Anda di halaman 1dari 5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Untuk mendorong proses pengukuean kinerja dan pelaporan kinerja secara lebih sistematis,
pemerintah Indonesia mempunyai sebuah pedoman penyusunan laporan kinerja yang disebut
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Setiap instansi pemerintah wajib menyiapkan, menyusun, dan menyampaikan laporan kinerja
secara tertulis, periodic, dan melembaga. Pelaporan kinerja itu dimaksudkan untuk
mengumunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang
diakitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Instansi pemerintah
yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan serta menjelaskan keberhasilan dan
kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Kemudaian, pelaporan kinerja oleh instansi
pemerintah ini dituangkan dalam dokumen LAKIP. LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan
rutin karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
setahun sekali.
Penenggung jawab penyusunan LAKIP adalah penjabat yang secara fungsioanl bertanggung
jawab melakukan dukungan adminsitratif di instansi masing-masing. Sebagaimana tersebut
dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999, pimpinan instansi dapat menentukan yang akan bertugas
membantu penanggung jawab LAKIP di instansinya masing-masing dengan mengacu pada
pedoman ini. Apabila dipandang perlu, tim kerja dan penanggung jawab LAKIP dimaksud dapat
berkonsultansi dengan Lembaga Administrasi Neara (LAN) serta Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP). Konsultasi dimaksud memberitahukan terlebih dahulu secara lisan
maupun tertulis.
Penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada umumnya, yaitu disusun
secara jujur,objektif,akurat, dan transparan. Disamping itu, perlu juga untuk memperhatikan hal-
hal berikut.
1. Prinsip lingkup pertanggungjawaban. Hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan
lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing serta memuat kegagalan dan
keberhasilan.
2. Prinsip prioritas. Hal-hal yang dilaporkan adalah hal-hal penting dan relavan bagi
pengambila keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-
upaya tidak lanjutnya.
3. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunnannya
dan laporan harus bermanfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja.
Dalam hubungan itu, beberapa ciri laporan yang baik perlu diperhatikan, sperti relavan, tepat
waktu, dapat dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti (jelas dan cermat) dalam bentuk yang
menarik (tegas dan konsisten, tidak kontradiktif antarbagian), berdaya banding tinggi (reliable),
berdaya saji (verifable), lengkap, netral, padat, dan mengikuti standar laporan yang ditetapkan.
Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
bentuk dan isinya diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan setiap instansi pemerintah. Format
LAKIP ini dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan isi dan cara penyajian yang dimuat dalam
LAKIP sehingga memudahkan perbandingan ataupun evaluasi akuntabilitas yang harus
dilakukan.
LAKIP menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti keberhasilan dan
kegagalan pencapian sasaran serta tujuan instansi pemerintah. Di samping itu aspek keuangan
yang secara langsung mengaitkan hubungan antara anggaran negara yang dibelanjakan dengan
hasil atau manfaat yang diperoleh perlu dimasukkan dalam LAKIP. Format Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah minimal terdiri atas hal-hal berikut.
1. Ikhitisar Eksekutif
Bagian ini menyajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategi
serta sejauh apa instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut, serta
kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Bagian ini menyebutkan pula
langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah
antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun
mendatang.
A. Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan hal-hal umum tentang instansi dan uraian singkat manfaat
yang dibebankan kepada instansi (gambaran umum tupoksi).
B. Rencana Strategis
Bab ini menyajikan gambaran singkat mengenai rencana strategis dan rencana
kinerja. Bagian awal pada bab ini menyajikan gambaran singkat tentang sasaran
yang ingin diraih instansi pada tahun yang bersangkutan serta bagaimana
kaitannya dengan capaian visi dan misi instansi.
C. Akuntabilitas Kinerja
Bagian ini meyajikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis
akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya menggunakan keberhasilan dan
kegagalan, hambatan kendala, permasalahan yang dihadapi, serta langkah-langkah
antisipatif yang akan diambil secara sistematis.
Selain itu akuntabilitas keuangan juga dilaporkan dalam menyajikan alokasi dan
realisasi anggaran bagi pelakuan tupoksi atau tugas-tugas lainnya, termasuk
entitas tentang capaian indicator kinerja efisiensi.
D. Penutup
Penutup mengenakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan,
permasalahan, dan kendala umum yang berkaitan dengan kinerja instansi yang
bersangkutan, serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun
mendatang.
2. Lampiran-Lampiran
Setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan gambar, dan aspek
pendukung seperti SDM, sarana prasarana, metode, serta aspek lain dan data yang
relavan hendaknya tidak diuraikan dalam bentuk teks laporan, tetapi dimuat dalam
lampiran. Keputusan-keputusan atau peraturan-peraturan dan perundang-perundang
tertentu yang merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam rangka pencapaian visi, misi,
tujuan, dan sasaran perlu dilampirkan. Jika jumlah lampiran cukup banyak, hendaknya
dibuat daftar lampiran, daftar gambar, dan daftar table secukupnya.

Penyusunan LAKIP harus dilandai dengan pengertian dan kesadaran bahwa laporan akan
dapat bermanfaat bagi terwujudnya kepemerintahan yang baik, pemerintah yang bersih
dan produktivitas di lingkungan instasni pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan
media pertanggungjawaban dan menjadi bahan evaluasi untuk menilai kinerja instansi
pemerintah, LAKIP harus dibuat secara tertulis dan disampaikan secara periodic. LAKIP
tersebut harus disampaikan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang
berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP. Instansi yang harus
dan berwenang membuat LAKIP adalah Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah
Non-Departemen, Kesektariatan Lembaga Tinggi Neara, Markas Besar TNI (meliputi :
Markas Besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut), Kepolisian
Republik Indonesia, Kantor Perwakilan Pemerintah RI di Luar Negeri, Kejaksaan Agung,
Perangkat Pemerintah Provinsi, Perangkat Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Lembaga
badan lainnya yang dibiayai dari anggaran negara.

Alur Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Provinsi/Kabupaten/Kota
Ket :
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LHE : Laporan Hasil Evaluasi, dalam LHE tercermin pada kinerja
kegiatan/program/kebijakan yang sifatnya lintas sektoral dan lintas lembaga.
LKSA : Laporan Kajian Sistem Akuntabilitas.

Alur Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Departemen/MENKO/MENEG/LPND

Ket :
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LHE : Laporan Hasil Evaluasi, dalam LHE tercermin pada kinerja
kegiatan/program/kebijakan yang sifatnya lintas sektoral dan lintas lembaga.
LKSA : Laporan Kajian Sistem Akuntabilitas.
Berikut mekanisme LAKIP.

1. Setiap pemimpin departemen/LPND, pemerintah daerah, satuan kerja, atau unit kerj
di dalamnya wajib membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang dan
berkala untuk disampaikan kepada atasannya.
2. LAKIP tahunan dari setiap departemen/LPND, setiap menteri/pemimpin LPND
menyampaikan kepada presiden dan wakil presiden dengan tembusan kepada
menteri yang bertanggung jawab di bidang Pemberdayagunaan Aparatur Negara
(PAN) serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
3. LAKIP tahunan dari setiap pemerintah provinsi disampaikan kepada
presiden/wakilpresiden dengan tembusan kepada menteri dalam negeri, menteri
yang bertanggung jawab di bidang PAN, dan kepala BPKP.
4. LAKIP tahunan pemerintah kabupaten/kota disampaikan kepada presiden/wakil
presiden dengan tembusan kepada menteri dalam negeri, gubernur/kepala
pemerintah daerah provinsi, dan kepala perwakilan BPKP.
5. Kepala BPKP melakukan evaluasi terhadap LAKIP dan melaporkan hasilnya
kepada presiden melalui menteri yang bertanggung jawab di bidang PAN dan
salinannya kepada kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN).
6. Kepala LAN melakukan kajian dan penilaian terhadap perkembangan pelaksanaan
sistem akuntabilitas dan kinerjanya, serta melaporkannya kepada presiden melalui
menteri yang bertanggung jawab di bidang PAN.

Anda mungkin juga menyukai