Bentuk pendidikan pada masa prasejarah masih sangat sederhana. Pendidikan hanya
dilakukan oleh keluarga. Orangtua memberikan materi pendidikan kepada anak-anak. Sesuai
dengan karakteristik masyarakat yang sangat tergantung pada alam dan lingkungan, materi
pendidikan diarahkan pada keterampilan untuk berburu, meramu, bercocok tanam, dan
mencetak benda.
Model pendidikan berbentuk berbentuk aplikatif, langsung kepada alam terbuka dan
diturunkan secara turun-temurun. Pengajaran pada masa ini sudah dilakukan pada tingkat sosial
tertentu. Manusia dicita-citakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakatnya, yaitu
memiliki semangat gotong royonh, menghormati para tetua, dan taat kepada adat.
BAGAN HASIL TEKNOLOGI MASYARAKAT PRAAKSARA
ZAMAN ZAMAN
BATU LOGAM
PALEOLITIK PERUNGGU
MESOLITIK BESI
NEOLITIK
Merupakan alat batu dari era yang paling tua dari budaya
manusia atau biasa disebut masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Kapak penetak
dibuat dengan teknik pemangkasan dari dua sisi. Ditemukan
di tepi danau, pantai, dan aliran sungai. Penemuan ini satu kawasan dengan temuan
fosil fauna purba yang merupakan bagian dari kehidupan manusia purba.
Periode perundagian dimulai pada zaman lpgam. Pada masa perundagian atau
lebih dikenal dengan masa mengolah logam , masyarakat praaksara sudah mengenal
bijih logam. Kemudian mereka membuat alat-alat dari bijih logam ini dengan teknik
melebur. Teknologi logam ini dipengaruhi oleh Vietnam sehingga hasil teknologi
ini dikenal dengan budaya Dong Son.
Ada dua teknik pencetakaan logam yaitu bivalve dan a cire perdua. Tektin
bivalve dilakukan dengan menggunakan cetakan batu yang dapat digunakan
berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian yang diikat. Kedalam rongga cetakan
itu dibuka setelah logamnya mongering. Teknik kedua yaitu a cire perdue atau
cetakan lilin. Cetakan dibungkus dengan tanah liat, kemudia dibakar. Lilin akan
mencair dan akan keluar dari lubang yang telah dibuat. Maka terjadilah benda tanah
liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan bentuk lilin.
1. Arca Ganesha
Ganesha dipercaya oleh masyarakat Hindu sebagai Dewa
Ilmu Pengetahuan. Penggambaran bentuk arca Ganesha ini
di banyak tempat kadang berada, namun selalu
digambarkan dengan ciri utama belaiannya sedang
menghisap isi mangkuk yang berada dalam genggaman
tangan depannya. Dalam mitologi Hindu, mangkok dalam
genggaman Ganesha tersenut merupakan mangkok yang
berisi cairan ilmu pengetahuan uang tidak akan habis walaupun dihisap terus
menerus oleh Ganesha.
2. Arca Saraswati
Arca saraswati disimbolkan dalam bentuk seorang wanita
cantic bertangan empat. Dua tangan memegang pustaka
(buku) dan aksamala (tasbih), satu tangan bersikap
abhaya (sikap tangan mengajarkan ketenangan) dan satu
tangan memegang vina (melambangkan hokum alam
yang abadi dan melambangkan nada Brahman/musik
alam semesta
Pembelajaran Masa Praaksara
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan
makanan masih nomaden dan sangat bergantung pada
alam. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang
tidak jauh dari sumpeh air, atau di dekat sungai. Melalui
metode pembelajaran secara langsung, pewarisan
pengetahuan dan keterampulan praktis diberikan kepada
anak-anaknya. Ayah mengajarkan cara berburu kepada
anak laki-lakinya, sedangkan ibu mengajarkan cara
meramu dan mengolah serta mengawetkan hasil buruan.
Peralatan yang dibutuhkan seperti lontar, prukprak, dulang, Kasur tangam, pengasah,
dan kemiri gosong
Letakkan daun lontar di yangan kiri, persiapkan beberapa lembar
Mulai menulis dengan cara menggerakan prukprak ke kanan, jari manis tangan kanan
akan mendorong otomatis daun lontar ke kiri
Layaknya orang tengah bermeditasi, jari lebih banyak bergerak
1. Pisau Pengrupak/Pengutik
Alat tulis untuk menulis diatas daun lontar.
Ketel
Susuk
2. Kudi
alat tebas yang biasa digunakan untuk menebang
pohon daluang sebagai nahan baku pembuatan
kertas daluang.
3. Pameupeuh
alat tumbuk untuk melebarkan kulit kayu pohon
daluang.
1. Gereja Katredal
st. Petrus terletak di jalan Merdeka, Bandung. Sekitar tahun
1787 Bandung sebagai kota keresidenan Priangan sudah cukup
ramai, namum belum memiliki pelayanan bagi umat Katolik
sendiri. Untuk melayaat jemaat Katolik, maka dibangunlah
gereja pertama yang diberi nama St. franciscus Regis. Ketika
jumlah jemaat semakin banyak maka tahun 1921 dibangunlah
gereja baru dan diberi nama Santo Petrus. Pada perkembangannya pelayanan gereja
Santo Petrus berkembang dengan mendirikan sekolah, balai kesehatan, rumah sakit,
rumah yatim piatu, dan lain-lain hingga saat ini.
2. Gereja Bethel
terletak di Wastukencana, Bandung. Nerupakan gereja Protestan
pertama di Bandung. Dibangun sekitar abad ke-19. Berawal dari
sebuah rumah ibadah sederhana yang digunakan oleh orang-orang
Eropa khusunya Belanda yang datangf ke Bandung. Atas usul
pendeta Tjideman, pada bulan Mei 1924 dibangun gereja baru
diresmikan pada 1 Maret 1925, diberi nama “De Nieuwe Kerk”.
Tetapi pada tahun 1964 melalui siding paripurna majelis jemaat
berubah menjadi Gereja Protestan di Indonesia bagian barat (GPIB) ”Bethel” hingga
saat ini.