Anda di halaman 1dari 62

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................10

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................11

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................11

1.5 Sistematika Penelitian...........................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................14

2.1 Landasan Teori.....................................................................................14

2.1.1 Penerapan Permendagri 77 Tahun 2020..............................14

2.1.2 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah...................................23

2.1.3 Efektivitas Pengawasan Intern.............................................28

2.1.4 Kinerja Keuangan Pemerintah.............................................30

2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................33

2.3 Kerangka Pemikiran.............................................................................36

2.4 Model Penelitian...................................................................................37

ii
2.5 Hiptesis.................................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................39


3.1 Desain Penelitian..................................................................................39

3.2 Objek dan Waktu Penelitian.................................................................39

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................39

3.3.1 Populasi Penelitian..............................................................39

3.3.2 Sampel Penelitian................................................................40

3.3.3 Jenis dan Sumber Data........................................................40

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................42

3.5 Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel..................................44

3.6 Teknik Analisa Data............................................................................46

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Peringkat Nilai Evaluasi Akuntabilis Kinerja………………………………. 6

Tabel 1.2 : Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekanbaru………7

Tabel 2.1 : Penelitian

Tedahulu…………………………………………………..33 Tabel 3.1 :

Instrumen Skala Likers Untuk Jawaban Pernyataan…………………43 Tabel 3.2 :

Instrumen Skala Likers Untuk Kriteria………………………………44 Tabel 3.3 :

Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel……………………...44

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran……………………………………………….36

Gambar 2.2 : Model Penelitian……………………….……………………….…37

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era reformasi Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.,

terutama dalam perkembangan akuntansi sektor publik. Dalam pelaksanan

kebijakannya pemerintah otonomi daerah menitikberatkan pada pemerintah

daerah. Akuntansi menyediakan informasi yang kuantitatif yang bersifat

keuangan.

Akuntansi sektor publik merupakan mekanisme teknik dan analisa akuntansi

yang di terapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga – lembaga tinggi

negara dan departemen – departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN,

BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek – proyek kerjasama sektor

publik dan swasta. Bastia (Placeholder1)n (2014:2)

Akuntansi sektor publik dapat digunakan sebagai alat pertanggungjawaban

lembaga publik untuk memenuhi hak – hak publik kepada masyarakat, sehingga

pengelolaan keuangan menjadi transparan. Sektor publik mencakup sektor

pemerintah plus organisasi di bawah kepemilikan dan kendali pemerintah maupun

lembaga bukan milik pemerintah.

Akuntansi sektor publik memiliki hubungan yang erat dengan penerapan

dan perlakuan pada domain publik. Dalam perannya, akuntansi sektor publik

ditujukan untuk memberikan pelayanan publik guna memenuhi hak – hak publik.
2

Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 77 Tahun 2020

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan

Daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungiawaban, dan

pengawasan tentang Keuangan Daerah. Pengelolaan keuangan daerah di

wujudkan melalui APBD. Pelaksanaan tugas dan wewenang Pengelola Keuangan

Daerah dapat melibatkan informasi, aliran data, penggunaan dan penyajian

dokumen yang dilakukan secara elektronik. Dokumen dalam Peraturan Menteri

ini, disajikan dalam bentuk ilustrasi dokumen berupa contoh yang

menggambarkan kebutuhan informasi yang bersifat dinamis dalam setiap tahapan

pengelolaan keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang baik sangat penting agar dana tersebut

dapat dipergunakan dengan efektif dan efisien untuk pembangunan. Salah satu

bentuk pengelolaan keuangan daerah yang baik adalah adanya pemberian

kewenangan yang seimbang kepada pengelola keuangan daerah. Kepala daerah

merupakan pemegang kekuasaan untuk menyelenggarakan keseluruhan

pengelolaan keuangan daerah tersebut.

Sistem akuntansi keuangan daerah dapat diartikan sebagai sistem akuntansi

berupa proses yang terjadi berdasarkan transaksi- transaksi didaerah dalam rangka

pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi.

Sistem akuntansi ini menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak – pihak

intern dan ekstern dalam rangka pengambilan keputusan. Manfaat dari

menerapkan sistem akuntansi daerah yaitu untuk meningkatkan akuntabilitas dan


3

keandalan pengelola keuangan pemerintah melalui penyusunan dan

pengembangan standar akuntansi pemerintahan.

Menurut Dwi Ratmono dan Mahfud Solihin (2017:58) sistem akuntansi

keuangan daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan

data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam

rangka pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Sedangkan menurut Moh Mahsun dkk. (2016: 92) sistem akuntansi keuangan

daerah adalah metode dan prosedur penyelenggaraan akuntansi keuangan daerah

yang ditetapkan di suatu pemerintah daerah.

Dalam wewenangnya, pemerintah daerah memiliki kekuasaan yang besar

dalam mengelola sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Untuk dapat

mengelola dan mengurus sumber daya tersebut dibutuhkan pengelolaan keuangan

daerah yang akurat. Maka dari itu, pemerintah daerah memerlukan sistem

akuntansi keuangan daerah agar dapat mengotomatiskan pengelolaan arus kas,

pembuatan laporan keuangan dan lain – lainnya.

Pengawasan merupakan seluruh tindakan atau aktivitas yang dilakukan

untuk menjamin agar pelaksanaan suatu aktivitas tidak menyimpang dari rencana

yang telah di tetapkan. Adapun tujuan utama dari pengawasan bukan lah untuk

mencari kesalahan melainkan mengarahka pelaksanaan aktivitas agar rencana

yang sudah ditetapkan dapat terlaksana secara optimal.

Salah satu komponen pengendalian internal yaitu aktivitas pengawasan yang

berhadapan dengan penilaian berkala atau berkelanjutan dari mutu

penampilan/prestasi pengendalian internal 141 oleh manajemen untuk


4

menentukan bahwa pengendalian itu beroperasi seperti diharapkan dan mereka

dimodifikasi sesuai dengan perubahan yang terjadi (Arens, 2003)

Kinerja keuangan yaitu penilaian terhadap kondisi keuangan yang dapat

dilihat dari hasil analisis terhadap rasio keuangan tersebut apakah sudah dilakukan

secara baik dan benar.

Kinerja keuangan merupakan salah satu hal penting yang harus diketahui

karna dengan itu kita dapat mengetahui gambaran dari kondisi keuangan pada

suatu peiode waktu tertentu, biasanya diukur berdasarkan indikator – indikator

yang sudah ditentukan dengan mengevaluasi efisien dab efektivitas dari aktivitas

yang telah dilaksanakan.

Untuk mengetahui kinerja yang baik, ada dua penilaian yang paling

dominan untuk dijadikan dasar acuan. Penilaian ini harus dilakukan dengan

melihat sisi kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat

pada laporan keuangan yang dimiliki oleh yang bersangkutan dan itu tercermin

dari informasi yang diperoleh dari laporan posisi keuangan, laba komprehensif,

laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan

Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban dari instansi atas

segala aktivitas yang berhasil maupun gagal kepada pihak yang berkepentingan

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dapat

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui informasi tentang

penyelenggaran kegiatan dari pemerintah, maka masyarakat dapat melihat dengan

mudah apakah pemerintah bepihak kepadakepentingan publik atau tidak.


5

Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah kemampuan atau tingkat

pencapaian dari pemerintah daerah untuk menggali dan memahami lebih dalam

mengenai pengelolan sumber- sumber keuangan asli daerah dengan menggunakan

indikator keuangan yang sudah dietapkan melalui kebijkan – kebijakan atau

ketentuan perundang – undangan guna untuk mendukung berjalannya sistem

pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerah tersebut.

Menurut Wiratna (2017:71) menyatakan bahwa Kinerja keuangan

merupakan hasil dari evaluasi terhadap pekerjaan yang telah selesai dilakukan,

hasil pekerjaan tersebut dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan

bersama.Setiap pekerjaan yang telah selesai dilakukan perlu dilakukan

penilaian/pengukuran secara periodik.

Akuntabilitas kinerja pemerintah daerah dapat diartikan dengan kemampuan

dalam memberikan atau menjelaskan mengenai kegiatan instansi yang telah

dilaksanakan sebagai bahan evaluasi kepada pihak yang lebih tinggi dan

masyarakat serta sebagai umpan balik untuk meningkat kinerja instansi terkait

dimasa yang akan datang.

Sistem akuntabilitas kinerja adalah tatanan, instrument,

pertanggungjawaban yang memiliki tahapan-tahapan yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengukuran dan pelaporan yang membentuk siklus akuntabilitas

kinerja yang tidak terputus dan terpadu, hal ini adalah bentuk upaya dalam proses

memenuhi kewajiban penyelenggaraan pemerintahan dalam

mempertanggungjawabkan keberhasilan /kegagalan misi organisasi.

Nilai yang terdapat pada akuntabilitas kinerja mencerminkan kemampuan


6

instansi dalam hal merencanakan kinerja dan target kinerja, menyelaraskan

penganggaran dan perencanaan, menyesuaikan pelaksanaan program dengan

penganggaran, dan melaporkan capain kinerja yang yang telah dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.

Tabel 1.1

Peringkat Nilai Evaluasi Akuntabilis Kinerja

Peringkat Nilai

AA >90 – 100

A >80 - 90

BB >70 – 80

B >60 – 70

CC >50 – 60

C >30 – 50

D >0 – 30

Sumber: Dokumen Inspektorat Kota Pekanbaru

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, jika semakin tinggi nilai

akuntabilitas kinerja maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi penggunaan

anggaran. Instansi pemerintah dengan nilai akuntabilitas kinerja dibawah 70

berpotensi terjadi inefesiensi >30% dari APBN atau APBD diluar belanja

pegawai. Inefesiensi dapat terjadi apabila: tidak jelas terkait hasil yang akan

dicapai atau tujuan dan sasaran tidak berorientasi pada hasil, ukuran kinerja tidak
7

jelas, tidak ada keterkaitan antara program atau kegiatan dengan sasaran, dan

rinciankegiatan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan.

Dalam pemerintahan Kota Pekanbaru terdapat Perwako Nomor 18 Tahun

2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru. Dengan adanya

peraturan tersebut, maka setiap instansi yang berada atau ditingkat Kota

Pekanbaru diwajibkan membuat dokumen sistem akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah (SAKIP) sesuai dengan petunjuk yang telah rumuskan diawal.

Kota Pekanbaru merupakan salah satu kepemerintahan daerah yang telah

menyelenggarakan otonomi daerah. Pemberian otonomi daerah yang seluas-

luasnya sesuai peraturan perundangundangan kepada pemerintah daerah yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pada

akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada pemberi wewenang dan

Masyarakat, tetapi dalam pengelolaan keuangannya masih kurang baik. Hal ini

dapat dilihat dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota

Pekanbaru dari tahun 2016- 2018 sebagai berikut :


8

Tabel 1.2
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekanbaru
Tahun Uraian Target Realisasi Persentasi

Pendapatan Daerah 2.497.172.818.914 2.089.873.332.568 83,69 %


2016
Belanja 2.425.866.099.699 2.025.563.454.217 83,50 %

Pendapatan Daerah 2.631.568.579.911 2.171.590.365.093 82,52 %


2017
Belanja 2.629.290.035.710 2.152.172.723.978 81,85 %

Pendapatan Daerah 2.643.040.520.873 2.235.018.502.739 84,56 %


2018
Belanja 2.639.311.006.654 2.220.359.504.220 84,13 %

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja 2016-2018

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa target realisasi anggaran

pendapatan dan belanja daerah Kota Pekanbaru dari tahun 2016-2018 masih

dibawah 84,56%, artinya dari tahun 2016-2018 tidak pernah mencapai target yang

diharapkan setiap tahunnya. Hal ini membuat pertanyaan banyak pihak tentang

kinerja pemerintah Kota Pekanbaru selama ini. Padahal jika ihat dari pendapatan

daerah Kota Pekanbaru mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun

peningkatan tersebut belum sesuai dengan yang di harapkan atau belum mencapai

target.

Berdasarkan fenomena yang terjadi mengenai permasalahan di atas maka

untuk itu perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut agar menjadi lebih baik maka

diperlukannya pengukuran kinerja. Menurut (Halim, 2012) salah satu alat untuk

menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah

dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap anggaran pendapatan dan

belanja daerah (APBD) yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Penggunaan


9

analisis rasio pada sektor publik khususnya anggaran pendapatan dan belanja

daerah (APBD) belum dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan

secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya (Halim, 2012).

(Mardiasmo, 2007)

Sebagai acuan penelitian maka ditampilkan beberapa penelitian terdahulu

yang berhubungan dengan judul yang sama seperti penelitian yang telah dilakukan

oleh Berdasarkan pendapat para ahli tersebut sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Ireeuw dkk. (2018) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan

daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pemeintah dan sistem

akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

pemerintah daerah. Penelitian yang sama dilakukan oleh Hidayat (2015)

menunjukan bahwa pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan

daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah daerah pada

instansi pemerintah di kabupaten padang pariaman.

Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2020) menyimpulkan bahwa

sistem pengendalian internal pemerintah dan kompetensi pegawai berpengaruh

positif secara signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah. Sedangkan,

penelitian yang dilakukan oleh Pangestika (2016) dengan kesimpulan bahwa

pengendalian internal, good governance, dan komitmen organisasi secara

bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai keuangan kabupaten

temanggung.

Terkait dengan masalah tersebut maka perlu dipelajari variabel yang

mempengaruhinya sehingga dapat memecahkan masalah rendahnya akuntabilitas


10

kinerja pemerintah karena maraknya praktik korupsi di Indonesia serta belum

tercapai nya keinginan dan harapan masyarakat mengenai pelayanan publik yang

dirasakan oleh masyarakat di instansi tersebut.

Adapun judul penelian yang diambil oleh peneliti adalah:” Penerapan

Pemendagri 77 Tahun 2020, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan

Efektivitas Pengawasan Intern Terhadap Kinerja Keuangan Pada

Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 2023 “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menetapkan

perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah Penerapan Permendagri 77 Tahun 2020 berpengaruh secara parsial

terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 2023?

2. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh secara parsial

terhadap Kinerja Keuangan pada Pemrintah Kota Pekanbaru Tahun 2023?

3. Apakah Efektivitas Pengawasan Intern berpengaruh secara parsial terhadap

Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 2023?

4. Apakah Penerapan Pemendagri 77 Tahun 2020, Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah Dan Efektivitas Pengawasan Intern berpengaruh secara simultan terhadap

Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 2023?


11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah

disusun diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh secara persial Penerapan Permendagri 77

Tahun 2020 terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota

Pekanbaru Tahun 2023.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota Pekanbaru

Tahun 2023.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Efektivitas Pengawasan Intern

terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun

2023.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Penerapan Pemendagri 77

Tahun 2020, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Efektivitas

Pengawasan Intern terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota

Pekanbaru Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa

pihak, diantaranya adalah:.

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang sangat

penting bagi peneliti mengenai bagaimana pengaruh terhadap Kinerja Keuangan


12

pada Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 2023 dengan beberapa variabel x diatas.

Serta menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama bangku perkulihan. Dengan

itu diharapkan peneliti menjadi lebih cerdas dan mengerti bagaimana pengaruh

parsial dan simultan tehadap variabel y.

2. Bagi Instansi Pemerintah

Hasil penelitian ini akan memberi masukan bagi Instansi Pemeintahan

tentang faktor apa yang mempengaruhi rendahnya kinerja Keuangan pada

Pemerintah Kota Pekanbaru. Faktor yang mempunyai pengaruh signifikan dapat

menjadi bahan acuan bagi pemerintah untuk menentukan strateginya dalam

menghadapi fenomena yang ada.

3. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan masukan bagi akademis dalam memberikan pemahaman tentang

Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kota Pekanbaru.

1.5 Sistematika Penelitian

Sebagai garis besar penulisan penelitian ini akan dibagi ke dalam 6 (enam)

pokok bahasan atau 6 bab, dimana masing – masing bab akan dibagi dalam

beberapa bagian sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHUALUAN

Dalam bab ini terdiri atas latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan

penelitian; manfaat penelitian; dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


13

Dalam bab ini mengemukakan landasan teori yang berupa jabaran teori

yang mendukung perumusan hipotesa serta membantu dalam menganalisa hasil

– hasil penelitian lainnya. Di dalam nya juga terdapat penelitian yang terdahulu

untuk mendukung penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dimana dalam bab ini menjelaskan tentang objek dan waktu penelitian ,

populasi dan sample penelitian, jenis dan sumber data, teknik penumpulan data,

definisi operasional variabel penelitian dan teknik analisa data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini penelitian akan menjabarkan gambaran umum mengenai

instansi pemerinah yang akan diteliti terdiri dari sejarah instansi, sktuktur instansi,

visi dan misi instansi pemerintah tersebut.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijabarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti nantinya mengenai tanggapan responden penelitian, kemudian

menjabarkan hasil pengujian – pengujian yang telah ditetapkan pada bab

sebelumnya dan menginterpretasikan hasil data penelitian.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah menyimpulkan hasil penelitian yang telah disampaikan pada

bab sebelumnya dan memberikan saran terharap instansi pemerintah maupun

penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Penerapan Permendagri 77 Tahun 2020
2.1.1.1 Pengertian Penerapan Permendagri 77 Tahun 2020

Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri) Nomor

77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan

Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan keseluruhan

kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungiawaban, dan pengawasan

tentang Keuangan Daerah. Permendagri (2020)

Menurut Setiawan (2004) penerapan (implementasi) adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi

antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Kemudian menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan permendagri 77 tahun 2020 adalah perbuatan atau

perlakuan yang menerapkan tata cara pengelolaan keuangan daerah

berdasarkan keputusan Pemerintah Dalam Negeri 77 Tahun 2020.

2.1.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Penerapan Permendagri 77


Tahun 2020
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penerapan
15

permenndagri 77 tahun 2020, yaitu :

a. Kompetensi SDM

Menurut Azlina, Naza dan Julita (2020) menunjukkan bahwa

kompetensi SDM berpengaruh dalam implementasi permendagri 77

tahun 2020. Kompetensi menekankan pada keterampilan atau

pengetahuan pada diri individu yang dicirikan dengan sikap

profesionalitas untuk mencapai suatu tujuan tertentu termasuk dalam

melakukan pengelolaan keuangan.

Terbitnya Permendagri Nomor 77 Tahun 2020 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, menuntut sumber

daya manusia untuk mampu mempelajari kembali terkait perubahan

peraturan yang berlaku agar dapat diterapkan dengan baik.

b. Komunikasi

Komunikasi organisasi diterapkan dengan tujuan untuk

mencapai visi dan misi yang sudah dibuat. Komunikasi yang baik

selama perubahan dapat menumbuhkan pemahaman, menyelaraskan

antara tujuan dan indivdu-individu yang ada didalamnya. Jika

semakin tinggi komunikasi, maka akan semakin tinngi kesiapan

dalam penerapan permendagri 77 tahun 2020.

c. Teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan faktor yang penting dalam

penerapan Permendagri 77 Tahun 2020. Sistem pemerintah berbasis


16

elektronik dapat dilaksanakan dengan adanya Teknologi Informasi

yang mendukung berjalannya aturan tersebut, sehingga penerapan

Permendagri Nomor 77 Tahun 2020 dapat diterapkan secara

maksimal.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Azlina et al (2020)

menunjukkan bahwa teknologi informasi berpengaruh dalam

implementasi Permendagri 77 Tahun 2020.

2.1.1.3 Batang Tubuh Permendagri No. 77 Tahun 2020

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 221 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan

Daerah, perlu menetapkan Peraturan Mneteri Dalam Negeri tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4916);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah,


17

terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6322);

5. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang

Kementerian Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 12).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

2. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan
18

nama lain adalah peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota.

3. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan

gubernur atau peraturan bupati/wali kota.

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD

adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan Perda.

5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam

negeri.

Pasal 2

(1) Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. pengelola keuangan daerah;

b. APBD;

c. Penyusunan rancangan APBD;

d. penetapan APBD;

e. pelaksanaan dan penatausahaan;

f. laporan realisasi semester pertama APBD dan perubahan APBD;

g. akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah;


19

h. penyusunan rancangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

i. kekayaan daerah dan utang daerah;

j. badan layanan umum daerah;

k. penyelesaian kerugian keuangan daera

l. informasi keuangan daerah; dan

m. pembinaan dan pengawasan.

(3) Ketentuan mengenai pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Perda yang mengatur mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah;

b. Perkada yang mengatur mengenai sistem dan prosedur Pengelolaan

Keuangan Daerah;

c. Perkada yang mengatur mengenai kebijakan akuntansi pemerintah

daerah;

d. Perkada yang mengatur mengenai sistem akuntansi pemerintah daerah;

dan

e. Perkada yang mengatur mengenai analisis standar belanja, ditetapkan


20

paling lama tahun 2022.

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali

diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata

Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

Bendahara serta Penyampaiannya; dan

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 450) sebagaimana telah beberapa kali

diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

99Tahun 2019 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan

Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1560) dicabut dan
21

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peratur Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.Ditetapkan di

Jakarta pada tanggal 3.

2.1.1.4 Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah

kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan

kekayaan yang dipisahkan.

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

mempunyai kewenangan:

a. menyusun rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang

perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD;

b. mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang

perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungiawaban

pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;

c. menetapkan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan


22

APBD, dan rancangan Perda tentang pertaggungjawaban pelaksanaan

APBD yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

d. menetapkan kebijakan terkait Pengelolaan Keuangan Daerah;

e. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak terkait

Pengelolaan Keuangan Daerah yang sangat dibutuhkan oleh Daerah

dan/atau masyarakat;.

Selain kewenangan di atas, terdapat kewenangan lain yaitu

paling sedikit menetapkan bendahara penerimaan pembantu,

bendahara pengeluaran pembantu, bendahara bantuan operasional

sekolah, bendahara BLUD, bendahara unit organisasi bersifat

khusus dan/atau bendahara khusus lainnya yang diamanatkan

peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan kekuasaan Kepala Daerah melimpahkan

sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan Daerah kepada

Pejabat Perangkat Daerah dengan memperhatikan sistem

pengendalian internal yang didasarkan pada prinsip pemisahan

kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan menerima

atau mengeluarkan uang. Pelimpahan kekuasaan ditetapkan dengan

keputusan Kepala Daerah.


23

2.1.1.5 Indikator Penerapan Permendagri No 77 Tahun 2020


Menurut Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 77

Tahun 2020, maka dapat disusun indikator Penerapan Permendagri

No 77 Tahun 2020 yaitu :

a. Perencanaan

b. Penganggaran

c. Pelaksanaan

d. Penatausahaan

e. Pelaporan

f. Pertanggungjawaban

g. Pengawasan keuangan daerah

2.1.2 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

2.1.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Dwi Ratmono dan Mahfud Solihin (2017:58) sistem

akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari

proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai

dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Moh Mahsun dkk. (2016: 92) sistem akuntansi keuangan

daerah adalah metode dan prosedur penyelenggaraan akuntansi

keuangan daerah yang ditetapkan di suatu pemerintah daerah.

Menurut Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 bahwa Sistem


24

akuntansi keuangan daerah merupakan Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat SAPD adalah

rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan dan

elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis

transaksi sampai dengan pelaporan keuangandi lingkungan

organisasi pemerintahan daerah

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli dapat dinyatakan

bahwa yang dikatakan sistem akuntansi berupa proses yang terjadi

berdasarkan transaksi- transaksi yang di mulai dari pengumpulan

data sampai dengan pelaporan keuangan didaerah dengan

menggunakan sistem dalam rangka pelaksanaan APBD,

dilaksanakan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi.

2.1.2.2 Tujuan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Setiap entitas laporan keuangan mempunyai kewajiban untuk

melaporkan upaya-upaya yang dilakukan serta hasil yang dicapai

dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada

suatu periode laporan. Nurlan (2008:28) menyatakan bahwa tujuan

SAKD adalah:

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas perintah dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.


25

2. Manajerial

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi palaksanaan kegiatan suatu

entitas pemerintah dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan

fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aktiva,

kewajiban dan entitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Pengawasan

Akuntansi pemerintahan harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan

oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

2.1.2.3 Tahapan-Tahapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Sistem akuntansi keuangan daerah dapat dijelaskan secara

rinci melalui siklus akuntansi. Siklus akuntansi adalah tahapan-

tahapan yang ada dalam sistem akuntansi. Tahapan-tahapan tersebut

adalah:

a) Dokumentasi transaksi keuangan dalam buku dan melakukan analisis

keuangan transaksi tersebut.

b) Pencatatan transaksi kedalam buku jurnal.

c) Meringkas (memposting) transaksi keuangan yang telah dijurnal

kedalam buku besar.

d) Menentukan saldo buku besar di akhir periode dan memindahkan

saldosaldo buku besar dalam neraca saldo.

e) Melakukan penyesuaian buku besar pada informasi yang paling


26

terbaru.

f) Menentukan neraca saldo setelah disesuaikan.

g) Menyusun laporan keuangan.

h) Menutup buku besar.

i) Menentukan saldo buku besar dan menuangkan dalam neraca saldo

setelah tutup buku

2.1.2.4 Elemen Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 71 Tahun

2010, menetapkan elemen-elemen Sistem Akuntasi Keuangan

Daerah sebagai berikut :

a. Transaksi

Transaksi merpakan bagian dari sistem informasi yang merpakan

sebuah sistem yang menjalankan dan mencatat transksi rutin harian yang

diperlukan untuk menjalankan bisnis.

b. Jurnal

Jurnal merupakan tulisan khusus yang memuat artikel suatu bidang

ilmu tertentu. Jurnal jga merupakan tulisan yang digunakan oleh seorang

yang berkompeten dibidangnya dan diterbitkan oleh suatu instansi.

c. Buku Besar

Buku besar adalah alat yang dignakan mencatat perubahan perubahan

yang terjadi pada suatu akun yang disebabkan karena adanya transaksi
27

keuangan. Buku ini berisi tentang perkiraan- perkiraan yang

mengikhtisarkan pengaruh adanya transaksi keuangan terhadap

perubahan setiap akun aktiva, kewajiban dan modal perusahaan.

d. Neraca Saldo

Neraca saldo adala bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang

dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi

keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut.

e. Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian adalah proses pencocokan atau penyesuaian

mengenai catatan atau fakta yang sebenarnya terjadi pada akhir masa

periode akuntansi. Penyesuaian dari jurnal penyesuaian diambil dari kata

neraca saldo dan data informasi penyesuaian akhir periode.

Sedangkan ayat jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat dalam

proses pencatatan perubahan saldo dalam beberapa akun. Sehingga saldo

yang dapat merupakan saldo yang menggambarkan jumlah saldo yang

sebenarnya. Fungsih jurnal penyesuaian adalah Menetapkan saldo catatan

akun buku besar pada masa akhir periode, sehingga setiap perkiraan

saldo yang didapat rill. Terkhusus untuk perkiraan harta dan kewajiban

menunjukan jumlah yang sebenarnya, Menghitung setiap perkiraan

nominal pendapatan dan beban yang sebenarnya selama periode yang

bersangkutan.

f. Laporan Keuangan
28

Selanjutnya menurut Mahmudi (2011: 276) menyatakan bahwa tujuan

umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi

keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih arus kas, hasil operasi,

dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para

penggun dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi

sumber daya.

g. Jurnal Penutup

Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi

untuk menutup akun-akun nominal sementara. Akibat penutupan ini,

saldo akun-akun tersebut akan menjadi 0 (nol) pada awal periode

akuntansi. Akun yang ditutup adalah akun nominal dan akun pembantu

modal. Yang termasuk akun nominal adalah pendapatan dan beban,

sedangkan akun pembantu modal adalah prive dan ikhtisar laba/rugi.

Setelah jurnal penutup diposting ke setiap akun, maka yang tersisa adalah

perkiraan riil (assets, liabilities, capital/equity).

2.1.2.5 Indikator sistem akuntansi keuangan daerah


Berdasarkan elemen system akuntansi keuangan daaerah

tersebut, maka dapat disusun indicator sistem akuntansi keuangan

daerah yaitu Jumlah item pertanyaan 4 adalah item sebagai berikut:

a. Kesesuaian sistem dengan SAP

b. Pengidentifikasian transaksi

c. Pencatatan transaksi
29

d. Bukti disetiap transaksi

2.1.3 Efektivitas Pengawasan Intern

2.1.3.1 Pengertian Efektivitas Pengawasan Intern


Menurut Sondang dalam Othenk (2008: 4), efektivitas adalah

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan

yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Pengawasan merupakan seluruh tindakan atau aktivitas yang

dilakukan untuk menjamin agar pelaksanaan suatu aktivitas tidak

menyimpang dari rencana yang telah di tetapkan. Adapun tujuan

utama dari pengawasan bukan lah untuk mencari kesalahan

melainkan mengarahka pelaksanaan aktivitas agar rencana yang

sudah ditetapkan dapat terlaksana secara optimal.

Salah satu komponen pengendalian internal yaitu aktivitas

pengawasan yang berhadapan dengan penilaian berkala atau

berkelanjutan dari mutu penampilan/prestasi pengendalian internal

141 oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu


30

beroperasi seperti diharapkan dan mereka dimodifikasi sesuai

dengan perubahan yang terjadi (Arens, 2003).

2.1.3.2 Unsur-Unsur Efektivitas Pengawasan Intern


Adapun unsur – unsur pengawasan internal yang menjadi alat

ukur Pengawasan Internal Menurut Hadibroto dalam bukunya

Sistem Pengawasan Internal (1984:6) lebih lanjut mengemukakan

unsur – unsur pengawasan internal sebagai berikut:

1. Bagan organisasi yang memungkinkan pemisah fungsi secara tepat.

Agar setiap organisasi harus mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan

organisasi tersebut. Sifat organisasi, ukuran, penyebaran daerah operasi

secara geografis, jumlah cabang organisasi dan lain dapat mempengaruhi

struktur organisasi.

2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan yang layak.

Penetapan tanggung jawab harus dibarengi oleh pelimpahan wewenang yang

seimbang agar tanggungjawab dapat dipenuhi sewajarnya. Dalam

pelaksanaan harus memiliki media untuk mengawasi pencatatan kegiatan

serta transaksi – transaksi dan penggolongan data dalam began perkiraan.

3. Praktek yang sehat. Praktek yang sehat diikuti dalam pelaksanaan tugas –

tugas dan fungsi setiap bagian dalam organisasi akan besar sekali

pengaruhnya atas efektivitas sistem pengawasan internal dan efisiensi

usaha.

4. Pegawai – pegawai yang berkualitas. Pengawasan internal berfungsi


31

secara wajar tidak saja tergantung pada rencana organisasi yang

efektif, sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan yang memadai,

praktek – praktek yang sehat, tetapi tergantung pada kemampuan, pengalaman

serta kejujuran pegawai untuk melaksanakan prosedur – prosedur yang telah

ditentukan secara efisien dan ekonomis.

2.1.4 Kinerja Keuangan Pemerintah

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan Pemerintah


Menurut Wiratna (2017:71) menyatakan bahwa Kinerja

keuangan merupakan hasil dari evaluasi terhadap pekerjaan yang

telah selesai dilakukan, hasil pekerjaan tersebut dibandingkan

dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.Setiap pekerjaan yang

telah selesai dilakukan perlu dilakukan penilaian/pengukuran secara

periodik.

Akuntabilitas kinerja pemerintah daerah dapat diartikan

dengan kemampuan dalam memberikan atau menjelaskan mengenai

kegiatan instansi yang telah dilaksanakan sebagai bahan evaluasi

kepada pihak yang lebih tinggi dan masyarakat serta sebagai umpan

balik untuk meningkat kinerja instansi terkait dimasa yang akan

datang.

Nilai yang terdapat pada akuntabilitas kinerja mencerminkan

kemampuan instansi dalam hal merencanakan kinerja dan target

kinerja, menyelaraskan penganggaran dan perencanaan,


32

menyesuaikan pelaksanaan program dengan penganggaran, dan

melaporkan capain kinerja yang yang telah dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.

2.1.4.2 Tujuan Dan Sasaran Kinerja Keuangan Pada Pemerintah


Tujuan dan sasaran kineja keuangan pada pemerintah di

uraikan secara rinci di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 29 Tahun 2014 sebagai berikut :

a) Menjadikan intansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi

secara efisien, efektif dan respontif tehadap aspirasi masyarakat dan

lingkungannya.

b) Terwujudnya transparansi intansi pemerintah

c) Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan

nasional.

d) Terpelihara nya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

2.1.4.3 Prinsip-prinsip akuntabilitas kinerja pemerintah

Dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi

pemerintah, perlu mempehatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

(Bastian, 2010:394)

1) Harus ada komitmen pimpinan dan keseluruhan staf instansi pemerintah,

perlu melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar lebih akuntabel.

2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peratuan perundang-


33

undangan yang berlaku.

3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang

telah di tetapkan.

2.1.4.4 Indikator Akuntabilitas Kinerja Pemerintah


Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan. Maka dari itu BPKAD menetapkan indikator dari

Akuntabilitas Kinerja Pemeintah sebagai berikut:

a. Keselarasan dokumen perencanaan dan penganggaran

b. Penertiban administrasi aset

c. Menerapkan laporan keuangan sesuai SAP


34

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Tedahulu
NO. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Fitri Ningsih Analisis Penerapan Sistem Penerapan sistem


(2015) Akuntansi Keuangan
akuntansi keuangan
Pemerintah pada Kantor pemerintah pada
Camat Pendalian IV Kantor Camat
Kabupaten Rokan Hulu Pendalian IV Koto
Kabupaten Rokan
Hulu belum sesuai
dengan peraturan
Menteri Dalam Neger
Nomor 13 Tahun
2006
Kristanto Analisis Kinerja KeuanganBerdasarkan rasio
(2014) Pemerintah Daerah kemandirian
Kabupaten Klaten Dilihat keuangan daerah
Dari Pendapatan Daerah selama tiga tahun
Pada APBD 2010-2012 masih diantara 0-
25% tergolong dalam
polahubungan
instruktifmberarti
kemampuan
Pemerintah Daerah
Kabupaten Klaten
dala memenuhi
kebutuhan dana
untuk
penyelenggaraan
tugas-tugas
pemerintahan,
pembangunan, dan
pelayanan social
35

Masyarakat masih relative


rendah.
3.Dwi Saraswati dan Yunita
Pengaruh Pendapatan Pendapatan
Asli asli daerah
Sari Rioni (2019) Daerah, Ukuran berpengaruh terhadap
Pemerintah Daerah, kinerja keuangan
Leverage,Terhadap Pemerintah Daerah
kinerja keuangan Tetapi ukuran
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah
dan Leverage tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan
Pemerintah Daerah.
4. Erwin Siahaya, Pengaruh Kompetensi Hasil penelitian
Meinarni Asnawi, Sumber Daya Manusia, menunjukkan bahwa
Paulus K. Allo Sistem Pengendalian kompetensi sumber
Layuk Intern Pemerintah Daya dan manusia berpengaruh
(2018) Penerapan Sistem positif
Akuntansi keuangan
Terhadap kualitas Laporan
Daerah Terhadap keuangan. Sistem
Keuangan Pemerintah pengendalian internal
Provinsi Papua pemerintah
berpengaruh positif
pada kualitas laporan
keuangan pemerintah.
Sistem akuntansi
pemerintah daerah
berpengaruh positif pada
kualitas laporan
keuangan
5. Erni Ermi, Pengaruh Penerapan Hasil penelitian
Gunawan Bata Sistem Akuntansi menunjukkan bahwa
Ilyas, Keuangan Daerah, penerapan sistem
Hasmin Tasmin Kompetensi Sumberdaya akuntansi keuangan
(2018) Manusia dan Sarana daerah berpengaruh
Prasarana terhadap positif dan signifikan
Kualitas Laporan terhadap kualitas
Keuangan pada Dinas laporan keuangan pada
Sosial Kabupaten Dinas Sosial
Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
36

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

6. Abdullah Pengaruh Pendapatan PAD


Asli berpengaruh terhadap
(2015) Daerah, Dana Alokasi Kinerja Keuangan
Umum, dan Dana Alokasi Pemerintah Daerah
Khusus terhadap Kinerja Kabupaten/Kota se-
Keuangan Pemerintah Sumatera Bagian
Daerah Kabupaten/Kot a Selatan
se-Sumatera Bagian
Selatan DAU dan DAK tidak
berpengaru terhadap
Kinerja Keuanga
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota se-
Sumatera

Bagian Selatan
7.Putri Puspita Ayu (2018
Analisis kontribusi Pendapatan
Hasil penelitian yang
Asli Daerah dilakukan oleh Putri
,Dana Perimbangan, terhadap Puspita Ayu(2018)
kinerja keuangan adalah pendapatan
pemerintah. sampel yang asli daerah dan
digunakan adalah dana perimbangan
kabupaten atau kota di berpengaruh secara
Provinsi Jawa Barat. parsial terhadap
kinerja keuangan
Pemerintah Daerah.
37

2.3 Kerangka Pemikiran

Penerapan Permendagri No. 77 Tahun 2020

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Efektivitas Pengawasan Intern

Kinerja Keuangan Pemerintah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini memberikan

gambaran tentang penerapan Permendagri N0. 77 Tahuun 2020

terhadap Kinerja Keuangan yang ada di Pemerrintah. Pemerintah

Daerah pada saat ini telah dituntut untuk bisa memperlihatkan

bagaimana kinerja keuangan yang berkualitas yang memiliki nilai

akuntabilitas dan transparansi yang tinggi dengan menerapkan

sistem Akuntansi keuangan yang telah ditetapkan. Dalam


38

membuktikan sistem dan kinerja yang berkualitas oleh karena itu

diperlukannya efektivitas pengawasan intern. Pengelolaan keuangan

daerah yang dilakukan harus sesuai dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 77 Tahun 2020 dengan adanya peraturan tersebut

diharapkan pengelolaan keuangan di daerah yang benar-benar

transparansi dan berkualitas, disertai dengan adanya efektivitas

pengawasan intern terhadap kinerja pemerintah juga dapat

memahami dan melaksanakan sistem yang baru dalam pengelolaan

dan pertanggungjawaban keuangan daerahnya.

2.4 Model Penelitian

Penerapan
H1
Permendagri 77
Tahun 2020
( X1 )

Sistem Akuntansi Kinerja Keuangan


H2 Pemerintah Kota
Keuangan Derah
( X2 ) Pekanbaru Tahun 2023
(Y)

Efektivitas H3
Pengawasan Intern
( X3 )

H4
39

Gambar 2.2 Model Penelitian


Sumber : Penulis, 2023

2.5 Hiptesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan model penelitian tersebut, dengan demikian

adapun bunyi hipotesis dari pernyataan tersebut sebagai berikut:

H01 Permendagri No. 77 Tahun 2020 secara parsial tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Pekanbaru.

Ha1 Permendagri No. 77 Tahun 2020 secara parsial berpengaruh terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Pekanbaru.

H02 Efektivitas Pengawasan Intern secara parsial tidak berpengaruh terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Pekanbaru.

Ha2 Efektivitas Pengawasan Intern secara parsial berpengaruh terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Pekanbaru.

H03 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah secara parsial tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Pekanbaru.

Ha3 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah secara parsial berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Pekanbaru.

H04 Permendagri No. 77 Tahun 2020, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

dan Efektivitas Pengawasan Intern secara persial tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Pekanbaru.


40

Ha4 Permendagri No. 77 Tahun 2020, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

dan Efektivitas Pengawasan Intern secara persial berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Pekanbaru.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mencapai tujuan

penelitian dan sebagai petunjuk atau penentu arah peneliti dalam proses penelitian

secara benar dan tepat (Siyoto & Sodik, 2015:98). Desain yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu desain penelitian kausalitas. Desain penelitian kausalitasn

digunakan untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara

independent variable dengan dependent variable

3.2 Objek dan Waktu Penelitian

Objek penelitian ini dilakukan Pemerintah Daerah kota pekanbaru, dengan

suatu alasan bahwa peneliti tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh data-

data yang dibutuhkan dengan waktu penelitian selama 6 bulan, yaitu dimulai dari

sampai September 2023 sampai dengan Januari 2024.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi (universal) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya, (Sugiono


42

dalam Ruslan 2010:133). Jumlah populasi yang diteliti sebanyak 43 responden, ini

merupakan Satuan Kinerja Peangkat Daerah (SKPD) yang ada di seluruh OPD

Kota Pekanbaru.

3.3.2 Sampel Penelitian

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:73) adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari

populasi tersebut harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel

merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi. Menurut

Arikunto (2012:104) jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah

sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari

100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.

Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari

100 orang responden, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang ada

pada SKPD seluruh Kota Pekanbaru yaitu sebanyak 43 orang responden.

Dengan demikian penggunaan seluruh populasi tanpa harus menarik sampel

penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai teknik sensus.

3.3.3 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sunyoto (2013:21), dalam penelitian terdapat dua sumber data

yang dipakai, yaitu :

3.3.3.1 Data Primer


43

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti

untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus. Pada umum data primer ini

sebelumnya belum tersedia, sehingga seorang peneliti harus melakukan

pengumpulan sendiri data ini berdasarkan kebutuhannya. Berdasarkan sifatnya

data primer dikategorikan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif dan

kuantitatif.

a. Data kualitatif

Data primer kualitatif ini pada umumnya berupa variasi-variasi persepsi

bisa dari para responden atau pelanggan. Sehingga sifat data kualitatif ini sangat

beragam dengan berbagai skala yang diberlakukan untuk menentukan bobot dari

suatu persepsi pilihan responden.

b. Data kuantitatif

Data ini berupa angka atau bilangan yang absolut dapat dikumpukan dan

dibaca relatif mudah. Dengan melihat pada jumlah masing-masing angka seorang

peneliti dapat membuat persepsi.

3.3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatam yang ada pada

perusahaan dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan

dengan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan obyek penelitian

atau dapat dilakukan dengan menggunakan data dari Biro Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan sumbernya, data sekunder dibedakan menjadi dua macam yaitu:


44

a. Data sekunder internal

Data sekunder internal adalah data sekunder yang didapat dari

internal obyek penelitian atau data yang dikumpulkan dari dalam suatu

perusahaan yang dijadikan obyek penelitian.

b. Data sekunder eksternal

Data sekunder eksternal adalah data sekunder yang diperoleh dari

pihak lain, artinya bahwa data penelitian telah dikumpulkan oleh pihak diluar

perusahaan atau lembaga, misalkan depertemen pemerintah, yayasan, serikat

pekerja, advertising, peniliti lain dan sebagainya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sunyoto (2013:22), untuk memperoleh data penelitian, adapun

metode mengumpulkan data tersebut yaitu:

1. Metode kuesioner

Metode kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara

menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk

dijawab dengan memberikan angket. Pada umunya isi materi kuesioner

meliputi identitas responden dan butir-butir pertanyaan variabel beserta

alternatif jawaban.

Metode pengumpulan data melalui angket pada peneltian ini disajikan dalam

bentuk skala likers yang diberikan kepada responden dengan memberikan

pernyataan-pernyataan untuk dijawab seperti berikut ini :


45

Tabel 3.1
Instrumen Skala Likers Untuk Jawaban Pernyataan
No Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Netral 3

4. Kurang Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Riduwan (2014:39)

Responden harus memilih salah satu dari kategori jawaban yang mewakili

perasaannya, kemudian masing-masing jawaban akan diberikan skor (Sugiyono,

2015:134). Skor tersebut akan dijumlahkan dan hasil penjumlahannya akan diolah

menggunakan SPSS Versi 17. Dimana kriteria dari skor tanggapan responden

dengan rumus sebagai berikut :

Rentang Skala =

Sehingga diperoleh kategori jawaban dengan interval rata-rata sebagai berikut :


46

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likers Untuk Kriteria

No Pernyataan Skor

1. Sangat Baik 4,21 – 5,00

2. Baik 3,41 – 4,20

3. Cukup Baik 2,61 – 3,40

4. Kurang Baik 1,81 – 2,60

5. Sangat Tidak Baik 1,00 – 1,80

Sumber : Sugiyono (2015:134)

3.5 Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel

Tabel 3.3

Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel

Variabel Penelitian
No Defenisi Variabel Skala

1. Peraturan Kementerian Penerapan Permendagri 77

Dalam Negeri Tahun 2020 adalah perbuatan

(Permendagri) Nomor atau perlakuan yang

77 menerapkan tata cara

Tahun 2020 (X1) pengelolaan keuangan Likert

daerah berdasarkan

keputusan Pemerintah
47

Dalam Negeri 77 Tahun 2020.

Setiawan (2004)

2. Sistem Akuntansi Sistem Akuntansi Keuangan

keuangan daerah (X2) Daerah adalah serangkaian

prosedur mulai dari proses

pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran, sampai dengan

pelaporan keuangan dalam Likert

rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan pengelolaan

keuangan daerah.

Dwi Ratmono dan Mahfud

Solihin (2017:58)

3. Efektivitas Efektivitas Pengawasan

Pengawasan Intern Intern adalah pemanfaatan

(X3) sumber daya, sarana dan

prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk


Likert
menghasilkan sejumlah

barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya guna

untuk membuktikan kualitas


48

kinerja pemerintah.

Sondang dalam Othenk

(2008: 4)

4. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan

Pemerintah(Y) hasil dari evaluasi terhadap

pekerjaan yang telah selesai Likert

dilakukan,

hasil pekerjaan tersebut

dibandingkan dengan kriteria

yang telah ditetapkan

bersama.Setiap pekerjaan yang

telah selesai dilakukan perlu

dilakukan

penilaian/pengukuran secara

periodik.

Wiratna (2017:71)

3.6 Teknik Analisa Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Dalam hal ini analisis deskriptif untuk memberikan gambaran tentang

perolehan bobot dari item pertanyaan, nilai interval kelas rata-rata jumlah

tanggapan responden terhadap item pertanyaan, dan nilai rata-rata total variabel.
49

3.6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.2.1 Uji Validitas

Hartono (2019:73) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu intrumen di katakan

valid apabila mampu digunakan sebagai alat ukur yang mampu mengukur dengan

tepat sesuai dengan kondisi rill responden yang sesungguhnya. Analisis validitas

dilakukan untuk melihat butir butir mana yang valid dan reliabel. Seandainya ada

butir pertanyaan instrumen penelitian yang tidak valid apakah harus

dibuang/diganti atau direvisi. Hal ini bisa ditentukan dengan melihat koefisien

validitas dan reabilitasnya.mKaidah keputusan jika :

r-hit > r tab berarti indikator dinyatakan valid

r-hit < r tab berarti indikator dinyatakan tidak valid

Jika istrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

kolerasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0.800 – 1.000 : Sangat Tinggi

Antara 0.600 – 0,799 : Tinggi

Antara 0.400 – 0.599 : Cukup

Antara 0.200 – 0,399 : Rendah

Antara 0.000 – 0.199 : Sangat Rendah (Tidak Valid)


50

3.6.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Hartono (2019:74) merupakan alat uji untuk

mengetahui tingkat kestabilan dari suatu alat ukur dikatakan reliabel dalam

beberapa kali penggunaanya untuk mengukur kelompok atau subjek yang sama

akan menghasilkan data yang relatif sama, selama aspek dalam diri kelompok atau

subjek yang diukur belum berubah. Untuk menguji reliabilitas digunakan merode

alpha crombach’s dimana suatu pengukuran dikatakan reliabel apabila alpha

crombach’s lebih besar dari 0,6.

3.6.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda adalah

hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel bebas promosi (X1) dan

harga (X2) serta variabel terikat keputusan pembelian(Y).

3.6.3.1 Uji Asumsi Klasik


 Uji Normalitas

Menurut Sunyoto (2013:90), dalam menentukan data berdistribusi normal

atau tidak, cukup membandingkan antara data ril atau nya dengan garis kurva

yang berbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sana sekali, jika

data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean (U), maka

dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya.

 Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

 Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.


51

 Uji Multikolenieritas

Menurut Sunyoto (2013:87), uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk

analisis regresi berganda yang teridir dari dua atau lebih variabel bebas atau

independen variabel (X1,2,3,…n) dimana akan diukur keeratan hubungan antar

variebel bebas tersebut melalui besaran koefisien kolerasi (r). Pada penelitian ini,

untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolinieritas peneliti melihat

dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi.

 Jika nilai VIF < 10 dan nilai toleransi > 0,1 maka dinyatakan

tidak terjadi multikolinieritas.

 Jika nilai VIF ≥ 10 dan nilai toleransi < 0,1 maka dinyatakan

terjadi multikolinieritas.

 Uji Heterodekastisitas

Menurut Sunyoto (2013:90), dalam persamaan regresi berganda perlu

juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu

dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama

disebut homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama atau

berbeda disebut heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

heterokedastisitas. Dasar kriterianya dalam pengambilan keputusan, yaitu:

o Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu

pola tertentu yang teratur, seperti bergelombang, melebar kemudian

menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas.


52

 Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Menurut Sekaran (2010:162), studi yang termasuk dalam pengujian

hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan

perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor

dalam suatu situasi.

3.6.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji T)

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang

diberikan masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara

individual (mandiri) dan juga melihat variabel bebas yang mempunyai pengaruh

yang paling kuat terhadap variabel terikat. Uji parsial ini dilakukan dengan

melihat ketentuan sebagai berikut ini :

a. Jika T hitung > T tabel, berarti variabel bebas secara parsial

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

b. Jika T hitung < T tabel, berarti variabel bebas secara parsial tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

3.6.4.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)

Uji signifikansi (uji F) atau uji simultan, digunakan untuk mengetahui

apakah variabel bebas (yang terdiri dari dua variabel atau lebih) secara bersama –
53

sama (simultan) mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel

terikatnya (dependent variabel). Untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan

uji statistik. F yaitu membandingkan F hitung dengan F tabel, dengan ketentuan

sebagai berikut ini :

a. Jika F hitung > F tabel, maka variabel bebas secara simultan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

b. Jika F hitung < F tabel, maka variabel bebas secara simultan tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap varaibel terikat.

3.6.5 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016:95), koefisien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

dependentterbatas.
54

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Diana dan Lilis Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntnasi,

Perancangan, Prosedur dan Penerapan. Edisi 1. Yogjakarta: Andi

Bahri, Syaiful. 2016. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Salemba Empat

Ismail, Arif. 2013. Analisis Penerapan Akuntansi pada Usaha Pondok Ikan Bakar

di Pekanbaru. Pekanbaru: Universitas Islam Riau

Kartikahadi, Hans. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis SAK Berbasis

IFRS Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Agrari Petompo, D; Untu, V. (2019). Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara Tahun

2013-2016. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,Bisnis

Dan AkuntansI

Fajri, A. (2016). Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Propinsi-Propinsi Di Sumatera. E-Journal Perspektif Ekonomi Dan

Pembangunan Daerah.

Alim, A; Abdullah, S. (2010). Hubungan Dan Masalah Keagenan Di

Pemerintahan Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran Dan

Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Mahmudi. (2010). Buku Seri Membudayakan Akuntabilitas Publik: Analisis

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Panduan Bagi Eksekutif,

DPRD,Dan Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial,

Dan Politik. UPP STIM YKPN.


55

Susanto, H. (2019). Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja

Pramono, J. (2014). Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja

keuangan pemerintah daerah (Studi Kasus pada pemerintah Kota

Surakarta). Among Makarti, 7(1).Keuangan Pemerintah Daerah Kota

Mataram. Jurnal Distribusi, 83.

Antari, N. P. G. S., & Sedana, I. B. P. (2018). Pengaruh pendapatan asli daera,

dan belanja modal terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah

(Doctoral dissertation, Udayana University).

Pujanira, P., & Taman, A. (2017). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia,

penerapan standar akuntansi pemerintahan, dan penerapan system

akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah provinsi diy. Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan

Manajemen, 6(2), 14-28.

Albugis, F. F. (2016). Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah

Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,

Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(3).

Arikunto. (2014). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Halim, A. K. (2012). Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat

Ahmudi. (2016). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM

YKPN

Mardiasmo. (2007). Akuntansi Sektor Publik. Andi.

Abdul Halim. (2007). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat


56

Angga Dwi Permadi. (2013). Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Pemerintah Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Studi Kasus pada Dinas Bina Marga Kota

Bandung. Skripsi Universitas Widyatama Bandung

Husein Umar. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.

Jakarta: Rajawali Pers

Desyanti, N. P. E., & Ratnadi, N. M. D. (2008). Pengaruh independensi, keahlian

profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas

penerapan struktur pengendalian intern pada bank perkreditan rakyat di

Kabupaten Badung. Jurnal akuntansi dan bisnis, 3(1), 2303-1018.

Marlaini, M., Aliamin, A., & Indriani, M. (2018). Evaluasi Efektivitas Penguatan

Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Dalam Paradigma Baru

(Studi Kasus Pada Salah Satu Inspektorat di Aceh). Jurnal Perspektif

Ekonomi Darussalam (Darussalam Journal of Economic Perspec, 4(1), 95

-108.

Widanarto, A. (2012). Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal dan Kinerja

Pemerintah. JIANA (Jurnal Ilmu Administrasi Negara), 12(1).

Walad, M., Basri, Y. M., & Indrawati, N. (2022). Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Penerapan

Permendagri Nomor 77 Tahun 2020 dengan Komitmen Organisasi

sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Pemerintah Kota Pekanbaru. Management Studies and

Entrepreneurship Journal (MSEJ), 3(6), 4283-4905.


57

Potu, S. S., & Mawikere, L. (2023). Evaluasi Penerapan Akuntansi

Penatausahaan Belanja Berdasarkan Permendagri Nomor 77 Tahun

2020 Pada Kabupaten Minahasa. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum

(Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Hukum), 6(2), 1529-1534.

Sumarjo, H. (2010). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja,

keuangan pemerintah daerah.

Saraswati, D. (2019). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Ukuran Pemerintah

Daerah, Leverage, Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Publik, 9(2), 110-120.

Isa S. F. 2015, Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dalam

Pengelolaan Keuangan kepada Stakeholders di SD Islam

Binakheir,Skripsi, Jakarta.

Bong, Epifani Yusta Meyendri (2021) . Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah, Pengelolaan Keuangan Daerah, Dan Pengendalian Internal

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Di Kabupaten Manggarai Timur. S1

thesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Tampang, E, Tinangon, J, Warongan, J. (2022) . Analisis Pengelolaan Keuangan

Daerah pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum (Ekonomi,

Sosial, Budaya, dan Hukum)Vol. 6 No. 1 Juli -Desember 2022 ,

halaman 61 – 68

Wowor, P.R, Kalangi, L, Pusung, R. (2023) . Evaluasi Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Berdasarkan


58

Permendagri No 77 Tahun 2020 Terhadap Laporan Keuangan Pada

UPTD Balai Perbenihan Dan Persuteraa Alam Dinas Kehutanan

Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang

EkoSosBudKum (Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Hukum) Vol. 6 No.2

Januari-Juni 2023, halaman 1223 – 1230

Anda mungkin juga menyukai