Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM KINERJA


KEUANGAN
PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Oleh :

NURUL SYAHIRA
195310165

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................i


DAFTAR TABEL.................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................7
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................8
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................... 9
2.1 Telaah Pustaka ............................................................................................. 10
2.1.2 Kinerja Keuangan ..................................................................................19
2.1.3 Organisasi Sektor Publik .......................................................................19
2.1.4 Indikator Kinerja....................................................................................20
2.1.5 Laporan Kinerja .....................................................................................26
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................27
2.3 Hipotesis ......................................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................30
3.1 Desain Penelitian .....................................................................................30
3.2 Objek Penelitian ......................................................................................30
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................30
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................30
3.6 Teknik Analisis Data ...............................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31
LAMPIRAN ..........................................................................................................34

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Capaiam kinerja utama BAPEDA Kabupaten Kepulauam Meranti Tahun 2020
............................................................................................................................................ 4
Tabel I.2 Capaiam kinerja utama BAPEDA Kabupaten Kepulauam Meranti Tahun 20215
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 27

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : LKjIP TA 2020 BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti


35
Lampiran 2 : LKjIP TA 2021 BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti
36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman pemerintah dituntut untuk

melaksanakan akuntabilitas dan transparansi publik dalam pelayanan publik

kepada masyarakat. Kegunaan akuntabilitas dan transparansi publik agar

masyarakat mengetahui kinerja pelayanan publik. Tuntutan masyarakat ini sesuai

dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang reformasi

kelembagaan dalam menciptakan good governance, yaitu pemerintahan yang

bersih, akuntabel, ekonomis, efektif, transparan, dan responsif. Kondisi ini

mendorong peningkatan kebutuhan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap

penyelenggara negara yang telah menerima amanat dari masyarakat.

Pengukuran kinerja merupakan faktor penting pada setiap organisasi,

termasuk juga organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja adalah salah satu alat

ukur yang dapat digunakan oleh organisasi dalam menilai apakah kinerja organisasi

telah berjalan dengan baik dan semestinya. Dalam pengukuran kinerja menjamin

adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas

dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya

dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran

kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang seharusnya terjadi

dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala

triwulan dan tahunan. Pengukuran dan membandingan kinerja dalam laporan

kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja instansi pemerintah (Permenpan

1
2

RB No 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah). Salah satu

cara pengukuran kinerja melalui konsep value for money.

Menurut Purwiyanti (2017), Value for Money merupakan konsep

pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama,

yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivits. Konsep ini dapat membantu sektor publik

dalam mengukur kinerja yang nantinya berdampak dalam menyempurnakan

pelayanan publik agar sesuai prosedur yang telah diterapkan dan meminimalisir

dana alokasi belanja supaya tidak terjadi pemborosan.

Menurut Mardiasmo (2009) manfaat dari pengimplementasian konsep value

for money pada organisasi sektor publik adalah dapat meningkatkan pelayanan

publik agar lebih tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publk, meningkatkan

efisiensi biaya pelayanan publik, pengalokasian belanja yang lebih ke arah

kepentingan publik, dan meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar

pelaksanaan akuntabilitas publik, (Septariani,2016), untuk masing-masing elemen,

terdapat perbedaan cara penilaian. Sedangkan menurut (Dwinanda,2018), elemen

ekonomis dihitung dengan membandingkan nilai realisasi anggaran dengan

anggarannya, elemen efisiensi dihitung dengan membandingkan persentase hasil

yang diperoleh dari suatu kegiatan dengan persentasi nilai ekonominya, elemen

efektifitas dihitung dengan membandingkan persentase dampak yang ditimbulkan

dari suatu kegiatan dengan persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan.
3

Konsep value for money diterapkan dengan menghitung nilai masing-

masing elemen dengan cara membandingkan nilai-nilai yang berhubungan dengan

kinerja. Hasil dari perhitungan masing-masing elemen akan dibandingkan dengan

tolak ukur yang telah ditetapkan untuk melihat seberapa efektif, efisien, dan

ekonomis kinerja yang telah dilakukan oleh Instansi. Hasil perhitungan konsep

value for money akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan penyempurnaan kinerja

Instansi pemerintah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan

Meranti adalah salah satu Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah

Kota Selatpanjang yang melaksanakan urusan pembangunan. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti terletak di Jalan Dorak,

Selatpanjang Timur, Kecamatan tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti,

Provinsi Riau. Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki peran dalam

membantu Bupati dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintah yang

menjadi kewenangan daerah di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah setiap tahunnya

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti menggunakan

pengukuran kinerja Laporan Kinerja Instansi pemerintah (LKJiP). LKJiP

merupakan suatu bentuk format pertanggungjawaban instansi pemerintah yang

berisi informasi seputar capaian dan hambatan pelaksanaan rencana kerja.


4

Berikut disajikan realisasi capaian indikator kinerja tahun 2020 s/d 2021

yang belum mencapai target sesuai yang telah ditentukan.

Tabel 1.1
Capaian Kinerja Utama BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun
2020
No Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Capaian(%)

1 Persentase usulan % 55 69.09 125.81


kegiatan yang
diakomodir dalam
dokumen
perencanaan tahunan
2 Tingkat keselarasan % 100 100.00 100.00
dokumen
perencanaan daerah
3 Tingkat keselarasan % 80 91.61 114.51
dokumen
perencanaan
kabupaten dengan
provinsi dan nasional
4 Nilai evaluasi SAKIP Kategori A N/A -
daerah
5 Indeks kepuasan Indeks 90 91.63 101.8
masyarakat (IKM)
6 Persentase penetapan % 100 85.71 85.71
dokumen
perencanaan tepat
waktu
7 Persentase hasil % 60 75.00 125.0
kajian yang
dimanfaatkan untuk
perumusan kebijakan
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan BAPPEDA Kabupaten Kepulauan
Meranti Tahun 2020.
Tabel diatas serta tabel yang dilampirkan dibawah ini menunjukkan bahwa
setiap tahun BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki kegiatan yang
harus dipertanggungjawabkan kinerjanya. Berdasarkan hal tersebut berikut
5

dilampirkan capaian indicator kinerja selanjutnya tahun 2021 yang juga belum
mencapai target sesuai yang telah ditentukan.

Tabel I.2
Capaian kinerja utama BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti
Tahun 2021
No Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Capaian(%)

1 Persentase usulan % 60 85.04 141.73


kegiatan yang
diakomodir dalam
dokumen perencanaan
tahunan
2 Tingkat keselarasan % 100 100 100.00
dokumen perencanaan
daerah
3 Tingkat keselarasan % 85 100 117.65
dokumen perencanaan
kabupaten dengan
provinsi dan nasional
4 Nilai evaluasi SAKIP Kategori A N/A -
daerah
5 Indeks kepuasan Indeks 90.00 85.79 95.32
masyarakat (IKM)
6 Persentase penetapan % 100
dokumen perencanaan
tepat waktu

7 Persentase hasil kajian % 65 75 115.38


yang dimanfaatkan
untuk perumusan
kebijakan
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BAPPEDA Kabupaten Kepulauan
Meranti Tahun 2021.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 diketahui nilai
capaian kinerja indicator utama yang capaian kinerjanya melebihi target atau lebih
dari 100% sebanyak 4 indikator yakni persentase usulan kegiatan yang diakomodir
dalam dokumen perencanaan tahunan 125.61%, tingkat keselarasan rencana
pembangunan kabupaten dengan provinsi dan nasional 114,5%, indeks kepuasan
6

masyarakat 101.8%, dan persentase hasil kajian yang dimanfaatkan untuk


perumusan kebijakan 125.0%, dan 1 indikator lainnya tidak mencapai target atau
masih dibawah 100%, yakni persentase penetapan dokumen perencanaan tepat
waktu 85.71%. pada tahun 2021 dapat diketahui nilai capaian kinerja indicator
utama yang capaian kinerjanya melebihi target atau lebih dari 100% sebanyak 3
indikator yakni persentase usulan kegiatan yang diakomodir dalam dokumen
perencanaan tahunan 141.73%, tingkat keselarasan rencana pembangunan
kabupaten dengan provinsi dan nasional 117.65%, dan persentase hasil kajian yang
dimanfaatkan untuk perumusan kebijakan 115.38%, dan 1 indikator lainnya tidak
mencapai target atau masih dibawah 100% yakni Indeks kepuasan masyarakat
95.32%.

BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2020-2021 masih ada


capaian yang belum sesuai target yang telah ditentukan, yakni kinerja yang
melebihi target dan kinerja yang tidak mencapai target, yang dimana hal tersebut
tidak menjamin bahwa pengeluaran anggaran BAPPEDA sudah ekonomis, efektif,
dan efisien. Realisasi anggaran tahun 2020 dan 2021 menunjukan banyaknya
pemborosan pada penggunaan dana, dan belum terserapnya anggaran secara
maksimal.

Salah satu cara untuk mengukur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Kabupaten Kepulauan Meranti telah ekonomis, efektif dan efisien adalah dengan
menerapkan value for money pada pengukuran kinerja guna mengetahui apakah
pengeluaran dapat digunakan sesuai dengan rencana kinerja yang telah dirancang.
Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan pengeluaran dengan sebaik-baiknya
sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Berdasarkan uraian beberapa masalah diatas peneliti tertarik melakukan


penelitian yang berjudul Analisis Value For Money Pada Kinerja Keuangan
Badan Perencanaan Pembangun Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.
7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah


yang di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Kabupaten Kepulauan Meranti dengan menggunakan konsep value for
money ditinjau dari aspek ekonomis ?
2. Bagaimana kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kepulauan Meranti dengan menggunakan konsep value for
money ditinjau dari aspek efisien ?
3. Bagaimana kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kepulauan Meranti dengan menggunakan konsep value for
money ditinjau dari aspek efektivitas ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengukur kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dengan menggunakan konsep value
for money ditinjau dari aspek ekonomis.
2. Untuk mengukur kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dengan menggunakan konsep value
for money ditinjau dari aspek efisien.
3. Untuk mengukur kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dengan menggunakan konsep value
for money ditinjau dari aspek efektivitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :


1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
akuntansi sektor publik khususnya konsep value for money
8

2. Bagi instansi, penulis berharap penelitian ini menjadi bahan pertimbangan


dan masukan dalam pengambilan kebijakan di kemudian hari bagi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.
3. Bagi Penelitian lainnya, diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti
dengan topic yang sama.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan disusun dalam 5 tahap, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Dalam telaah pustaka terdiri atas teori yang digunakan


dalam menganalisis sehingga hasilnya bisa membuktikan
hipotesis yang penulis ajukan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan desain penelitian, objek penelitian,


jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan tekik
analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum terkait


instansi Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti, hasil
penelitian serta pembahasan dari hasil pengukuran dan
wawancara yang dikaitkan dengan teori serta penelitian
terdauhulu.
9

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil


penelitian yang dilakukan secara rinci serta saran untuk
penelitian selanjutnya maupun bagi pembuat kebijakan
ataupun bagi pihak lain yang terkait.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka


2.1.1 Value For Money
2.1.1.1 Pengertian Value For Money
Value for money menurut (Halim & Kusufi, 2014) merupakan konsep
untuk mengukur ekonomi, efektifitas, dan efisiensi kinerja program, kegiatan
dan organisasi, yaitu :

a. Ekonomi, terkait sejauh mana organisasi sektor publik dalam hal ini Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dapat meminimalisir input resource yang
digunakan untuk menghendari pengeluaran yang boros.

b. Efisiensi, merupakan pencapaian output yang maksimum dengan input


tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.

c. Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang


ditetapkan, atau secara sederhana merupakan perbandingan outcome dengan
output.

Value for money menurut (Arifani et al., 2018) merupakan inti pengukuran
kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari
output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output,
dan outcome secara bersama-sama. Value for Money adalah inti dari pengukuran
kinerja pada organisasi sektor publik di mana kinerja organisasi sektor publik tidak
dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, tetapi harus mempertimbangkan
input, output, dan outcome secara bersama sama.

Menurut (Mardiasmo, 2018) menyatakan bahwa value for money


merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisien dan efektivitas. Ruang lingkup ekonomi
meliputi pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga

10
11

yang terendah. Efisien menyangkut pencapaian output yang maksimum dengan


input tertentu. Efektivitas berkaitan erat terhadap tingkat pencapaian hasil program
dengan target yang telah di tetapFadikan. Dalam hal ini tujuan yang di inginkan
oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for
money yaitu : ekonomis (hemat cermat) dalam penggandaan dan alokasi sumber
daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti
penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, dan efektif (berhasil
guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran. Elemen-elemen teresebut merupakan
tiga elemen pokok Value for money , beberapa pihak berpendapat bahwa tiga
elemen saja belum cukup sehingga perlu ditambahkan dengan dua elemen lain yaitu
keadialan (equality) dan kesetaraan (equality) (Mardiasmo, 2018).

Menurut (Mahmudi, 2015) Value for money diartikan sebagai konsep


organisasi sektor publik yang diartikan sebagai penghargaan terhadap nilai uang.
Pengukuran kinerja dengan metode Value For Money merupakan pengukuran untuk
menilai ekonomi, efektif dan efisien dari program, dan aktivitas di instansi.
Sedangkan (Halim & Kusufi, 2013) Value For Money adalah konsep yang penting
dalam organisasi sektor publik sehingga sering kali disebut dengan inti dari
pengukuran kinerja sektor publik. Menurut (Okoli et al., 2014) Value For Money
(VFM) merupakan sumber daya secara efektif, ekonomis dan tanpa pemborosan,
dengan memperhatikan total biaya dan manfaat, dan kontribusinya terhadap hasil
yang ingin dicapai organisasi. Ini adalah istilah yang umumnya digunakan untuk
menggambarkan komitmen yang jelas untuk mencapai hasil terbaik dari uang yang
di belanjakan.

Menurut (Mardiasmo, 2011) Value For Money dapat tercapai apabila


organisasi telah menggunakan biaya input paling kecil untuk mencapai output yang
optimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Implementasi konsep value for
money pada organisasi sektor publik dilakukan seiring dengan meningkatnya
tuntutan akuntabilitas publik dan pelaksanaan Good Governance. Implementasi
konsep value for money dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan
memperbaiki kinerja sektor publik.
12

Menurut (Ulum, 2012) mengenai pelaksanaan value for money, yaitu


ekonomi (hemat cermat) dalam dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna)
dalam penggunaan sumber daya, mempunyai arti penggunaannya diminimalkan
dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing costs), serta
efektif (berhasil guna) mempunyai arti mencapai tujuan dan sasaran. Buat
menunjang dilakukannva pengelolaan dana public (public money) yang
mendasarkan konsep value for money, hingga dibutuhkan Sistem Pengelolaan
Keuangan Wilayah serta Anggaran Wilayah yang baik. Perihal tersebut bisa
tercapai apabila pemerintah wilayah mempunyai sistem akuntansi yang baik.

Value for money adalah metode untuk mengukur apakah sebuah organisasi,
instansi, atau perusahaan sudah mengelola kinerja keuangan dengan baik sesuai
dengan 3 elemen dalam value for money yaitu Ekonomis, Efektivitas, dan Efisiensi.

2.1.1.2 Pengukuran Value For Money

Menurut (Halim & Kusufi, 2013) Value For Money adalah konsep yang
penting dalam organisasi sektor publik sehingga sering kali disebut dengan inti dari
pengukuran kinerja sektor publik. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja
secara langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja
secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang bersifat hanya merupakan indikasi-
indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu diketahui
indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja. Perbedaan antara ukuran
kinerja dengan indicator kinerja adalah:

1. Ukuran kinerja, Umumnya berfokus pada penilaian terhadap kinerja secara


langsung, contoh: laporan keuangan pemerintah.
2. Indikator kinerja, fokus pada penilaian terhadap kinerja secara tidak langsung,
yaitu yang sifatnya hanya merupakan indikasi kinerja, contoh: kepuasan
karyawan, result yang di harapkan.

Dari penejelasan tersebut, bahwa terdapat perbedaaan pengukuran kinerja


serta indikator kinerja (Mahmudi,2011)
13

1. Pengukuran kinerja dengan metode Value For Money, terdapat dua bagian
yaituefisiensi dan efektivitas
a. Efisiensi, terbagi menjadi dua yaitu: 1) Efisiensi alokasi, terkait
dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input
pada tingkat kapasitas optimal. 2) Efisiensi teknis atau manajerial
terkait dengan 21 kemampuan mendayagunakan sumber daya input
pada tingkat output tertentu.
b. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuan. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,
maka organisasi telah berjalan dengan efektif. Hal yang perlu di
ketahui adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa
besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Penentuan dalam indicator kinerja akan membutuhkan:
a. Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi perencanaan,
proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa setiap
bagian organisasi dengan menggunakan tahap yang ditentukan.
b. Spesifikasi teknis dan standarisasi. Ini digunakan sebagai ukuran
kinerja terhadap kegiatan, program dan organisasi.
c. Kompetensi teknis dan profesionalisme. Merupakan jaminan dalam
dukungan melakukan pekerjaan.
d. Mekanisme ekonomi dan pasar. Mekanisme ekonomi terkait
dengan pemberian reward dan punishment yang bersifat keuangan.
Sedangkan mekanisme pasar berkaitan dengan sumber daya.
Mekanisme ini digunakan untuk memperbaiki kinerja pegawai dan
organisasi sektor publik.
14

Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai


pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Menurut (Ulum, 2012) indikator value
for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi), dan

2) indikator kualitas pelayanan (efektivitas)

Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa value for money merupakan


inti pengukuran kinerja pada unit-unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator
kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi,
efisiensi dan efektivitas program dan kegiatan. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai konsep value for money atau yang dikenal dengan 3E. (Ulum, 2012)

1. Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input).
Dengan kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa
input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang
dimungkinkan. Suatu kegiatan operasional dinilai ekonomis apabila
dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu. Ekonomi
diukur melalui rasio antara input aktual dengan input rencana. Indikator
ekonomi yaitu kualitas dan kuantitas.
2. Efisiensi
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan
antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of
output). Proses kegiatan operasional dapat dinilai efisien apabila suatu
produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan
sumber daya dan dana yang serendahrendahnya (spending well).
Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber
daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya
administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut
15

memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran


(yaitu efisiensi dari proses internal).
3. Efektivitas
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau
target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan
operasional dinilai efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan
sasaran akhir kebijakan. Efektifitas diukur dengan rasio antara outcome
dengan output. Indikator efektivitas yaitu kebijakan dan prosedur.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ketiga pokok bahasan dalam value for
money sangat terkait satu dengan yang lainnya. Ekonomi membahas mengenai
masukan (input), efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan
efektivitas membahas mengenai keluaran (output) dan dampak (outcome).

2.1.1.3 Langkah-Langkah Pengukuran Value For Money

Pengukuran Ekonomi dilakukan untuk mempertimbangkan masukan yang


digunakan, ekonomi merupakan ukuran yang cukup relatif. Pengukuran Efektif
dilakukan untuk keluaran yang didapat, dan pengukuran Efisien adalah metode
penting dari ketiga elemen Value For Money.

Berikut cara mengukur kinerja keuangan dengan metode value for money
adalah :

A. Ekonomis

Pengukuran ekonomi membutuhkan data anggaran keluaran dan


realisasinya. Untuk menghubungkan seberapa besar tingkat ekonomis suatu
anggaran berdasarkan keluaran yang dilaksanakan oleh organsasi publik
(Dwinanda, 2018). Ekonomi memiliki arti bahwa dalam memperoleh sumber
daya (input) sebaiknya dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
lebih rendah (spending less) atau harga yang mendekati harga pasar.
(Purwiyanti, 2017).
16

Menurut (Ulum, 2012) pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi


adalah sebagai berikut:

a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar dari pada biaya organisasi lain yang sejenis
yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?

Cara mengukur tingkat ekonomi adalah :

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Ekonomis = ×
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Keterangan :
Input : Realisasi Anggaran Angka input yang dimaksud adalah
angka realisasi anggaran yang dikeluarkan pada setiap
kegiatan yang dilakukan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru.
Nilai Input : Anggaran Angka nilai input yang dimaksud adalah angka
target anggaran atau pagu yang ditetapkan sebelumnya pada
rancangan kinerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pekanbaru.
Menurut Mahsun (2006), dalam (Dwinanda, 2018) kriteria ekonomis adalah
:
1. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) maka
ekonomis atau sangat ekonomis
2. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (X = 100%) maka
ekonomis berimbang atau cukup ekonomis
3. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) maka tidak
ekonomis
B. Efisien
Efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti
penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan. Efisien menyangkut
pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu (Purwiyanti, 2017).
17

Cara mengukur tingkat efisiensi adalah :

𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
Keterangan :
Efisien = 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
× 100%
Output : Persentase capaian fisik dari program Angka output yang
dimaksud adalah persentase capaian fisik dari program-
program yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru.
Input : Persentase keuangan program Angka input yang dimaksud
adalah persentase keuangan yang dikeluarkan untuk
melaksanakan program-progam dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru.

Menurut Mahsun (2010) dalam (Dwinanda, 2018) kriteria efisiensi adalah :

1. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) maka tidak efisien
2. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (X = 100%) maka efisien
berimbang atau cukup efisien
3. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) berarti efisien atau
sangat efisien
C. Efektivitas
Efektivitas (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran,
efektivitas berkaitan erat terhadap tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang ditetapkan.

Cara mengukur tingkat efektivitas adalah :

𝑂𝑢𝑡𝑐𝑜𝑚𝑒
Efektivitas= 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
× 100%
Keterangan :

Outcome : Capaian Kinerja

Angka outcome yang dimaksud adalah realisasi yang telah dicapai


akibat pelaksanaan program atau kegiatan
18

Output : Target Kinerja

Angka output yang dimaksud adalah rencana output dari program -


program yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Pekanbaru.

Menurut Mahsun (2006) dalam (Dwinanda, 2018) kriteria efektivitas adalah :

1. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) maka tidak efektif
2. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (X = 100%) maka efektif
berimbang atau cukup efektif

3. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) berarti efektif atau
sangat efektif

2.1.1.4 Tujuan dan Manfaat Value For Money

Menurut (Mahmudi, 2015) mengemukakan tujuan dan manfaat yang


dikehendaki dalam pelaksanaan value for money pada organisasi sektor publik
yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya,
efesiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya, dan efektif (berhasil
guna) dalam mencapai tujuan dan sasaran yang di tetapkan sektor publik.

Manfaat implementasi value for money pada organisasi sektor publik antara lain :

a. Meningkatkan efektifitas pelayanan publik dalam arti pelayanan yang di


berikan tepat sasaran.
b. Meningkatkan mutu dan pelayanan dalam publik.
c. Menurunkan biaya dalam pelayanan publik, karena hilangnya efisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input.
d. Alokasi biaya yang lebih terorientasi pada kepentingan publik.
e. Meningkatkan kesadaran akan pada uang publik (public cost awareness)
sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep value for
money dalam pegukuran kinerja organisasi sektor publik sangat membantu suatu
19

instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan


tepat dan sesuai sasaran sehingga terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan
penggunaan sumber daya ekonomis dan efesien.

2.1.2 Kinerja Keuangan

Berdasarkan PP No 12 Tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah


kinerja adalah hasil keluaran (output) dari kegiatan atau program yang akan atau
telah dicapai dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur, Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program/ kegiatan/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi, dan misi organisasi
yang terdapat pada strategi planning/ perencanaan suatu organisasi. Secara umum,
kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Menurut (Hasthoro, 2016) Kinerja keuangan merupakan salah satu isu yang
sangat penting dalam organisasi sektor publik untuk dikaji sejak diterapkannya
konsep otonomi daerah yang dituntut untuk mampu menghasilkan kinerja keuangan
pemerintah daerahnya secara baik.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah sistem yang bertujuan agar
membantu manajer publik dalam menilai keuangan dan non keuangan. Kinerja
keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indicator keuangan
(Hasthoro, 2016).

Kinerja Keuangan merupakan gambaran yang menjelaskan keadaan


keuangan dalam suatu instansi atau perusahaan berdasarkan tujuan, standar, dan
syarat yang sudah ditetapkan sebelumnya.

2.1.3 Organisasi Sektor Publik

Sektor publik seringkali dipahami sebagai segala sesuatu yang berhubungan


dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau kepada publik yang
dibayarkan melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum.
Disetiap negara, cakupan organisasi sektor publik tidak sama. Tidak ada definisi
yang secara komprehensif dan lengkap bisa digunakan untuk semua sistem
20

pemerintahan. Di Indonesia, berbagai organisasi termasuk dalam cakupan sektor


publik antara lain pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, sejumlah perusahaan
dimana pemerintahan mempunyai saham (BUMN dan BUMD), organisasi bidang
pendidikan, organisasi bidang kesehatan dan organisasi-organisasi massa (Mahsun,
2011).

Organisasi sektor publik bukan semata-mata organisasi social yang


nonprofit oriented. Banyak yang mengaggap organisasi sektor publik pasti non-
prifit. Anggapan ini kurang tepat, karena organisasi sektor publik ada yang bertipe
quasi nonprofit. Quasi nonprofit bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan motif surplus (laba) agar terjadi keberlangsungan organisasi dan
memberikan kontribusi pendapatan negara atau daerah. Perlu ditegaskan bahwa
organisasi sektor publik bukan hanya organisasi social, bukan hanya organisasi
nonprofit dan juga bukan hanya organisasi pemerintahan (Mahsun, 2011).

Organisasi sektor publik tidak lepas dari pemerintahan maka organisasi


sektor publik identik dengan pemerintah. Meskipun sesungguhnya area organisasi
sektor publik lebih luas dari sekedar pemerintahan (Putri & Isharijadi, 2014).

Menurut , organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan


kepentingan umum, penyedia barang atau jasa kepada 22 publik yang dibayar melalui
pajak, retribusi dan pendapatan Negara lainnya yang diatur melalui undang-undang.

Organisasi sektor publik memiliki perbedaan dengan organisasi swasta yang


bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan, sedangkan organisasi sektor publik
bertujuan untuk pelayanan dan jasa kepada masyarakat.

2.1.4 Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitaif dan / atau kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
(Kristiyanti, 2012).

Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari kinerja
program dan kegiatan yang telah direncanakan. (Peraturan Presiden No. 29 Tahun
2014)
21

Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan


tewujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. Indikator kinerja
instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi. Indikator kinerja
yang digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu. (Permenpan RB No 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah)

Pengukuran kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang


telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor
keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci
(key performance indicator) (Dwinanda, 2018).

Menurut (Adisasmita, 2011) dalam manajemen, indikator kinerja


mempunyai peranan antara lain:

1. Selaku perlengkapan ukur yang digunakan buat pencapaian kinerja.


2. Selaku fasilitas buat memantau sepanjang mana upaya yang sudah
dicoba mendekati pencapaian kinerja yang sudah direncanakan.
3. Selaku fasilitas buat mengevaluasi pencapaian kinerja dengan
membandingkannya dengan kinerja yang sudah diresmikan tadinya.
4. Selaku perlengkapan buat membagikan penghargaan maupun hukuman
yang objektif untuk para pelaksananya.
5. Selaku perlengkapan komunikasi antara bawahan serta pimpinan dalam
rangka membetulkan kinerja organisasi.
6. Jadi perlengkapan buat membetulkan mutu pelayanan kepada warga.
7. Jadi perlengkapan buat menolong menguasai proses aktivitas lembaga
pemerintahan.
8. Jadi perlengkapan buat membenarkan pengambilan keputusan dicoba secara
objektif.

Menurut (Ulum, 2012) mengatakan bahwa “Indikator kinerja harus dapat


dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. Pihak internal dapat
22

menggunakannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan


serta efisiensi biaya”.

Secara umum indikator mempunyai fungsi, antara lain (Adisasmita, 2011):

1) Memperjelas tentang apa yang hendak dihasilkan serta kapan hasil


tersebut hendak dicapai dari sesuatu kegiatan.

2) Menghasilkan konsensus bermacam pihak yang berkepentingan buat


menjauhi kesalahan interpretasi penerapan kebijaksanaan/ program/ aktivitas.

3) Jadi dasar untuk pengukuran, analisis serta penilaian tarhadap kinerja


lembaga pemerintah.

Menurut (Adisasmita, 2011) sebelum merumuskan indikator kinerja


hendaknya diketahui beberapa syarat indikator kinerja, yaitu:

1. Spesifik dan jelas, sehingga tidak memungkinkan kesalahan interpretasi

2. Dapat diukur secara objektif.

3. Relevan dengan aspek-aspak kegiatan.

4. Dapat dicapai (realistis, penting, dan berguna).

5. Fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian.

6. Efektif.

Berdasarkan uraian diatas, indikator kinerja adalah keadaan atau ukuran


baik itu kualitatif maupun kuantitatif untuk mengukur kinerja dalam sebuah
pelaksanaan strategi yang sudah ditentukan.

2.1.4.1 Evaluasi Kinerja

Menurut (Adisasmita, 2011) beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan


dengan evaluasi kinerja adalah membuat kesimpulan hasil evaluasi pelaporan
akuntabilitas kinerja.
23

1. Membuat Kesimpulan Hasil Evaluasi


Membuat kesimpulan hasil penilaian kinerja tersebut di atas digunakan
skala pengukuran kinerja. Skala pengukuran kinerja diartikan terbuat
bersumber pada pertimbangan tiap- tiap lembaga antara Iain dengan skala
pengukuran ordinal, misalnya.

85 s/d 100 = baik Sangat baik Sangat berhasil

70 s/d 85 = sedang Baik Berhasil

55 s/d 70 = kurang Sedang Cukup berhasil

Kurang 55 = sangat kurang Kurang baik Tidak berhasil

2. Analisis Pencapaian Akuntabilitas Kinerja


Sesuatu laporan akuntabilitas kinerja tidak cuma berisi tingkat
keberhasilan/ kegagalan yang dicerminkan oleh penilaian indikator-
indikator kinerja sebagaimana ditunjukkan oleh pengukuran serta evaluasi
kinerja, sebagaimana dijabarkan di atas. Namun pula wajib menyajikan
informasi serta data relevan yang lain untuk pembuat keputusan supaya
bisa menginterpretasikan keberhasilan/ kegagalan tersebut secara lebih
luas serta mendalam.

Oleh sebab itu, dari kesimpulan penilaian butuh terbuat sesuatu analisis
tentang pencapaian akuntabilitas kinerja lembaga secara totalitas. Analisis tersebut
meliputi penjelasan tentang keterkaitan pencapaian kinerja aktivitas serta program
dengan kebijaksanaan dalam rangka mewujudkan target, tujuan, serta misi dan
visi sebagaimana diresmikan dalam perencanaan strategik.

2.1.4.2 Peran Indikator Kinerja Bagi Pemerintah

Menurut Mardiasmo (2006: 128) dalam (Faridah, 2013) bahwa peran


indikator yang digunakan dalam pemerintahan adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi


b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
24

c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial


d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan
pilihan
e. Untuk menunjukkan standar kinerja
f. Untuk menunjukkan efektivitas
g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya
yang paling baik untuk mencapai target sasaran
h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial
untuk dilakukan penghematan biaya.

2.1.4.3 Penentuan Indikator Kinerja

Furtwengler (2002) mengungkapkan bahwa ada sejumlah aspek yang dapat


dijadikan indikator kinerja, yaitu:

1. Kecepatan
Hal ini terkait dengan pemahaman mengenai pentingnya kecepatan dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan, penyelesaikan pekerjaan
berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, serta berusaha menyelesaikan
pekerjaan lebih cepat.
2. Kualitas
Unsur kualitas meliputi: bangga dengan pekerjaannya, melakukan
pekerjaan dengan benar, dan berusaha meningkatkan kualitas pekerjaannya.
3. Layanan
Layanan dapat dilihat melalui hal-hal berikut: pemahaman pentingnya
melayani pelanggan, menunjukkan keinginan untuk melayani dengan baik,
merespon pelanggan dengan tepat waktu, dan kemampuan memberikan
sesuatu yang lebih dari yang diharapkan oleh pelanggan.
4. Nilai
Paling tidak ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai, yaitu tindakan
yang mengindikasikan pemahaman konsep nilai dan menjadikan nilai
sebagai sesuatu yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan.
25

5. Keterampilan Interpersonal
Hal ini dapat ditinjau dari hal-hal: menunjukkan empati, memberikan
semangat kepada orang lain, bersedia membantu orang lain, dan merespon
keberhasilan orang lain dengan tulus.
6. Mental Sukses
Memiliki sikap can do (keyakinan untuk dapat melakukan apapun),
berusaha untuk menambah pengetahuan, berusaha untuk memperbanyak
pengalaman, dan realistis dalam mengukur kemampuan.
7. Terbuka dengan Perubahan
Indikator ini menjelaskan bahwa seseorang bersedia menerima perubahan,
menunjukkan tindakan yang mengindikasikan rasa ingin tahu, dan
memandang penting perannya dalam organisasi.
8. Kreativitas
Indikator ini berkaitan dengan kemampuan melihat hubungan antar
masalah, kemampuan membuat konsep kemudian
mengimplementasikannya, dan kemampuan berkreativitas dalam rutinitas
pekerjaannya.
9. Keterampilan Berkomunikasi
Indikator ini menyangkut: kemampuan menyampaikan gagasan,
kemampuan menyatakan ketidaksetujuan, kemampuan menulis, serta
kemampuan menggunakan kalimat yang bernada optimis/positif.
10. Inisiatif
Inisiatif pegawai berkaitan dengan kesediaan membantu, keinginan terlibat
dalam kegiatan baru, berusaha mengembangkan keterampilan dan membuat
ide untuk memperbaiki kinerja.
11. Perencanaan dan Organisasi
Kemampuan seseorang dalam membuat rencana dan jadwal pelaksanaan
kegiatan, dan kemampuan menggunakan pendekatan terbaik dalam
memulai tugasnya. (Prihono et al., 2016).
26

2.1.5 Laporan Kinerja

Berdasarkan Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang
menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian Kinerja yang disusun
berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBN/APBD).

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan


fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah
pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai
hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. (Permenpan RB No 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah)

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya


disingkat SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan
prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan
data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi
pemerintah. (Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014).

2.1.5.1 Tujuan Pelaporan Kinerja

Berdasarkan Permenpan RB No 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis


Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah tujuan pelaporan kinerja , yaitu :

1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat


atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai,
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah
untuk meningkatkan kinerjanya.
27

Menurut (Tanjung, 2013) adapun pelaporan kinerja mempunyai 4 tujuan :

1. Untuk memberikan bantuan pada organisasi sektor publik agar dapat


mencapai tujuan dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam
lingkungan.
2. Untuk membantu menciptakan efisiensi, efektifitas, dan asas
keadilan dalam menyediakan barang dan jasa public melalui proses
prioritas.
3. Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemegang
manajemen organisasi sektor publik.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No. Penulis dan Judul Metode Hasil
Tahun Penelitian
1. Indri Adinda Analisis Value Kualitatif - Hasil pada program yang
Meitri for money Pada telah dilaksanakan pada
(2022) Kinerja BPBD Kabupaten Kampar
Keuangan dinyatakan ekonomis, hasil
Badan perhitungan rasio ekonomis
Penanggulangan menunjukkan pada tahun
Bencana Daerah 2019-2020 memperoleh
(BPBD) capaian 5,2%.
Kabupaten - Untuk pengukuran efisiensi
Kampar dari tahun 2019-2020 telah
mencapai hasil 133,9%
sehingga dikategorikan
efisiensi.
- Untuk pengukuran
efektivitas pada tahun 2019-
28

2020 dinyatakan tidak


efektif, karena belum
memenuhi pencapaian target
atas program yang
dilaksanakan.
Nur Zeni Analisis Value Deskriptif - Analisis Value For money
2. Amilia Putri For Money Kualitatif pada kinerja keuangan Dinas
(2020) Pada Kinerja Kesehatan Provinsi Jawa
Keuangan Timur terhadap program
Dinas kesehatan masyarakat,
Kesehatan program perbaikan gizi
Provinsi Jawa masyarakat, dan program
Timur kefarmasian, alat kesehatan,
dan pengamanan makanan
dari tahun 2016-2018
dinyatakan sudah ekonomis,
efisien, dan kurang efekif.
3. Felia Putri Analisis Value Kualitatif - Kegiatan yang dilakukan
Arinda For Money oleh Dinas Perpustakaan dan
(2021) Pada Kinerja Kearsipan Provinsi Riau
Keuangan berifat ekonomis, pada tahun
Dinas 2018-2019 rasio mencapai
Perpustakaan 92%.
dan Kearsipan - Untuk pengukuran efisiensi,
Provinsi Riau kegiatan yang dilakukan
dinyatakan bersifat efisien,
pada tahun 2018-2019
mencapai rasio 74%
- Dan dinyatakan bersifat
efektif, pada tahun 2018-
2019 rasio mencapai 7%
29

2.3 Hipotesis

Berdasaran latar belakang masalah, perumusan masalah, dan telaah pustaka


yang telah dibahas, maka peneliti menarik hipotesis sebagai berikut : Akuntabilitas
Kinerja Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Kepulauan Meranti belum sesuai dengan prinsip Value For Money.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian metode
kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan Badan
Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten kepulauan Meranti serta menilai
apakah kinerja keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Kepulauan Meranti sudah ekonomis, efektif dan, efisien.

3.2 Objek Penelitian


Objek Penelitian ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kepulauan meranti yang beralamat di Jalan Dorak, Selatpanjang Timur,
kecamatan tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
Primer adalah data yang diperoleh langsung dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti. Sumber data primer dalam penelitian
merupakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2020 dan 2021 dari bagian
keuangan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan
Meranti. Data sekunder pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran
tahun 2020 dan 2021.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

• Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mecatat serta mengolah
bahan penelitian.
• Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan informasi melalui pemberian bukti
dan keterangan. Pada Penelitian ini dokumentasi berupa Laporan Kinerja

30
31

Instansi Pemerintah (LKJIP) BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Meranti


tahun 2020 dan 2021.

3.5 Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
dan memvalidasi fenomena yang menjadi objek penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan objek penelitian yaitu kinerja


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti yang
diteliti menggunakan konsep Value For Money. Pada tahap awal penelitian, penulis
melakukan pengumpulan data berupa Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LKJiP). Kemudian data diolah dan di hitung atau dianalisis dengan menggunakan
indikator Value For Money untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana
kinerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Hasil perhitungan yang diperoleh kemudian dijabarkan dalam bentuk kata-kata
untuk menjelaskan makna dari angka-angka yang telah diperoleh dari hasil
perhitungan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah (1st ed.). Graha Ilmu.


Arifani, C., Salle, A., & Rante, A. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi
dan Pengawasan Terhadap Kinerja Anggaran Berbasis Value For Money
(studi empiris pada pemerintah kota Jayapura). Jurnal Akuntansi & Keuangan
Daerah.
Dwinanda, Y. (2018). Analisis Value For Money Dalam Pengukuran Kinerja Pada
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
Faridah, Y. (2013). Pengukuran Kinerja Pengolahan Keuangan Daerah Dengan
Pendekatan Value For Money Pada Pemerintahan Kabupaten Gresik.
Gumanti, T., Ary, M., & Elok, S. U. (2018). Metode Penelitian Keuangan (1st ed.).
Mitra Wacana Media.
Halim, A., & Kusufi, M. S. (2013). Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Daerah. Salemba Empat.
Halim, A., & Kusufi, M. S. (2014). Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik (2nd ed.). Salemba Empat.
Hasthoro, H. . (2016). Tata Kelola Publik dan Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Janabadra
Yogyakarta.
Kristiyanti, M. (2012). Peran Indikator Kinerja Dalam Mengukur Kinerja
Manajemen. Majalah Ilmiah Informatika.
Mahmudi. (2015). Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP AMP YKP.
Mahsun, M. (2011). Akuntansi Sektor Publik. BPFE.
Mardiasmo. (2011). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi
Yogyakarta.
Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Andi Yogyakarta.
Okoli, C. ., Ezenduka, C. ., & Uzochukwu, B. . (2014). Mencapai Nilai Untuk Uang
Alam Perawatan Kesehatan: Prinsip, Metode, dan Aplikasi Empiris. Jurnal
Ekonomi Kesehatan Afrika.
Prihono, Budiartha, I. ., & Astika, I. . (2016). Pengaruh Motivasi, Budaya
Organisasi dan Spiritualitas Pada Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana.
Purwiyanti, D. (2017). Analisis Kinerja Berbasis Value For Money Pada Kegiatan
Fisik Pekerjaan Irigasi Donggala (studi dinas pekerjaan umum kota palu). E
Jurnal Katalogis.
Putri, F. ., & Isharijadi. (2014). Evaluasi Kinerja Sektor Publik Terhadap Kepuasan
Masyarakat (Studi Kasus Penerapan PNPm Mandiri di Desa Jogodayuh
Kecamatan Geger Kabupatan Madiun).
Septariani, J. (2016). Penerapan Konsep Value For Money Pada Pengelolaan
Keuangan Daerah Dalam Mewujudkan GCG Pada Kabupaten Musi
Banyuasin. Jurnal Akuntasi Dan Bisnis.

32
33

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif (1st ed.). Alfabeta.


Tanjung, A. H. (2013). Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Alfabeta.
Ulum, I. (2012). Audit Sektor Publik (2nd ed.). Bumi Aksara.
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-undang No 22 tahun 1999 Yang mengatur
tentang pemerintahan daerah.
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-undang No 25 tahun 1999 Yang mengatur
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Pemerintah Indonesia. 2019. Undang-undang No 12 tahun 2019 Yang mengatur
tentang Pengelolaan keuangan daerah
Peraturan Presiden. 2014. Peraturan Presiden No 29 tahun 2014 Yang mengatur tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Permenpan RB. 2014. Peraturan Menpan RB No 53 tahun 2014 Yang mengatur tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja
LAMPIRAN

34
35

Lampiran 1 : LKJIP TA 2020 BAPPEDA Kabupaten Kepualuaan Meranti


No Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Capaian(%)

1 Persentase usulan kegiatan % 55 69.09 125.81


yang diakomodir dalam
dokumen perencanaan
tahunan
2 Tingkat keselarasan % 100 100.00 100.00
dokumen perencanaan
daerah
3 Tingkat keselarasan % 80 91.61 114.51
dokumen perencanaan
kabupaten dengan provinsi
dan nasional
4 Nilai evaluasi SAKIP Kategori A N/A -
daerah
5 Indeks kepuasan Indeks 90 91.63 101.8
masyarakat (IKM)
6 Persentase penetapan % 100 85.71 85.71
dokumen perencanaan
tepat waktu
7 Persentase hasil kajian % 60 75.00 125.0
yang dimanfaatkan untuk
perumusan kebijakan
36

Lampiran 2 : LKJIP TA 2020 BAPPEDA Kabupaten Kepualuaan Meranti


No Indikator Sasaran Satuan Target Realisasi Capaian(%)

1 Persentase usulan kegiatan % 60 85.04 141.73


yang diakomodir dalam
dokumen perencanaan
tahunan
2 Tingkat keselarasan % 100 100 100.00
dokumen perencanaan
daerah
3 Tingkat keselarasan % 85 100 117.65
dokumen perencanaan
kabupaten dengan provinsi
dan nasional
4 Nilai evaluasi SAKIP Kategori A N/A -
daerah
5 Indeks kepuasan Indeks 90.00 85.79 95.32
masyarakat (IKM)
6 Persentase penetapan % 100
dokumen perencanaan
tepat waktu
7 Persentase hasil kajian % 65 75 115.38
yang dimanfaatkan untuk
perumusan kebijakan

Anda mungkin juga menyukai