Anda di halaman 1dari 61

REVIEW JURNAL

MATERI
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Nama : Petrus Aldino B. Wutun

NIM : 1910020118

Kelas :6C

Prodi : Akuntansi

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Daerah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
ANALISIS MANFAAT BASIS AKRUAL DAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada SKPD di Kota Solok )

Inessa trihani
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : inessathani10@gmail.com / 082169096895

ABSTRAK
This research aimed to identify the difference in perceptions about the benefits of
accrual basis and cash base towards accrual in the internal decision making. This type of
research is comparative studies with a total of 156 samples of respondents. A classic
assumption test in use include a test of normality, test its homogeneity. Test the hypothesis
on this research using a T-Test different trials. The results of the research indicates that:
(1) accrual Basis is more beneficial than the cash basis towards accrual in the internal
decision-making of local government in the city of Solok(2) there is a difference in accrual
basis and cash base towards accrual in the internal decision making area.
Keywords: Accrual Basis, Accrual Basis Towards Accrual, Accounting Basis, Internal
Decision Making

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan persepsi tentang manfaat
basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan internal. Jenis
Penelitian ini adalah penelitian komparatif jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 39
SKPD yang ada di Kota Solok terdiri dari Dinas, Badan, Kantor, Kecamatan, dan
inspektorat dengan total jumlah sampel 156 responden. Uji asumsi klasik yang di pakai
meliputi uji normalitas, Uji Homogenitas. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji
beda T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Basis akrual lebih bermanfaat
dibandingkan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan internal pemerintah
daerah di kota Solok (2) Terdapat perbedaan basis akrual dan basis kas menuju akrual
dalam pengambilan keputusan internal daerah.
Kata kunci: Basis Akrual, Basis Kas Menuju Akrual, Basis Akuntansi, Pengambilan
Keputusan Internal

1
PENDAHULUAN sumber daya ekonomi yang digunakan
A. Latar Belakang dalam kegiatan entitas pelaporan serta
Kebutuhan standar akuntansi khusunya hasil-hasil yang telah dicapai, menyediakan
sektor publik terus berkembang, hal yang informasi mengenai bagaimana entitas
terjadi dalam perkembangan sektor publik pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
di Indonesia adalah menguatnya tuntutan dan mencukupi kebutuhan kasnya, dan
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan Negara. Sebagai upaya untuk keuangan dan kondisi entitas pelaporan
meningkatkan transparansi dan berkaitan dengan sumber-sumber
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara penerimaannya, baik jangka pendek
salah satunya adalah dengan melakukan maupun jangka panjang, termasuk yang
pengembangan kebijakan akuntansi berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
pemerintah berupa standar akuntansi Menurut Simanjuntak (2005) basis
pemerintahan (SAP). Salah satu bentuk kas menuju akrual adalah basis akuntansi
perkembangan akuntansi sektor publik yang dikembangkan di Indonesia sebagai
adalah pada tahun 2004 di Indonesia masih transisi menuju basis akrual penuh, dengan
menggunakan sistem pencatatan single- cara menggunakan basis kas untuk
entry. Sistem double-entry baru diterapkan pengakuan pendapatan, belanja, dan
pada 2005 seiring dengan terbitnya paket pembiayaan dalam LRA dan basis akrual
undang-undang keuangan negara yaitu UU untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
No 17 Tahun 2003, UU No 1 Tahun 2004, ekuitas dalam Neraca.
dan UU No 15 Tahun 2004 dan peraturan Kemenkeu (2014) dalam modulnya
pemerintah 24 Tahun 2005 tentang standar menyebutkan bahwa basis kas menuju
akuntansi pemerintahan (selanjutnya akrual merupakan suatu pendekatan unik
disebut SAP) berbasis kas menuju akrual yang dikembangkan oleh Indonesia untuk
SAP bertujuan untuk memberikan dapat menyajikan empat laporan keuangan
pedoman pokok dalam penyusunan dan pokok yang diamanatkan UUKN dan
penyajian laporan keuangan pemerintah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
baik pemerintah pusat maupun pemerintah Menurut Erlina (2015) Akuntansi berbasis
daerah serta menyatukan persepsi antara kas menuju akrual merupakan proses
penyusun, pengguna, dan auditor. transisi. Dengan basis ini, pendapatan,
Penerapan SAP diyakini akan berdampak belanja, dan pembiayaan dicatat
pada peningkatan kualitas pelaporan berdasarkan basis kas, sedangkan aset,
keuangan di pemerintah pusat dan daerah. utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan
Ini berarti informasi keuangan basis akrual (PP No. 24 tahun 2005).
pemerintahan akan dapat menjadi dasar Basis akrual adalah suatu basis
pengambilan keputusan di pemerintahan akuntansi dimana transaksi ekonomi atau
dan diharapkan terwujudnya transparansi peristiwa akuntansi diakui dan disajikan
dan akuntabilitas. dalam laporan keuangan pada saat
Berdasarkan Lampiran II Peraturan terjadinya transaksi tersebut, tanpa
pemerintah 71 Tahun 2010 manfaat kas memperhatikan waktu kas diterima atau
menuju akrual adalah menyediakan dibayarkan. Study Nomor 14 IFAC Public
informasi mengenai kecukupan penerimaan Sector Committee (2002) menyatakan
periode berjalan untuk membiayai seluruh bahwa pelaporan berbasis akrual
pengeluaran, menyediakan informasi bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja
mengenai kesesuaian cara memperoleh pemerintah terkait biaya jasa layanan,
sumber daya ekonomi dan alokasinya efisiensi, dan pencapaian tujuan.
dengan anggaran yang ditetapkan dan Perubahan basis akuntansi dari basis
peraturan perundang-undangan, kas ke basis akrual pada sektor
menyediakan informasi mengenai jumlah pemerintahan dipandang sebagai bagian

2
dari agenda New Public Management yang organisasi dipengaruhi oleh lingkungan
dirancang untuk mencapai kondisi operasi sosial dimana dia berada. Jadi, jika
yang lebih menyerupai bisnis dan kinerja berbicara mengenai teori institusional, pasti
yang berfokus pada sektor publik. berbicara juga mengenai bagaimana cara
Tujuan dari penelitian ini adalah suatu organisasi tersebut menyesuaikan diri
untuk mengidentifikasi basis akuntansi dengan lingkungannya.
mana (basis akrual atau basis kas menuju Menurut Dimaggio dan Powell
akrual) yang menurut para manajer sektor (1983), isomorphism adalah suatu proses
publik dan pengelola keuangan daerah yang memberikan batasan atau memaksa
dapat memberikan informasi lebih suatu organisasi agar menyerupai dengan
bermanfaat untuk pengambilan keputusan organisasi yang lain dalam kondisi
internal di pemerintah daerah. lingkungan yang sama. Akan tetapi,
Berdasarkan uraian latar belakang terkadang isomorphism tersebut akan
masalah di atas, penulis bermaksud memberikan tekanan institusional pada
melakukan penelitian uji beda antara basis organisasi, karena mereka harus melakukan
akrual dan basis kas menuju akrual dalam perubahan yang sama (homogenitas)
pengambilan keputusan pemerintah internal merasa harus kerja keras untuk menjadi
di OPD kota Solok. Penelitian ini berusaha sama tersebut.
mengidentifikasi basis akuntansi mana Terdapat 3 (tiga) macam bentuk
yang lebih bermanfaat dalam pengambilan isomorphism, yakni (1) Mimetic
keputusan internal pemerintah daerah. Isomorphism (2) Coercive Isomorphism (3)
Berdasarkan latar belakang yang telah Normative Isomorphism.Teori utama yang
diuraikan diatas, penulis tetarik melakukan digunakan dalam penelitian ini adalah teori
penelitian dengan judul “Analisis Manfaat institusional yang menggambarkan dalam
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju peraturan mengenai penerapan SAP
Akrual dalam Pengambilan Keputusan berbasis akrual ini, telah terlihat secara
Internal Pemerintah”. jelas tentang bagaimana proses coercive
B. Rumusan Masalah isomorphism berusaha dengan keras untuk
Berdasarkan latar belakang yang telah mengetahui bagaimana SAP akrual ini
diuraikan di atas, maka dapat dibuat dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut: peraturan yang berlaku. Coercive
1. Bagaimana manfaat basis akrual dan Isomorphism mengindikasikan bahwa
basis kas menuju akrual dalam mereka melakukan SAP berbasis akrual ini
pengambilan keputusan internal semata-mata karena sudah adanya perintah
pemerintah daerah. dari organisasi di atasnya, yang dalam hal
2. Apakah terdapat perbedaan manfaat ini pemerintah pusat bahwa mereka harus
basis akrual dan basis kas menuju akrual menjalankan SAP basis akrual ini paling
dalam pengambilan keputusan internal lambat tahun 2015 ini.
pemerintah daerah. Adapun untuk mencapai
institusionalisasi ini, mereka akan berusaha
Telaah Literatur dan Pengembangan untuk menjadi mirip (isomorphism) yang
Hipotesis ditunjukkan dengan cara coercive
isomorphism yakni tekanan dari organisasi
1. Teori Institusional yang ada di atasnya, yang memiliki
Teori institusional sangat erat kewenangan lebih besar. coercive
kaitannya dengan sebuah lingkungan suatu isomorphism juga merupakan tipe
organisasi. Hal ini sesuai dengan isomorphism utama yang terjadi karena
pernyataan dari Carruthers (1995) bahwa adanya faktor pendorong dalam bentuk
paham new desakan dan aturan - aturan hukum yang
institutionalism
menggambarkan tentang struktur dari suatu

3
mengikat organisasi pemerintah tersebut menggunakan dasar akrual maka penjualan
yang diberlakukan oleh Pemerintah Pusat. produk perusahaan yang dilakukan secara
2. Basis Akuntansi kredit akan menambah piutang dagang
Basis akuntansi merupakan pilihan sehingga berpengaruh pada besarnya
teknik pencatatan akuntansi yang piutang dagang sebaliknya jika yang di
berpengaruh besar terhadap informasi pakai cash basis maka piutang dagang akan
keuangan yang dihasilkan oleh setiap dilaporkan lebih rendah dari yang
organisasi termasuk instansi pemerintahan, sebenarnya terjadi
pilihan basis akuntansi menentukan kapan Definisi akuntansi berbasis kas (cash based
dampak keuangan suatu transaksi atau accounting) menurut Erlina, Omar sp dan
kejadian di akui untuk tujuaan laporan Rasdianto (2015,11) Akuntansi berbasis
keuangan. Menurut PP 71 tahun 2010 basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui
akuntansi yang digunakan dalam laporan pengaruh trasnsaksi dan peristiwa lainnya
keuangan pemerintah adalah basis kas pada saat kas atau setara kas diterima atau
untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan dibayarkan ( PSAP No. 1 paragraf 8).
pembiayaan dalam laporan realisasi Fokus Pengukurannya pada saldo kas dan
anggaran dan basis akrual untuk pengakuan perubahan saldo kas, dengan cara
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. membedakan antara kas yang diterima dan
Menurut Erlina ( 2015 ) Basis kas yang dikeluarkan. Ruang lingkup
akuntansi dalam akuntansi pemerintahan di akuntansi berbasis kas ini meliputi saldo
Indonesia dimulai dengan akuntansi kas, penerimaan kas,dan pengeluaran kas.
berbasis kas, dilanjutkan dengan akuntansi Keterbatasan sistem akuntansi berbasis kas
berbasis kas menuju akrual dan akuntansi adalah keterbatasan informasi yang
berbasis akrual. dihasilkan karena terbatas pada
pertanggung jawaban manajemen atas aset
a. Basis Kas dan kewajiban. Menurut
Basis kas merupakan salah satu Mardiasmo (2002) Pada penerapan
konsep yang sangat penting dalam akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat
akuntansi, dimana pencatatan basis kas kas diterima dan pengeluaran dicatat pada
adalah teknik pencatatan ketika transaksi saat kas dikeluarkan. Kelebihan dari cash
terjadi dimana uang benar-benar diterima basis adalah mencerminkan pengeluaran
atau dikeluarkan. Dengan kata lain yang riil, aktual, dan objektif. Namun,
akuntansi kas basis adalah basis akuntansi GAAP tidak membenarkan pencatatan
yang mengakui pengaruh transaksi dan dengan dasar kas karena tidak dapat
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
kas diterima atau dibayar yang digunakan Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan efektifitas suatu kegiatan, program, dan
pembiayaan. aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
Kas basis akan mencatat kegiatan b. Basis Kas Menuju Akrual
keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya Erlina,Omar dan Rasdianto
akan tetapi uang pembayaran belum (2015,11)Akuntansi berbasis kas menuju
diterima maka pencatatan pendapatan akrual merupakan proses transisi. Dengan
penjualan produk tersebut tidak dilakukan, Basis ini pendapatan,belanja dan
jika kas telah diterima maka transaksi pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas,
tersebut baru akan dicatat seperti halnya sedangkan aset,utang,dan ekuitas dana
dengan “dasar akrual” hal ini berlaku untuk dicatat berdasarkan basis akrual (PP No.24
semua transaksi yang dilakukan, kedua tahun 2005)
teknik tersebut akan sangat berpengaruh SAP berbasis kas menuju akrual
terhadap laporan keuangan, jika dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi

4
dengan kerangka konseptual akuntansi dalam Neraca. Kemenkeu (2014) dalam
pemerintahan. PSAP dan kerangka konseptual
modulnya menyebutkan bahwa basis kas
akuntansi pemerintahan dalam rangka SAP
berbasis kas menuju akrual tercantum dalam
menuju akrual merupakan suatu pendekatan
Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 unik yang dikembangkan oleh Indonesia
Tahun 2010. SAP berbasis kas menuju akrual untuk dapat menyajikan empat laporan
digunakan dalam SAP berdasarkan Peraturan keuangan pokok yang diamanatkan UUKN
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang- dan disesuaikan dengan kondisi di
Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan Indonesia. Menurut Erlina (2015)
bahwa selama pengakuan dan pengukuran Akuntansi berbasis kas menuju akrual
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum merupakan proses transisi. Dengan basis
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan
pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan dicatat berdasarkan basis kas, sedangkan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
aset, utang, dan ekuitas dana dicatat
akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan
berdasarkan basis akrual (PP No. 24 tahun
paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan 2005).
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun c. Basis Akrual
2010.
Manfaat basis kas menuju akrual Perubahan basis akuntansi dari cash
berdasarkan Lampiran II PP 71 Tahun 2010 toward accrual ke basis akrual pada entitas
adalah : (1) Menyediakan informasi pemerintahan di Indonesia merupakan
mengenai kecukupan penerimaan periode bentuk reformasi pengelolaan keuangan
berjalan untuk membiayai seluruh negara/daerah menuju tata kelola yang baik
pengeluaran. (2) Menyediakan informasi sebagaimana yang diamanahkan pada
mengenai kesesuaian cara memperoleh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003.
sumber daya ekonomi dan alokasinya Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dengan anggaran yang ditetapkan dan dalam menyusun dan menyajikan laporan
peraturan perundang-undangan. (3) keuangan pemerintah daerah diatur dalam
Menyediakan informasi mengenai jumlah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
sumber daya ekonomi yang digunakan yang disusun oleh Komite Standar
dalam kegiatan entitas pelaporan serta Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP
hasil-hasil yang telah dicapai. (4) akrual dikembangkan dari SAP yang
Menyediakan informasi mengenai ditetapkan dalam PP Nomor 24 Tahun 2005
bagaimana entitas pelaporan mendanai yang mengacu pada International Public
seluruh kegiatannya dan mencukupi Sector Accounting Standard (IPSAS).
kebutuhan kasnya (5) Menyediakan Manfaat laporan keuangan berbasis
informasi mengenai posisi keuangan dan akrual adalah (PP 71 tahun 2010) adalah (a)
kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan penyajian informasi keuangan yang lebih
sumber-sumber penerimaannya, baik informatif, terutama dalam hubungannya
jangka pendek maupun jangka panjang, dengan pengukuran kinerja pemerintah
termasuk yang berasal dari pungutan pajak terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan
dan pinjaman. pencapaian tujuan dalam periode akuntansi
Menurut Simanjuntak (2005) basis kas terkait. (b) memberikan gambaran yang
menuju akrual adalah basis akuntansi yang utuh atas posisi keuangan pemerintah untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai transisi tujuan pengambilan keputusan; dan (c)
menuju basis akrual penuh, dengan cara mengikuti international best practices dari
menggunakan basis kas untuk pengakuan negara-negara lain dan memenuhi amanat
pendapatan, belanja, dan pembiayaan UU bidang Keuangan Negara.
dalam LRA dan basis akrual untuk Tudor dan Mutiu, (2006)
pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas berpendapat serupa mengenai definisi basis

5
akrual yaitu pada basis akrual transaksi f) Menyediakan informasi mengenai
dicatat pada saat pemesanan dilaksanakan, perubahan posisi keuangan entitas
terdapat penyerahan barang, atau jasa telah pelaporan, apakah mengalamai
diberikan tanpa memperhatikan apakah kas kenaikan atau penurunan, sebagai
(atau piutang) sudah benar-benar diterima akibat kegiatan yang dilakukan
atau dibayarkan. Dengan kata lain selama periode pelaporan
pendapatan dicatat pada saat terjadi Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan
penjualan, dan beban dicatat pada saat dan fungsi laporan keuangan sektor publik
menerima barang atau jasa. Laughlin sebagai berikut :
(2012) mendefinisikan akuntansi akrual a. Kepatuhan dan pengelolaan
adalah metode pencatatan transaksi yang (Compliance and stewardship)
tidak hanya dilakukan pada saat kas yang b. Akuntabilitas dan pelaporan
diterima atau dibayarkan dengan kas tetapi Retrospektif (accountability and
penerimaan dan pembayaran yang retrospective reporting)
ditangguhkan, yang akan diterima atau c. Perencanaan dan Informasi
dibayarkan dengan kas pada masa Otorisasi (Planning and
mendatang dapat dicatat dan seharusnya authorization information)
dicatat. d. Kelangsungan organisasi (viability)
3. Tujuan dan Fungsi Laporan e. Hubungan masyarakat (public
Keuangan Sektor Publik. relation)
Menurut PP 71 tahun 2010 Pelaporan f. Sumber fakta dan gambaran (source
keuangan pemerintahan seharusnya of facts and figures)
menyajikan informasi yang bermanfaat Laporan keuangan bertujuan untuk
bagi para pengguna dalam menilai memberikan informasi kepada berbagai
akuntabilitas dan membuat keputusan kelompok kepentingan yang ingin
ekonomi, sosial, maupun politik dengan : mengetahui organisasi secara lebih dalam.
a) Menyediakan informasi tentang Pemerintah berkewajiban untuk
sumber, alokasi dan penggunaan memberikan informasi keuangan yang akan
sumber daya keuangan. digunakan untuk pengambilan keputusan
b) Menyediakan informasi mengenai ekonomi, sosial, politik, oleh pihak-pihak
kecukupan penerimaan periode yang berkepentingan. Laporan keuangan
berjalan untuk membiayai seluruh untuk mendukung pembuatan keputusan
penegluaran ekonomi, sosial, politik, tersebut meliputi
c) Menyediakan informasi mengenai informasi yang digunakan untuk (a)
jumlah sumber daya ekonomi yang membandingkan kinerja keuangan aktual
digunakan dalam kegiatan entitas dengan yang dianggarkan, (b) menilai
pelaporan serta hasil-hasil yang kondisi keuangan dan hasil – hasil operasi,
telah dicapai (c) membantu menentukan tingkat
d) Menyediakan informasi mengenai kepatuhan terhadap peraturan perundangan
bagaimana entitas pelaporan yang terkait dengan masalah keuangan dan
mendanai seluruh kegiatannya dan ketentuan lainnya, serta (d) membantu
mencukupi kebutuhan kasnya dalam mengevaluasi efisiensi dan
e) Menyediakan informasi mengenai efektivitas.
posisi keuangan dan kondisi Untuk melakukan pengambilan
entitas pelaporan berkaitan dengan keputusan ekonomi, sosial dan politik
sumber-sumber penerimaannya, diperlukan informasi akuntansi yang salah
baik jangka pendek maupun satunya berupa laporan keuangan.
jangka panjang, termasuk yang Meskipun laporan keuangan bukan
berasal dari pungutan pajak dan merupakan satu –satunya sumber informasi
pinjaman untuk pembuatan keputusan, akan tetapi

6
laporan keuangan sebagai sumber informasi 5. Perbedaan Basis Kas Menuju Akrual
finansial memiliki pengaruh yang sangat dan Basis Akrual
besar terhadap kualitas keputusan yang Tabel 1
dihasilkan.Laporan keuangan merupakan Perbandingan Manfaat Basis Kas dan
tindakan pragmatis, oleh karena itu laporan Basis Akrual
keuangan pemerintah harus dievaluasi Kriteria Basis Kas Basis Akrual
dalam hal manfaat laporan tersebut Pemahaman Sederhana Kompleks tapi
terhadap kualitas keputusan yang tapi tidak lebih lazim
dihasilkan serta mudah tidaknya laporan lazim bagi bagi
kebanyakan kebanyakan
keuangan tersebut dipahami oleh pemakai. orang besar orang
4. Pemakai Laporan Keuangan Manipulasi Relatif Mudah
Sektor Publik mudah untuk dimanipulasi,
Drebin et al. (1981) dimanipulasi tergantung
mengklasifikasikan pemakai laporan pada standar
akuntansi dan
keuangan sector public menjadi 10 standar audit
(sepuluh) kelompok, yaitu : Memberikan Hanya Informasi
1. Pembayar pajak (tax payers) informasi yang informasi terkait dengan
2. Pemberi dana bantuan (grantors) menyeluruh terkait kas dan juga
3. Investor dengan kas informasi
tambahan
4. Pengguna jasa (fee-paying
Bermanfaat Hanya Menyediakan
service recipients) dalam menyediaka informasi
5. Karyawan atau pegawai pengelolaan n informasi tentang kas
6. Pemasok (vendor) arus kas dasar dan
7. Dewan legislatif komitmennya
Pengelolaan aset Tidak Menyediakan
8. Manajemen
non-keuangan menyediaka informasi
9. Pemilih (voters) n informasi mengenai aset
10. Badan pengawas (oversight tersebut
bodies) Dapat Negara- Negara-negara
Anthony mengklasifikasikan pemakai diperbandingka negara pengguna
n pengguna basis akrual
laporan keuangan sektor publik menjadi 5
basis kas menggunakan
(lima) kelompok, yaitu :Lembaga memiliki standar
pemerintah,Investor dan kreditor, Pemberi format yang akuntansi
sumber daya (resource providers),badan berbeda- yang berbeda-
pengawas (oversight bodies) dan beda beda sehingga
sehingga tidak
Konstituen
tidak konsisten
Menurut PP 71 tahun 2010 terdapat konsisten dengan negara
kelompok utama penggua laporan dengan lain
keuangan pemerintah, namun tidak terbatas negara lain
pada masyarakat, wakil rakyat, lembaga Mengukur Sangat Bermanfaat,
keberlanjutan terbatas namun harus
pengawas, dan lembaga pemeriksa
kebijakan fiskal ditambahkan
pihak yang memberi atau berperan dalam dengan
proses donasi, investasi, dan pinjaman dan infomasi lain
Pemerintah Kredibilitas Terbatas Lebih familar
untuk menilai
instansi dan
kreditur
Dasar bagi Terbatas Bagus, jika
penentuan digunakan
strategi fiskal dengan
informasi
mengenai kas
Akuntabilitas Terbatas Menyediakan

7
informasi kekayaan, dan kewajiban yang
tersebut menyelenggarakan akuntansi dan
Dasar bagi Terbatas Bagus
penentuan harga
menyajikan laporan keuangan. Perbedaan
barang dan jasa selanjutnya adalah jumlah laporan basis
Menghalangi Terbatas Lebih bagus akrual yang menjadi tujuh laporan dari
tindakan daripada basis yang semula empat. Pengakuan belanja
kecurangan dan kas, pada kerangka konseptual diubah menjadi
korupsi tergantung
pada pengakuan belanja dan beban di mana
lingkungan beban diakui pada saat timbulnya
pengendalian kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
dan aspek terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
lainnya potensi jasa (basis akrual) dan belanja
Implementasi Biaya sistem Biaya bisa
informasi lebih rendah, diakui pada sat terjadinya pengeluaran dari
tinggi namun kas daerah (basis kas). Selanjutnya
diperlukan perbedaan dalam kerangka konseptual
biaya esktra adalah unsur-unsur dari tujuh laporan
untuk
keuangan pokok. Perbedaan pada PSAP 01
identifikasi
dan pennilaian adalah ditambahkannya definisi LO dan
aset dan cara penyajiannya. LO dibahas lebih rinci
komponen lain dalam PSAP 12. Pembahasan tersebut
Keberlanjutan Skill yang Mudah untuk meliputi ruang lingkup, manfaat, periode
operasi diperlukan dipertahankan
pelaporan dan struktur pelaporan.
rendah, dan mengajari
namun operator Pembahasan tersebut meliputi ruang
diperlukan lingkup, manfaat, periode pelaporan dan
jumlah struktur pelaporan.
personel Akuntansi berbasis akrual
yang banyak
membedakan antara penerimaan kas dan
Sumber: Athukorala & Reid dalam (Sousa hak untuk mendapatkan kas, serta
et.al, 2012). pengeluaran kas dan kewajiban untuk
Menurut Mardiasmo (2002), membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas sistem akrual pendapatan dan biaya diakui
dengan akuntansi berbasis akrual dapat pada saat diperoleh (earned) atau terjadi (
dilihat sebagai berikut : incured), tanpa memandang apakah kas
1. Basis Kas : Penerimaan kas – sudah di keluarkan atau dikeluarkan.
pengeluaran kas = Perubahan kas
2. Basis Akrual : Pendapatan (income) – 6. Perdebatan Penggunaan Basis Akrual
Biaya –biaya = Rugi / laba (Surplus/ dalam Pemerintah Daerah
defisit) Berikut ini adalah pendapat
3. Pendapatan (Income) : Penerimaan kas penelitian-penelitian yang mendukung
selama satu periode akuntansi – saldo basis akrual diterapkan pada sektor publik
awal piutang + saldo akhir piutang (Hassan, 2013) yaitu (1) basis akrual
4. Biaya : Kas yang dibayarkan selama berhasil digunakan di sektor privat,
satu periode akuntansi – saldo awal sehingga basis ini masuk akal jika
piutang + saldo akhir piutang digunakan di sektor publik. (2) Akuntansi
Perbedaan Kerangka Konseptual akrual memberikan informasi keuangan
adalah ditambahkannya ketentuan untuk yang lebih baik untuk dasar akuntabilitas
menyusutkan aset tetap (kecuali aset pemerintah. Laporan keuangan dari
tertentu seperti tanah) dan penjelasan akuntansi akrual diyakini lebih
mengenai entitas akuntansi yaitu unit pada komprehensif, sederhana dan mudah
pemerintahan yang mengelola anggaran, dimengerti, sulit untuk dimanipulasi, dan

8
lebih dapat dibandingkan dan konsisten akuntansi lain, masih rentan untuk
(Athukorala dan Reid, 2003). (3) dimanipulasi (Newberry, 2002). Argumen
Pemerintah akan mampu mengukur ini juga tidak menyetujui klaim bahwa
kegiatannya misalnya dengan memisahkan basis akrual menawarkan transparansi yang
antara biaya sekarang dan biaya modal lebih besar. (6) Beberapa bukti penelitian
(Athukorala dan Reid, 2003). (4) Adopsi yang menunjukkan bahwa biaya penerapan
pelaporan akrual akan meningkatkan akuntansi berbasis akrual dan pelaporannya
transparansi, baik transparansi internal mungkin memiliki biaya yang lebih besar
maupun eksternal (OECD, 1993). daripada manfaat yang diterima (Jones dan
Peningkatan transparansi internal akan Puglisi, 1997).
mendorong kinerja organisasi, salah 7. Hubungan Basis Akuntansi dengan
satunya melalui pengalokasian sumber daya Pengambilan Keputusan Internal
yang lebih baik. (5) Basis akrual Mardiasmo (2002) Pemerintah
memungkinkan organisasi untuk berkewajiban untuk memberikan informasi
mengidentifikasi biaya-biaya dari berbagai keuangan yang akan digunakan untuk
kegiatan yang dilakukan, sehingga pengambilan keputusan ekonomi, sosial,
organisasi dapat lebih efisien, politik, oleh pihak-pihak yang
mengalokasikan sumber daya lebih baik berkepentingan. Laporan keuangan untuk
dan peningkatan kinerja. (6) basis akrual mendukung pembuatan keputusan
mendukung pengelolaan likuiditas yang ekonomi, sosial, politik, tersebut meliputi
lebih baik, memberikan dasar untuk informasi yang digunakan untuk (a)
menentukan harga produk dan layanan, dan membandingkan kinerja keuangan aktual
memberikan informasi untuk mengelola dengan yang dianggarkan, (b) menilai
sumber daya. kondisi keuangan dan hasil – hasil operasi,
Selain perbedaan sifat seperti yang (c) membantu menentukan tingkat
dijelaskan sebelumnya, permasalahan pada kepatuhan terhadap peraturan perundangan
proses implementasi menyebabkan ada yang terkait dengan masalah keuangan dan
beberapa pihak yang tidak mendukung ketentuan lainnya, serta (d) membantu
penggunaan basis akrual untuk organisasi dalam mengevaluasi efisiensi dan
sektor publik. Hassan (2013) merangkum efektivitas.
pendapat dari penelitian yang tidak Untuk melakukan pengambilan
mendukung penggunaan basis akural yaitu keputusan ekonomi, sosial dan politik
(1) perubahan akuntansi akrual selalu diperlukan informasi akuntansi yang salah
terhubung dengan reformasi sektor publik satunya berupa laporan keuangan.
lainnya sehingga harus dilihat sebagai Meskipun laporan keuangan bukan
bagian dari reformasi. (2) Implementasi merupakan satu –satunya sumber informasi
basis akrual sulit dan mahal. Pelaksanaan untuk pembuatan keputusan, akan tetapi
akuntansi akrual membutuhkan sistem laporan keuangan sebagai sumber informasi
akuntansi dan teknologi yang rumit. Selain finansial memiliki pengaruh yang sangat
itu, kadang-kadang pemerintah kekurangan besar terhadap kualitas keputusan yang
personil akuntansi berkualitas yang dapat dihasilkan.Laporan keuangan merupakan
mengelola sistem. (3) Berbeda dengan tindakan pragmatis, oleh karena itu laporan
klaim New Public Management (NPM), keuangan pemerintah harus dievaluasi
dengan menerapkan akuntansi akrual, peran dalam hal manfaat laporan tersebut
manajerial dan politik dalam lingkungan terhadap kualitas keputusan yang
pemerintahan menjadi kurang jelas. (4) dihasilkan serta mudah tidaknya laporan
Pelaksanaan akuntansi akrual di sejumlah keuangan tersebut dipahami oleh pemakai.
sektor publik menghasilkan laporan Menurut Salvatore dan Gesso (2013)
keuangan yang justru membingungkan para akuntansi akrual memberikan informasi
penggunanya. (5) Basis akrual, seperti basis lengkap tentang aset organisasi publik dan

9
meningkatkan kuantitas dan kualitas konteks sektor publik karena pada sektor
informasi yang dihasilkan oleh sistem publik, laba bukan merupakan tujuan utama
akuntansi. Selain itu, model akuntansi dan laba tidak dapat menjadi ukuran yang
akrual memberikan informasi tentang hasil relevan dari kinerja; struktur keuangan dan
yang diperoleh (pendapatan dan biaya), solvabilitas tidak relevan di ranah publik;
yang dapat digunakan untuk meningkatkan akuntansi akrual tidak mengukur hasil; dan
komunikasi dengan para pemangku akuntansi akrual kurang relevan dengan
kepentingan, untuk lebih mengevaluasi kinerja pelayanan, karena akuntansi akrual
kinerja dan untuk mengukur dampak dari hanya berfokus pada biaya layanan dan
kebijakan publik. Dengan demikian, model efisiensi.
ini memungkinkan manajemen untuk Berdasarkan kerangka pemikiran
membuat pilihan yang lebih rasional dan diatas, dan didukung oleh teori yang ada
efisien. maka penulis membuat hipotesis sebagai
8. Penelitian Terdahulu berikut :
Terdapat beberapa penelitian H1: Terdapat Perbedaan Persepsi Basis
terdahulu yang dapat digunakan sebagai Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual
referensi mengenai Persepsi Manfaat Basis dalam Pengambilan Keputusan Internal
Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual Pemerintah Daerah
dalam Pengambilan Keputusan Internal METODOLOGI PENELITIAN
Pemerintah Daerah, yaitu : A. Jenis Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya Jenis penelitian ini adalah penelitian
yang terkait dengan penelitian ini yang komparatif yaitu penelitian yang bersifat
dilakukan Andriani, et.al (2010) membandingkan keberadaan satu variabel
menyatakan dalam penelitiannya di atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
Australia bahwa basis akrual lebih berbeda atau lebih dari satu (Sugiyono,
bermanfaat bagi beberapa aktivitas 2004 :11).
pengambilan keputusan di Pemerintah. B. Populasi dan Sampel
Hasil penelitian Sousa, et.al (2012) yang 1. Populasi
melakukan penelitian tentang manfaat Populasi dalam penelitian ini adalah
informasi akuntansi yang berbasis akrual Satuan Kerja Perangkat Daerah
pada organisasi sektor publik di Brazil. (SKPD) yang ada di Kota Solok.
Secara garis besar para pengguna laporan Berdasarkan data yang diperoleh dari
keuangan dan penyusun laporan keuangan Kesbangpol Pemerintah Kota Solok jumlah
beranggapan bahwa perubahan dari basis satuan kerja yang terdapat berjumlah 39
kas menjadi basis akrual akan lebih SKPD yang terdiri dari, Dinas, Badan,
memberikan informasi yang bermanfaat Kantor, Kecamatan, dan inspektorat.
untuk pengambilan keputusan dan
manajemen entitas. 2. Sampel
Penelitian terdahulu yang dilakukan Pengambilan sampel ditentukan
oleh Nirmala, et.al (2014) menjelaskan dengan menggunakan teknik Total
bahwa informasi yang dihasilkan basis Sampling. Jumlah SKPD di Kota Padang
akrual lebih tepat untuk menggambarkan berjumlah 39 SKPD yang terdiri dari
biaya operasi yang sebenarnya (full costs of Dinas, Badan, Kantor, Kecamatan, dan
operation), dapat menghasilkan informasi inspektorat. Sampel dari penelitian ini
yang dapat diandalkan dalam informasi aset adalah mencakup pegawai yang
dan kewajiban dan dapat menghasilkan melaksanakan tugas dan fungsi tata usaha
informasi keuangan yang komprehensif keuangan pada SKPD yaitu Kepala SKPD
tentang pemerintah. (Guthrie, 1998), dan tiga orang kepala bidang di masing-
berpendapat bahwa akuntansi akrual kurang masing SKPD, kriteria Kepala dinas dan
tepat dan tidak cocok diterapkan dalam

10
Kepala Subbagian adalah menjabat ≥ 3 valid jika pertanyaan pada kuesioner
Tahun. mampu untuk mengungkapkan sesuatu
3. Responden yang akan diukur oleh kuesioner tersebut,
Responden dalam penelitian ini yaitu (Ghozali, 2006:49). Untuk melihat validitas
level manajer, dikarenakan level manajer dari data, dilihat dari Corrected item–Total
merupakan bagian/pegawai yang Correlation, apabila melebihi nilai r hitung
bertanggungjawab terhadap proses melebihi nilai r tabel maka data dikatakan
pengambilan keputusan dan terlibat valid.
langsung serta memahami kegiatan pada 1. Uji Reliabilitas
masing-masing bagian di SKPD, dimana Uji reliabilitas merupakan alat untuk
terdiri atas Kepala Dinas dan Kepala mengukur suatu kuesioner yang merupakan
subbagian pada SKPD. Jumlah responden indikator dari variabel. Suatu kuesioner
untuk setiap OPD yang dijadikan sampel 4 dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
(empat) orang. seseorang terhadap pernyataan adalah
C. Jenis dan Sumber Data konsisten dari waktu ke waktu. Untuk
1. Jenis Data mengetahui reliabel atau tidaknya suatu
Jenis data yang dilakukan dalam variabel dilakukan uji statistik dengan
penelitian ini adalah data subjek. Data melihat nilai Cronbach’s Alpha.
berupa tanggapan tertulis atas pertanyaan Kriteria yang dapat digunakan adalah
atau kuisioner dari subjek penelitian pada sebagai berikut: (Imam, 2005).
instansi pemerintah daerah. a) Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60
2. Sumber Data maka pernyataan-pernyataan yang
Sumber data dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel
adalah data primer. Data tersebut diperoleh tersebut adalah “reliabel”.
secara lansung dari instansi pemerintah b) Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60
daerah dengan menggunakan daftar maka pernyataan-pernyataan yang
pertanyaan dalam bentuk kuisioner guna digunakan untuk mengukur variabel
mengumpulkan informasi dari objek tersebut adalah “tidak reliabel”.
penelitian tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara G. Uji Asumsi Klasik
yang digunakan untuk memperoleh data Uji asumsi klasik dari penelitian yaitu :
penelitian. Untuk memperoleh data yang 1) Uji Normalitas
diperlukan dalam penelitian ini yaitu Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dengan menggunakan angket (kuesioner). model regresi variabel terikat dan variabel
bebas keduanya mempunyai distribusi
E. Instrumen Penelitian dan normal atau tidak. Uji normalitas residual
Pengukuran Variabel dilakukan dengan menggunakan One
Instrumen penelitian merupakan alat Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan
yang digunakan untuk mengukur variabel taraf signifikan 5% (Singgih, 2010). Dasar
dalam rangka mengumpulkan data. Dalam pengambilan keputusan sebagai berikut:
penelitian ini digunakan sebuah kasus yang a. Jika nilai Sig ≥ 0,05 maka
dirujuk dari artikel Andriani et,al (2010) dikatakan berdistribusi normal.
untuk membantu penelitian ini b. Jika nilai Sig < 0,05 maka
menggunakan skala likert 1- 5 dikatakan berdistribusi tidak
F. Uji Instrumen normal.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur 2) Uji Homogenitas
sah (valid) atau tidak sahnya (tidak valid) Uji homogenitas yaitu utuk dapat
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan melihat bahwa dua atau lebih kelompok

11
data sampel berasal dari populasi yang b) Interval jawaban responden 66-80%
memiliki variansi yang sama. Uji kategori jawabannya baik
homogenitas dilakukan hanya dengan c) Interval jawaban responden 56-65%
memilih salah satu statistik kemudian di kategori jawabannya cukup baik
interpretasikan, yaitu statistik yang d) Interval jawaban responden 41-55%
didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). kategori jawabannya kurang baik
Jika nilai sig < α 0,05 maka pada varian e) Interval jawaban responden < 40%
tidak terdapat Homogenitas. kategori jawabannya tidak baik
Jika nilai sig > α 0,05 maka pada varian 2. Metode Analisis
terdapat Homogenitas. a. Uji Hipotesis (t-Test)
H. Teknik Analisis Data Pengujian ini bertujuan untuk
Data yang telah dikumpulkan mengetahui hubungan yang signifikan dari
selanjutnya dianalisis dengan langkah- masing-masing variabel bebas terhadap
langkah sebagai berikut: variabel terikatnya. Untuk melihat nilai
1. Analisis Deskriptif signifikan masing-masing parameter yang
Analisis ini bertujuan diestimasi, maka digunakan t-Test dengan
menggambarkan masing-masing variabel rumus :
dalam bentuk hasil distribusi frekuensi, a)
Jika sign < 0,05, thitung > ttabel
kemudian dilakukan analisis mean, standar nilai β +, maka hipotesis diterima.
deviasi, tingkat capaian responden dan
koefisien serta memberikan interpretasi
b)
Jika sign < 0,05, thitung > ttabel
analisis tersebut. nilai β -, maka hipotesis ditolak.
Menghitung nilai jawaban;
c)
Jika sign > 0,05, thitung < ttabel ,
a. Menghitung frekuensi dari maka hipotesis ditolak.
jawaban yang diberikan responden
atas setiap item pertanyaan yang HASIL PENELITIAN DAN
diajukan. PEMBAHASAN
b. Menghitung rata-rata skor total A. Gambaran Umum Objek
item dengan menggunakan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
Rumus: 5SB  4S  3KB  2TB Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
1STB
kota Solok yang berjumlah39 SKPD.
15 Peneliti menjadikan seluruh populasi
c. Menghitung nilai rerata jawaban sebagai sampel (total Sampling) dengan
responden, dengan rumus: Jumlah responden SKPD di kota Solok
sebanyak 156 orang yang terdiri dari Dinas,

n
Badan, Kantor, Kecamatan, dan
xi
Mean h1 inspektorat. Sampel dari penelitian ini
n adalah mencakup pegawai yang
=
d. Menghitung nilai TCR masing- melaksanakan tugas dan fungsi tata usaha
masing kategori jawaban dari keuangan pada SKPD yaitu Kepala SKPD
deskriptif variabel. Dengan dan tiga orang kepala bidang di masing-
rumus: masing SKPD, kriteria Kepala dinas dan
R
Kepala Subbagian adalah menjabat ≥ 3.
TCR S
x100 Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak
n 156 kuesioner, yang kembali sebanyak 119
=
Nilai
persentase dimasukkan ke a) Interval jawaban responden 81-
dalam kriteria UNP sebagai berikut: 100% kategori jawabannya sangat
12
baik
kuesioner. Dan kuesioner yang diisi
lengkap yang dapat diolah sebanyak 78
kuesioner atau sebesar 76,28%.

13
B. Demografi Responden Penyataan (poin 1) Menanyakan basis
1. Karakteristik Responden yang mana lebih bermanfaat dalam menilai
a. Berdasarkan Jenis Kelamin kinerja SKPD, responden menjawab basis
Sebagian besar responden merupakan akrual lebih bermanfaat dibandingkan
Perempuan dengan persentase 56,58% atau dengan basis kas menuju akrual untuk
sebanyak 43 orang, selanjutnya diikuti oleh menilai kinerja SKPD dengan nilai rata-
laki-laki dengan Persentase 43,42% atau rata jawaban responden untuk basis akrual
sebanyak 33 orang. 4,88 sedangkan untuk basis kas menuju
b. Berdasarkan Umur akrual 3,09 dan untuk pernyataan (poin 2)
Sebagian besar responden yang tentang menilaikinerja program-program
berusia 56 - 60 tahun dengan persentase yang ada di SKPD, responden menjawab
5,26% atau sebanyak 4 orang, selanjutnya basis akrual lebih bermanfaat dibandingkan
diikuti oleh responden yang berusia 51 - 55 dengan basis kas menuju akrual dalam
tahun dengan Persentase 15,79% atau menilai kinerja program di SKPD dengan
sebanyak 12 orang, selanjutnya yang nilai rata- rata jawaban responden untuk
berusia 46 - 50 tahun dengan persentase basis akrual 4,84 sedangkan untuk basis kas
15,79% atau sebanyak 12 orang, menuju akrual 3,07. Selanjutnya pernyataan
selanjutnya yang berusia 41 - 45 tahun (poin 3) yaitu menilai kinerja pejabat
sebanyak persentase 9,21% atau sebanyak 7 struktural di SKPD, responden juga
orang, selanjutnya yang berusia 36 – 40 menjawab basis akrual lebih bermanfaat
tahun sebanyak persentase 15,79% atau dibandingkan dengan basis kas menuju
sebanyak 12 orang, selanjutnya yang akrual untuk menilai kinerja pejabat
berusia 31 – 35 tahun sebanyak persentase struktural di SKPD dengan nilai rata- rata
28,95%atau sebanyak 22 orang, kemudian jawaban responden untuk basis akrual 4,76
yang berusia 25 - 30 tahun sebanyak sedangkan untuk basis kas menuju akrual
persentase 59,21% atau sebanyak 7 orang. 2,97. Hal ini sesuai dengan PSAP 12 yang
c. Berdasarkan Jenjang Pendidikan. menjelaskan manfaat LO adalah
Pendidikan responden terbanyak adalah menyediakan mengenai operasi keuangan
Strata 1 (S1) yaitu sebanyak 40 orang atau secara menyeluruh yang berguna dalam
sebesar 52,63%. Selanjutnya pada tingkat mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
kedua adalah Magister (S2) yaitu sebanyak efisiensi, efektivitas, dan kehematan
20 orang atau sebesar 26,32%, pada tingkat perolehan dan penggunaan sumber daya
ketiga yaitu D3 sebanyak 11 orang atau ekonomi. Hasil ini konsisten dengan
14,47%, dan yang terakhir yaitu SMA penelitian Andriani, et.al (2010) dan
sebanyak 5 orang atau sebesar 6,58%. penelitian Sousa, et.al (2012).
C. Teknik Analisis Data Pernyataan (poin 4) untuk menilai
1. Statistik Deskriptif Variabel efektivitas SKPD dalam memberikan
Manfaat basis akrual dan basis kas menuju pelayanan publik, hasil jawaban responden
akrual berdasarkan kuesioner yang disebar yang disebar bahwa basis akrual lebih
di Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) bermanfaat dibandingkan basis kas menuju
Kota Solok. Jawaban dari responden telah akrual dalam menilai efektifitas SKPD,
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tidak dapat dilihat nilai rata- rata jawaban
bermanfaat dan bermanfaat. Tidak responden pada tabel diatas untuk basis
bermanfaat merepresentasikan jawaban akrual 4,64 sedangkan untuk basis kas
responden yang memilih opsi tidak menuju akrual 2,92 dan, pernyataan
bermanfaat dan kurang bermanfaat. (poin
Bermanfaat merepresentasikan jawaban 5) basis mana yang lebih bermanfaat untuk
responden yang memilih opsi bermanfaat menilai efisiensi SKPD dalam memberikan
dan sangat bermanfaat. layanan publik, responden menjawab basis
akrual lebih bermanfaat dalam memberikan
layanan publik dibandingkan dengan
basis
14
kas menuju akrual, dengan nilai rata- rata dan pernyataan (poin 9) untuk menilai
jawaban responden untuk basis akrual 4,62 kemampuan SKPD dalam menghasilkan
dan basis kas menuju akrual 2,87. Hal ini arus kas, jawaban dari responden bahwa
tidak konsisten dengan hasil penelitian basis akrual lebih bermanfaat dalam
yang dilakukan oleh Andriani, et.al (2010) menilai kemampuan menghasilkan arus kas
dan penelitian Sousa, et.al (2012). Dua dengan nilai rata-rata basis akrual 4,67
penelitian terdahulu sama-sama sedangkan basis kas menuju akrual 2,96.
menjelaskan bahwa dalam hal Selanjutnya pernyataan (poin 10)
memperkirakan arus kas instansi, basis kas bagaimana responden menilai basis mana
akan lebih bermanfaat daripada basis yang bermanfaat sebagai masukan bagi
akrual. SKPD dalam mempersiapkan anggaran,
Penyataan (poin 6) menanyakan jawban responden adalah basis akrual lebih
manakah basis yang bermanfaat bagi bermanfaat dalam penyiapan anggaran
responden dalam membantu memastikan SKPD, dengan nilai rata-rata basis akrual
akuntabilitas SKPD, hasil jawaban 4,74 dan basis kas menuju akrual 2,97.
responden menjelaskan bahwa basis akrual Sedangkan dua penelitian sebelum ini
lebih memberikan informasi yang mengatakan bahwa basis kas yang lebih
bermanfaat untuk memastikan akuntabilitas menghasilkan informasi yang bermanfaat
dalam peranan pelaporan keuangan pada untuk pertanyaan ini. Standar akuntansi
kerangka konseptual daripada basis kas LAK diatur pada PSAP 03. Jika kita
menuju akrual dengan persentase rata- rata membandingkan PSAP 03 yang terdapat
basis akrual 4,64, basis kas menuju akrual pada Lampiran I dan II PP 71 Tahun 2010,
2,96 selanjutnya (poin 7) membantu maka tidak ada perbedaan manfaat LAK
memastikan pemenuhan pelaksanaan yaitu (1) informasi arus kas berguna
akuntabilitas SKPD, responden menjawab sebagai indikator jumlah arus kas di masa
basis akrual lebih bermanfaat dalam yang akan datang, serta berguna untuk
pemenuhan pelaksanaan akuntabilitas menilai kecermatan atas taksiran arus kas
dalam peranan pelaporan keuangan pada yang telah dibuat sebelumnya, (2) LAK
kerangka konseptual dibandingkan basis juga menjadi alat pertanggungjawaban arus
kas menuju akrual, responden menjawab kas masuk dan arus kas keluar selama
dengan nilai rata-rata basis akrual 4,64 dan periode pelaporan dan (3) apabila dikaitkan
nilai basis kas menuju akrual 2,91. Pada dengan laporan keuangan lainnya, LAK
suatu periode pelaporan setiap entitas memberikan informasi yang bermanfaat
memiliki kewajiban untuk melaporkan bagi para pengguna laporan dalam
upaya-upaya yang telah dilakukan serta mengevaluasi perubahan kekayaan
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan
kegiatan secara sistematis dan testruktur. struktur keuangan pemerintah (termasuk
Hal ini konsisten dengan penelitian likuiditas dan solvabilitas).
Andriani, et.al (2010) dan penelitian Sousa, Pernyataan (poin 11) menanyakan
et.al (2012). basis mana yang bermanfaatsebagai
Pernyataan (poin 8) basis masukan dalam membuat keputusan
manakah yang lebih bermafaat antara basis investasi dalam jumlah besar, hasil
akrual dan basis kas menuju akrual responden menjelaskanbahwa basis akrual
untukmemprediksi arus kas SKPD dimasa lebih bermanfaat daripada basis kas menuju
yang akan datang, hasil jawaban responden akrual dalam pengambilan keputusan
menunjukkanbahwa basis akrual lebih investasi pemerintah daerah, dengan nilai
bermanfaat memprediksi arus kas dimasa rata-rata basis akrual 4,64 dan basis kas
yang akan datang daripada basis kas menuju akrual sebesar 2,93 Jawaban
menuju akrual dengan hasil rata-rata basis responden tersebut sejalan dengan PSAP 01
akrual 4,55, basis kas menuju akrual 3,00 paragraf 10, yang menyatakan Laporan

15
Keuangan juga mempunyai peranan penelitian Sousa, et.al (2012) yang
prediktif dan prospektif, menyediakan menyatakan bahwa basis akrual lebih
informasi yang berguna untuk memprediksi bermanfaat untuk pertimbangan tentang
besarnya sumber daya yang dibutuhkan sumber daya SKPD.
untuk operasi yang berkelanjutan, sumber Pernyataan (poin 16)
daya yang dihasilkan dari operasi yang untukmengidentifikasi biaya yang
berkelanjutan, serta risiko dan diperlukan untuk memberikan pelayanan
ketidakpastian yang terkait. publik basis manakah yang lebih bermanfat
Pertanyaan selanjutnya (poin 12) diperlukan, responden menjawab basis
bagaimana responden menilai basis yang akrual lebih bermanfaat untuk
lebih bermanfaatsebagai masukan dalam mengidentifikasi biaya yang diperlukan
membuat keputusan tentang alokasi sumber untuk memberikan pelayanan publik
daya yang dimiliki, responden menjawab dibandingkan dengan basis kas menuju
basis akrual lebih bermafaat dalam akrual, dengan jumlah nilai rata-rata basis
membuat keputusan tentang alokasi sumber akrual 4,67dan basis kas menuju akrual
daya yang dimiliki dibandingkan dengan 2.80 dan pernyataan (poin 17) untuk
basis kas menuju akrual, hasil jawaban melihat basis mana yang bermanfaat
responden berdasarkan nilai rata-rata basis dalammenilai kemampuan SKPD untuk
akrual sebesar 4,53 dan basis kas menuju terus memberikan pelayanan kepada
akrual 2,75 dan pernyataan (poin 13) basis masyarakat untuk menilai kemampuan
mana yang bermanfaat dalam mengevaluasi SKPD, responden menjawab basis akrual
keputusan tentang alokasi sumber daya, lebih bermanfaat untuk terus memberikan
hasil respnden menjelaskan bahwa basis pelayanan kepada masyarakat daripada
akrual lebih bermanfaat dalam basis kas menuju akrual dengan nilai rata-
mengevaluasi keputusan tentang alokasi rata basis akrual 4,54dan basis kas menuju
sumber daya daripada basis kas menuju akrual 2,83.
akrual dengan nilai rata-rata basis akrual Pernyataan (poin 18) sebagai
4,74dan basis kas menuju akrual 3,16. pengukur ketercapaian tujuan dan sasaran
Selanjutnya pernyataan (poin 14) untuk SKPD, responden menjawab basis akrual
menilai kebutuhan sumber daya SKPD lebih bermanfaat dalam mengukur
dimasa datang, responden menjawab basis ketercapaian tujuan dan sasaran SKPD
akrual lebih bermanfaat dalam menilai daripada basis kas menuju akrual dengan
kebutuhan sumber daya SKPD dimasa jumlah rata-rata basis akrual 4,58dan basis
datang dibandingkan basis kas menuju kas menuju akrual 2,83 selanjutnya (poin
akrual dengan hasil rata-rata basis akrual 19) untukmenilai basis mana yang
4,74 dan basis kas menuju akrual 3,04 bermanfaat dalam kelayakan tujuan dan
Pernyataan (poin 15) untuk sasaran SKPD, jawaban responden bahwa
menilai basis mana yang lebih bermanfaat basis akrual lebih bermanfaat dalam
dalam penggunaan sumber daya telah menilai kelayakan tujuan dan sasaran
sesuai dengan tujuan SKPD, jawaban SKPD dibandingkan basis kas menuju
pertanyaan tersebut menjelaskan bahawa akrual dengan nilai rata-rata basis akrual
basis akrual lebih bermanfaat dalam 4,61dan basis kas menuju akrual 2,97.
evaluasi kesesuaian penggunaan sumber Maka hal tersebut konsisten dengan
daya dengan tujuan SKPD daripada basis jawaban responden(poin 18 dan 19) tentang
kas menuju akrual dengan nilai rata-rata bagaimana standar akuntansi dapat
4,74dan basis kas menuju akrual 2,89. menjelaskan kelayakan dan pencapaian
Responden menjawab basis akrual lebih tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh
bermanfaat dalam pertimbangan keempat OPD. Hal ini konsisten dengan hasil
situasi di atas, hasil ini kosisten dengan penelitian Andriani, et.al (2010) dan
penelitian dari Andriani, et.al (2010) dan penelitian Sousa, et.al (2012).

16
Pemeliharaan sistem akuntansi sebesar 55% dengan kategori baik. Untuk
pada tabel.3(lampiran) untuk pertanyaan rata-rata tingkat capaian responden pada
(point 20) sistem akuntansi akrual untuk basis kas menuju akrual adalah sebesar
tujuan pelaporan penganggaran sebanyak 58,68%dengan kategori baik.
74(97,36%) menjawab bahwa departemen b. Basis Akrual
mereka menjawab iya dan sebanyak Frekuensi Basis Akrual dapat dilihat
2(2,63%) menjawab tidak untuk tujuan bahwa tingkat capaian responden tertinggi
penggangaran. (Poit 21) Sistem akuntansi berada pada pernyataan nomor 1, yaitu
akrual untuk tujuan pelaporan internal, 97,63% dengan kategori Sangat baik. Hal
69(90,78%) responden mejawab iya dan ini menunjukkan bahwa responden menilai
hanya 7(9,21%) responden menjawab bahwa manfaat yang diperoleh dari basis
bahwa sistem akuntansi akrual tidak untuk akrual paling tinggi tedapat pada item
tujuan pelaporan internal. Pertanyaan (point pernyataan nomor 1. Sedangkan untuk
22) apakah sistem akuntansi kas menuju tingkat capaian responden terendah berada
akrual untuk tujuan penganggaran, pada pernyataan nomor 12, yaitu sebesar
33(43,42%) responden menjawab iya dan 90,53% dengan kategori Sangat baik.
43(55,26%) responden menjawab tidak Untuk rata-rata tingkat capaian responden
untuk sistem akuntansi kas menuju akrual pada basis kas menuju akrual adalah
untuk tujuan penganggaran. Sistem sebesar 93,44%dengan kategori Sangat
akuntansi kas menuju akrual untuk tujuan baik.
pelaporan internal (pertanyaan 23) Uji Validitas dan Reliabilitas
sebanyak 39(51.31%) responden 1. Uji Validitas
menjawab iya dan 27(48,68%) responden Uji validitas dimaksudkan untuk
menjawab bahwa sistem akuntansi kas mengetahui instrumen dalam mengukur apa
menuju akrual tidak untuk tujuan pelaporan yang hendak diukur. Untuk melihat
internal. validitas dari masing-masing item kuisioner
Jika dilihat dari pemaparan diatas digunakan Corrected Item-Total
kita dapat menyimpulkan bahwa dari Correlation. Jika r hit > r tabel , maka
seluruh pertanyaan yang diajukan ke dikatakan valid. r tabel untuk n=98 adalah
responden dengan menggunakan sistem
0,1966.
akuntansi basis akrual dirasakan lebih tepat
Berdasarkan uji validitas yang telah
dalam tujuan penganggaran sedikit berbeda
dilakukan, nilai terkecil dari Corrected
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Item-Total Correlation untuk masing-
Andriani, et.al (2010), pada penelitian ini
masing instrument .Jadi dapat dikatakan
sistem akuntansi kas menuju akrual
bahwa semua item pernyataan adalah valid.
disarakan lebih tapat dalam pelaporan 2. Uji Reliabilitas
internal perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa semua
variabel mempunyai Cronbach Alpha yang
2. Menghitung nilai jawaban
cukup besar yaitu di atas 0,60 sehingga
a. Basis Kas Menuju Akrual
dapat dikatakan semua konsep pengukur
Frekuensi Basis Kas Menuju Akrual masing-masing variabel dari kuisioner
dapat dilihat bahwa responden tertinggi adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya
berada pada pernyataan nomor13, yaitu item-item pada masing-masing konsep
63,16% dengan kategori baik. Hal ini variabel tersebut layak digunakan sebagai
menunjukkan bahwa responden menilai alat ukur.
bahwa manfaat yang diperoleh dari basis D. Uji Asumsi Klasik
kas menuju akrual paling tinggi tedapat 1. Uji Normalitas
pada item pernyataan nomor 13. Sedangkan Hasil uji normalitas padadata
untuk tingkat capaian responden terendah Basis Akrual dan Basis Kas Menuju
berada pada pernyataan nomor 12, yaitu Akrual bahwa diketahui bahwa Sig

17
sebesar 0,511 .Berdasarkan hasil tersebut informasi yang dihasilkan basis akrual
dapat dinyatakan data yang digunakan lebih tepat untuk menggambarkan biaya
dalam penelitian ini telah terdistribusi operasi yang sebenarnya (full costs of
normal dan bisa dilanjutkan untuk operation), dapat menghasilkan informasi
diteliti lebih lanjut, karena nilai yang dapat diandalkan dalam informasi
signifikan dari uji normalitas > 0,05. aset dan kewajiban dan dapat
menghasilkan informasi keuangan yang
2. Uji Homogenitas komprehensif tentang pemerintah.
Hasil uji homogenitas diketahui Andriani, et.al (2010) menyatakan dalam
bahwa nilai signifikansi (Sig) dari data penelitiannya di Australia bahwa basis
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual akrual lebih bermanfaat bagi beberapa
sebesar 0.84 dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengambilan keputusan di
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual Pemerintah. Hasil penelitian Andriani,
dikatakan homogen karena sig > 0,05 et.al (2010) dikuatkan lagi oleh
3. Uji Hipotesis penelitian Sousa, et.al (2012) yang
Berdasarkan ringkasan hasil melakukan penelitian secara garis besar
pengujian SPPS diketahui nilai Sig < Alpha para pengguna laporan keuangan dan
sebesar 0.00. Hipotesis dapat diterima jika penyusun laporan keuangan beranggapan
nilai Sig lebih kecil dibandingkan alpha bahwa perubahan dari basis kas menjadi
0.05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa basis akrual akan lebih memberikan
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual informasi yang bermanfaat untuk
terdapat perbedaan dalam pengambilan pengambilan keputusan dan manajemen
keputusan Internal Pemerintah Daerah, entitas.
Dengan demikian hipotesis pertama (H) Penerapan akuntansi berbasis akrual
diterima. diharapkan dapat memberikan manfaat
yang lebih besar dibandingkan dengan
E. Pembahasan Hipotesis basis akuntansi cash toward accrual.
1. Terdapat Perbedaan Persepsi Manfaat bagi pemerintah daerah
Manfaat basis akrual dan basis kas memberikan informasi yang lebih
menuju akrual dalam pengambilan transparan mengenai biaya pemerintah dan
keputusan internal pemerintah daerah. meningkatkan kualitas pengambilan
Berdasarkan hasil pengolahan keputusan. Manfaat bagi masyarakat
pengujian tersebut, diketahui nilai Sig < pengguna laporan keuangan untuk menilai
Alpha sebesar 0.00. Hipotesis dapat akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber
diterima jika nilai Sig lebih kecil daya oleh suatu entitas, menilai kinerja,
dibandingkan alpha 0.05. Hal ini dapat posisi keuangan dan arus kas dari suatu
menunjukkan bahwa Basis Akrual dan entitas serta pengambilan keputusan
Basis Kas Menuju Akrual terdapat mengenai penyediaan sumber daya
perbedaan dalam pengambilan keputusan pemerintah daerah.
Internal Pemerintah Daerah, Dengan PENUTUP
demikian hipotesis pertama (H1) diterima.
Hal ini sejalan dengan penelitian A. KESIMPULAN
Nirmala, et.al (2014) menyebutkan Berdasarkan hasil penelitian dan
bahwa perubahan basis akuntansi sektor pengujian hipotesis yang telah dilakukan
publik dari basis kas menuju akrual maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan
menjadi basis akrual disebabkan oleh t erdapat perbedaan basis akrual dan basis
kelemahan basis kas dalam kas menuju akrual dalam pengambilan
menghasilkan informasi yang cukup keputusan internal pemerintah daerah kota
untuk pengambilan keputusan. Nirmala, Solok dan basis akrual lebih bermanfaat
et.al (2014) juga menjelaskan bahwa dibandingkan basis kas menuju akrual

18
dalam pengambilan keputusan internal BPK-RI, 2015, Penyerahan Laporan Hasil
pemerintah daerah kota Padang Pemeriksaan Tiga Pemerintah
A. KETERBATASAN PENELITIAN Daerah di Provinsi
1. Keterbatasan penelitian ini yaitu Sumatera Barat,
kuisioner yang diberikan kepada http://padang.bpk.go.id/?p=5141
responden menggunakan kuisioner diakses 20/4/2017
tertutup yaitu dimana kuisioner yang
menyajikan pertanyaan pertanyaan Carlin, T. M., 2005, Debating the impact
dan pilihan jawaban, sehingga of accrual accounting and reporting
responden hanya dapat memberikan in the public sector‖, Financial
tanggapan terbatas pada pilihan yang Accountability & Management,
diberikan. Vol. 21 No. 3.
2. Meskipun peneliti sudah memberikan
penjelasan yang cukup detail Deloitte Public Sector Paper, 2004.
mengenai petunjuk pengisian dan Mastering the Transformation:
maksud dari setiap pertanyaan yang New Public Management,
diajukan peneliti kurang dapat Accrual Accounting, and
mengendalikan jawaban dari Budgeting
responden, baik berupa pemahaman
responden atas setiap item pertanyaan Erlina,dkk. 2015. Akuntansi
serta verifikasi setiap jawaban dari Keuangan Daerah Berbasis
responden sehingga dimungkinkan Akrual. Medan : Salemba
terjadinya bias dalam pengambilan Empat
kesimpulan penelitian.
B. SARAN Ferryono dan Sutaryo. 2016. Manfaat
Berdasarkan pembahasan dan Basis Akrual dan Basis Kas
kesimpulan di atas, maka penulis Menuju Akrual dalam
memberikan saran diharapkan untuk Pengambilan Keputusan Internal
penelitian selanjutnya dilakukan dengan Pemerintah Daerah.
metode studi kasus dengan jumlah Simposium Nasional Akuntansi
responden yang lebih sedikit (misalnya 5 XIX, Lampung
SKPD dalam 1 Pemerintah Daerah)
sehingga peneliti dapat mendampingi Halim dan Muhammad syam
responden dalam pengisian kuisioner kusufi. 2012. Akuntansi Keuangan
nya Daerah (edisi 4). Yogyakarta :
DAFTAR PUSTAKA Salemba Empat
International Federation of Accountants
Andriani,dkk. 2010. Decision Usefulness (IFAC), 2003. Study 14, Transition
of Cash and Accrual Information: to the Accrual Basis of
PublicSector Managers’ Accounting: Guidance for
Perceptions. Review No. 53 Vol. 20 Governments and Government
Entities (Second Edition).
Athukorala, S. L., & Reid, B. (2003),
Accrual budgeting and accounting ,1994. Occasional
in government and its Paper 1, Implementing Accrual
relevance for developing member Accounting in Government: The
countries. Manila: Asian New Zealand Experience.
Development Bank

19
, 2014. IFAC 2302-8556
handbook of International Public
Sector Accounting
Pronouncements Vol. 1.
IFAC
Publications.

Kementrian Keuangan, 2014. Modul


Penerapan Akuntansi Berbasis
akrual.
http://keuda.kemendagri.go.id/page
s/view/20-modul-penerapan-
akuntansi- berbasis-akrual.
diakses tanggal 17 Maret 2017

Khan, A., Mayes, S., 2009. Transition To


Accrual Accounting. International
Monetary Fund, Fiscal Affairs
Department.

Khubiati Ani dan Johan Arifin. 2016.


Analisis Pengaruh Faktor
Institusional Terhadap Minat
Adopsi Sistem Informasi
Akuntansi Keuangan Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi
XIX, Lampung

Laughlin, R. (2012). Debate: Accrual


Accounting: Information For
Accountability Or Decision
Usefulness? Public Money &
Management.

Mardiasmo.2002.Akuntansi

Sektor Publik.Yogyakarta : Penerbit


Andi

OECD, 1993. Accounting for what? The


value of Accrual Accounting in the
Public Sector, Occasional Papers
on Public Management.

, 2010. Peraturan Pemerintah


nomor 71 Tahun 2010 tentang
SAP. Putra, I Wayan G. Y. D., dan
Ariyanto D., 2015, Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penerapan
SAP Berbasis Akrual. E-Jurnal
Akuntansi Universitas
Udayana 13.1 (2015): 14-32 ISSN:
20
Standar Akuntansi
PP 71 tahun 2010.2012.Standar
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta :
Salemba Empat

Sousa, R. G., Vasconcelos, A.


F., Caneca., R. L., Niyama, J. K.,
2012, Accrual Basis Accounting in
the Brazilian Public
Sector: Empirical Research on
the Usefulness of
Accounting Information. Paper
presented at the 12th USP
Congress of Controllership
and Accounting, São
Paulo, July 2012.

Sri Rahayu. 2005. SPSS Versi


12.0 dalam Riset
Pemasaran. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: Alfabeta.

Suhendro,dkk. Resistensi Pengguna


Terhadap Implementasi Sistem
Informasi Akuntansi Berbasis
Akrual Pada Pemerintah Daerah.

Suwardjono, 2013. Teori


Akuntansi: Perekayasaan
Pelaporan
Keuangan.BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.

Thomas H. Beechy, 2007. Does Full


Accrual Accounting Enhance
Accountability? The Innovation
Journal: The Public Sector
Innovation Journal, Volume
12(3), 2007, article 4.

Tudor, A., T., & Mutiu, A., 2006.Cash


Versus Accrual Accounting In
Public Sector. Faculty of
Economics and Business
Administration, Babes Bolyai
University, http://www.ssrn.com.

Wahyuni Nina Eka dan Helmy Adam.


2016. Analisis Implementasi
21
Pemerintahan Berbasis Akrual Widayat dan Agung Nur ProboHudono.
dalam Perspektif Teori 2016. Determinan Kesiapan
Institutional: Studi Kasus Pada Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintah Kota Malang. Jurnal Berbasis Akrual pada Pemerintah
Ilmiah Mahasiswa FEB Daerah di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XIX, Lampung.

22
ANALISIS PELAPORAN KEUANGAN
PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Oleh: Hafsah, Mahyar Diana


(Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

ABSTRAK

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melaksanakan akuntansi


terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, hingga menghasilkan
laporan keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian
pencatatan dan pelaporan keuangan pada SKPD di Pemprovsu khususnya Badan
Lingkungan Hidup Pemprovsu dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dalam bentuk
studi kasus. Penulis menggunakan teknik riset lapangan dan teknik riset pustaka
untuk pengumpulan data yang diperlukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Badan Lingkungan Hidup
Pemprovsu belum sepenuhnya melakukan proses pencatatan akuntansinya sesuai
dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
sedangkan untuk siklus penyusunan laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai
dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, namun
Laporan Keuangan telah disajikan tepat waktu sehingga bisa dipergunakan bagi
kelompok pengguna Laporan Keuangan guna pengambilan keputusan.

Kata Kunci : Pelaporan Keuangan, Satuan Kerja Perangkat Daerah


PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengidentifikasian,


pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
pemerintah daerah (kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai
informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh
pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (kabupaten,kota atau provinsi).
Pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukan
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan,
investor, kreditur dan donator, analisis ekonomi dan pemerihati pemerintah
daerah, rakyat, pemerintah daerah lain dan pemerintah pusat, yang seluruhnya
berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Proses pengidentifikasian pada akuntansi keuangan daerah maksudnya
adalah pengidentifikasian transaksi ekonomi, agar dapat membedakan transaksi
yang bersifat ekonomi dan yang tidak bersifat ekonomi. Pada dasarnya, transaksi
ekonomi adalah aktivitas yang berhubungan dengan uang. Proses selanjutya
adalah pengukuran transaksi ekonomi, yaitu dengan menggunakan satuan uang.
Jadi seluruh transaksi dalam akuntansi harus dinyatakan dalam satuan uang.
Proses berikutnya adalah pencatatan transaksi ekonomi, yaitu pengolahan data
transaksi ekonomi tersebut melalui penambahan dan/atau pengurangan sumber
daya yang ada. Pelaporan transaksi ekonomi akan menghasilkan laporan keuangan
yang merupakan hasil akhir proses akuntansi. Laporan keuangan dalam
pemerintah daerah meliputi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan
(double entry), artinya setiap transaksi ekonomi dicatat berpasangan dan disebut
juga dengan proses menjurnal. Dalam menjurnal, pencatat harus menjaga
persamaan dasar akuntansi, dimana kedua sisi persamaan tersebut harus selalu
seimbang, demikian juga hasil akhir atau saldonya juga harus seimbang.
Unsur yang menyusun persamaan dasar akuntansi adalah elemen-elemen
laporan keuangan. Elemen-elemen tersebut terdiri atas aktiva, utang, ekuitas dana
atau rekening koran pemerintah daerah, pendapatan dan belanja. Aktiva/aset
adalah sarana (kekayaan) yang dimiliki entitas. Utang adalah sumber sarana
entitas yang berasal dari bukan pemilik entitas. Ekuitas dana atau R/K pemerintah
daerah adalah sumber sarana entitas yang berasal dari pemilik entitas. Pendapatan
adalah bertambahnya aktiva atau penurunan utang karena aktivitas entitas. Belanja
adalah berkurangnya aktiva karena aktivitas entitas. Persamaan dasar akuntansi
menyatakan bahwa aktiva ditambah belanja sama dengan utang ditambah ekuitas
dana atau R/K pemerintah daerah dan pendapatan.
Akuntansi adalah suatu sistem yang tujuannya adalah menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah terdiri atas
laporan perhitungan APBD nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan
neraca. Akuntansi, disamping merupakan sistem juga merupakan siklus, artinya
akuntansi terdiri atas tahap-tahap tertentu dan setelah selesainya tahap-tahap
tersebut kegiatan berulang kembali sesuai dengan urutan tersebut. Tahap-tahap
yang terdapat dalam siklus akuntansi adalah analisis transaksi, jurnal, posting,
neraca saldo, penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan,
penutupan, dan neraca saldo setelah penutupan.
Sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berdasarkan Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 merupakan suatu sistem yang secara komprehensif
mengatur prosedur-prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur
akuntansi selain kas, dan prosedur akuntansi aset. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam setiap prosedur tersebut adalah fungsi yang terkait, dokumen
yang digunakan, laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis prosedur.
Setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan akuntansi keuangan daerah, tidak terkecuali Badan Lingkungan Hidup
Pemprovsu yang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara. Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu diwajibkan
melakukan akuntansi keuangan daerah yang meliputi proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan akuntansi keuangan daerah
sesuai dengan SAP bukanlah hal yang dapat dengan mudah diwujudkan. Di dalam
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS) Badan Pemeriksa Keuangan pada
tiga tahun terakhir (2010,2011 dan 2013), terdapat kelemahan di dalam
pengendalian akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain berupa pencatatan
transaksi yang tidak akurat atau bahkan trasaksi yang tidak dicatat, aset tetap yang
belum diinventarisasi hingga pencatatan persediaan yang tidak tertib. Hal ini tentu
akan menyulitkan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah yang handal dan berkualitas tinggi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan


masalah adalah : “Apakah pelaporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah sesuai dengan PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan”
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi keuangan daerah adalah suatu proses untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan dari entitas pemerintah daerah yang
dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang
diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah. Dedi Nordiawan
(2006), menyebutkan :Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pencatatan,
pengklasifikasian, penganalisisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu
organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai
laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut Abdul
Hafiz (2006), yang mendefenisikan akuntansi keuangan daerah sebagai Proses
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan akuntansi keuangan
daerah adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan agar dapat mengelola
suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi
secara tepat, efisien, dan ekonomis, serta memberikan informasi untuk
melaporkan
pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil
operasi dan penggunaan dana publik. Selain itu, akuntansi keuangan daerah
mengacu pada penerapan teori prinsip atau standar akuntansi pada organisasi yang
tidak mencari laba, khususnya unit organisasi pemerintahan.

Sistem Pencatatan
Sistem pencatatan merupakan proses akuntansi untuk melakukan
penyusunan atau pembuatan bukti-bukti pembukuan atau bukti transaksi baik
transaksi internal maupun transaksi eksternal ke dalam jurnal, baik jurnal umum
maupun jurnal khusus dan mempostingnya ke buku besar, baik buku besar utama
maupun buku besar pembantu. Menurut Henry Simamora (2004) “Pencatatan
adalah pembuatan suatu catatan pembukuan, kronologis kejadian yang terjadi,
terukur melalui suatu cara yang sistematis dan teratur”. Pencatatan juga diartikan
sebagai “Suatu urutan ketiga klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam
suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seram terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”. Mulyadi
(2008).
Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam
akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut
akuntansi, pengertian demikian tidaklah tepat. Hal ini disebabkan karena
akuntansi menggunakan sistem pencatatan. Menurut Abdul Halim (2008, hal.
43), “Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu
sistem pencatatan single entry, double entry, dan triple entry”. Pembukuan hanya
menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi dapat
menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan
dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan
dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berkaitan berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi pengeluaran. Sistem pencatatan single entry ini memiliki

38
beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami. Namun, sistem ini
memiliki kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan (kurang
memudahkan penyusun laporan), sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan
yang terjadi, dan sulit di kontrol. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem
pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan tersebut.
Sistem pencatatan double entry sering juga disebut dengan sistem tata
buku berpasangan dan merupakan cikal bakal ilmu akuntansi yang dicetuskan
oleh Luca Pacioli dalam artikelnya yang berjudul “Summa arithmatica geometry
propartionet propotionalita”. Kusnadi (2001). Menurut sistem ini pada dasarnya
suatu transaksi ekonomi dicatat dua kali, sehingga membentuk perkiraan dalam
dua sisi berlawanan yaitu sisi debit dan kredit secara berpasangan. Menurut
sisitem pencatatan double entry pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan
dicatat dua kali, sehingga pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah
menjurnal, dalam pencatatan tersebut ada sisi debit dan sisi kredit dan dalam
melakukan pencatatan tersebut setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi. Abdul Halim (2004). Double entry accounting dapat
menyediakan pencatatan yang akurat seperti yang diungkapkan oleh Keiso dan
Weygandt (2001) : Under the universally used double entry system, the dual (two
sides) affect of each transaction is recorded in appropriate account. This system
providers alogical method for recording transaction. It also offer a mean if
proving the accuracy of the recordedamounts. If every transactions recorded with
equal debits and credits, then the sun of all the debits to the accountants must
equal the sum of all the credits.
Dengan digunakannya double entry accounting maka setiap transaksi yang
terjadi akan dicatat pada akun yang tepat, karena masing-masing akun
penyeimbang berfungsi sebagai media cross check. Selain ketepatan dalam
pencatatan transaksi, double entry accounting juga memiliki kemampuan untuk
mencatat transaksi dalam jumlah nominal yang akurat, karena jumlah sisi debit
harus sama dengan sisi kredit.
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan
menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada
buku anggaran. Jadi, sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, Pejabat
Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) maupun
bagian keuangan atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga mencatat
transaksi tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek
pada sisa anggaran.

Pengakuan Akuntansi
Pengakuan akuntansi merupakan penetapan kapan suatu transaksi dicatat.
untuk menentukan kapan suatu transaksi dicatat, digunakan berbagai
sistem/basis/dasar akuntansi. Menurut Partomo (2001) : Sistem/basis/dasar
pencatatan adalah himpunan-himpunan standar-standar akuntansi yang
menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi-transaksi dan peristiwa-
peristiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis-basis
tersebut berkaitan dengan penetapan waktu atas pengukuran yang dilakukan,
terlepas dari sifat pengukuran tersebut.
Basis akuntansi berhubungan dengan saat mengakui (mencatat)
pendapatan dan biaya atau belanja (expenditure). Ada dua basis akuntansi, yaitu
basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual basis). Selain itu, juga dikenal
basis kas modofikasi (modified cash basis) serta basis akrual modifikasi (modified
accrual basis). Beberapa orang berpendapat bahwa secara konseptual hanya
terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual
basis). Basis diantara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas
dan basis akrual.
Pengakuan akuntansi untuk sektor publik dan sektor swasta berbeda
penerapannya, untuk sektor publik terdiri atas :
1. Basis Kas (cash basis)
2. Basis Akrual (accrual basis)
3. Basis Kas Modifikasi (modified cash basis)
4. Basis Akrual Modifikasi (modified accrual basis)
Dalam lembaga pemerintahan yang relatif masih kecil dan
aktivitasnya tidak banyak serta sederhana (tidak rumit), maka penerapan
cash basis masih dipandang sebagai pengecualian dan tidak perlu
dipermasalahkan meskipun secara tertulis banyak mengandung kelemahan.
Kusnadi (2001). Adapun karakteristik kas basis (cash basis) adalah
mengukur aliran dari sumber kas, transaksi keuangan diakui pada saat uang
diterima ataupun dibayarkan, menunjukkan ketaatan pada batas anggaran
belanja dan pada peraturan lain, menghasilkan laporan yang kurang
komprehensif bagi pengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Indra bastian (2002)

Siklus Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri atas
subsistem-subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi
output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam
bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan keuangan.
Menurut SR Soemarso (2004, hal. 90) “siklus akuntansi akuntansi adalah
tahapan-tahapan kegiatan maulai dari terjadinya transaksi sampai dengan
penyusunan laporan keuangan hingga siap untuk pencatatan transaksi periode
berikutnya yang terjadi secara terus menerus.
Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus
akuntansi yang telah dijelaskan di atas, perbedaannya adalah pada proses
penyusunan laporan keuangan pemda. Setelah menyusun neraca saldo setelah
penyesuaian, dapat disusun laporan perhitungan APBD. Namun demikian, untuk
lebih mempermudah penyusunan laporan keuangan yang lain, yaitu laporan
perubahan ekuitas dana atau R/K pemerintah daerah, laporan aliran kas dan
neraca, biasanya terlebih dahulu dilakukan proses tutup buku dengan membuat
jurnal penutup. Kemudian, setelah jurnal penutup ini diposting, barulah disusun
ketiga laporan keuangan tersebut.
Menurut Indra Bastian (2007, hal. 76) mengatakan bahwa “Siklus
akuntansi keuangan daerah merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan,
peringkasannya dan pelaporan keuangan”. Dengan demikian, siklus akuntansi
keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan di dalam sistem
akuntansi. Sesuai dengan pendapat Abdul Halim (2007, hal. 43), menyatakan
bahwa “Siklus akuntansi keuangan daerah adalah tahap-tahap yang ada dalam
sistem akuntansi”.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (pasal
265) menyebutkan “Bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun
laporan keuangan yang meliputi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca,
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)”.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
“Laporan Realisasi Anggaran SKPD menyajikan informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiyaan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode tertentu”
(PP No. 24 Tahun 2005). Dalam pengertian kerangka konseptual akuntansi
pemerintahan, laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
pemakaian sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,
yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.
Informasi ini dapat dianalisis dengan melihat (a) selisih antara anggaran
dengan realisasinya; (b) rasio-rasio antar rekening, misalnya rasio total belanja
terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap belanja tidak langsung,
belanja langsung terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap PAD dan
sebagainya.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, “Unsur
yang dicakup dalam Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari : pendapatan,
belanja, dan pembiayaan”.
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
c. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah
mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. Neraca ini
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan SKPD pada tanggal tertentu.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 “Unsur yang
dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas dana”.
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan SKPD meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Catatan atas Laporan Keuangan SKPD juga berisi informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh Pemerintah Daerah dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan, serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal yaitu
sebagai berikut :
a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiscal/keuangan dan
pencapaian target kinerja APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target;
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Menyajikan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
Menyusun Jurnal Penutup
Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal
(temporary) menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan saldo nominal
adalah perkiraan yang digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu
Pendapatan dan Belanja. Jurnal penutup diperlukan agar semua perkiraan yang
bersifat nominal tidak ikut atau tidak terbawa pada periode berikutnya, sehingga
saldo perkiraan tersebut perlu dinihilkan. Pada dasarnya, jurnal penutup adalah
mendebetkan perkiraan yang bersaldo kredit dan mengkreditkan perkiraan yang
bersaldo debet dan selisihnya merupakan surplus atau defisit. Jurnal penutup akan
mempengaruhi nilai SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) di neraca menjadi
jumlah yang benar.

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera


Utara yang beralamat di Jln. T. Daud No. 5 Medan,

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan untuk memudahkan peneliti

menganalisis pencatatan dan pelaporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah adalah : Data Sekunder, data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk

yang sudah diolah sehingga lebih komparatif jika digunakan oleh pihak yang

berkepentingan. Misalnya catatan perusahaan, bahan-bahan dokumen, buku-buku

yang sesuai permasalahan, serta data Primer yang didapat dari sumber-sumber

pertama yaitu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang

merupakan data untuk dianalisis.


Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis melakukan dua cara

antara lain : Riset Lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data primer

dengan datang langsung ke Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, kemudian melakukan wawancara, dengan menanyai secara

langsung pegawai pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang

terkait guna pengumpulan data yang diperlukan dan melakukan observasi dengan

mengadakan peninjauan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilakukan yang berhubungan dengan proses penyusunan dan penyajian laporan

keuangan, serta riset pustaka (library research) yaitu dengan mempelajari buku-

buku dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, serta

melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif

yaitu mendeskripsikan proses pencatatan dan pelaporan keuangan pada Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dan kesesuaiannya dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP). Analisis deskriptif merupakan bentuk pemaparan

dari hasil temuan dari penelitian. Kuncoro (2003). Analisis deskriptif ini

memaparkan semua hasil penelitian berdasarkan hasil riset lapangan (field

research) dan riset pustaka (library research) yang berkaitan dengan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dengan menggunakan

data kuantitatif yang didukung oleh dasar teori dan metode penelitian yang telah
dikemukakan, maka dilakukan analisis sistem pencatatan dan pelaporan keuangan

yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu dari tahun 2011 – 2012

telah melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP), Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu dalam melakukan pencatatan dan


pelaporan keuangan tersebut. Untuk melakukan analisis sistem pencatatan dan

pelaporan keuangan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terdapat

delapan tahapan yang perlu dilakukan analisis yaitu analisis transaksi, jurnal, posting

ke buku besar, jurnal penyesuaian, Neraca Saldo setelah penyesuaian, Laporan

Keuangan, dan jurnal penutup. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat tiga transaksi yang perlu

dilakukan analisis transaksi yaitu pendapatan, belanja dan asset. Berdasarkan

dokumen laporan keuangan yang telah diberikan oleh pihak Badan Lingkungan

Hidup Pemprovsu, maka analisis transaksi akan disajikan sebagai berikut :

a. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan

aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran

bersangkutan. Pendapatan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu berasal dari

retribusi. Untuk tahun anggaran 2011 terdiri dari : Pendapatan Retribusi Pelayanan

Pemakaian Kekayaan Daerah (Hasil Uji Sampel oleh UPT. Laboratorium

Lingkungan). Untuk tahun anggaran 2012 juga terdiri dari Pendapatan Retribusi

Pelayanan Pemakaian Kekayaan Daerah (Hasil Uji Sampel oleh UPT. Laboratorium

Lingkungan).

b. Belanja adalah semua pengeluaran pada satu periode anggaran.

Pengeluaran. Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan

sebagaimana yang telah ditetapkan. Untuk tahun anggaran 2011 belanja Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa

dan belanja modal. Untuk tahun anggaran 2012 belanja badan lingkungan hidup

terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
c. Asset Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terbagai tiga yaitu asset

lancar, asset tetap dan asset lainnya. Asset lancar mencakup kas dan setara kas yang

diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam

waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Untuk tahun anggaran 2011

Asset lancar ini terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Untuk tahun anggaran 2012

Asset lancar juga terdiri dari kas, piutang dan persediaan.

Asset tetap Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu adalah asset berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Asset tetap Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu tahun anggaran 2011 terdiri dari tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan kantor, dan aset tetap lainnya, sedangkan untuk tahun

anggaran 2012 terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan kantor,

jalan jaringan dan instalasi, dan asset tetap lainnya. Asset lainnya Badan Lingkungan

Hidup Pemprovsu untuk tahun anggaran 2011 terdiri dari asset tidak berwujud.

Untuk tahun anggaran 2012 juga terdiri atas Asset tidak berwujud.

Dari data penelitian yang dianalisis pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

masih menggunakan metode single entry dalam mencatat akuntansi pendapatan,

akuntansi belanja dan akuntansi asset. Padahal menurut Peraturan Pemerintah No. 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan setiap SKPD wajib mencatat

jurnal akuntansi pendapatan, akuntansi belanja dan akuntansi asset menggunakan

metode double entry, adapun format penjurnalan dengan metode double entry sesuai

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

adalah sebagai berikut :


Nomor
Keterangan Debet Kredit
Rekening
xxxx xxxxxxxxxxxx Xxxxx

xxxx xxxxxxxxxx xxxxx

Setelah melakukan penjurnalan, maka secara periodik (bulanan) PPK-SKPD

melakukan posting ke buku besar rekening masing-masing.

Analisis Pencatatan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

Pencatatan pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu yang dikaitkan dengan

teori-teori yang mendukung penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

b. Penerapan Pencatatan Akuntansi Pendapatan

Dalam melakukan Pencatatan Akuntansi Pendapatan Badan Lingkungan

Hidup Pemprovsu masih menggunakan metode lama yaitu single entry dan belum

melakukan pencatatan menggunakan metode double entry sebagaimana yang

diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan. Manfaat dari penerapan double entry accounting system

menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah dapat meminimalisasi tindakan

korupsi, dapat dilakukannya penilaian kinerja pemerintah oleh masyarakat,

pemerintah dapat mempublikasikan laporan keuangan, dapat membuka peluang bagi

investor untuk penanaman modal, adanya kontrol yang lebih jelas dalam

pengeluaran kas, adanya transparansi laporan keuangan, adanya persepsi baru

tentang sub bagian pembukuan dan baik untuk pengawasan serta akan tercipta good

governance.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu masih belum menerapkan siklus

akuntansi keuangan daerah dengan baik yang sesuai amanat Peraturan Pemerintah

No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, karena dalam

menerapkan siklus akuntansi keuangan daerah Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu


hanya melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke perkiraan buku

besar, penyusunan neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, menyusun neraca

saldo setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan, tetapi tidak membuat

jurnal penutup pada akhir periode akuntansi.

c. Penerapan Pencatatan Akuntansi Belanja

Sistem pencatatan akuntansi belanja di Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

masih menggunakan metode single entry dan belum menggunakan metode double

entry dalam proses pencatatannya sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan

Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu masih belum menerapkan siklus

akuntansi keuangan daerah dengan baik yang sesuai amanat Peraturan Pemerintah

No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, karena dalam

menerapkan siklus akuntansi keuangan daerah Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

hanya melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke perkiraan buku

besar, penyusunan neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, menyusun neraca

saldo setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan, tetapi tidak membuat

jurnal penutup pada akhir periode akuntansi.

d. Penerapan Pencatatan Akuntansi Asset

Dalam melakukan Pencatatan Akuntansi Asset Badan Lingkungan Hidup

Pemprovsu masih menggunakan metode lama yaitu single entry dan belum

melakukan pencatatan dengan menggunakan metode double entry sebagaimana yang

diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

Pada belanja tambahan penghasilan bagi PNS berupa Uang Makan, Tunjangan

Kesejahteraan, Tunjangan Kepala Badan dan Tunjangan Bendahara pada


pengeluaran kas tahun anggaran 2011 telah tercatat nilai netto yang mengakibatkan

tidak dicatat sebagai penerimaan pajak (PPh 21), maka pada akhir periode dibuat

jurnal penyesuaian.

Analisis Laporan Keuangan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup

Pemprovsu

Setelah nerara saldo setelah penyesuaian disusun, maka langkah selanjutnya

PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan

disampaikan kepada Kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai Laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran SKPD.

Laporan keuangan yang disusun oleh Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu,

terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan

Keuangan. Rincian masing-masing laporan keuangan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Berdasarkan data penelitian, Laporan Realisasi Anggaran Tahun terdiri dari :

a. Pos Pendapatan, pada pos pendapatan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

terbagi atas Pendapatan Asli Daerah. Laporan Realisasi Anggaran Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu untuk Tahun Anggaran 2011 menunjukkan bahwa

seluruh penerimaan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu berasal dari retribusi.

a. Pos Belanja, pada pos belanja Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu, tebagi

atas : Belanja Operasi dan Belanja Modal.

2. Neraca

Neraca menyajikan asset, utang dan ekuitas dana pada saat (tanggal) akhir tahun

anggaran.
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

tahun anggaran 2011 dan 2012 menyajikan informasi mengenai :

a. Informasi tentang Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan

Pencapaian Target Kinerja APBD SKPD;

b. Ikhtisar Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD;

c. Kebijakan Akuntansi, dan,-

d. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan SKPD.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu, Pada tahun anggaran 2011 dan 2012

tidak melakukan pencatatan akuntansi Jurnal Penutup. Padahal Standar Akuntansi

Pemerintahan, mengamanatkan “Setelah menyusun Laporan Keuangan tahunan,

maka PPK-SKPD diwajibkan untuk membuat jurnal penutup, tujuannya untuk

menutup saldo perkiraan nominal agar tidak terbawa pada periode akuntansi tahun

berikutnya.”.

Analisis Siklus Akuntansi Daerah

Berdasarkan hasil penelitian melalui riset lapangan (field research), maka

dapat dijabarkan siklus akuntansi daerah yang telah dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu untuk tahun anggaran 2011 dan tahun anggaran

2012, sebagai berikut :

a. Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu melakukan pencatatan siklus akuntansi

yang meliputi ; Analisis Transaksi, Jurnal, Posting ke Buku Besar, Neraca Saldo,

Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian, dan Laporan Keuangan,

yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK).
b. Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu belum melakukan pencatatan siklus

akuntansi yang sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) karena masih belum melakukan

pencatatan siklus akuntansi jurnal penutup;

c. Pada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 setiap SKPD diwajibkan untuk

mencatat siklus akuntansi jurnal penutup, tujuannya adalah untuk menutup saldo

perkiraan nominal agar tidak terbawa pada periode akuntansi tahun berikutnya.

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian

KESESUAIAN
PEMBAHASAN KETERANGAN
DENGAN SAP
SKPD SAP
Penerapan Pencatatan
Belum Sesuai Single Entry Double Entry
Akuntansi Pendapatan

Penerapan Pencatatan Double Entry


Belum Sesuai Single Entry
Akuntansi Belanja

Penerapan Pencatatan Double Entry


Belum Sesuai Single Entry
Akuntansi Asset

Penerapan Pelaporan
Sesuai - -
Keuangan
Diwajibkan
Belum untuk seluruh
Penerapan Siklus melakukan SKPD
Belum Sesuai
Akuntansi Daerah pencatatan melakukan
Jurnal Penutup pencatatan
Jurnal Penutup

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan berdasarkan hasil temuan

yang ada pada pelaporan keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu dapat diambil kesimpulan

bahwa pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu masih belum sepenuhnya


melakukan pencatatan akuntansi keuangan dengan baik untuk akuntansi pendapatan,

akuntansi belanja dan akuntansi asset sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan karena masih menggunakan

metode pencatatan single entry dan bukan menggunakan metode yang diamanatkan

oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu dengan metode double entry. Untuk

laporan keuangan yang dihasilkan pada akhir tahun (khususnya tahun anggaran 2011

dan 2012) terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas

Laporan Keuangan, dimana format dan uraian perkiraan telah diklasifikasikan secara

tepat sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Saran

Adapun saran yang diusulkan adalah perlu adanya sumber daya manusia yang

memiliki spesialisasi dalam rangka pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan

SKPD. Sumber daya manusia ini dapat diperoleh melalui perekrutan CPNS dengan

kualifikasi di bidang akuntansi yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan

dan bimbingan teknis terhadap SDM yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hafiz (2006). Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta :


Alfabeta.

Abdul, Halim (2004). Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat.

.................... (2007). Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat.


.................... (2008). Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat.

Henry, Simamora (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi ke-3,


Yogyakarta : STIE YKPN.

Indra, Bastian (2002). Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat.

.................... (2007). Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat.

Kusnadi (2001). Summa Arithmatica Geomatry Propartionet Propotionalita, Jurnal,


Dipublikasikan.

Kurnia, Sari (2008), Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan SKPD (Studi Kasus
Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 di Pemerintah Daerah
Kabupaten Batang). Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak
Dipublikasikan.

Keiso dan Weygandt (2001). Financial Accounting Corporate Practice Set,


California : Wiley.

Kuncoro (2003), Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Jakarta : Erlangga.

Mulyadi (2008). Sistem Akuntansi, Jakarta : Salemba Empat.

Partomo (2001). Ekonomi Koperasi, Bogor : Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah


Nomor 24 Tahun 2005. tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah, Jakarta.

SR Soemarso (2004). Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1 Edisi 5, Jakarta : Salemba


Empat.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA LANGSUNG


PADA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU
PROVINSI SULAWESI UTARA

SYSTEMS AND PROCEDURES OF DIRECT SPENDING ACCOUNTING ON


INTEGRATED LICENSING SERVICE OFFICE OF NORTH SULAWESI
PROVINCE

Nikita¹,David Saerang²,Winston Pontoh³


Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
1,2,3

Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115, Indonesia


Email : Pclaytty@gmail.com

ABSTRAK

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan.
Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan
ketentuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem dan prosedur dalam kegiatan
Belanja langsung yang diterapkan di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu sudah sesuai Permendagri No
21 Tahun 2010 dan berpedoman PP No 71 tahun 2011.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu sudah
mengalokasikan belanja yang dibutuhkan dan telah menyusun laporan sesuai dengan peraturan
pemerintah No 71 tahun 2010 dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2011.Penerbitan
SPD yang menyatakan terjadinya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar dari penerbitan
SPP,pengajuan SPM adalah tahapan penting dalam penatausahaan pengeluaran yang dilanjutkan dengan
penerbitan SP2D unuk mencairkan dana lewat bank yang telah ditunjuk oleh BUD. Hendaknya
berpedoman penuh pada Peraturan Pemerintah yang berlaku agar Pengelolaan Keuangan dapat berwujud
dengan efektif dan efisien serta dapat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.

Kata Kunci: Akuntansi,Belanja Langsung, sistem dan prosedur

ABSTRACT

The research purpose to find out whether the systems and procedures in directly spending implemented in
the Integrated Licencing Services Office has mach wih the Goverment Regulation/Permendagri No. 21 in
2010 and based on PP No. 71 in 2011. The analysis method used is a descriptive method. The results
shows the integrated Licensing Service Office has already allocated the required expenditures and has
compiled with the Government Regulation No. 71 in 2010 and PP No. 21 in 2011. The publication of the
SPD which States the occurrence of funds to carry out its activities as the basis for the issuance of the
SPP, the filing of SPM is an important stage in the administering expenses is continued with the
publication of SP2D to disburse funds via a bank that had been appointed by BUD.

Keywords: accounting, Direct Expenditure, systems and procedures

Nikit 1141
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang yang berjuang mendambakan terciptanya Good
governance. Pemerintah daerah dituntut agar lebih memberikan pelayanan publik yang
didasarkan pada asas-asas pelayanan publik yang meliputi tansparansi adan akuntabilitas.Untuk
mencapai Good governance dalam tata pemerintahan Indonesia, maka prinsip-prinsip Good
governance hendaknya ditegakan dalam berbagai institusi penting pemerintahan.Reformasi
sektor publik yang disertai adanya tuntuntan demokratisasi menjadi suatu fenomena global
termasuk di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek transparansi dan
akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah termasuk dibidang pengelolaan
keuangan Negara. Penetapan Kertas kerja/laporan keuangan oleh SKPD dilatarbelakangi oleh
Peraturan Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Suatu
unsur diakui secara formal apabila unsur tersebut sudah memenuhi salah satu definisi elemen
laporan keuangan. Berarti pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam
kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkannya kedalam neraca atau laporan laba rugi.
Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan keuangan seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian harus dapat diakui dan diukur agar
dapat menyajikan informasi yang relevan. Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi
kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Akuntansi belanja juga dapat
dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara memungkinkan
pengukuran kegitan belanja tersebut. Syurtika (2014) : “Belanja langsung merupakan belanja
yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dari kegitan meliputi
kegiatan belanja pegawai,belanja barang dan jasa,belanja modal.” Salah satu masalah dalam
pendapatan dan belanja daerah adalah masih lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam
menggali potensi pendapatan daerah akan berpengaruh terhadap kemampuan daerah untuk
membiayai anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Lemahnya kemampuan pemerintah
daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah juga akan mempengaruhi belanja daerah.

Khususnya di Provinsi Sulawesi Utara sendiri masalah yang sering muncul salah satunya adalah
mengenai anggaran APBN maupun APBD terlalu muluk-muluk sehingga perlu diadakannya
evaluasi disetiap SKPD. Pemerintah Kota (Pemkot) di Sulawesi Utara terus berupaya
menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good governance).
Tentunya untuk mendapatkan hasil yang baik, peranan SKPD sangatlah berperan penting.
Adanya kerjasama antara Pemerintah Kota dan SKPD merupakan langkah yang efektif dalam
membangun daerah tidak terkecuali untuk Kota Manado sendiri. Kedudukan Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu Provinsi Sulawesi Utara sebagai salah satu sektor publik yang bergerak dalam
hal perijinan dan menjadi unsur penunjang Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sulawesi Utara juga menerapkan mekanisme sistem dan
prosedur keuangan dan pengelolaan keuangan yang termasuk didalamnya membahas tentang
anggaran. Pengendalian laporan keuangan sangatlah penting dalam penyelenggaran kegiatan di
dalam pemerintahan agar setiap anggaran yang yang di tetapakan untuk penyelenggaran dan
pelaksanaan kegiatan dapat terealiasai sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana Sistem dan Prosedur
“Akuntansi Belanja Langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sulawesi Utara”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem dan
prosedur dalam kegiatan Belanja langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

Nikit 1142
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

berdasarkan Permendagri No 21 Tahun 2010 dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No 71


tahun 2011.

Tinjauan Pustaka

Konsep Akuntansi

Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011) Dalam buku Sistem Informasi Akuntansi,
“Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan informasi bisnis tersebut”. Sesuai dengan pengertian para Ahli diatas Akuntansi dapat
diartikan sebagai suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan
data, transaksi serta kejadian yan berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh
orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan keputusan serta
tujuan lainnya.

Akuntansi Keuangan Daerah

Secara yuridis akuntansi keuangan daerah berfungsi untuk menghasilkan laporan keuangan bagi
pihak luar pemerintah daerah, sehingga akuntansi keuangan daerah cenderung masuk dalam
akuntansi keuangan daerah. Menurut Halim (2012) Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari
entitas pemerintah daerah (Kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah
daerah (kabupaten, kota atau provinsi). Akuntansi keuangan daerah menghasilkan informasi
bagi pihak intern maupun ekstern pemerintah daerah, sehingga dapat digolongkan sebagai
akuntansi menejemen maupun akuntansi keuangan. Bagi pihak intern, akutansi keuangan daerah
digunakan sebagai pendukung penyusunan anggaran dan sebagai alat analisis kinerja
pemerintah daerah.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Penyelenggaran pemerintah daerah tidak lepas dari adanya penggunaan dan pemanfaataan
anggaran serta pendapatan daerah. Dan setiap tahun juga selalu saja pemerintah memepersiapkan
anggran atau yang sering disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Menurut
Badrudin (2012) APBD adalah suatu rencana kerja pemerintah daerah yang mencakup seluruh
pendapatan atau penerimaan dan belanja pengeluaran pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten,
dan kota dalam rangka mencapai sasaran pembangunan dalam krun waktu satu tahun yang
dinyatakan dalam satuan yang dan disetujui oleh DPRD dalam peraturan perundangan yang
disebut peraturan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 tentang Pengeloaan keuangan
Daerah yang telah diubah menjadi Permendagri No 59 tahun 2007 dan terakhir kalinya diubah
menjadi Permendagri No 21 tahun 2011 adalah keselurahn kegitan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatusahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan pengeloaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pedapatan daerah. Penyusunan APBD
sebagaimana pedoman kapada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat
untuk tercapainya tujuan bernegara.

Nikit 1143
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

Sistem dan Prosedur

Sistem adalah kumpulan/grup dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik fisik ataupun non
fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk
mencapai satu tujuan tertentu. Diana dan Setiawati (2011) menyatakan bahwa pendekatan
sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut “suatu
sistem adalah serangkaian bagian yang saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu”. Sedangkan prosedur didefinisikan sebagai berikut “suatu uraian kegiatan
klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat
untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-
ulang.

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses
pengumpulan data/bukti transaksi keuangan, pencatatan, pengklasifikasian, pengihktisaran
sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
yang dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan aplikasi komputer. Seperti halnya
SAPP, SAPD juga terdiri atas dua subsistem berikut:
1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)
2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Sistem Akuntansi Satuan Kerja (SKPD)

Dalam struktur pemerintahan daerah, satuan kerja merupakan entitas akuntansi yang wajib
melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan satuan kerja. Kegiatan
akuntansi pada satuan kerja meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset, dan selain kas.
Proses tersebut dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) berdasarkan
dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara. Secara berkala, PPK melakukan
posting pada buku besar dan secara periodik menyusun Neraca Saldo sebagai dasar pembuatan
Laporan Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.

Konsep Belanja Pemerintah

Menurut PP No 24 tahun 2005 yang telah diubah menjadi PP No 71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan, Belanja adalah semua pengeluaran dan rekening kas umum
Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lacar bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pengklasifikasian belanja daerah bedasarakan
Permendagri No 21 tahun 2011 tentang pedoman Pengeluaran Keuangan Daerah dibagi:
1. Klasifikasi Belanja menurut Fungsi. Belanja menurut fungsi adalah klasifikasi yang
didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat serta untuk meningkatakan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan negara yang terdiri dari Pelayanan Umum, ketertiban dan ketentraman,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, dan
budaya, pendidikan dan perkindungan sosial.
2. Klasifikasi Belanja menurut Urusan Pemerintah. Klasifikasi Belanja Urusan Pemerintah
terdiri dari belanja wajib dan belanja urusan pilihan. Belanja penyelengaraan urusan
wajib di prioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja menurut urusan peilihan terdiri dari

Nikit 1144
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

bidang pertanian, kebutuhan energy dan sumber daya mineral, pariwisata kelauta dan
perikanan perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.
3. Klasifikasi Belanja menurut Organisasi. Klasifikasi Belanaja menurut Organisasi yaitu
klasifkasi berdasarakan unit pengelolaan anggaran.

Akuntansi Belanja

Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output hasil dari
suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan, input
tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai sesuatu program ataupun
suatu kegiatan. Oleh karena itu terdapat pengelompokan belanja yaitu: Belanja Tidak Langsung,
dan Belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program/kegiatan. Sedangkan Belanja langsung merupakan belanja yang
dianggrakan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan.Pelaksanaan belanja
merupakan tahap dimana PPTK menggunakan aggaran dalam melaksanakan kegiatan yang
dianggrakan dalam proses ini, PPTK harus menggunakan anggaran dalam melaksanakan
anggaran sesuai dengan peruntukan yang telah dicantumkan dalam DPA SKPD yang terkait.
1. Karakteristik Belanja langsung adalah input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat
diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Variabelitas jumlah
komponen belanja langsung sebagian besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat
pencapaian program atau kegiatan yang diarapakan.
2. Belanja Langsung terdiri dari : Belanja Pegawai. Belanja pegawai dalam hal ini untuk
pengeluaran honor/ upah dalam melaksanakan program atau kegitan pemerintah daerah.

LS (Langsung) Belanja Pegawai; Pembayaran Gaji, Pembayaran Lembur, Pembayaran Uang


Makan, Pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi.

LS Non Belanja Pegawai; Pembayaran Honorarium, Pembayaran Langganan Barang dan Jasa,
Pembayaran Perjalanan Dinas, Pembayaran Pengadaan Tanah, Belanja barang dan jasa : Barang
dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/ pengadaan barang yang diniai manfaatnya
kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegitan pemerintah daerah.

Perlakuan atas Belanja menurut Standar Akuntansi Pemerintahan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan, Akuntansi Belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan
pengendalian belanja bagi manajemen untuk mengukur efektifitas dan efisiensi belanja tersebut.
Jika terjadi kekeliruan dalam pengeluaran belanja maka koreksi atas pengeluaran belanja
(penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluran belanja dibukukan sebagai
pungurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada perode berikutnya, koreksi
atas pengeluaran belanja dibukukan didalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain
LRA.

Penelitian Terdahulu

Arlika Swettly (2013) Evaluasi prosedur pengeluaran kas Belanja Langsung pada Dinas
Kebersihan Kota Bitung Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemerintah daerah
dalam implementasi. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan prosedur

Nikit 1145
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

pengeluaran kas belanja langsung sudah sesuai dengan PERMENDAGRI No 13 tahun 2006
dan transaksi yang dilakukan telah terealisasikan dengan semestinya.

Rima Ayu (2015) Penerapan Akuntansi Belanja Modal pada Dinas Perhubungan Kota Bitung.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui sistem dan prosedur pengakuan, pencatatan,
pengukuran, dan pelaporan belanja modal.

Mantiri (2012) Evaluasi Sistem dan prosedur pengeluaran kas pada Dinas Kesehatan Kota
Bitung Untuk mengetahui apakah sistem dan prosedur pengelolaan kas daerah di Dinas
Kesehatan Kota Bitung telah sesuai dengan PP No 71 Tahun 2010 tentang SAP dan
permendagri no 13 tahun 2006.

Rusita Untari (2011) Analisis Efisiensi dan Efektivitas Pelaksanaan Relaisasi Anggaran Belanja
Langsung Dinas Pendidikan Kota Semarang. Tujuan dari penelitian iniUntuk Menganalisis
tingkat Efektivitas dan Efisiensi pada pelaksanaan realisasi anggaran belanja langsungperiode
2011-2014 di SKPD Pendidikan Kota Semarang.

2. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi
pustaka. Studi kasus dilakukan pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sulut. Sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur-
literatur yang relevan dengan analisis pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada PPKD.

Tempat dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi yang dilakukan dalam penilitian ini adalah pada Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulut, Jalan Sam Ratulangi No 103 Kota Manado, Sulawesi Utara.
Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016.

Jenis Data

Sugiyono (2011), mengatakan bahwa data adalah keterangan mengenai sesuatu yang diperoleh
dalam suatu penelitian untuk menjelaskan, menerangkan, dan memecahkan masalah-masalah
sesuai dengan konteks judul yang diambil dengan maksud dan tujuan. Jenis data dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut: Data kualitatif, Data kualitatif merupakan
data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan dalam bentuk
deskriptif atau berbentuk uraian. Data kuantitatif, Data kuantitatif merupakan data yang
disajikan dalam bentuk skala numerik (angka). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kualitatif yang disajikan dalam bentuk deskriptif atau uraian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


1. Metode Wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengadakan wawancara langsung dengan pihak instansi yang terkait.
2. Metode Dokumentasi. Penulis juga melakukan observasi dokumen untuk mendukung
penelitian yang dilakukan. Dalam melakukan observasi dokumen, penulis mengamati

Nikit 1146
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

data-data yang diperlukan yang berkenaan dengan Laporan Keuangan tentang Belanja
Langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Utara.
3. Media Elektronik dan Media Buku. Metode pengumpulan data yang dilakukan lewat
media elektronik berupa jaringan internet, dengan melakukan penelusuran situs melalui
alat bantu pencarian seperti google serta mengumpulkan data melalui buku-buku yang
berkaitan.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif yaitu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk menggunakan kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono 2011:21).

Sumber Data

Sugiyono (2011), mengatakan bahwa sumber data merupakan data penelitian yang diperoleh
peneliti secara langsung dari sumber asli, yang terdiri dari; Data Primer, yaitu data yang diambil
langsung dari badan usaha (pihak internal perusahaan) berupa data dan informasi yang relevan
dengan penelitian, lewat wawancara langsung dan pembagian kuisioner. Data Sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Sistem dan Prosedur Belanja Langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Sulawesi Utara

Sistem Akuntansi SKPD merupakan serangkaian prosedur manual maupun yang


terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan, di SKPD. Prosedur akuntansi Belanja lansung,
yaitu serangkaian proses baik manual maupun secara komputerisasi, dimulai dari pencatatan
transaksi serta pengikhtisarannya sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD yang terkait dengan Belanja. Sistem dan
prosedur belanja langsung yang diterapkan pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dalam
pelaksanaan Belanja Langsung sebagai berikut:
1. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD). Kuasa BUD Menganalisa DPA-SKPD yang
ada dalam database dan menganalisa anggaran kas pemerintah khususnya Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu selaku SKPD, menyiapkan darft SPD dan mendistribusikan
SPD kepada para pengguna anggaran. Selanjutnya, PPKD bertugas menelitu darft SKPD
yang telah diajukan kuasa BUD dan melakukan otorisasi SPD.
2. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP). Pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) untuk penerbitan SPM, berdasarkan SPD yang diterima pengguna
anggaran dari PPKD selaku BUD, Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalaui Pejabat
Penatausahaan keuangan SKPD. Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) dalam belanja. Disamping membuat SPP, Bendahara Pengeluaran juga
membuat register untuk SPP yang diajukan, dan register SPM dan SP2D yang sudah
diterima oleh bendahara.
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). Tahapan penting dalam penatausahaan
pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Sebagai tahap
lanjutan, SPM juga dibedakan menjadi 4 (empat) sesuai dengan jenis SPPnya, yaitu SPM

Nikit 1147
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

UP, GU, TU dan LS. Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan baik
dari segi kelengkapan dokumen maupun kebenaran pengisiannya. Untuk SPM GU,
pengujian juga dilakukan atas SPJ yang diajukan oleh bendahara. Begitu juga untuk SPM
TU jika sebelumnya telah pernah dilakukan.
4. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Setelah SPM diterima oleh BUD
selanjutnya menerbitkan Surat SP2D yang diguanakn untuk mencairkan dana lewat bank
yang telah ditunjuk. SP2D adalah spesifik. Penerbitan SP2D paling lambat 2 hari kerja
sejak SPM-UP/GU/TU/LS diterima. Apabila ternyata kuasa BUD menyatakan bahwa
dokumen yang diperlukan belum lengkap, maka kuasa BUD membuat surat penolakan
penerbitan SP2D dalam dua rangkap. Satu dokumen diberikan kepada PPKD yang
kemudian akan diberikan pada pengguna anggaran agar menyempurnakan SPM,
sementara yang satu akan diarsipkan dalam Register surat penolakan penerbitan SP2D.
Proses penolakan SP2D dilakukan paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.
5. Penerbitan Surat Pertanggungjawaban. Bendahara Pengeluaran secara wajib
Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran belanja langsung kepada kepala SKPD
melalaui PPKD-SKPD paling lambat sepuluh bulan berikutnya.
6. Pengajuan Nota Pencairana Dana (NPD). PPTK mengajukan permohonan dana
melalui Nota Pencairan Dana (NPD) untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada
PA/KPA. Berdasarkan permohonan tersebut PA/KPA memberikan memo persetujuan
kepada bendahara pengeluaran untuk mengeluarkan sejumlah dana yang dimaksud.
Kemudian bendahara pengeluaran mengeluarkan dana sejumlah persetujuan yang
diberikan PA/KPA kepada PPTK. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, PPTK wajib
mengarsipkan dokumen-dokumen yang terkait dengan pengeluaran belanja untuk
kegiatan tersebut. Selanjutnya PPTK memberikan dokumen-dokumen pelaksanaan
belanja sebagai dasar bendahara pengeluaran dalam melakukan pertanggungjawaban
belanja.

Bendahara pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK, mencatat pelaksanaan
belanja kedalam pembukuan. Dalam pelaksanaannya, tidak semua dokumen pembukuan
digunakan secara bersamaan untuk membukukan satu transaksi keuangan yang dilakukan oleh
bendahara pengeluaran.

Pembahasan

Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang menyatakan terjadinya dana untuk
melaksanakan kegiatan sebagai dasar dari penerbitan SPP. SPD digunakan untuk menyediakan
dana bagi tiap-tiap SKPD termasuk pada Kantor Pelayanan Perijanan Terpadu dalam waktu
tertentu. Informasi dalam SPD menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan. SPD yang
diterbitkan terdiri atas lembar SPD adalah Surat Penyediaan Dana, yang dibuat oleh BUD
(Bendahara Umum Daerah) dalam rangka manajemen kas daerah. SPD digunakan untuk
menyediakan dana. Informasi dalam SPD menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu.

Pihak Terkait :

Kuasa BUD

Dalam kegiatan ini, kuasa BUD mempunyai tugas:


1. Menganalisa DPA-SKPD yang ada di database.
2. Menganalisa anggaran kas pemerintah khususnya data per SKPD.
3. Menyiapkan draft SPD
4. Mendistribusikan SPD kepada para pengguna anggaran

Nikit 1148
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

PPKD

Dalam kegitan ini mempunyai tugas: Meneliti draft SPD yang diajukan kuasa BUD, Melakukan
otorisasi SPP, dan Berdasarkan SPD atau dokumen lain atau yang dipersamakan dengan SPD.
Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pencairan Dana (SPP) kepada Pengguna
Anggaran/kuasa pengguna anggaran melalaui Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-
SKPD). SPP memiliki 4 jenis yang terdiri dari: SPP Langsung (SPP-LS) :Diperguakan untuk
pembayaran pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. Pada Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu SPP-LS dikelompokan menjadi SPP UP/TU/GU/LS. Untuk mekanisme
Belanja langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan dibagi menjadi : SPP-LS Gaji dan Tunjangan
2. SPP-LS Barang dan Jasa, SPP-LS Belanja Bunga, Hibah, Bantuan dan Biaya tak terduga.

Pihak Terkait
Bendahara Pengeluaran

Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas: Mempersiapkan dokumen SPP
beserta lampiran-lampirannya, dan Mengajukan SPP kepada PPK-SKPD.

PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD)

Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD mempunyai tugas: Menguji kelengkapan dan kebenaran SPP
yang diajukan Bendahara Pengeluaran.

PPTK (Pejabat Pengelola Teknik Kegiatan)

Dalam kegiatan ini, PPTK mempunyai tugas: Mempersiapkan dokumen-dokumen yang


diperluka dalam pengajuan SPP-LS Proses Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) adalah
tahapan penting dalam penatausahaan pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari
pengajuan SPP. Pengguna Anggaran berhak membuat surat penolakan SPM yang diterbitkan
PP-SKPD bila SPP yang diajukan tidak lengkap.

Pihak Terkait
PPK-SKPD

Dalam prosedur ini, PPK-SKPD memiliki tugas sebagai berikut: Menguji SPP beserta
kelengkapannya. SPP LS Gaji/Barang dan Jasa, SPP TU/GU. Membuat SPM atas SPP yang
telah diuji kelengkapan dan kebenarannya dan mengajukannya ke Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran. Membubuhkan paraf pada SPM yang telah dibuatnya. Menerbitkan Surat
Penolakan SPM bila SPP yang diajukan oleh Bendahara SKPD tidak lengkap. Apabila SPM
sudah ditandatangani oleh PA/KPA, maka PPK-SKPD menyampaikan SPM ke KPPTSP.

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)

Dalam prosedur ini, PA/KPA memiliki tugas sebagai berikut: Menandatangani SPM yang telah
diparaf oleh PPK-SKPD. Mengotorisasi Surat Penolakan SPM yang diterbitkan PPK SKPD bila
SPP yang diajukan bendahara SKPD tidak lengkap. Menyampaikan SPM beserta
kelengkapannya yang telah ditandatangani ke DPPKA melalui PPK-SKPD. Setelah Penerbitan
SPM Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu menerbitkan Surat Peintah Pencairan Dana (SP2D)
yang dipergunakan untuk mencairkan dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh
BUD.

Nikit 1149
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

Pihak Terkait
Kuasa BUD

Dalam prosedur ini, Kuasa BUD memiliki tugas sebagai berikut: Menerima SPM beserta
kelengkapannya dan menandatangani buku ekspedisi dari SKPD melalui seksi Anggaran. Seksi
Anggaran melakukan verifikasi atas ketersediaan dana terhadap SPM yang diterima dengan
SPD pada Triwulan yang bersangkutan. Apabila anggarannya tersedia, selanjutnya diserahkan
kepada Seksi Perbendahraan. Seksi Perbendaharaan meneliti SPM dan kelengkapan dokumen
pendukung. Apabila SPM dan kelengkapannya dapat diterima, maka seksi perbendaharaan
mencetak SP2D. Menandatangani SP2D yang telah diparaf oleh pejabat yang ditunjuk oleh
BUD sebanyak 5 rangkap, paling lama 2 hari kerja setelah diterimanya SPM.
1. Lembar 1 untuk Bank
2. Lembar 2 untuk arsip di Kuasa BUD
3. Lembar 3 untuk PPK-SKPD
4. Lembar 4 untuk seksi pembukuan dan pelaporan di DPPKA
5. Lembar 5 untuk Bendahara SKPD
Mengirimkan SP2D kepada bank dan Membuat register SP2D.

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran memiliki tugas untuk
Menandatangani SPM.

Bendahara Pengeluaran SKPD

Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran SKPD memilki tugas: Mencatat SP2D pada
dokumen penatausahaan yang terdiri atas: Buku Pengeluaran, Buku Pembanntu Simpananan
Bank, Buku Pembantu Pajak, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Rekapitulasi Pengeluaran
Perincian Objek.

Untuk Belanja Langsung yang dilakukan melalaui mekanisme Akuntansi Belanja LS Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu melalaui Bendahara pengeluaran secara administratif wajib
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran Belanja-Ls kepada kepala SKPD melalui
PPK-SKPD paling lambat 10 bulan berikutnya

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu juga menggunakan Nota Permintaan Dana (NPD) yaitu
nota yang digunakan untuk mencairkan dana melalui bendahara pengeluaran atau bendahara
pengeluaran pembantu. Pada mekanisme ini tidak terdapat surat pertanggungjawaban (SPJ),
tetapi hanya menunjukkan nota atau kwitansi sebagai bukti pertanggungjawaban. Pihak yang
terkait dalam Prosedur Penerbitan Nota Permintaan Dana adalah Bendahara Pengeluaran
Pembantu.

Pengakuan belanja menurut peraturan pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2005 yang kemudian di
ubah menjadi PP No.71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diatur
pada pernyataan nomor 2 tentang laporan realisasi anggaran paragraf 31 dan 32 menyatakan:
1. Belanja di akui pada saat terjadi pengeluaran dari rekening kas umum daerah.
2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuan terjadinya pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan (verivikasi).

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu sudah mengalokasikan belanja yang dibutuhkan secara
terus menerus dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun anggaran yang telah
ditentukan Dan telah menyusun laporan bulanan bendahara sesuai dengan peraturan pemerintah

Nikit 1150
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

No 71 tahun 2010 yang menyatakan bendahara pengeluaran secara administratif wajib


menyampaikan laporan kepada pengguna anggran melalui PPK-SKPD.

4. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkaan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sulawei Utara sudah melakukan pencatatan
dengan menggunakan sistem komputerisasi dalam hal mencatat laporan keuangan
sehingga lebih memudahkan pengerjaan dalam proses pencatatan dan pelaporannya.
2. Sistem dan Prosedur Belanja Langsung yang diterepakan pada Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu Provinsi Sulawesi Utara telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Negara.

Saran

Hal yang diusulkan penulis kepada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sulawei Utara,
kiranya untuk tahun-tahun berikutnya, hendaknya Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi
Sulawei Utara berpedoman sepenuhnya kepada Peraturan Pemerintah yang berlaku yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah, agar Pengelolaan Keuangan dapat berwujud dengan efektif dan
efisien serta dapat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Paper dalam Jurnal


[1] Retno Sundari, 2013, “Analisis Belanja Langsung Pada Dinas Kesehatan kabupaten klaten.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[2] Syurtika Lomboan, 2014. “Analisi Belanja Langsung Pada Dinas Kesehatan Sulawesi
Utara”Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Samratulangi Manado

Buku
[3] Anastasia dan Lilis 2011, Sistem Informasi Akuntansi, Perancangan,Proses dan Penerapan.
Edisi I Yogyakarta; Andi Yogyakarta.
[4] Badrudin 2012, Ekonomika Otonomi Daerah. Penerbit STIM TKPN, Yogyakarta.
[5] Fokus Media. 2010,” Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah”.
[6] Halim A., dan Kusufi S. Muhammad. 2012, Akuntansi Sektor Publik “Akuntansi Keuangan
Daerah edisi 4, Jakarta Selatan : Salemba Empat.
[7] Indra Bastian 2010, Akuntansi Sektor Publik,Edisi 3, Penerbit Erlangga.
[8] Munawir. S 2010, Analisis Laopran Keuangan. Edisi 4. Yogyakarat: Liberty.
[9] PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang,”Standard Akuntansi Pemerintahan”.

Nikit 1151
a
REVIEW

JURNAL 1

ANALISIS MANFAAT BASIS AKRUAL DAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL


DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan persepsi tentang manfaat basis
akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan internal....

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

(1) Basis akrual lebih bermanfaat dibandingkan basis kas menuju akrual dalam pengambilan
keputusan internal pemerintah daerah di kota Solok

(2) Terdapat perbedaan basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan
keputusan internal daerah....

Berdasarkan Lampiran II Peraturan pemerintah 71 Tahun 2010 manfaat kas menuju akrual
adalah menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran, menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara
memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan, menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya
ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai, menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya, dan menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
pinjaman.

Menurut Simanjuntak (2005) basis kas menuju akrual adalah basis akuntansi yang
dikembangkan di Indonesia sebagai transisi menuju basis akrual penuh, dengan cara
menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam LRA
dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.

Dengan basis ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas,
sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual

Basis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi basis akuntansi mana (basis akrual
atau basis kas menuju akrual) yang menurut para manajer sektor publik dan pengelola
keuangan daerah dapat memberikan informasi lebih bermanfaat untuk pengambilan
keputusan internal di pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian
uji beda antara basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan
pemerintah internal di OPD kota Solok.

Penelitian ini berusaha mengidentifikasi basis akuntansi mana yang lebih bermanfaat dalam
pengambilan keputusan internal pemerintah daerah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tetarik melakukan penelitian
dengan judul "Analisis Manfaat Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual dalam
Pengambilan Keputusan Internal Pemerintah".

Menurut PP 71 tahun 2010 basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dalam neraca.

JURNAL 2

ANALISIS PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT


DAERAH

Penelitian Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah
(kabupaten,kota atau provinsi).

Pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukan informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur dan donator, analisis ekonomi dan
pemerihati pemerintah daerah, rakyat, pemerintah daerah lain dan pemerintah pusat, yang
seluruhnya berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.

Proses pengidentifikasian pada akuntansi keuangan daerah maksudnya adalah


pengidentifikasian transaksi ekonomi, agar dapat membedakan transaksi yang bersifat
ekonomi dan yang tidak bersifat ekonomi.

Laporan keuangan dalam pemerintah daerah meliputi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Unsur yang menyusun persamaan dasar akuntansi adalah elemen-elemen laporan keuangan.

Akuntansi adalah suatu sistem yang tujuannya adalah menghasilkan informasi dalam bentuk
laporan keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah terdiri atas laporan
perhitungan APBD nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan neraca.
Tahap-tahap yang terdapat dalam siklus akuntansi adalah analisis transaksi, jurnal, posting,
neraca saldo, penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan,
penutupan, dan neraca saldo setelah penutupan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap prosedur tersebut adalah fungsi yang
terkait, dokumen yang digunakan, laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis prosedur.

Setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan akuntansi
keuangan daerah, tidak terkecuali Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu yang merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu diwajibkan melakukan akuntansi keuangan daerah


yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Hal ini tentu akan menyulitkan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah yang handal dan berkualitas tinggi.

Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi keuangan
daerah selama ini adalah pembukuan.

JURNAL 3

SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA LANGSUNG PADA KANTOR


PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI SULAWESI UTARA

Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian harus dapat diakui dan
diukur agar dapat menyajikan informasi yang relevan.

Syurtika (2014) : "Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dari kegitan meliputi kegiatan belanja pegawai,belanja
barang dan jasa,belanja modal." Salah satu masalah dalam pendapatan dan belanja daerah
adalah masih lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam menggali potensi pendapatan
daerah akan berpengaruh terhadap kemampuan daerah untuk membiayai anggaran rutin dan
anggaran pembangunan.

Lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah juga akan
mempengaruhi belanja daerah.

Pengendalian laporan keuangan sangatlah penting dalam penyelenggaran kegiatan di dalam


pemerintahan agar setiap anggaran yang yang di tetapakan untuk penyelenggaran dan
pelaksanaan kegiatan dapat terealiasai sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan pengertian para Ahli diatas Akuntansi dapat diartikan sebagai suatu proses
mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta
kejadian yan berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang
menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan keputusan serta tujuan
lainnya..

Akuntansi Keuangan Daerah Secara yuridis akuntansi keuangan daerah berfungsi


untuk menghasilkan laporan keuangan bagi pihak luar pemerintah daerah, sehingga
akuntansi keuangan daerah cenderung masuk dalam akuntansi keuangan daerah.

Akuntansi keuangan daerah menghasilkan informasi bagi pihak intern maupun ekstern
pemerintah daerah, sehingga dapat digolongkan sebagai akuntansi menejemen maupun
akuntansi keuangan.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Penyelenggaran pemerintah daerah tidak lepas dari
adanya penggunaan dan pemanfaataan anggaran serta pendapatan daerah.

Dan setiap tahun juga selalu saja pemerintah memepersiapkan anggran atau yang sering
disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Menurut Badrudin (2012) APBD adalah suatu rencana kerja pemerintah daerah yang
mencakup seluruh pendapatan atau penerimaan dan belanja pengeluaran pemerintah daerah,
baik provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka mencapai sasaran pembangunan dalam krun
waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan yang dan disetujui oleh DPRD dalam
peraturan perundangan yang disebut peraturan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun


2006 tentang Pengeloaan keuangan Daerah yang telah diubah menjadi Permendagri No 59
tahun 2007 dan terakhir kalinya diubah menjadi Permendagri No 21 tahun 2011 adalah
keselurahn kegitan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatusahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan pengeloaan keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai