Abstract
Keris as a cultural product whose existence in addition has a beauty value is also loaded with
meaning and function that are so important in society. Kris is a masterpiece of indigenous Indonesian
cultural heritage that has a beautiful and unique form. So that the kris has been recognized as the World
Heritage of Humanity from the world body, UNESCO.
The main objective of this research is to find out the description of the existence and development
of Javanese kris through a cultural perspective. This research is qualitative research, to reveal the existence
of Javanese kris in a cultural context using qualitative interactive analysis with hegomoni and constructive
approaches.
The results of this study are the discovery of two categories of Javanese kris, namely: tangguh kris,
with the concept of working on mutrani, and kamardikan kris, where artists / masters in free work are not
bound by the hegemony of the king’s power, they have an ideology by prioritizing creativity as self-expres-
sion
Keywords: kris, culture, tangguh and kamardikan
Abstrak
Keris sebagai produk budaya keberadaannya di samping memiliki nilai keindahan juga sarat den-
gan makna dan fungsi yang begitu penting dalam masyarakat. Keris merupakan karya agung warisan bu-
daya asli Indonesia yang memiliki bentuk indah dan uniq. Sehingga keris telah diakui sebagai World Heri-
tage of Humanity dari badan dunia yaitu UNESCO.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui gambara tentang eksistensi dan perkemban-
gannya keris Jawa melalui perspektif budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, untuk men-
gungkap eksistensi keris Jawa dalam konteks budaya menggunakan analisis interaktif kualitatif dengan
pendekatan hegomoni dan deskontruksi.
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya dua kategori keris Jawa yakni: keris tangguh, dengan
konsep garap mutrani, dan keris kamardikan, dimana seniman/empu dalam kekaryaan bebas tidak terikat
oleh hegomoni kekuasaan raja, mereka dalam berkarya memiliki idiologi dengan lebih mengutamakan
kreativitas sebagai ungkapan aktuali diri.
49
texture, art & culture journal
50
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya
51
texture, art & culture journal
Artikel tulisan Nurhadi Siswanto, Aja- litian ini merupakan penelitian kualitatif. Pada
ran Moral Keris Jawa, Jurnal, Corak Jurnal penelitian ini teori dibatasi pada pengertian
Seni Kriya FSRD ISI Yogjakarta, Volume 2 No yang merupakan suatu pernyataan sistematis
1, Mei-Oktober 2013, hal 83 – 99, tulisan ini dimana berkaitan dengan seperangkat proporsi
membahas tentang satu hal yang cukup menar- yang berasal dari data dan diuji kembali secara
ik untuk memeriksa orang Jawa adalah adanya empiris. Kemudian untuk mengungkap tentang
pusaka yang disebut “keris”. Keris memiliki eksistensi keris dengan analisis interaktif kual-
latar belakang sejarah yang panjang bagi mas- itatif pendekatan budaya. oleh karena maka
yarakat Jawa. Keris, di masa lalu itu dibuat penelitian ini memerlukan data-data lapangan
dengan penuh filsafat, dibuat dengan harapan, maupun data pustaka yang dapat dipertanggu-
keinginan. Keris merupakan sebuah hasil karya ng-jawabkan secara ilmiah, untuk itu diperlu-
cipta para empu yang dibuat dengan maksud kan langkah-langkah metodologinya.
dan makna tertentu mengandung nilai-nilai aja- Observasi pada penelitian ini dilaku-
ran kehidupan yang dalam bagi manusia Jawa. kan secara pengamatan langsung baik terhadap
Ajaran atau nilai-nilai tersebut tentunya dapat berbagai dokumen, manuskrip, artefak terkait
dikatagorikan sebagai nilai-nilai filosofis ten- keris yang dihasilkan dan terhadap peristiwa
tang ajaran hidup dan kehidupan. Pemaknaan budaya yang terkait dengan keris, sehingga
keris dalam kehidupan orang Jawa semestinya dapat menghasilkan data yang akurat.
tidak hanya dipandang sebagai senjata tikam
saja, tetapi perlu dikaji makna simbolik yang Wawancara dilakukan dengan berbagai
tersimpan dibalik wujud fisiknya. informan yang dipandang memiliki kopenten-
si terhadap keris, seperti para pakar keris, dan
Ahmad Arif Musadad, Makna Ker- para pemerhati keris dan pelaku pembuat ker-
is dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat DI is. Wawancara yang dilakukan lebih bersifat
surakarta, MIIPS, Jurnal yang diterbitkan oleh terbuka ini akan memberi peluang keleluasaan
Universitas Sebelas Maret , 2009, hal 147 – terhadap penggalian informasi dengan fokus-
156, tulisan ini membahas tentang persoalan fokus tertentu sehingga diperoleh informasi
bagaimana fungsi keris yang cukup signifikan yang mendalam terkait dengan unit analisisnya.
bagi masyarakat di Surakarta. Dalam artikel
ini juga disampaikan tentang keragaman dari Dokumentasi dilakukan dengan tujuan
nama dhapur keris hingga mengenai ricikannya untuk merekam terhadap segala peristiwa bu-
atau anatomi bilah keris. Dalam sebilah keris daya keris ( artefaks dan aktivitas ), tujuannya
terkandung nilai-nilai budaya yang sangat ting- adalah untuk mengingat dari data yang dikum-
gi. Keris sebagai wahana nilai-nilai tradision- pulkan agar tetap akurat dan valid.
al, oleh karenanya dengan memanfaatkan ke- Analisa data ini dilakukan secara si-
risdianggap telah ikut melestarikan nilai-nilai multan, berjalan seiring dengan pengumpulan
tersebut yang tersimpan dengan keris dapat di- data-data lapangan, dan menyajikannya dalam
wujudkan melalui penggunaan dalam upacara, bentuk laporan penelitian. Analisa tafsir dalam
maupun dalam pertunjukan kesenian. penelitian ini dirangkum melalui tiga fakta yai-
tu pengamatan di lapangan, studi pustaka, dan
hasil wawancara. Model analisis data menggu-
Metode Penelitian
nakan model analisis data interaktif, Model ini
Penelitian ini bermaksud menjelaskan didasari oleh tiga langkah operasional yakni re-
tentang eksisensi dan essensi keris Jawa. Pene- duksi data, sajian data dan verifikasi data, yang
dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan.
52
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya
53
texture, art & culture journal
54
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya
dalam bahasa populer di sebut budaya keraton. - Aspek Zaman ( keris lama/kuno karena
10
Sehingga secara tidak langsung pengaruh/he- yang dibuat pada era/zaman kerajaan Sin-
gomoni keraton sangat kuat terhadap dinamika gosari – Surakarta)
perkembangan keris di Nusantara. Pada saat itu - Aspek garap ( keris yang memiliki konsep
posisi keraton menjadi pusat budaya, sehing- garap mutrani yakni meniru bentuk dhapur
ga dari masa ke masa mulai keraton Singosa- keris sebelumnya )
ri-Surakarta dan Yogjakarta memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap perkembangan 2. Keris kamardikan ( keris baru, yang ter-
keris. Salah satu indikator dari hegomoni kera- buat setelah era kemerdekaan ), indikatorn-
ton terhadap perkembangan keris adalah mun- ya adalah sebagai berikut:
culnya tangguh yakni istilah dalam penyebutan - Aspek visual/fisik ( Memiliki bentuk gaya
zaman/periodisasi keris dibuat. Namun seiring dengan kreasi baru sesuai keinginan seni-
dengan perkembangan peradaban bangsa den- man/empu-nya )
gan ditandai Indonesia merdeka, maka seka-
ligus pengaruh kekuasaan keraton kasunanan - Aspek Empu ( diketahui seniman pembuat-
Surakarta dan Kasultanan Yogjakarta tidak lagi nya/by name )
memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkem- - Aspek Zaman ( keris baru dibuat setelah era
bangan keris. Karena di satu sisi sudah men- Surakarta/Yogjakarta )
yatakan bergabung dengan negara Republik
- Aspek garap ( keris yang memiliki konsep
Indonesia, juga sudah tidak lagi memiliki atau
garap dengan kreasi baru/inovasi/sanggit )
mengangkat mpu keris. Sehingga fenomena
tersebut memiliki implikasi terhadap penyebu- Analisis Terhadap Keris Jawa dengan
tan atau penamaan terhadap keris yang dibuat Pendekatan Budaya
pada masa setelah kemerdekaan atau setelah era
keraton Surakarta dan Yogjakarta yakni dengan Selain berakar dalam tradisi budaya dan
istilah keris kamardikan. sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih
berperan sebagai jati diri bangsa ,sumber inspi-
Uraian di atas memberi kesimpulan rasi budaya, dan masih berperan sosial di mas-
bahwa dalam perkembangan keris memiliki yarakat, bahkan badan dunia UNESCO tahun
dampak terhadap keberadaan keris berdasarkan 2007 telah mengakui sebagai budaya warisan
zaman keris tersebut dibuat, yakni menjadi dua dunia yang memiliki nilai-nilai khusus, yang
kategori sebagai berikut: menyebabkan tetap eksis hingga kini karena
mengandung nilai-nilai luhur yang bersifat “in-
1. Keris Tangguh ( keris lama yang terbuat
tangible” yaitu nilai non bendawi keris. Keris
pada masa kerajaan Singosari-Surakarta
sebagai artefak merupakan salah satu produk
dan Yogjakarta ), indikatornya adalah se-
budaya materi yang sangat penting. Sehing-
bagai berikut:
ga keris merupakan suatu produk budaya asli
- Aspek visual/fisik ( keris memiliki gaya bangsa Indonesia yang memang patut untuk
dan karakter bentuk, ukuran, bahan dan dilestarikan dan dikembangkan. Oleh karena
condong leleh sesuai zaman atau daerah dalam pembahasan terhadap keberadaan keris
saat keri tersebut dibuat ) Jawa ini sangat tepat apabila dianalisis dengan
- Aspek Empu ( keris yang tidak diketahui si pendekatan budaya. kemudian seperti yang
empu atau seniman pembuatnya/anonim ) telah disampaikan di depan bahwa keris Jawa
10 Hamzuri dalam Basuki Teguh Yuwono, berdasarkan aspek bahan, empu, zaman, dan
Keris Indonesia, Indonesia: Citra Sain LPKBN, 2012,
konsep garap, keris Jawa terbagi menjadi dua
hal. 5.
55
texture, art & culture journal
56
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya
57
texture, art & culture journal
58
Kuntadi : Eksistensi Keris Jawa dalam Kajian Budaya
tif dan konstruktif. Dekonstruksi adalah cara manfaat sebagai media ekspresi, tuangan este-
membaca teks, sebagai strategi. 22 tika, semiotika momentum, pengutaraan kritik
sosial, pesan kemanusiaan, pengharapan terha-
Dekonstruksi, secara garis besar adalah
dap kekuatannya serta metafora dan lain-lain. 24
cara untuk membawa kontradiksi-kontradiksi
Oleh karena apabila dilihat dari hasil karyanya
yang bersembunyi di balik konsep-konsep kita
maka mereka mereka menggunakan konsep
selama ini dan keyakinan yang melekat pada
deskontruksi yakni mereka melakukan karya
diri ini ke hadapan kita. Prinsip- prinsip yang
dengan orientasi pada seni tradisi yang sudah
terdapat dalam teori dekonstruksi adalah:
( keris pakem ) kemudian mereka wujudkan
1. Melacak unsur-unsur aporia (makna para- kedalam bahan, bentuk, dan teknik baru.
doks, makna kontradiktif, dan makna ironi)
Idiologi
2. Membalikkan atau merubah makna-makna
yang sudah dikonvensionalkan. 23 Keris kamardikan telah mengalami
pergeseran budaya dimana eksistensinya pada
era tersebut sudah tidak lagi di bawah suatu
Dekonstruksi dalam Kontek Keris Baru/ hegemoni, bukan atas permintaan raja tetapi
Kamardikan bagaimana keris dihadirkan untuk dapat men-
gaktualisasikan diri di tengah globalisasi yang
Keris baru merupakan keris yang dibuat menantang kreatifitas para seniman. Keris ka-
pada era setelah kemerdekaan. Keris-kamar- mardikan adalah karya seniman keris yang
dikan diciptakan berdasarkan pada konsep-kon- memberi manfaat sebagai media ekspresi, tu-
sep baru yang bebas dan kreatif tetapi tetap ber- angan estetika, semiotika momentum, pengu-
orientasi kepada norma-norma pada keris yang taraan kritik sosial, pesan kemanusiaan, peng-
telah ada sebelumnya tetapi telah dikembang- harapan terhadap kekuatannya serta metafora
kan dengan material dan teknik modern. Keris dan lain-lain. Meskipun kehadiran karya mer-
kamardikan memiliki dua makna, pertama yai- upakan hasil kreativitas didasarkan atas aktu-
tu keris-keris yang dibuat pada zaman setelah alisasi diri si senimannya, namun juga tidak
Indonesia merdeka, dimana kerajaan-kerajaan sedikit mereka berkarya atas pesanan dari para
telah menyatu dalam Republik, kemudian mak- kolektor.
na kedua adalah kemerdekaan pada keris-keris
yang diciptakan berdasarkan pada konsep-kon- KESIMPULAN
sep baru yang bebas. Keris kamardikan telah
mengalami pergeseran budaya keris yang tidak Keris Jawa memiliki dua kategori yakni
dibawah suatu hegemoni, bukan atas permint- keris lama ( tangguh ) yang tercipta pada masa
aan raja tetapi keris yang dapat mengaktual- kerajaan Singosari-Surakarta dan Yogjakarta
isasikan diri di tengah globalisasi yang menant- dan keris baru ( kamardikan ) yang diciptakan
ang kreatifitas para seniman. Ada dua kategori setelah berakhirnya era kerajaan Surakarta dan
bentuk dan ciri dari keris kamardikan, kategori Yogjakarta atau setelah Indonesia merdeka. Se-
pertama yakni karya dengan bentuk konvensial hingga dari masing-masing kategori tersebut
dalam kemahiran menduplikasi keris-keris tua memiliki karakter yang berbeda di mana pada
dari zaman ke zaman yang disebut “mutrani” keris tangguh/lama merupakan keris yang dic-
dan kategori kedua yakni karya kontempor- iptakan karena terpengaruh ( hegomoni ), oleh
er adalah karya seniman keris yang memberi 24 Toni Junus, Katalog keris Kamardikan
22 Ibid, hal 3 Award 08, Bentara Buday Jakarta, 2008, hal 5
23 Ibid, hal 6
59
texture, art & culture journal
kekuasaan raja atau pemerintah saat keris itu Santoso, Soewito, 1990, Urip-Urip, memper-
diciptakan oleh karena semua keris tangguh/ ingati 25 tahun KRT Hardjo Nagoro se-
lama pasti anonim dengan konsep mutrani, ( bagai Ketua Presidium Museum Radya
pelestarian/konservasi ). Lalu mengenai ker- Pustaka, Surakarta: Museum Radya Pus-
is kamardikan telah mengalami peregeseran taka,
dimana dalam kekaryaan mereka bebas sudah
tidak terikat oleh hegomoni pemerintah, mer- Artikel dan katalog
eka bebas melakukan kekaryaan dengan lebih
mengutamakan kreativitas sebagai ungkapan Artikel “Teori Hegemoni Gramsci”, Sabtu, 17
aktuali diri. Oktober 2009, dalam situs http://vala-
siseng.blogspot.com/2009/10/teori-hege-
moni-gramsci.html
DAFTAR PUSTAKA Dharsono. Indonesia Masa Depan Adalah In-
donesia Masa Lalu Yang Kreatif. Maka-
Bambang Harsrinuksmo, 2009, Ensiklopedi lah seminar nasional seni rupa 2018,
Budaya Indonesia Mengenai Keris dan Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa
Senjata tradisional Lainnya, Jakarta: dan Seni, universitas Negeri, Medan, 15
Gramedia Pustaka Utama November 2018
Barbara A. Babcock, “Artefak,” dalam Richae- Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakar-
rd Bauman,Folklore, 1992. Cultural per- ta: LkiS Printing Cemerlang http://sosi-
formances, and Popular Entertainments. ologibudaya.wordpress.com/2011/04/17/
New York: Oxford University Press, hegemoni-2
Celia Lury. Budaya Konsumen. 1998, (terj: https://id.wikipedia.org/wiki/Hege-
Hasti T. Champion), Jakarta: Yayasan moni_budaya
Obor Indonesia.
Unggul Sudrajat, Keris dalam Perspektif
Hamzuri, 1993, Keris , Jakarta: Djambatan. Keilmuan, Pusat Penilitian dan Peng-
mebangan Kebudayaan Badan Pengem-
Hamzuri dalam Basuki Teguh Yuwono, 2012,
bangan Sumber Daya Kebudayaan dan
Keris Indonesia, Indonesia: Citra Sain
pariwisata Kementerian Kebudayaan dan
LPKBN.
pariwisata, Jakarta, 2011
Joko Suryono, 2009, “Transformasi Keris
Teori Dekonstruksi Dan Penerapannya, dipost-
Jawa”, (Tesis, S2 Pasca Sarjana ISI
ing oleh ahmada-tasnim-fib12 pada 13
Surakarta.
November 2014
.Haryono Haryoguritno, 2006, Keris Jawa (
www.Academia.Edu/.../Teori_De-
antara Mistik dan Nalar), Jakarta: PT In-
konstruksi_Dan_Penerapannya
doneisa Kebanggaan.
www.artikelsiana.com/2015/03/penger-
Serat Centhini, 1985, Yasan dalem Kanjeng
tian-ideologi
Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku-
negara III (Pakubuwana V), Disalin ses- Toni Junus, Katalog keris Kamardikan Award
uai dengan aslinya oleh Kamajaya, Yog- 08, Bentara Buday Jakarta, 2008
yakarta: Yayasan Centhini.
60