Anda di halaman 1dari 21

1

IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS


AKRUAL
DI KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PROPOSAL MAGANG

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana
Sain Terapan Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh
ARUM KUSUMA PRATITA
NPP. 23.2048
Program Studi Keuangan Daerah

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


Jatinangor, 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bagian dari kajian Keuangan Daerah adalah system akuntasi
berbasis akrual, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menjelaskan penerapan standar akuntansi berbasis akrual, sebagaimana Pasal 36 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang intinya ketentuan mengenai
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 menyatakan Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaiman dimaksud dalam Pasal 12 dan
Pasal 13 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran
2008.
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa
bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan
disajikan sesuai SAP. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disusun oleh Komite
Standar Akuntansi

Pemerintahan

(KSAP) yang

terlebih

dahulu

mendapat

pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tindak lanjut dari undangundang tersebut adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) yang mengatur
tentng pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual yang
merupakaan jawaban dari tuntutan masyarakat dan dorongan lembaga-lembaga
Internasional.
Pemerintahan Kota Padang berusaha untuk menciptakan keandalan laporan
keuangan dengan pelaksanaan secara transparan dan akuntabel. Berdasarkan opini
BPK atas Pemeriksaan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Padang pada

tahun 2007 memperoleh opini Disclaimer, pada tahun anggaran berikutnya tahun
2008 sampai dengan tahun 2011 meningkat dan memperoleh opini WDP ((Wajar
Dengan Pengecualian). Tahun 2012 meningkat menjadi WTP dengan Paragraf
Penjelasan (WTP-DPP), tetapi tahun 2013 turun lagi dengan memperoleh opini WDP
dan meningkat lagi tahun 2014 menjadi WTP-DPP.
Pemerintah Daerah Kota Padang berupayamenerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual dalam pelaporan keuangannya untuk dapat
mempertahankan atau untuk tetap mendapat opini WTP dari BPK tetapi terkendala
kekurangan sumberdaya yang memadai. Peserta magang akanmenjadi sumberdaya
yang dapat membantu kekurangan tersebut. Magang membawa pada sebuah
pengalaman nyata, yaitu dunia kerja. Proses magang yang dilakukan dengan terjun
langsung di Pemerintah Daerah akan menciptakan deskripsi pemikiran baru karena
teori akan diimplementasikan dan dengan mudah praja akan cepat memahami dan
belajar bagaimana system akuntansi berbasis akrual tersebut dilaksanakan. Sehingga
pada saat selesai kuliah dan duduk di meja kerja akan dengan mudah beradaptasi.
Dengan demikian, magang akan dilaksanakan di Kota Padang Provinsi
Sumatera Barat dengan mengambil judul penelitian magang IMPLEMENTASI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL DI KOTA
PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT.

1.2 Ruang Lingkup, Lokus dan Fokus Magang


1.2.1 Ruang lingkup Magang meliputi:
a. Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP);
b. Penerapan atau implementasi standar akuntansi berbasis akrual di SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Padang;
c. Kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Padang;
d. Kualitas SDM pengelola keuangan di SKPD;

e. Kuantitas SDM pen;gelola keuangan di SKPD;


f. Persepsi pimpinan SKPD dalam mengelola keuangan berbasis akrual;
g. Komitmen pimpinan SKPD dalam mengelola keuangan berbasis akrual.
1.2.2 Fokus Magang
Adalah implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual yang
dilaksanakan di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, sehingga dalam magang
penelitian (Research Internship) akan focus mengenai:
a. Sejauh mana implementasi SAP berbasis akrual di Kota Padang Provinsi
Sumatera Barat.
b. Factor yang mempengaruhi implementasi SAP berbasis akrual di Kota
Padang Provinsi Sumatera Barat.
c. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pengelola Keungan dan Aset Daerah
Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
1.2.3 Lokus Magang
Lokus Magang di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
1.3 Maksud dan Tujuan Magang
1.3.1 Maksud Magang
Maksud magang adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam
penerapan sistem akuntansi pemerintah berbasis akrual.
1.3.2 Tujuan Magang
Tujuan magang adalah memperoleh ketrampilan dan keahlian dalam
penyusunan laporan keuangan berdasarkan standar akuntasi pemerintah
berbasis akrual.
Sedangkan tujuan magang penelitian (research internship) adalah :

a. Memahami sejauh mana implementasi SAP berbasis akrual di Kota Padang


Provinsi Sumatera Barat.
b. Memahami factor yang mempengaruhi implementasi SAP berbasis akrual
di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
c. Memahami upaya yang dilakukan oleh Dinas Pengelola Keungan dan Aset
Daerah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat dalam mengimplementasikan
SAP berbasis akrual guna meningkatkan laporan keuangan Pemerintah
Kota Padang.
1.4 Kegunaan Magang
1.4.1

Kegunaan Teoritis
Hasil

magang

diharapkan

dapat

meningkatkan

pengembangan

ilmu

pengetahuan sesuai dengan focus magang.


1.4.2

Kegunaan Praktis
Program magang diharapkan mampu memberi pengaruh positif pada semua
pihak, terutama :
a. Bagi praja
1. Akan siap menjadi tenaga kerja yang siap mengaplikasikan ilmu,
pengetahuan dan ketrampilannya.
2. Akan memperoleh pengalaman di dunia kerja yang nantinya
menerapkannya di tempat kerjanya.
3. Akan melihat persaingan di dunia kerja, sehingga praja dituntut
untuk terus mengembangan ilu dan keahlian agar mampu bertahan
dalam situasi persaingan yang keras di dunia kerja.
b. Bagi Instansi Pemerintah Daerah
1. Memperoleh

gambaran

baru

dalam

pengembangan

system

akuntansi pemerintahan.
2. Memperoleh bantuan dalam pekerjaan tugas-tugas kantor di unit
kerja yang ditempati.

3. Menjadi momentum penyambung hubungan yang baik dengan


pihak

yang

ditempati

magang

dengan

kampus

sebagai

penyelenggara.
c. Bagi Pihak Penyelenggara Magang
1. Meningkatkan kualitas hubungan dan kerjasama antar kedua belak
pihak.
2. Untuk meningkatkan keterkaitan dan kesesuaian antara substansi
akademik dengan permasalahan dan kebutuhan di lapangan.
3. Melalui laporan hasil magang dapat menjadi salah satu kegiatan
penilaian internal tentang kualitas pengajaran maupun pelatihan dan
pengasuhan. Secara eksternal akan mengetahui cara pandang dan
perlakuan pemerintah daerah terhadap praja.

BAB II
LANDASAN NORMATIF DAN TEORITIS

2.1.

Landasan Normatif
1. Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

menyatakan bahwa : pemerintahan daerah adalah kepala daerah sebagai unsur


penyelenggara pemerintah daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintah
yang menjadi kewenangan daerah otonom. Hal ini berarti system desentralisasi
memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan public serta
kesejahteraan masyarakat secara adil, merata, demokratis dan berkesinambungan.
2. Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
menyebutkan bahwa bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
berupa Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah atau Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Pasal 55 ayat (2) dan (3), Pasal 56 ayat (3) menyebutkan bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan berupa Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan
Daerah atau Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara, Pasal 2 menyatakan (1) Pemeriksaan
keuangan Negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangn Negara dan
pemeriksaan atas tanggungjawaab keuangan Negara; (2) Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan
Negara.
Selanjutnya, BPK RI memberikan 4 (empat) jenis opini yaitu :

1)

Opini Wajar Tanpa Pengecualian/WTP (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum dalam
penyusunaan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berlaku
umum tersebut, dan pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit
yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling
dibutuhkan oleh semua pihak, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Agar tercipta akuntabilitas dan rasa percaya terhadap pengelolaan keuangan
pemerintah.
2)

Opini Wajar Dengan Pengecualian/WDP (Qualified Opinion)

Adalah pendapat yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah


daerah yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
Laporan Realisasi APBD, Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan Atas Laporan
Keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umu di Indonesia, kecuali
untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Sebagian
pemeriksa memberikan julukan adverse(ketidakwajaran yang kecil) terhadap opini
jenis ini, untuk menunjukkan adanya ketidakwajaran dalam item tertentu, namun
ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
3)

Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan


keuanggan yang disajikan secara tidak wajar sehingga laporan keuangan tersebut
tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai
dengan prinsip akuntasi yang berlaku umum.
4)

Opini Tidak Menyatakan Pendapat/TMP (Disclaimer of Opinion)

Opini tidak menyatakan pendapat (TMP) oleh sebagian akuntas dianggap


bukanlah opini, dengan asumsi jika auditor menolak memberikan pendapat artinya
tidak ada opini yang diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor tidak bias

meyakini apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bias diterbitkan jika
auditor

menganggap

ada

ruang

lingkup

audit

yang

dibatasi

oleh

perusahaan/pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa memperoleh


bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan menyatakan laporan
sudah disajikan dengan wajar.
3. Pengaturan Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah merupakan penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual murni
meskipun di dalam peraturan tersebut masih diakomodir pilihan menerapkan basis
kas menuju akrual sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 selama masa transisi di mana pelaksanaan akrual murni paling tidak
harus diterapkan paling lambat empat tahun setelah peraturan diterbitkan.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini mengakui pendapatan,
beban, asset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan dan belanja serta pembiayaan dalam pelapoean pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan oleh APBN/APBD.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, memuat
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Bagan Akun Standar, dimaksudkan
agar dalam penyajian laporan keuangan secara umum dapat meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran antar periode atau antar
entitas.
4. Implementasi Standar Akuntansi Akrual di Kota Padang
Peraturan Walikota Padang Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kebijakan
Akuntansi, Sistem Akuntansi dan Bagan Akun Standar Pemerintah Kota Padang
berbasis Akrual, diturunkan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
pada Pemerintah Daerah.

10

5. Kebijakan Publik
Peraturan

Menteri

Pendayagunaan

Aparatur

Negara

Nomor

PER/04/M.PAN/4/2007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi


Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Kebijakan public adalah keputusan yang dibuatoleh pemerintah atau
lembaga pemerintah untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan
kegiatan tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan
kepentingan dan manfaat orang banyak. Dalam peraturan tersebut, kebijakan public
mempunyai dua bentuk yaitu peraturan yag terkodifikasi secara formal dan legal, dan
pernyataan pejabat public di depan public. Berdasarkan peraturan ini, pernyataan
pejabat public juga merupakan bagian kebijakan public. Hal ini dapat dipahami
karena pejabat public adalah salah satu actor kebijakan yang turut berperan dalam
implementasi kebiakan itu sendiri.
2.2.

Landasan Teoritis
1. Implementasi
Pada dasarnya implentasi adalah tindakan atau perbuatan baik yang

dilakukan oleh individu atau kelompok utuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara bersama-sama. Hal ini sesuai pendapat van Meter dan van Horn (1975) yang
mengatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan.
Purwanto dan Sulistyatuti (2012) mengemukakan bahwa implementasi
intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy
output) yang dilakukan oleh para implementer kepada kelompok sasaran (target
group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan. Selanjutnya Syukur
dalam Sumaryadi (2005) menyatakan ada tiga unsur penting proses implementasi
yaitu :

11

1. Adanya program atau kebijakanyang dilaksanakan.


2. Adanya target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran
dan diharapkan akan menerima manfaat dari program, perubahan dan
peningkatan.
3. Adanya unsur pelaksana (implementator) baik organisasi atau perorangan
untuk bertanggungjawab dala memperoleh pelaksanaan dan pengawasan
dari implementasi tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi hakekatnya adalah interaksi
yang terjadi antara perangkat tujuan dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pelaksana untuk menjalankan proses kebijakan demi tercapainya tujuan suatu
organisasi.
2. Kebijakan Publik
Definisi kebijakan public pertama kali dikemukakan oleh Harold D. Laswell
dan Abraham Kaplan pada awal tahun 1970-an dalam Hawlett dan Ramesh (1995)
sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai, praktekpraktek tertentu (a projected of goals, values and practices). George C. Edward III
dan Ira Sharkansky dalam Suwitri (2008) mendefinisikan kebijakan public sebagai
suatu tindakan pemerintah yang berupa program-program pemerintah untuk
pencapaian sasaran atau tujuan. Selanjutnya dikutip bahwa kebijakan public
merupakan apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah
yang dapat ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan atau dalam policy
statement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana yang diungkapkan pejabat politik
dan pejabat pemerintah yang segera ditindaklanjuti dengan program-program dan
tindakan pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebijakan public
memiliki tujuan mengapa kebijakan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan nilainilai yang ada serta adanya praktek untuk melaksanakan kebijakan, sehingga tujuan
dapat dicapai dengan baik.
Menurut Thomas R. Dye (2003) menjelaskan bahwa Public policy is
whatever government choose do or not to do, kebijakan public adalah apapun yang
dipilih oleh pemerintah untuk berbuat atau tidak berbuat. Hal ini berarti kebijakan

12

public termasuk jika pemerintah memutuskan tidak melakukan tindakan apapun atau
tidak berbuat atau mengurus suatu isu atau kejadian yang terjadi.
2.3.

Operasionalisasi Magang
1) Melaksanakan Magang Penelitian (research internship)
Pelaksanaan magang penelitian (research internship) adalah proses

pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan magang yang telah dibuat.
Pelaksanaan magang dan penelitian dilakukan secara cermat dan hati-hati karena
berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran. Data
penelitian akan menentukan kualitas penelitian yang dilakukan. Peneliti fokus pada
pemecahan masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data
berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara
pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang
diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian),
sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan
secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu
misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
2) Melakukan Analisis Data
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan magang dan
penelitian tidak akan mempunyai makna apapun sebelum dilakukan analisis. Ada
beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada
jenis data itu sendiri. Peneliti akan memadukan antara data dan fakta dilapangan
dengan teori dan peraturan terutama yang berkaitan dengan implementasi sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Kota Padang.
3) Merumuskan Hasil Magang dan Pembahasan

13

Pada tahapan ini peneliti merumuskan hasil penelitian dan melakukan


pembahasan dengan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian sesuai
dengan hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan,
peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang bersandar pada teori
dan peraturan yang relevan.
4) Menyusun Laporan Magang
Pada tahapan ini Peneliti menyusun laporan hasil magang. Penyusunan
laporan dan desiminasi hasil magang merupakan langkah terakhir dalam pelaksanaan
penelitian ilmiah. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau
menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil
penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat
dipergunakan bila diperlukan.

BAB III
MEODE MAGANG
3.1.

Desain Magang

14

Menurut Arikunto (2006:51) menyatakan desain (design) penelitian adalah


rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan yang
akan dilaksanakan. Penyusunan desain ini dilakukan setelah kita menetapkan topik
(judul) penelitian yang akan dilaksanakan.
Menurut Woodey dalam Nazir (2009:13), penelitian merupakan :
Sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah
pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi
dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban
sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan
pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia
cocok dengan hipotesis.
Desain penelitian merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam suatu
penelitian. Penentuan desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian akan
menentukan akurasi data hasil penelitian. Dengan kata lain, desain penelitian
dimaksudkan

agar

sasaran

atau

target

penelitian

yang

dicapai

dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendapat mengenai penelitian kualitatif dikemukakan oleh Sugiyono
(2009:1) yaitu:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk


meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generasi.

15

Effendy (2010:117) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah


penelitian yang menjelaskan dan menganalisis perilaku manusia secara individual dan
kelompok, prinsip atau kepercayaan, pemahaman atau pemikiran, dan persepsi atau
tanggapan.
Sejalan dengan pengertian Metode Penelitian Kualitatif tersebut Moleong
dalam Arikunto (2010:21) menyatakan:
...ada sebelas karakteristik penelitian kualitatif yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Latar alamiah
2. Manusia sebagai alat
3. Metode kualitatif
4. Analisis data secara induktif
5. Teori dari dasar (grounded theory)
6. Deskriptif
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10. Desain yang bersifat sementara
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang menjajaki atau menggali sesuatu
hal/masalah secara mendalam dan komprehensif dari kumpulan informasi dengan
membaca kejadian atau fenomena disekitarnya untuk membantu menjelaskan dan
menggambarkan permasalahan yang diteliti.
Sejalan dengan hal tersebut, maka penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendalami dan menjajaki serta
menjelaskan implementasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Kota
Padang Provinsi Sumatera Barat.

16

3.2.

Teknik Pengumpulan Data


Menurut Nazir (2009:174) pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.


Menurut Sugiyono (2008:225) menyatakan bahwa :
Dalam pengumpulan data, teknik yang dilakukan dengan observasi,
wawancara, dokumentasi, dan triangulasi (gabungan). Oleh karena itu,
teknik pengumpulan data yaitu usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi-informasi yang berhubungan erat dengan masalah yang sedang
diamati untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data yang
diperoleh bersifat valid (menggambarkan yang sebenarnya), reliable (dapat
dipercaya), dan objektif (sesuai dengan kenyataan).
1. Wawancara
Menurut Nazir (2009:193) : wawancara adalah proses memperoleh
informasi dengan cara tanya jawab dan bertatap muka dengan resipien dan responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide, sependapat dengan
Soehartono (2008:67-68) yang mengemukakan bahwa, Wawancara (interview)
adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam (tape recorder).
Silalahi (2012:312) menyatakan bahwa Wawancara merupakan percakapan
yang berlangsung secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan peneliti sebagai
pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang
diwawancara (interview) untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan

17

dengan masalah yang diteliti. Hasil percakapan tersebut dicatat atau direkam oleh
pewawancara.
Sementara menurut Siswanto (2012:58) menyatakan bahwa Wawancara
adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden
secara langsung.
Esterberg dalam Sugiyono (2011:233) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
Dalam pengamatan ini penulis menggunakan wawancara terstruktur sebagai teknik
pengumpulan datanya dan yang menjadi responden adalah beberapa subjek informasi
yang penulis anggap mewakili dan bisa memberikan informasi yang jelas serta sangat
memahami tentang implementasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual di
Kota Padang.
2. Dokumentasi
Riduwan (2004:43) menyatakan bahwa,Dokumentasi adalah ditujukan
untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data
yang relevan dengan penelitian.
Menurut Arikunto (2010:274) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan
data dengan dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal atau vaiabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,lengger, agenda
dan sebagainya.

18

3. Observasi Lapangan
Nasution dalam Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa observasi dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi lapangan merupakan teknik
dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala dari objek
yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilakukan baik dalam keadaan
situasi yang sebenarnya maupun situasi khusus yang diadakan, dalam hal ini peneliti
selalu mengaitkan antara dua hal yaitu informasi dan konteksnya. Informasi adalah
apa yang ada dan terjadi, sedangkan konteksnya adalah hal-hal yang berkaitan
dengan kejadian-kejadian sekitarnya.
Teknik obsevasi dapat dilakukan apabila penelitian yang dilakukan
berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan apabila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi mempunyai kegunaan lain
seperti mencocokkan hasil wawancara dengan kenyataan yang ada, sejauh yang
dapat dilihat serta untuk melihat langsung kenyataan yang tidak bisa diungkapkan
melalui wawancara.
3.3.

Teknik Analisis Data


Menurut Silalahi (2010:332) analisis data adalah proses penyederhanaan

data dan penyajian data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang

19

mudah dibaca dan diinterpretasi. Menurut Creswell (2010) keseluruhan aktivitas


analisis data dapat digambarkan sebagai berikut :
1.
2.
3.

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan


refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertannyaan analitis,
dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.
Analisis data melibatkan pengumpulan datan yang terbuka, yang
didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari
para partisipan.
Analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan
buku-buku ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum
digunakan.
Teknik pengujian keabsahan data menurut Miles dan Huberman (1992:434)

bahwa : pengujian psikologis, satu bagian penting dari proses pengsahihan internal
ialah memeriksa satu butir uji baru dihadapkan dengan ukuran-ukuran keterampilan
atau construct yang sama dan telah disahihkan. Bila mereka bertemu-bertumpang
tindih, berkorelasi dengan kuat atau uji, baru tersebut memiliki kesahihan bersama
yang baik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
analisa kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan antara lain :
a. Reduksi data, merupakan bagian dari analisis data yang diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstraksikan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan,
berlangsung secara terus-menerus, selama proses rekaman atau proses
pengambilan data berlangsung pada proses ini sangat dituntut kejelian dan
kecermatan peneliti, karena proses tersebut juga merupakan suatu bentuk analisis

20

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu


dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan.
b. Penyajian data, merupakan alur kedua, dimana kumpulan informasi tersusun yang
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui
proses ini dapat dilihat, diamati, serta menganalisa dan berdasarkan atas
pemahaman penyajian-penyajian tersebut, dalam bentuk kata-kata atau teks.
c. Menarik kesimpulan, merupakan alur ketiga yaitu menarik kesimpulan dan
verifikasi terjadi ketika penganalisis mulai mencari kecocokan-kecocokan, polapola, konfigurasi-konfigurasi yang saling keterkaitan dan menunjukan sebab
akibat. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung, setingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis,
serta merupakan peninjauan ulang kesepakatan intersubjektif. Makna-makna yang
muncul dari data harus diuji kebenaran, kekukuhannya, dan kecocokannya, yakni
yang merupakan validitasnya.
Proses tersebut di atas menggambarkan suatu tindakan cross check atau
konfirmasi terhadap kebenaran, yang digabungkan dari hasil observasi melalui
dokumentasi dan hasil wawancara, dan pada akhirnya menarik satu kesimpulan yang
hakiki dari apa yang diteliti dan sebagai hasil temuan penelitian, hal tersebut juga
merupakan bagian dari trianggulasi.
3.4.

Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.4.1. Lokasi Penelitian

21

Penelitian dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah


Pemerintah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
3.4.2. Jadwal Penelitian
Berdasarkan kalender akademik IPDN Angkatan XXIV Tahun Ajaran
2016/2017, penelitian akan dilaksanakan sesuai jadwal penelitian sebagaimana pada
tabel berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
PELAKSANAAN
N
O

KEGIA
TAN

1.

Proses
bimbing
an UM
Seminar
usulan
magang
Penelitian
dan
Pengolah
an data

2.
3.

4.

2016
2017
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
kekekekeke1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusun
an dan
sidang
Laporan
Akhir
Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai