Anda di halaman 1dari 12

Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya

EKSISTENSI KERIS JAWA DALAM KAJIAN BUDAYA

Kuntadi Wasi Darmojo


Program Studi Keris & Senj. Tradisional, Jurusan Kriya,
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta,
Email: kuntdarmojo@gmail.com

Abstract
Keris as a cultural product whose existence in addition has a beauty value is also loaded with
meaning and function that are so important in society. Kris is a masterpiece of indigenous Indonesian
cultural heritage that has a beautiful and unique form. So that the kris has been recognized as the World
Heritage of Humanity from the world body, UNESCO.
The main objective of this research is to find out the description of the existence and development
of Javanese kris through a cultural perspective. This research is qualitative research, to reveal the existence
of Javanese kris in a cultural context using qualitative interactive analysis with hegomoni and constructive
approaches.
The results of this study are the discovery of two categories of Javanese kris, namely: tangguh kris,
with the concept of working on mutrani, and kamardikan kris, where artists / masters in free work are not
bound by the hegemony of the king’s power, they have an ideology by prioritizing creativity as self-expres-
sion
Keywords: kris, culture, tangguh and kamardikan

Abstrak

Keris sebagai produk budaya keberadaannya di samping memiliki nilai keindahan juga sarat den-
gan makna dan fungsi yang begitu penting dalam masyarakat. Keris merupakan karya agung warisan bu-
daya asli Indonesia yang memiliki bentuk indah dan uniq. Sehingga keris telah diakui sebagai World Heri-
tage of Humanity dari badan dunia yaitu UNESCO.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui gambara tentang eksistensi dan perkemban-
gannya keris Jawa melalui perspektif budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, untuk men-
gungkap eksistensi keris Jawa dalam konteks budaya menggunakan analisis interaktif kualitatif dengan
pendekatan hegomoni dan deskontruksi.
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya dua kategori keris Jawa yakni: keris tangguh, dengan
konsep garap mutrani, dan keris kamardikan, dimana seniman/empu dalam kekaryaan bebas tidak terikat
oleh hegomoni kekuasaan raja, mereka dalam berkarya memiliki idiologi dengan lebih mengutamakan
kreativitas sebagai ungkapan aktuali diri.

Kata Kunci: keris, budaya, tangguh dan kamardikan

49
texture, art & culture journal

PENDAHULUAN lambang kedaulatan orang melayu3. Walaupun


tergolong jenis senjata tikam, keris dibuat bu-
Salah satu cara yang penting dalam
kan semata-mata untuk membunuh, keris lebih
hubungan, antar manusia secara sosial adalah
bersifat sebagai senjata dalam pengertian sim-
melalui perantara benda-benda, yang disebut
bolik. Karenanya keris juga dianggap memiliki
dengan budaya materi. Budaya materi mer-
kekuatan gaib, pendek kata keris dapat diman-
upakan istilah bagi kajian hubungan manu-
faatkan tuahnya, sehingga memberikan bantuan
sia-benda, kajian mengenai benda-benda atau
keselamatan bagi pemiliknya dan orang diseki-
obyek-obyek. Dengan demikian budaya meteri
tarnya. Kaitanya dengan budaya lain selain ber-
menjadi berguna, karena menunjukkan bahwa
fungsi senjata, keris juga merupakan salah satu
materi dan budaya selalu berkombinasi dalam
kelengkapan pakaian adat, juga sebagai benda
hubungan-hubungan yang spesifik.1 Wilayah
upacara, sebagai atribut suatu jabatan tertentu,
artefak 2 yang dikenal luas sebagai budaya ma-
sebagai lambang dari kekuasaan tertentu dan
teri mencakup: alat, peralatan, senjata, orna-
sebagai wakil atau utusan pribadi pemiliknya.
ment, perkakas domestik, obyek-byek religi,
Pada Upacara-upacara adat di Sumatra, Kali-
barang-barang antik, artefak primitif, bahan-ba-
mantan, Jawa, Bali, Madura, Sulawesi dan lain-
han tradisi, dan keris termasuk di dalamnya.
lain di daerah Nusantara Indonesia, selalu kita
Sebagai artefak keris merupakan salah satu
jumpai orang mengenakan keris.4 Oleh karena
produk budaya materi yang sangat penting dan
dapat dikatakan bahwa semenjak zaman da-
merupakan salah satu sarana yang melaluinya
hulu hampir sebagian besar peradaban bangsa
dapat diperoleh suatu hubungan dengan masa
Indonesia telah mengenal keris.
lalu. Semenjak keris memiliki fungsi dalam ke-
hidupan masa lalu, keris menjadi suatu sumber Perkembangan keris di Indonesia be-
data yang bernilai untuk dikaji sebagai bahan lakangan ini cukup marak, hal ini dapat dili-
penelitian, karena di dalamnya mengandung hat dengan munculnya produk-produk baru
nilai-nilai seni dan keindahan yang tinggi. yang ikut melestarikan budaya warisan nenek
moyang yang memiliki nilai luhur. Keris ada-
Keris adalah jenis senjata pendek dan
lah karya agung warisan budaya yang sangat
berbentuk unik dari kebangsaan melayu yang
dihargai karena eksistensinya serta memiliki
digunakan sejak melebihi 600 tahun lalu.keris
daya tarik terhadap masyarakat dunia. Sehing-
sejak dahulu berkembang di kawasan kepen-
ga keris telah diakui sebagai World Heritage of
dudukan melayu : seperti, Indonesia , Malay-
Humanity dari badan dunia yaitu UNESCO,
sia, Thailand, Singapura, Pilipina dan Brunai.
ini merupakan bukti dari dari pengakuan dun-
Keris digunakan untuk pertahanan diri (mis-
ia akan keris sebagai karya agung warisan bu-
alnya sewaktu berperang) dan sebagai alat
daya nenek moyang bangsa Indonesia. Dalam
kebesaran raja. Senjata ini juga merupakan
konteks budaya terutama bagi masyarakat Jawa
keris memiliki peran yang cukup signifikan,
1 Kesadaran manusia dinyatakan atau di- karena hampir dapat dijumpai pada peristi-
obyektivikasi dalam produk buatan manusia .(Celia wa tradisi dalam perjalanan hidup mulai lahir
Lury.Budaya Konsumen. (terj: Hasti T. Champion), hingga mati. Hal tersebut sejalan apa yang dis-
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1998,p.58)
2 Istlah artefak (art-factum)secara literal
ampaikan Haryono Guritno bahwa Bagi orang
berarti”sesuatu yang dibuat melalui ketrampilan dan Jawa ( Indoneisa ) masa lalu yang percaya,
kerajinan dan menunjuk pada produk artificial.(Barbara 3 Bambang Harsrinuksmo, Ensiklopedi Bu-
A. Babcock, “Artefak,” dalam Richaerd Bauman,Folk- daya Indonesia Mengenai Keris dan Senjata tradisional
lore,Cultural performances, and Popular Entertainments. Lainnya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hlm. 14.
New York: Oxford University Press,1992,p,204) 4 Ibid., hlm. 15.

50
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya

keris diperankan dalam seluruh fase perjalanan Tinjauan Pustaka


hidupnya, sejak ia lahir hingga mati, sebagai Tinjauan Pustaka merupakan bagian
contoh ketika ibu hendak mau melahirkan bi- penting dalam penelitian, karena isi dari tin-
asanya selalu menaruh keris dhapur Brojol di jauan pustaka adalah hasil telaah dari berbagai
bawah bantal, kemudian pada upacara tedhak referensi yang relevan dengan penelitian, den-
siti ( menapakkan kaki di atas tanah untuk per- gan melakukan review terhadap buku, deserta-
tama kali ), dan lain sebagainya.5 Budaya perk- si, thesis, skripsi, artikel dan lain sebagainya.
erisan mulai zaman kerajaan hingga sekarang Tujuannya agar dalam penelitian tidak terjadi
cukup populer, tentu hal tersebut mengalami duplikasi sehingga orisinalitas penelitian dapat
pasang-surut dalam perjalanannya, namun hal terjaga. Adapun mengenai referensi yang ter-
itu tidak mengurangi daya tarik terhadap mas- kait dengan penelitian ini antara lain:
yarakat pendukungnya, karena keris melalui
beberapa aspek ( historis, bentuk, teknik, dan Tulisan Haryono Haryoguritno yang
konsep penciptaan ) cukup memarik untuk dija- berjudul Keris Jawa antara Mistik dan Nalar
dikan bahan kajian. , yang diterbitkan PT Indonesia Kebanggaanku
2006, buku ini berisi mengenai keberadaan
Uraian di atas jelas menunjukkan bah- keris yang selain memiliki nilai seni yang ting-
wa keberadaan keris masih begitu penting da- gi dan nilai estetika, juga memiliki daya magis
lam budaya Jawa, di samping unik dan memi- yang diyakini bahwa di dalam keris ada kekua-
liki nilai sejarah dan nilai artistik serta estetik, tan mistis tersendiri. Kepercayaan ini berkem-
bahkan juga mengandung daya magis, yang bang terutama di masyarakat Jawa Tengah, di
sarat makna simbolik dalam kehidupan mas- samping itu buku ini membicarakan tentang
yarakat khususnya masyarakat Jawa. Budaya bentuk, pamor dan nilai yang terkandung di da-
merupakan hasil cipta karsa manusia dengan lam keris.
sistem belajar, yang nantinya akan memuncul- Tulisan Isaac. Groneman, Keris Jawa
kan sebuah nilai. Sebagai produk budaya ke- (Der Kris Der Javaner) 1910 yang diterjemah-
beradaannya memiliki makna dan fungsi yang kan Stanly Hendrawijaya, 1996. Buku ini berisi
begitu penting dalam masyarakat, hal ini dapat mengenai keberadaan keris Jawa mulai teknik
diulas baik secara utuh maupun secara rinci penempaan logam, beragam pamor dan teknik
dalam tampilannya. Keris sebagai produk bu- penataan pamor serta bahan bakunya, demiki-
daya di samping memiliki nilai keindahan dan an juga dibicarakan tentang bentuk keris serta
seni, juga sarat dengan makna simbolis, seper- kelengkapan keris secara detail, ada hulu keris,
ti pandangan Langer dalam Wibisono, 1977 : mendhak atau uwer (cincin hulu), selut, sarung
49, yang mendasarkan bahwa hidup manusia atau warangka dan pendhok.
dipenuhi oleh simbol-simbol. Keris merupa-
kan bagian hasil budaya yang di dalamnya ada Artikel Tulisan Kuntadi Wasi Darmojo,
nilai. Sehingga akan tepat apabila dalam pene- yang berjudul Fenomena Keris terhadap Ke-
litian ini mengangkat tema eksistensi keris jawa hidupan Sosial Masyarakat Jawa, Jurnal Bre-
dengan pendekatan budaya. Tujuan utama pe- kolase, Vol 7 No 1, ISI Surakarta Juli 2015, hal
nelitian ini adalah untuk mengetahui gambara 66 – 82. Berisi tentang peran dan fungsi keris
tentang eksistensi dan perkembangannya keris terhadap masyarakat pendukungnya, mulai dari
Jawa melalui perspektif budaya. eksistensi keris dari sebagai artefak, kemudian
keris dari aspek foklor ( cerita rakyat ), hingga
5 Haryono Haryoguritno, Keris Jawa ( antara mengenai keris dalam perspektif fungsi terha-
Mistik dan Nalar), Jakarta: PT Indoneisa Kebanggaan, dap masyarakat.
2006: hlm 3.

51
texture, art & culture journal

Artikel tulisan Nurhadi Siswanto, Aja- litian ini merupakan penelitian kualitatif. Pada
ran Moral Keris Jawa, Jurnal, Corak Jurnal penelitian ini teori dibatasi pada pengertian
Seni Kriya FSRD ISI Yogjakarta, Volume 2 No yang merupakan suatu pernyataan sistematis
1, Mei-Oktober 2013, hal 83 – 99, tulisan ini dimana berkaitan dengan seperangkat proporsi
membahas tentang satu hal yang cukup menar- yang berasal dari data dan diuji kembali secara
ik untuk memeriksa orang Jawa adalah adanya empiris. Kemudian untuk mengungkap tentang
pusaka yang disebut “keris”. Keris memiliki eksistensi keris dengan analisis interaktif kual-
latar belakang sejarah yang panjang bagi mas- itatif pendekatan budaya. oleh karena maka
yarakat Jawa. Keris, di masa lalu itu dibuat penelitian ini memerlukan data-data lapangan
dengan penuh filsafat, dibuat dengan harapan, maupun data pustaka yang dapat dipertanggu-
keinginan. Keris merupakan sebuah hasil karya ng-jawabkan secara ilmiah, untuk itu diperlu-
cipta para empu yang dibuat dengan maksud kan langkah-langkah metodologinya.
dan makna tertentu mengandung nilai-nilai aja- Observasi pada penelitian ini dilaku-
ran kehidupan yang dalam bagi manusia Jawa. kan secara pengamatan langsung baik terhadap
Ajaran atau nilai-nilai tersebut tentunya dapat berbagai dokumen, manuskrip, artefak terkait
dikatagorikan sebagai nilai-nilai filosofis ten- keris yang dihasilkan dan terhadap peristiwa
tang ajaran hidup dan kehidupan. Pemaknaan budaya yang terkait dengan keris, sehingga
keris dalam kehidupan orang Jawa semestinya dapat menghasilkan data yang akurat.
tidak hanya dipandang sebagai senjata tikam
saja, tetapi perlu dikaji makna simbolik yang Wawancara dilakukan dengan berbagai
tersimpan dibalik wujud fisiknya. informan yang dipandang memiliki kopenten-
si terhadap keris, seperti para pakar keris, dan
Ahmad Arif Musadad, Makna Ker- para pemerhati keris dan pelaku pembuat ker-
is dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat DI is. Wawancara yang dilakukan lebih bersifat
surakarta, MIIPS, Jurnal yang diterbitkan oleh terbuka ini akan memberi peluang keleluasaan
Universitas Sebelas Maret , 2009, hal 147 – terhadap penggalian informasi dengan fokus-
156, tulisan ini membahas tentang persoalan fokus tertentu sehingga diperoleh informasi
bagaimana fungsi keris yang cukup signifikan yang mendalam terkait dengan unit analisisnya.
bagi masyarakat di Surakarta. Dalam artikel
ini juga disampaikan tentang keragaman dari Dokumentasi dilakukan dengan tujuan
nama dhapur keris hingga mengenai ricikannya untuk merekam terhadap segala peristiwa bu-
atau anatomi bilah keris. Dalam sebilah keris daya keris ( artefaks dan aktivitas ), tujuannya
terkandung nilai-nilai budaya yang sangat ting- adalah untuk mengingat dari data yang dikum-
gi. Keris sebagai wahana nilai-nilai tradision- pulkan agar tetap akurat dan valid.
al, oleh karenanya dengan memanfaatkan ke- Analisa data ini dilakukan secara si-
risdianggap telah ikut melestarikan nilai-nilai multan, berjalan seiring dengan pengumpulan
tersebut yang tersimpan dengan keris dapat di- data-data lapangan, dan menyajikannya dalam
wujudkan melalui penggunaan dalam upacara, bentuk laporan penelitian. Analisa tafsir dalam
maupun dalam pertunjukan kesenian. penelitian ini dirangkum melalui tiga fakta yai-
tu pengamatan di lapangan, studi pustaka, dan
hasil wawancara. Model analisis data menggu-
Metode Penelitian
nakan model analisis data interaktif, Model ini
Penelitian ini bermaksud menjelaskan didasari oleh tiga langkah operasional yakni re-
tentang eksisensi dan essensi keris Jawa. Pene- duksi data, sajian data dan verifikasi data, yang
dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan.

52
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya

PEMBAHASAN dapat diperiksa melalui keberadaan buntut dan


wadidang. Pada bagian badan keris yang dise-
Eksistensi Keris Hingga Saat kini
but awak-awakan, kelebarannya itu akan dapat
Secara umum keris adalah merupakan diperiksa dari sisi bilah yang tajam (pada bagian
senjata tusuk dan budaya asli Indonesia, yang muka) dan sisi bilah yang tajam (pada bagian
memiliki yang memiliki ciri-khas khusus dan belakang). Pada bagian sisi bilah yang meman-
bentuk unik, yang ada condhong leleh, gan- jang keadaan keris meruncing dari ujung pesi
ja dan pesi, dengan ukuran panjang min 30 sebagai jelujur logam berbentuk kecil namun
–maks 52 cm , yang terbuat dari minimal dua bulat dan panjang atau gilig terus dilengkapi
lapisan logam. Keris memiliki bentuk dan uku- dengan pegangan untuk tangan yang bernama
rannya berlainan, yang masing-masing memi- hulu keris yang disebut ukiran. Bentuk umum
liki nilai keindahan dan karakter atau ciri-khas dari keadaan fisik keris yang lebar dan meman-
tertentu dari zaman ke zaman. Keris adalah jang itu oleh masyarakat disebut wilahan atau
senjata tusuk yang mempunyai, condong leleh, bilah keris.
ganja, pesi serta ukuran tertentu. Keris Jawa
Bentuk dari suatu bilah keris yang mer-
mempunyai ukuran panjang maksimal 42 cm,
uncing pada bagian ujungnya, mempunyai ke-
ukuran normal 37 cm, ukuran minimal 30 cm.
cenderungan untuk meniru sesuatu yang dapat
Sehingga dari unsur dan ciri tersebut menun-
menjadi simbol dari ketajaman suatu senjata
jukkan keris memang berbeda dengan senjata
tikam. Dilihat dari model bentuk ricikan yang
tajam lainnya. Hal tersebut sejalan apa yang
ada pada bagian gandhik (seperti; kembang ka-
dikatakan Joko Suryono bahwa keris adalah
cang, jalen, lambe gajah, ataupun relief dari
merupakan senjata tusuk yang memiliki ciri
kepala ular naga, dll) memperlihatkan bahwa
khusus antara lain: ada condong leleh, ada gan-
sebenarnya bayangan terhadap ketajaman dari
ja, dan ada pesi, serta memiliki ukuran tertentu,
ujung keris dapat diindentifikasikan dengan
yakni panjang maksimal 42 cm, ukuran normal
bentuk suatu binatang tertentu yang distilirisasi
35-37 cm dan ukuran minimal 30 cm, yang ter-
(diperhalus sebagai suatu bentuk yang simbolik
buat dari berbagai lapisan logam yang berlain-
atau artistik).7 Gandhik sendiri yang keadaan
an minimal dua unsure logam, yang disatukan
polos merupakan bentuk dari wajah keris yang
dengan penempaan pada sistem pemanasan
secara sengaja oleh empu pembuatnya tanpa
dengan teknik pijar.6
dibubuhi lukisan pada mukanya. Diperkirakan
Secara fisik keris merupakan suatu ben- merupakan suatu penghalusan terhadap ke-
tuk yang memanjang dari ujung ke ujung, yakni beradaan dari bentuk suatu binatang yang digu-
dari ujung ke ujung pada sisi lebar dari bilah. nakan untuk model mata bilah, sehingga dapat
Pada sisi bilah yang melebar keadaan keris bi- menjadi lebih imajinatif, dapat menjadi media
asanya melintang dari sisi bagian depan kearah untuk suatu karya yang lebih bersifat artistik,
sisi bagian belakang yang ditandai oleh posisi serta dapat mengurangi kesan keganasan moral
ganja dan bagian pangkal keris yang disebut yang dapat muncul dari bagian bentuk fisikn-
sor-soran. Bagian depannya yang terlihat lebih ya. Keris adalah benda seni yang meliputi seni
tebal atau agak bulat tempa, seni ukir, dan pahat, seni bentuk serta
dan kokoh, dapat diperiksa melalui keberadaan seni perlambang. Bahan baku pembuatan keris
dari sirah cecak dan gandhik, sedang bagian adalah besi, baja, dan bahan pamor, bahan pam-
belakang yang terlihat lebih tipis dan melebar or ini ada beberapa jenis yakni batu meteorit,
pamor luwu, pamor sanak dan logam nickel.
6 Joko Suryono, “Transformasi Keris Jawa”,
(Tesis, S2 Pasca Sarjana ISI Surakarta, 2009), hlm. 12. 7 Ibid., hlm. 47.

53
texture, art & culture journal

Eksistensi benda budaya keris selain


dilakukan proses kreativitas, ternyata dalam
kehidupan masyarakat Jawa sejak dahulu hing-
ga sekarang masih memiliki peran yang pent-
ing, walaupun mungkin secara subtansi sedikit
sudah terjadi perubahan alih fungsi. Di mana
awalnya pada jaman dahulu keris cenderung
berfungsi sebagai senjata tajam yang dipergu-
nakan untuk piyandel dalam peperangan, teta-
pi sekarang dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam aktivitas budaya
khususnya dalam upacara-upacara tradisional
Jawa, di mana fungsi keris telah terjadi peru-
bahan yaitu sebagai karya seni yang memiliki
fungsi sebagai pelengkap pakaian adat Jawa,
bahkan pada zaman sekarang fungsi keris cend-
erung sebagai perhiasan dan pusaka warisan
nenek moyang kita yang memiliki adiluhung Gambar keris kamardikan, dhapur ambalebang
yang dilihat dari segi atau perspektif antara pamor anyekar klapa perabot gaya Surakarta
lain; keindahan garapnya, sejarah para empu ( foto dan scan: K Wasidarmojo, 2018 )
yang membuatnya, sejarah yang memilikinya, Sehingga keris telah diakui sebagai World Her-
turun-temurun, dan kesempurnaan dalam kes- tige of Humanity dari badan dunia yaitu UN-
eluruhannya.8 ESCO, ini merupakan bukti dari eksistensi
keris yang hingga kini masih layak dan patut
dilestarikan dan dikembangkan sebagai karya
agung warisan budaya nenek moyang bangsa
Indonesia.
Perkembangan Keris Jawa
Keris telah muncul dan berkembang
menyebar hampir di seluruh nusanatara sekitar
pada abad ke 10 hingga sekarang, hal tersebut
dapat merujuk pada tulisan hamzuri bahwa
keris sebagai budaya asli masyarakat Indone-
sia pada awalnya berkembang di Jawa, kemu-
daian meyebar hampir keseluruh Nusantara. 9
artinya bahwa keris telah muncul pada zaman
kerajaan Singosari dan berkembang hingga
zaman sekarang. Perjalanan sejarah menun-
jukkan bahwa keris merupakan sebuah produk
Gambar: keris putran tangguh Surakarta/nom-no- seni yang tergolong dalam kategori seni golon-
man, dhapur sinom pamor pedaringan kebak den- gan elit budaya ( the art the cultural elit ) atau
gan perabot gaya Surakarta
9 Hamzuri, Keris , Jakarta: Djambatan, 1993,
8 Soewito Santoso, op cit., hlm. 60. hal 3.

54
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya

dalam bahasa populer di sebut budaya keraton. - Aspek Zaman ( keris lama/kuno karena
10
Sehingga secara tidak langsung pengaruh/he- yang dibuat pada era/zaman kerajaan Sin-
gomoni keraton sangat kuat terhadap dinamika gosari – Surakarta)
perkembangan keris di Nusantara. Pada saat itu - Aspek garap ( keris yang memiliki konsep
posisi keraton menjadi pusat budaya, sehing- garap mutrani yakni meniru bentuk dhapur
ga dari masa ke masa mulai keraton Singosa- keris sebelumnya )
ri-Surakarta dan Yogjakarta memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap perkembangan 2. Keris kamardikan ( keris baru, yang ter-
keris. Salah satu indikator dari hegomoni kera- buat setelah era kemerdekaan ), indikatorn-
ton terhadap perkembangan keris adalah mun- ya adalah sebagai berikut:
culnya tangguh yakni istilah dalam penyebutan - Aspek visual/fisik ( Memiliki bentuk gaya
zaman/periodisasi keris dibuat. Namun seiring dengan kreasi baru sesuai keinginan seni-
dengan perkembangan peradaban bangsa den- man/empu-nya )
gan ditandai Indonesia merdeka, maka seka-
ligus pengaruh kekuasaan keraton kasunanan - Aspek Empu ( diketahui seniman pembuat-
Surakarta dan Kasultanan Yogjakarta tidak lagi nya/by name )
memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkem- - Aspek Zaman ( keris baru dibuat setelah era
bangan keris. Karena di satu sisi sudah men- Surakarta/Yogjakarta )
yatakan bergabung dengan negara Republik
- Aspek garap ( keris yang memiliki konsep
Indonesia, juga sudah tidak lagi memiliki atau
garap dengan kreasi baru/inovasi/sanggit )
mengangkat mpu keris. Sehingga fenomena
tersebut memiliki implikasi terhadap penyebu- Analisis Terhadap Keris Jawa dengan
tan atau penamaan terhadap keris yang dibuat Pendekatan Budaya
pada masa setelah kemerdekaan atau setelah era
keraton Surakarta dan Yogjakarta yakni dengan Selain berakar dalam tradisi budaya dan
istilah keris kamardikan. sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih
berperan sebagai jati diri bangsa ,sumber inspi-
Uraian di atas memberi kesimpulan rasi budaya, dan masih berperan sosial di mas-
bahwa dalam perkembangan keris memiliki yarakat, bahkan badan dunia UNESCO tahun
dampak terhadap keberadaan keris berdasarkan 2007 telah mengakui sebagai budaya warisan
zaman keris tersebut dibuat, yakni menjadi dua dunia yang memiliki nilai-nilai khusus, yang
kategori sebagai berikut: menyebabkan tetap eksis hingga kini karena
mengandung nilai-nilai luhur yang bersifat “in-
1. Keris Tangguh ( keris lama yang terbuat
tangible” yaitu nilai non bendawi keris. Keris
pada masa kerajaan Singosari-Surakarta
sebagai artefak merupakan salah satu produk
dan Yogjakarta ), indikatornya adalah se-
budaya materi yang sangat penting. Sehing-
bagai berikut:
ga keris merupakan suatu produk budaya asli
- Aspek visual/fisik ( keris memiliki gaya bangsa Indonesia yang memang patut untuk
dan karakter bentuk, ukuran, bahan dan dilestarikan dan dikembangkan. Oleh karena
condong leleh sesuai zaman atau daerah dalam pembahasan terhadap keberadaan keris
saat keri tersebut dibuat ) Jawa ini sangat tepat apabila dianalisis dengan
- Aspek Empu ( keris yang tidak diketahui si pendekatan budaya. kemudian seperti yang
empu atau seniman pembuatnya/anonim ) telah disampaikan di depan bahwa keris Jawa
10 Hamzuri dalam Basuki Teguh Yuwono, berdasarkan aspek bahan, empu, zaman, dan
Keris Indonesia, Indonesia: Citra Sain LPKBN, 2012,
konsep garap, keris Jawa terbagi menjadi dua
hal. 5.

55
texture, art & culture journal

kategori yakni: keris lama ( tangguh ) dan keris Pendekatan Hegonomi


baru ( kamardikan ), maka dalam pembahasan Konsep hegemoni dipopulerkan oleh
terhadap keris Jawa dibagi dua bagian pemba- ahli filsafat politik terkemuka Italia, Antonio
hasan sesuai dengan kategori keris Jawa terse- Gramsci. Dia membangun suatu teori yang me-
but. oleh karena dalam analisis terhadap keris nekankan bagaimana penerimaan kelompok
Jawa ini dengan menggunakan dua pendekatan dominan berlangsung dalam suatu proses yang
juga yakni untuk keris lama/tangguh menggu- damai, tanpa tindak kekerasan.11 Berdasarkan
nakan pendekatan hegomoni dan keris baru/ pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan
kamardikan dengan menggunakan pendekatan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan
deskuntruksi. atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, nor-
1. Analisis Terhadap Keris Lama ( tangguh ) ma, maupun kebudayaan sekelompok mas-
dengan Pendekatan Hegonomi yarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin
terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana
kelompok yang didominasi tersebut secara sa-
dar mengikutinya. Kelompok yang didomina-
si oleh kelompok lain (penguasa) tidak merasa
ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seha-
rusnya terjadi. 12
Hegemoni Budaya adalah dominasi
terhadap masyarakat ragam-budaya oleh kelas
penguasa yang membentuk (atau memanipula-
si) budaya masyarakat tersebut, dari sisi keya-
kinan, persepsi, nilai-nilai, dan adat istiadat,
sehingga pandangan kelompok tertentu menja-
di norma budaya umum tanpa paksaan. Norma
umum yang terbentuk ini kemudian menjadi
ideologi dominan yang sah secara universal dan
membenarkan status quo di bidang sosial, poli-
tik, dan ekonomi sebagai sesuatu yang alami,
tak terelakkan, abadi, dan memiliki kesan ber-
manfaat bagi semua orang, walaupun terkadang
manfaatnya lebih banyak menguntungkan
kelompok penguasa yang dominan. 13 Meru-
juk dari pendapat tersebut maka inti dari hego-
moni adalah merupakan suatu tindakan untuk
menunjukkan tingkat seberapa jauh pengaruhn-
ya atau dominan terhadap individu, kelompok/
11 Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogya-
karta: LkiS Printing Cemerlang http://sosiologibudaya.
Gambar atas: Keris Dhapur kala misani pamor wordpress.com/2011/04/17/hegemoni-2
mlinjon tangguh Surakarta, dan bawah, Keris Dha- 12 Artikel “Teori Hegemoni Gramsci”, Sabtu,
pur sedhet pamor wos wutah tangguh Kartosuro 17 Oktober 2009, dalam situs http://valasiseng.blogspot.
sumber buku: Haryono Haryoguritno, Keris Jawa com/2009/10/teori-hegemoni-gramsci.html
antara Mistik dan Nalar, hal 359 dan 360 13 https://id.wikipedia.org/wiki/Hegemoni_
( repro dan scan: K Wasidarmojo.2018 ) budaya

56
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya

organisasi hingga suatu pemerintahan. perkerisan yang digunakan untuk memperkira-


kan atau menafsirkan masa atau zaman serta
Hegomoni dalam Kontek Keris Jawa Lama/ gaya atau kedaerahan tentang sebilah keris dib-
Tangguh uat. Tangguh juga dikaitkan dengan eksistensi
suatu pemerintahan kerajaan yang berkembang
Tangguh dari kata Jawa, “tak Sengguh“,
dimana keris tersebut dibuat. Misal tangguh
yang artinya perkiraan. Haryono Haryogurit-
Surakarta atau Nom-noman memiliki penger-
no menjelaskan pengertian tangguh, adalah
tian bahwa keris tersebut dibuat pada zaman,
perkiraan dari zaman apa, pada zaman apa dan
daerah atau gaya Surakarta. Sehingga semua
oleh siapa sebilah keris dibuat. 14 kemudian
pemerintahan raja-raja di Jawa masa lalu selalu
menurut Bambang harsrinuksmo mengatakan
mempunyai empu keris termasuk di dalamnya
bahwa:
adalah kerajaan Surakarta, seorang raja ber-
“Tangguh” secara harfiah berarti hak mempunyai “tangguh” sebagai ciri bentuk
perkiraan dalam dunia perkerisan. Di keris kerajaannya. Oleh karena secara umum
pulau Jawa tangguh meliputi perkiraan tangguh keris dapat memandu kepada bentuk
zaman pembuatan atau gaya pembuata-
nnya. Sedangkan definisi lain, tangguh kekhususan sehingga dapat dikenali melalui
adalah perkiraan gaya kedaerahan, atau unsur dasar bentuk bilah keris melalui aspek
zaman dibuatnya sebilah keris atau tom- visualnya.
bak, yang dijabarkan dari pasikutan 15
nya, pengamatan jenis besinya, pamor Uraian di atas memberi gambaran bah-
dan bajanya, [....] Tangguh seharusnya wa masa pemerintahan kerajaan seorang raja
memang dikaitkan dengan zaman pem- memiliki kekuasaan absolut, tak terbatas, hal
buatannya sekaligus perkiraan umur keris
itu” 16 ini tidak lepas terhadap eksistensi budaya yakni
keris. Budaya keris pada masa kerajaan berkem-
Menurut Unggul Sudrajat tangguh da- bang cukup pesat, namun keberadaan keris san-
lam perkerisan adalah perkiraan pada zaman gat terpengaruh oleh kekuasaan raja. Pengaruh
apa, serta dari mana sebuah keris dibuat, tang- pemerintah kerajaan sangat kuat hampir dimana
guh juga berarti penarihan keris.17 Serat Cen- semua karya yang dihasilkan oleh empu tanpa
thini menyebutkan, bahwa bentuk keris, pam- ada nama ( anonim ), hal tersebut karena peran
or dan besi, merupakan unsur penting dalam Raja yang begitu kuat dalam kekuasaannya se-
bilah keris. Unsur tersebut dapat menjelaskan hingga semua karya keris pada saat itu disebut
dan menentukan tangguh keris.18 Dari berb- dengan istilah yasan ndalem ( karya Raja ). Se-
agai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan hingga semua karya seni memiliki tujuan suci
bahwa tangguh merupakan istilah dalam dunia yaitu untuk persembahan kepada yang kuasa,
dan raja dianggap sebagai kepanjangan atau
14 Haryono Haryoguritno, Hal 215.
15 kesan selintas atas gaya garapan sebuah
personifikasi dari Tuhan yang maha kuasa. Seh-
keris ( Bambang Harsrinuksmo, 2008 :459 ) ingga apabila dilihat dari karya-karyanya, mer-
16 Bambang Harsrinuksmo, hal 459. eka memiliki konsep hegomoni karena mereka
17 Unggul Sudrajat, Keris dalam Perspektif dalam melakukan kekaryaan dengan sangat ter-
Keilmuan, Pusat Penilitian dan Pengmebangan Ke- ikat dengan pengaruh keraton.
budayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebu-
dayaan dan pariwisata Kementerian Kebudayaan dan
pariwisata, Jakarta, 2011, hal 213. Idiologi
18 Serat Centhini, 1985, Yasan dalem Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara III (Pa- Secara harfiah, ideologi adalah penge-
kubuwana V), Disalin sesuai dengan aslinya oleh Kama- tahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
jaya, Yogyakarta: Yayasan Centhini. Hal 71-91 tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran

57
texture, art & culture journal

tentang pengertian-pengertian dasar.19 Adapun


idiologi yang dibangun oleh seniman keris pada
zaman kerajaan tersebut adalah merupakan
suatu langkah pelestarian dan bentuk pengab-
dian seorang seniman/empu kepada raja atau
Tuhannya, karya yang dihasilkan menampilkan
bentuk konvensial dalam kemahiran mendup-
likasi terhadap dhapur keris-keris sebelumn-
ya dari zaman ke zaman oleh para empu keris
yang disebut dengan istilah “mutrani”. Hal itu
sejalan dengan pendapat Dharsono bahwa karya
yang dibuat merupakan karya studi-tradisi da-
lam usaha untuk mencari alternatif pelestarian,
dengan mencoba menghadirkan kembali atau
meniru karya peninggalan (warisan) budaya
masa lalu. Seni revitalisasi secara vital masih
mengacu seni tradisi sebagai acuan pokoknya.
Sehingga strategi penciptaan sebagai konsep
berkarya adalah dengan menggunakan konsep Gambar, ( kiri ) keris dhapur penjalin pethuk, (
konservasi atau pelestarian dengan cara mutra- tengah ), keris dhapur gelombang cinta dan ( kanan
ni (nunggak semi), yaitu meniru sesuai pakem, ) keris dhapur wayang, semuanya merupakan hasil
tetapi pengolahan teknik dan bahan sesuai den- inovasi dari para empu kamardikan ( repro dan
scan: K Wasidarmojo, 2018 )
gan kebutuhan saat ini. 20

2. Analisis terhadap Keris Baru (Kamar-


Pendekatan Dekonstruksi
dikan) dengan Pendekatan deskontruksi
Aliran dekonsruksi lahir di Perancis sekitar
tahun 1960-an, yang kemudian berpengaruh
besar di Amerika sekitar tahun 1970-an hingga
pada tahun 1980-an. Pada dasarnya, menurut
Sarup (2003:51) dekonstruksi bertujuan untuk
membongkar tradisi metafisika barat seperti
fenomenologi Husserlian, strukturalisme Sau-
ssurean, strukturalisme Perancis pada umum-
nya, psikoanalisis Freudian dan Psikoanalisis
Lacanian. Tugas dekonstruksi, mengungkap
hakikat problematika wacana-wacana yang
dipusatkan, dipihak yang lain membongkar
metafisika dengan megubah batas-batasnya
secara konseptual. Dekonstruksi juga berkem-
bang di Amerika, sebagai aliran yale.21 Kristeva
19 www.artikelsiana.com/2015/03/penger- (1980:36-37), menjelaskan bahwa dekonstruksi
tian-ideologi...
merupakan gabungan antara hakikat destruk-
20 Dharsono. Indonesia Masa Depan Adalah
Indonesia Masa Lalu Yang Kreatif. Makalah seminar 21 Teori Dekonstruksi Dan Penerapannya, di-
nasional seni rupa 2018, Jurusan Seni Rupa, Fakultas posting oleh ahmada-tasnim-fib12 pada 13 November
Bahasa dan Seni, universitas Negeri 2014, www.Academia.Edu/.../Teori_Dekonstruksi_Dan_
Medan, 15 November 2018 hlm 3. Penerapannya. Hal. 4

58
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya

tif dan konstruktif. Dekonstruksi adalah cara manfaat sebagai media ekspresi, tuangan este-
membaca teks, sebagai strategi. 22 tika, semiotika momentum, pengutaraan kritik
sosial, pesan kemanusiaan, pengharapan terha-
Dekonstruksi, secara garis besar adalah
dap kekuatannya serta metafora dan lain-lain. 24
cara untuk membawa kontradiksi-kontradiksi
Oleh karena apabila dilihat dari hasil karyanya
yang bersembunyi di balik konsep-konsep kita
maka mereka mereka menggunakan konsep
selama ini dan keyakinan yang melekat pada
deskontruksi yakni mereka melakukan karya
diri ini ke hadapan kita. Prinsip- prinsip yang
dengan orientasi pada seni tradisi yang sudah
terdapat dalam teori dekonstruksi adalah:
( keris pakem ) kemudian mereka wujudkan
1. Melacak unsur-unsur aporia (makna para- kedalam bahan, bentuk, dan teknik baru.
doks, makna kontradiktif, dan makna ironi)
Idiologi
2. Membalikkan atau merubah makna-makna
yang sudah dikonvensionalkan. 23 Keris kamardikan telah mengalami
pergeseran budaya dimana eksistensinya pada
era tersebut sudah tidak lagi di bawah suatu
Dekonstruksi dalam Kontek Keris Baru/ hegemoni, bukan atas permintaan raja tetapi
Kamardikan bagaimana keris dihadirkan untuk dapat men-
gaktualisasikan diri di tengah globalisasi yang
Keris baru merupakan keris yang dibuat menantang kreatifitas para seniman. Keris ka-
pada era setelah kemerdekaan. Keris-kamar- mardikan adalah karya seniman keris yang
dikan diciptakan berdasarkan pada konsep-kon- memberi manfaat sebagai media ekspresi, tu-
sep baru yang bebas dan kreatif tetapi tetap ber- angan estetika, semiotika momentum, pengu-
orientasi kepada norma-norma pada keris yang taraan kritik sosial, pesan kemanusiaan, peng-
telah ada sebelumnya tetapi telah dikembang- harapan terhadap kekuatannya serta metafora
kan dengan material dan teknik modern. Keris dan lain-lain. Meskipun kehadiran karya mer-
kamardikan memiliki dua makna, pertama yai- upakan hasil kreativitas didasarkan atas aktu-
tu keris-keris yang dibuat pada zaman setelah alisasi diri si senimannya, namun juga tidak
Indonesia merdeka, dimana kerajaan-kerajaan sedikit mereka berkarya atas pesanan dari para
telah menyatu dalam Republik, kemudian mak- kolektor.
na kedua adalah kemerdekaan pada keris-keris
yang diciptakan berdasarkan pada konsep-kon- KESIMPULAN
sep baru yang bebas. Keris kamardikan telah
mengalami pergeseran budaya keris yang tidak Keris Jawa memiliki dua kategori yakni
dibawah suatu hegemoni, bukan atas permint- keris lama ( tangguh ) yang tercipta pada masa
aan raja tetapi keris yang dapat mengaktual- kerajaan Singosari-Surakarta dan Yogjakarta
isasikan diri di tengah globalisasi yang menant- dan keris baru ( kamardikan ) yang diciptakan
ang kreatifitas para seniman. Ada dua kategori setelah berakhirnya era kerajaan Surakarta dan
bentuk dan ciri dari keris kamardikan, kategori Yogjakarta atau setelah Indonesia merdeka. Se-
pertama yakni karya dengan bentuk konvensial hingga dari masing-masing kategori tersebut
dalam kemahiran menduplikasi keris-keris tua memiliki karakter yang berbeda di mana pada
dari zaman ke zaman yang disebut “mutrani” keris tangguh/lama merupakan keris yang dic-
dan kategori kedua yakni karya kontempor- iptakan karena terpengaruh ( hegomoni ), oleh
er adalah karya seniman keris yang memberi 24 Toni Junus, Katalog keris Kamardikan
22 Ibid, hal 3 Award 08, Bentara Buday Jakarta, 2008, hal 5
23 Ibid, hal 6

59
texture, art & culture journal

kekuasaan raja atau pemerintah saat keris itu Santoso, Soewito, 1990, Urip-Urip, memper-
diciptakan oleh karena semua keris tangguh/ ingati 25 tahun KRT Hardjo Nagoro se-
lama pasti anonim dengan konsep mutrani, ( bagai Ketua Presidium Museum Radya
pelestarian/konservasi ). Lalu mengenai ker- Pustaka, Surakarta: Museum Radya Pus-
is kamardikan telah mengalami peregeseran taka,
dimana dalam kekaryaan mereka bebas sudah
tidak terikat oleh hegomoni pemerintah, mer- Artikel dan katalog
eka bebas melakukan kekaryaan dengan lebih
mengutamakan kreativitas sebagai ungkapan Artikel “Teori Hegemoni Gramsci”, Sabtu, 17
aktuali diri. Oktober 2009, dalam situs http://vala-
siseng.blogspot.com/2009/10/teori-hege-
moni-gramsci.html
DAFTAR PUSTAKA Dharsono. Indonesia Masa Depan Adalah In-
donesia Masa Lalu Yang Kreatif. Maka-
Bambang Harsrinuksmo, 2009, Ensiklopedi lah seminar nasional seni rupa 2018,
Budaya Indonesia Mengenai Keris dan Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa
Senjata tradisional Lainnya, Jakarta: dan Seni, universitas Negeri, Medan, 15
Gramedia Pustaka Utama November 2018
Barbara A. Babcock, “Artefak,” dalam Richae- Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakar-
rd Bauman,Folklore, 1992. Cultural per- ta: LkiS Printing Cemerlang http://sosi-
formances, and Popular Entertainments. ologibudaya.wordpress.com/2011/04/17/
New York: Oxford University Press, hegemoni-2
Celia Lury. Budaya Konsumen. 1998, (terj: https://id.wikipedia.org/wiki/Hege-
Hasti T. Champion), Jakarta: Yayasan moni_budaya
Obor Indonesia.
Unggul Sudrajat, Keris dalam Perspektif
Hamzuri, 1993, Keris , Jakarta: Djambatan. Keilmuan, Pusat Penilitian dan Peng-
mebangan Kebudayaan Badan Pengem-
Hamzuri dalam Basuki Teguh Yuwono, 2012,
bangan Sumber Daya Kebudayaan dan
Keris Indonesia, Indonesia: Citra Sain
pariwisata Kementerian Kebudayaan dan
LPKBN.
pariwisata, Jakarta, 2011
Joko Suryono, 2009, “Transformasi Keris
Teori Dekonstruksi Dan Penerapannya, dipost-
Jawa”, (Tesis, S2 Pasca Sarjana ISI
ing oleh ahmada-tasnim-fib12 pada 13
Surakarta.
November 2014
.Haryono Haryoguritno, 2006, Keris Jawa (
www.Academia.Edu/.../Teori_De-
antara Mistik dan Nalar), Jakarta: PT In-
konstruksi_Dan_Penerapannya
doneisa Kebanggaan.
www.artikelsiana.com/2015/03/penger-
Serat Centhini, 1985, Yasan dalem Kanjeng
tian-ideologi
Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku-
negara III (Pakubuwana V), Disalin ses- Toni Junus, Katalog keris Kamardikan Award
uai dengan aslinya oleh Kamajaya, Yog- 08, Bentara Buday Jakarta, 2008
yakarta: Yayasan Centhini.

60

Anda mungkin juga menyukai