal Daerah".
Sasaran :
1) Meningkatnya Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah.
2) Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik.

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 9


Untuk mengukur kesesuaian antar dokumen perencanaan daerah/Perangkat
Daerah, maka variabel-variabel yang dipergunakan sebagai berikut :
1. Tujuan
2. Indikator Tujuan
3. Kebijakan
4. Strategi
5. Indikator Kinerja Utama (IKU)
6. Sasaran
7. Indikator Sasaran
8. Target
9. Program
10. Kegiatan
Untuk mencapai sasaran-sasaran jangka menengah tersebut diatas, maka
strategi dan Arah Kebijakan yang dilaksanakan oleh Bapenda/Pasedahan Agung
Kabupaten Badung adalah sebagai berikut :
Strategi :
a. Meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah melalui
Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik dan bersih.
b. Meningkatkan kapasitas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi (SAKIP).
c. Membuat perencanaan yang baik.
d. Optimalisasi Pengelolaan Anggaran PD.
e. Melaksanakan Rekonsiliasi Penerimaan Pendapatan Daerah .
f. Meningkatkan kual`itas SDM Aparatur Sipil Negara.
g. Memaksimalkan kapasitas fiskal daerah dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).
h. Mengkomunikasikan secara komperehensif program PD kepada para
pemangku kepentingan (stake holders).
Arah Kebijakan :
a. Melakukan evaluasi terhadap hasil laporan Badan Pendapatan
Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
b. Meningkatkan nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
Badan Penapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung yang
dilaksanakan oleh Inspektorat.
c. Meningkatkan koordinasi baik itu secara internal maupun eksternal
dalam menyusun perencanaan.

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 10


d. Memaksimalkan pengelolaan anggaran yang tepat guna dan berbasis
kinerja.
e. Meningkatkan kinerja Aparatur dalam menyusun Laporan Keuangan
Daerah sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah).
f. Menugaskan Aparatur Sipil Negara untuk mengikuti Bimbingan dan
Pelatihan Teknis (Bintek) serta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
g. Optimalisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk
menunjang pembiayaan Daerah.
h. Memperkuat sinergitas, penyempurnaan sistem manajemen dan
pelaporan kinerja Perangkat Daerah secara terintegrasi, kredibel, dan
dapat diakses oleh pemangku kepentingan (stake holders).

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 11


PENUTUP
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/20/M.PAN/11/2007, tentang Pedoman Penyusunan Indikator
Kinerja Utama (IKU), bahwa setiap unit kerja wajib melaksanakan penetapan IKU
dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan dalam Laporan
Akuntabilitas Kinerja sebagai parameter terhadap pencapaian kinerja yang telah
ditetapkan dalam RPJMD dan Renstra masing-masing unit kerja

Dengan ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Pendapatan


Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung diharapkan dapat dijadikan
pedoman/ukuran kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pada Badan
Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung sehingga dapat dijadikan
dasar dalam pembuatan kontrak kinerja yang harus diwujudkan oleh jajaran
pimpinan sebagai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Dengan Indikator Kinerja
Utama (IKU) ini diharapkan Badan Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung tidak hanya
mengelola anggaran saja, akan tetapi harus mampu menunjukan serta
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat.

Mudah-mudahan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Pendapatan


Daerah/Pasedahan Agung dapat dijadikan parameter terhadap pencapaian kinerja
aparatur dalam melaksanakan program dan kegiatan demi kemajuan instansi.

Mangupura, September 2021


Kepala Badan Pendapatan Daerah/
Sedahan Agung Kabupaten Badung,

I Made Sutama, SH., MH


Pembina Utama Muda
NIP.19621231 199212 1 005

IKU Bapenda / Pasedahan Agung 12


INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

1. PERANGKAT DAERAH Badan Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung


2. TUGAS Melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
3. FUNGSI a. penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang perencanaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
c. pemantuan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis di bidang perencanaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintahan Daerah sesuai dengan program/rencana kerja Badan Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung Kabupaten Badung; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya

SASARAN INDIKATOR KINERJA


VISI MISI TUJUAN FORMULASI PERHITUNGAN SUMBER DATA PENANGGUNG JAWAB KET
STRATEGIS UTAMA

Melanjutkan Kebahagiaan MISI 9 : Meningkatnya 1 Meningkatnya 1 Derajat Desentralisasi / Pendapatan Asli Daerah (PAD) Laporan Realisasi Bidang Data dan TI
Masyarakat Badung Melalui Meningkatkan Daya Kemandirian Fiskal Kontribusi PAD Rasio Kemampuan ------------------------------------------- x 100 PAD Bidang Penetapan
Pembangunan Yang Saing Daerah yang Daerah terhadap Keuangan Daerah total Pendapatan Daerah Bidang Penagihan dan
Berlandaskan Tri Hita Karana Berbasis Kreativitas dan Pendapatan Pasedahan
Inovasi Daerah
2 Indeks Kemandirian Fiskal Laporan Realisasi Bidang Data dan TI
(IKF) / otonomi fiskal ( Transfer Pusat + Provinsi) PAD Bidang Penetapan
1 - ------------------------------------------ Bidang Penagihan dan
PAD Pasedahan

2 Meningkatnya 1 Indeks Kepuasan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Survey Kepuasan Sekretariat
Kualitas Masyarakat (IKM) Masyarakat
Pelayanan
Publik

Anda mungkin juga menyukai